Anda di halaman 1dari 22

Teori Kabut ( Teori Nebula)

pertama kali dikemukakan oleh


Emanuel Swedenborg pada
tahun 1734 dan
dikembangkan lagi oleh
Immanuel Kant pada tahun
1775. Teori yang serupa
dengan Teori Kabut ( Teori
Nebula ) juga dikembangkan
oleh Pierre Marquis de Laplace
pada tahun 1796. Teori
tersebut lebih dikenal dengan
nama teori Nebula Kant-
Laplace.


Kant dan Laplace sekalipun memilikim kesamaan dalam
menjelaskan asal tata surya tetapi mereka berbeda dalam
menjelaskan proses pembentukan tata surya, sebagaimana
dijelaskan di bawah ini :

Immanuel Kant :
Ia berpendapat bahwa tata surya itu berasal dari gumpalan kabut
gas panas yang berputar pada porosnya. Kemudian kabuit itu
menjadi padat dan atas dasar prinsip tarik menarik dan tolak
menolak dari bagian-bagian kabut yang memadat itu dipusatnya
membentuk inti menjadi matahari sedangkan bagian-bagian
lainnya bersatu lalu memisahkan diri dari yang lainnya dan
menjadilah planet-planet. Dengan demikian planet-planet itu
terbentuk bersamaan dengan matahari.

Laplace :
Ia berpendapat bahwa tata surya berasal dari nebula/kabut gas
pijar bercampur dengan debu yang berputar p[ada porosnya.
Akibat percepatan rotasinya, kabut makin mengecil dan bentuknya
menjadi seperti cakram (pipih). Karena percepatannya makin
besar, keadaan kabut menjadi tidak stabil dan terlepas membentuk
cincin gas, lalu memadat. Pemadatan itu berlangsung terus
menerus , kemudian membuat ketidakstabilan baru sehingga
membentuk cincin gas yang baru dan memadat lagi dan
seterusnya. Cincin itu membentuk planet, sedangkan yang masih
panas menjadi matahari.

Kabut gas yang nampak tipis-tipis di ruang
angkasa itu, karena gaya tarik gravitasi antar
molekul dalam kabut itu lambat laun
memampatkan diri menjadi masa yang semakin
lama semakin padat. Pemadatan ini di mungkinkan
oleh sifat gas semacam itu selalu terjadi gerakan.
Selanjutnya gerakan itu semakin lama menjadi
gerakan berputar yang memipihkan dan
memadatkan gas kabut itu. Satu atau dua
gumpalan materi memadat di tengah, sedang
gumpalan yang kecil akan melesat di lingkungan
sekitarnya.

Gumpalan yang terkumpul di tengah menjadi
matahari sebagai sat, sedang gumpalan-
gumpalan yang kecil menjadi bakal planet.
Matahari yang di pusat begitu padat mulai
menyala dengan api nuklir, yang selanjutnya api itu
mendorong gas yang masih membungkus planet
menjadi sirna, sehingga planet sekarang tampak
telanjang tinggal terasnya. Tapi bakal planet yang
jauh dari matahari kurang terpengaruh sehingga
tampak menjadi planet yang besar dengan di liputi
kabut.

Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi,
baik yang berdasarkan pengamatan
maupun berupa teori, dengan jelas
menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh
alam semesta masih berupa 'gumpalan asap'
(yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan
tak tembus pandang, The First Three Minutes,
a Modern View of the Origin of the Universe,
Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan
sebuah prinsip yang tak diragukan lagi
menurut standar astronomi moderen. Para
ilmuwan sekarang dapat melihat
pembentukan bintang-bintang baru dari
peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan tentang
penciptaan alam semesta.

Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat
di malam hari, sebagaimana seluruh alam
semesta, dulunya berupa materi 'asap'
semacam itu. Allah telah berfirman di dalam
Al Qur'an:


Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap,...
(Al Fushshiilat, 41: 11)

Karena bumi dan langit di atasnya (matahari,
bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain)
terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
matahari dan bumi dahulu merupakan satu
kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan
terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah
telah berfirman:



Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
(Al Anbiya, 21:30)

Dari teori nebula yang sudah disebutkan,
kaitannya dengan isyarat Allah dalam Al-
Qur'an bahwa alam semesta tadinya
merupakan satu gumpalan, dia berfirman
dalam surat Al-Ambiya' ayat 30.

Artinya : "Tidakkah orang kafir
memperhatikan bahwa langit dan bumi
tadinya merupakan satu yang padu
(gumpalan) kemudian kami memisahkannya,
kami jadikan air segala sesuatu yang hidup,
maka mengapa mereka tidak juga
beriman?".

Di dalam Al-Quran juga dijelaskan tentang
penciptaan alam semesta yang tercantum
dalam Al-Fhussilat ayat 11 yang berbunyi :


( :11)

Artinya:
Kemudian dia menuju dari penciptaan langit, dan
langit masih merupakan asap, lalu dia berkata
kepadanya dan kepada bumi : Datanglah
kamu keduanya menurut perintahku dengan
suka hati atau terpaksa Keduanya menjawab
Kami datang dengan suka hati. ( Al-Fhussilat :
11 ).

Melalui ayat di atas Allah menyampaikan bahwa
langit itu dahulunya berupa asap, dimana hal ini
baru bisa dibuktikan pada zaman modern ini dengan
menggunakan teknologi yang canggih. Bila kita
pergi ke observatorium bintang dan kita
mengarahkan teropong ke langit pasti ada asap itu
di langit. Hingga saat ini, sisa-sisa asap tersebut
membentuk bintang dan planet.








Gambar Sebuah bintang terbentuk dari
gumpalan gas dan asap (nebula), yang
merupakan peninggalan dari 'asap' yang
menjadi asal kejadian alam semesta. (The
Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50)







Gambar Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan
gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun
cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari
bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam
gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the
Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of
Universities for Research in Astronomy, Inc.)
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di
saat ilmu astronomi masih terbelakang,
mengembangnya alam semesta digambarkan
sebagaimana berikut ini:

Allah SWT berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat
47 yang berbunyi:

Artinya: Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.(QS. Adz-
Dzariyat:47).

Kata langit, sebagaimana dinyatakan dalam
ayat ini, digunakan dibanyak tempat dalam Al-
Quran dengan makna luar angkasa dan alam
semesta. Sedangkan kata meluaskannya
dalam Al-Quran bisa diartikan bahwa alam
semesta mengalami perluasan atau
mengembang . Dengan hanya beberapa
pegecualian lokal, semua galaksi yang kita lihat
di angkasa terlihat berlari menjauh dari kita. Dan
semakin jauh mereka berada, semakin cepat
mereka terlihat bergerak. Hal ini berarti bahwa
keseluruhan Alam semesta sedang
mengembang seolah-olah berasal dari ledakan
yang sangat dahsyat miliaran tahun yang lalu.


Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi
terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan
Kepala Departemen Geologi pada Institute of
Geosciences, Johannes Gutenberg University,
Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat
asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak
mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal
asal mula alam semesta dari materi yang satu,
karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal
ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui
berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi
mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata:
"Seseorang yang tidak mengetahui apapun
tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut
saya, tidak akan pernah bisa mengetahui,
melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya
bumi dan langit berasal dari hal yang satu."

Memang suatu kemustahilan kalau 14 abad
yang lalu yang belum ditemukannya alat-alat
semodern dewasa ini ada orang yang
berpendapat bahwa seluruh alam ini dulunya
satu yang dalam memunculkan ide itu harus
menggunakan cara-cara ilmiah dan riset
yang rumit serta waktu yang lama. Akan
tetapi apa yang dikatakan Muhammad SAW
sejak 14 abad yang lalu benar-benar
merupakan hakekat yang tidak bisa
dibantah. Ilmu modern pun terpaksa
menetapkan dan membenarkannya.
Dari pemaparan di atas, diketahui bahwa selain
berisi ayat-ayat akidah, tauhid, dan muamalat,
al-Quran juga berisi konsep-konsep alam
semesta. ALQuran menjelaskan mulai dari
penciptaan, perkembangan, hingga akhir alam
semesta yang ditandai dengan datangnya hari
kiamat. Konsep al-Quran yang telah ada sejak 14
abad yang lalu itu baru bisa dibuktikan pada
akhir-akhir ini dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Al-Quran
merupakan lautan luas yang dalam, penuh
dengan permata dan simpanan kekayaan yang
tak ternilai harganya yang tidak akan mungkin
ditemukan kecuali oleh para penyelam ulung
yang memiliki dan memberdayakan nalar
rasionya dan sinar keimanan.
Begitulah kira-kira proses penciptaan bumi. Banyak
dari ayat-ayat dan surat lain yang menjelaskan
mengenai penciptaan bumi.

Hikmah apa yang bisa petik?

Dalam surat Al baqarah ayat 2 dijelaskan:
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa
Sangat jelas di dalam al quran tidak keraguan
seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah
terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan
juga melalui ilmu pengetahuan. jika kita terus
berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita
termasuk orang yang bertaqwa.

Al-Qur'an adalah sumber dari segala ilmu, suatu
ungkapan yang tidak hanya terdengar
dikalangan umat Islam saja, tetapi juga sering
terucap juga oleh para cendikiawan dan ilmuan
barat, dalam menghadapi situasi tertentu dan
tidak seorang pun dapat menyangkal bahwa
dalam Al-Qur'an tidak hanya diletakkan dasar-
dasar peraturan kehidupan manusia dalam
hubungan ibadah dengan Tuhan-Nya dan
Tindakan dengan alam sekitarnya, tetapi juga
dinyatakan tentang ciptaan alam termasuk
manusia di dalamnya. Dan ini semua tidak lepas
dari tujuan Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya
pada manusia agar manusia bisa berpikir dan
menemukan hakekat penciptaan alam dan
dirinya sendiri.

Al Quran tidak hanya untuk sekadar di baca,
namun diperlukan pengkajian lebih dalam
mengenai segala macam isi-isinya. Di
dalamnya terdapat segala macam ilmu
pengetahuan yang bisa terus kita gali.

Segala sesuatu mengenai kehidupan di bumi
ini, telah diatur oleh Allah SWT. Kita tinggal
bertaqwa kepada Allah SWT agar diberikan
petunjuk kebenaran dalam hidup ini.

Anda mungkin juga menyukai