Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN

CEDERA KEPALA SECARA OPERATIF



ISKANDAR JAPARDI

Bagian Bedah
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara


Pendahuluan

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan
usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas
yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga
keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang belum
benar benar rujukan yang terlambat
Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala
200/100.000 penduduk pertahun. Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan
sedang hanya 3% -5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan
sisanya dirawat secara konservatif.
Pragnosa pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan
secara tepat dan cepat.
Pasien meninggal karena beberapa faktor yakni :
Prolog hipoksia dan hipotensi
Herniasi otak
Komplikasi - komplikasi sistemik
Pada salah satu studi prospektif dengan CT Scan didapat hasil :
Pada cedera kepala berat : 30% CT Scan normal dan 70% abnormal
Pada cedera kepala ringan yang pemah mengaJami pingsan: 18% CT Scan
abnormal
5% diantaranya memerlukan tindakan operasi.
Pada cedera kepala sedang : 40% CT Scan abnormal dan 8% memerlukan
tindakan operasi.
Dari traumatik kama data bank ditemukan pada studi 275 pasien dengan hematoma
supratentorial didapat: 58% SDH, 26% ICH clan 16% EDH

Operasi Cedera Kepala
Hasil segera yang ingin dicapai dari operasi adalah kembalinya pergeseran garis
tengah, kembalinya tekanan intrakranial ke dalam batas normal, kontrol pendarahan
dan mencegah perdarahan ulang.
lndikasi operasi pada cedera kepala harus mempertimbangkan hal dibawah ini :
Status neurologis
Status radiologis
Pengukuran tekanan intrakranial
Secara umum indikasi operasi pada hematoma intrakranial :
Massa hematoma kira-kira 40 cc
Masa dengan pergeseran garis tengah lebih dari 5 mm
EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah
dengan GCS 8 atau kurang.
Kontusio cerebri dengan diameter 2 cm dengan efek massa yang jelas atau
pergeseran garis tengat lebih dari 5 mm.
2004 Digitized by USU digital library
1
Pasien pasien yang menurun kesadarannya dikemudian waktu disertai
berkembangnya
tanda-tanda lokal dan peningkatan tekanan intraknial lebih dari 25 mm Hg.
lndikasi Burr hole eksplorasi dilakukan bila pemeriksaan CT Scan tidak
memungkinkan dan didapat :
Dilatasi pupil ipsilateral
Hemiparese kontralateral
Lucid interval/penurunan GCS tiba-tiba
Indikasi operasi pada fraktur depres :
Lebih dari satu tabula
Adanya defisit yang berhubungan dengan bagian otak dibawahnya
LCS leakage
Fraktur depres terbuka
Preventif growing fracture pada anak.
Dari traumatik koma data bank ditemukan pada studi 275 pasien dengan hematoma
tutorial didapat : 58% SDH, 26% ICH dan 16% EDH.

Operasi Cedera Kepala
segera yang ingin dicapai dari operasi adalah kembalinya pergeseran garis tengah,
kembalinya tekanan intrakanial ke dalam batas normal, kontrol pendarahan dan
mencegah pendarahan ulang.
Indikasi operasi pada cedera kepala harus mempertimbangkan hal dibawah ini :
Status neurologis
Status radiologis
Pengukuran tekanan intrakranial
Secara umum indikasi operasi pada hematoma intrakranial :
Massa hematoma kira-kira 40 cc
Massa dengan pergeseran garis tengah lebih dari 5 mm
IED dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran Baris tengah dengan
GCS 8 atau kurang.
Konstusio cerebri dengan diameter 2 cm dengan efek massa yang jelas atau
pergeseran garis tengah lebih dari 5 mm.
Pasien-pasien yang menurun kesadarannya dikemudian waktu disertai
berkembangnya tanda-tanda lokal dan peningkatan tekanan intraknial lebih
dari 25 mm Hg.
Indikasi BWT hole eksplorasi dilakukan bila pemeriksaan CT Scan tidak
memungkinkan dan didapat :
Dilatasi pupil ipsilateral
Hemiparese kontralateral
Lucid interval/penurunan GCS tiba-tiba.
Indikasi operasi pada faktur depres :
Lebih dari satu tabula
Adanya defisit yang berhubungan dengan bagian otak dibawahnya
LCS leakage
Fraktur depres terbuka
Preventif growing fracture pada anak.

Preparasi Pra 0perasi
Inform concernt
Cegah hipotensi, hipoksia
Periksa foto turaks dan cervikal
Dua infus line
Periksa AGD, elektrolit dan darah rutin serta cross match
2004 Digitized by USU digital library
2
Pasang kateter
Profilaksis antibiotik sebelum operasi dimulai.
ETT yang adekuat
lindungi kedua mata dari cairan dan tekanan.

TEKNIK OPERASI
1. Burr hole explorasi
Tentukan areanya : disisi pupil yang dilatasi, kontra lateral hemiparese.
Burr hole I : di temporal walaupun frakturya di lokasi yang berbeda. Bila
positif lanjutkan dengan craniotomy. Bila negatif lakukan langkah burr hole
selanjutnya.
Burr hole II : di frontal
Burr hole III : di parietal, bila negatif dilakukan disisi sebaiknya.
Ada yang menambahkan burr hole IV di fossa posterior
Incisi linier dan bila perlu dilanjutkan dengan question mark.
Bila duramater tampak tegang dan kebiruan tapi clothing belum ditemukan
sebaiknya dilakukan lebih dahulu burr hole bilateral baru dilakukan mengintip
duramater karena sering subdural tersebut hanya tipis Baja.
2. Epidural hematom :
lokasi : 50% ditemporal, 15%-20% di frontal dan sisanya di occipital, fossa
posterior dan parietal
bila ada mix lessi (hipodens clan hiperdens )curigai adanya gangguan
pembekuan darah
teknik :
a. Incisi bentuk question mark atau tapal kuda
b. Burr hole I di daerah yang paling banyak clothing biasanya di lobus
temporal, bila perlu dilanjutkan dulu kraniektomi kecil dan evakuasi
clothing untuk mengurangi tekanan, lalu dilanjutkan kraniotomi untuk
mengevakuasi massa.
c. Bila duramater tegang kebiruan lakukan intip dura dengan incisi kecil
d. Kemudian duramater dijahit clan dilakukan gantung dura
3. Subdural hematom :
lokasi paling sering di temporal dan parietal
incisi bentuk tapal kuda atau question mark
Kraniotomi seekspos mungkin dan bila ada clothing kecil dan tidak jelas
terlihat sebaiknya ditinggalkan.
duramater dibuka dan dievakuasi clothingnya.
duramater dijahit waterproof, bila swelling tidak dapat dikontrol, biarkan
terbuka dan tulang tidak dipasang dan langsung diflap.
4. Intracerebral hematom :
lokasi : 80% -90% di temporal dan frontal
kraniotomi secara prinsip sarna dengan perdarahan intrakranial lainnya
perdarahan dirawat dengan bipolar, surgicel
durameter dijahit waterproof
5. Hematoma fossa posterior
80% -100% pasien EDH fossa posterior disertai fraktur os occipitalis
bila ada EDH supra dan infra tentorial, 30% disertai hidrocefalus
incisi kulit linier/stick golf di para median atau midline
konservatif bila simptom minimal dan stabil terutama bila ada fraktur di atas
sinus



2004 Digitized by USU digital library
3
Hasil
1. EDH: bila cepat dioperasi mortality kurang dari 10%
2. SDH:
Serlig et al : operasi dalam 4 jam pertama mortality 30%
operasi setelah 4 jam mortality 90%
Hasselberger et al :
pasien koma kurang dari 2 jam mortality 47%
pasien koma lebih dari 2 jasm mortality 80%
3. ICH: mortality 27% -50%




KEPUSTAKAAN

Dwliel F.Kelly.Curtis.D.Donald P.Becker: 1996 General principles of head injury
management dalam Narayan Raj.K, James E. Wilberger Jr,
Jhon.Povlishock (ed); Neuro trauma

Daniel F.Kelly,D.L.Nikos,D.P.Becker: 1996, Diagnosis and treatmen of moderate and
severe head injuries (ed) neurological surgery, Philadelphia, USA,
W.B.Sauders and co.

G.M.Teasdale, S.Galbrath: 1989, head injuries, Rob & Smith's (ed) Operative
surgery,London.

Narayan. K. Raj: 1994, closed head injuries, Setti. S.Rengachary, Robert H. Wilkins
(ed) principles of neurosurgery, Minnesota, USA, World Publishing.

Jennet Bryan: 1997; Outcome after severe head injury, Peter Reilly, Ross Bullock
(ed)head injury, London, UK, Chapman and Hall.

Krauss F.Jess: 1993; Epidemology of head injury, Cooper R.Paul (ed) head injury,
Baltimore, USA, William & Wilkins.

Mark S.Greenberg; 1994; handbook of neurosurgery, Greenberg graphics inc.
2004 Digitized by USU digital library
4

Anda mungkin juga menyukai