Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1.Latar belakang
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi
awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar
kekebalan diatas ambang perlindungan.
Tujuan utama imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin membantu
tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap
penyakit.
1
Program imunisasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah
penyakit infeksi, hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular di
Amerika Serikat dan negara lain sejak pertengahan abad ke-20. Di Indonesia sejak
tahun 1990, cakupan imunisasi dasar telah mencapai lebih dari 90%.
2
Program
imunisasi di Indonesia mendapatkan respons yang sangat baik dari masyarakat.
Hal ini terbukti dari data Riskesdas yang menunjukkan peningkatan persentase
masyarakat yang mengikuti program imunisasi. Pada tahun 2010 53,8 % anak
mendapatkan imunisasi lengkap. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan
persentase menjadi 59,2%.
3
Laporan UNICEF yang dikeluarkan terakhir menyebutkan bahwa 27 juta
anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan
layanan imunisasi rutin. Akibatnya, penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini
diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini
mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya.
Sejak diluncurkannya Program Pengembangan Imunisasi (Expanded
Programme on Immunization) pada 1974, imunisasi telah menyelamatkan lebih
dari 20 juta jiwa pada dua dasawarsa. Bahkan ini dapat menyelamatkan lebih
banyak nyawa dan dana daripada bentuk-bentuk intervensi lainnya. Program ini
2

merupakan intervensi kesehatan dengan pembiayaan efektif. Tidak hanya jiwa
yang terselamatkan tapi juga memacu pembangunan yaitu dengan mengurangi
beban biaya kematian dan penyakit pada sebuah keluarga. Sekalipun imunisasi
telah menyelamatkan dua juta anak pada 2003, data yang terbaru menyebutkan
bahwa 1,4 juta anak meninggal karena mereka tidak divaksin. Hampir seperempat
dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak diimunisasi agar terhindar dari
penyakit anak yang umum.
Rata-rata angka imunisasi di Indonesia hanya 72 persen. Artinya, angka di
beberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal
setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat
dicegah. Misalnya tuberculosis, campak, pertussis, dipteri dan tetanus. Ini
merupakan tragedi yang mengejutkan dan tidak seharusnya terjadi. Masalah ini
mencerminkan masalah-masalah sistem dari tingkat kabupaten ke bawah.
Sekaligus juga mencerminkan perlunya pendanaan yang sesuai di tingkat nasional
untuk untuk mendukung dan mempertahankan pengawasan program imunisasi di
Indonesia. Wabah polio yang baru saja terjadi merupakan krisis kesehatan yang
berdampak global. Ini merupakan contoh yang baik mengapa beberapa program
tidak boleh dibiarkan gagal karena kurangnya dana dan kapasitas sumber daya
manusia pada pelaksanaannya, kata Dr. Gianfranco Rotigliano, Kepala
Perwakilan UNICEF di Indonesia.
4
Keberhasilan program imunisasi di Indonesia di pengaruhi oleh peran dan
pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya pendidikan, informasi, social budaya,/ekonomi, lingkungan,
pengalaman dan usia. Dimana tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi oleh
kepatuhan dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak, sehingga dapat
mempengaruhi status imunisasi pada bayi. (Mardiansyah, 2008)
Untuk menilai status imunisasi bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang
diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan
dengan lengkap.
1

3

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui tingkat pengetahuan ibu di puskesmas Pekan Labuhan mengenai
pelaksanaan imunisasi dasar.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu di puskesmas Pekan Labuhan
mengenai pelaksanaan imunisasi dasar.
.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu
tentang imunisasi mengenai :
a) Pengertian imunisasi
b) Tujuan imunisasi
c) Manfaat imunnisasi
d) Jenis imunisasi

1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman berharga dan
wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka
penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah.

b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kepada responden
mengenai pentingnya imunisasi dasar pada bayi.

c. Bagi Puskesmas Pembantu Naga Timbul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan
pelayanan imunisasi dasar pada bayi dan meningkatkan cakupan imunisasi.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
6
Pengetahuan juga merupakan
informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan.
Dari sumber yang lain, pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang
diketahui
.11
Menurut pendapat Kraiger pada dasarnya pengetahuan dapat
dibagi menjadi dua bagian yang saling berhubungan yaitu:
5


1) Theoritical Knowledge
Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto
dan misi perusahaan serta tugas dan tanggungjawab. Informasi-informasi
lainnya yang diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah,
universitas) maupun dari non formal (pengalaman-pengalaman).
6


2) Practical Knowledge
Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk
memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam
menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan
dari pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman-pengalaman yang
terjadi.
6


Terdapat beberapa proses untuk memperoleh pengetahuan.

5

a. Kesadaran, yaitu seseorang menyadari pentingnya arti pengetahuan
terlebih dahulu.
b. Merasa tertarik, yaitu mula tertariknya seseorang terhadap stimulus.
c. Menimbang-nimbang, yaitu memikirkan tentang baik dan tidaknya
suatu stimulus .
d. Mencoba, yaitu orang telah menguji perilaku baru.
e. Mengadopsi, yaitu subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan
dan kesadaran.
11


2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang
mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut
6
:

a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
6

b. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
6

c. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
6

d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponen - komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan
6

kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
6

e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
6

f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada.

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
6


a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

2.1.4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.

b) Umur
7

Makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik. Akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian
ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahna umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
d) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif atau negatif.

e) Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan
meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang misalnya radio, televii, majalah , koran dan buku.

f) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

g) Sosial Budaya
8

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


2.2. Imunisasi

2.2.1 Definisi

Imunisasi ini sering disamaartikan dengan vaksinasi. Dimana proses
vaksinasi ini merupakan suatu tindakan yang sengaja diberikan pajanan dengan
antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat
demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu mengaktivasi
limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori.
10






2.2.2 Tujuan Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu dan meghilangkan penyakit tersebut pada
sekelompok masyarakat atau menghilangkannya dari dunia.
10


2.2.3 Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi ialah untuk menurunkan morbiditas, mortalitas, dan
sequele (cacat)
.9


2.2.4 Jenis Imunisasi
9

Imunisasi dibahagi dua mengikut mekanisme pertahanan tubuh:

a) Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan
akan
terjadi sesuatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respons selular dan humoral serta menghasilkan
sel memori. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara tepat dapat
merespons terhadap jangkitan penyakit tertentu. Dalam imunisasi aktif terdapat
empat jenis kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dikelaskan seperti berikut:
2


Antigen merupakan bahagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan dan bakteria yang dimatikan.
Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.
Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen.

b) Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobin), yaitu suatu zat
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi seperti kita beri obat antibiotik kepada
pasien (A.Aziz Alimul, 2005). Imunisasi pasif adalah penyuntikkkan sejumlah
antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang mengalami kecelakaan.
Contoh lain yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibodi terhadap campak (Conon, 2004).

10

2.2.5 Macam-macam imunisasi
a) Imunisasi BCG (Basillus Calmatte Guaarin)
BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang
ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat
contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC pada millier pada seluruh
lapangan paru atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Suntikan imunisasi BCG
disuntikkan secara intradermal di daerah deltoid sesuai anjuran WHO. Efek
samping pemberian imunisasi BCG adalah tejadinya ulkus pada daerah suntikkan,
limfadenitis regionalis, dan reaksi panas. Imunisasi BCG optimal diberikan pada
umur 2 sampai 3 bulan. Dosisnya 0.05ml untuk anak umur kurang dari1 tahun.
Biasanya BCG ulangan tidak dianjurkan. Jika diberikan setelah umur 3 bulan,
perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Selain itu BCG tidak diberikan
pada anak imunokompromis seperti anak yang menghidapi AIDS (Acquired
Immune Defisiency Disease).
1


b) Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B yang tersedia adalah vaksin
rekombinan. Frekuansi pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 bulan. Waktu pemberian imunisasi
hepatitis B dapat dilihat pada jadwal pemberian imunisasi bayi Indonesia.
Imunisasi hepatis ini diberikan melalui intramuskular. Angka kejadian hepatitis B
pada anak balita juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian balita. Vaksin imunisasi hepatitis B diberikan segera setelah lahir atau
dalam 24 jam setelah lahir. Imunisasi hepatitis B dosis kedua diberikan selepas
satu bulan dari pemberian pertama. Vaksinasi ini dilakukan sedini mungkin
karena adanya risiko penularan kepada bayi dari ibunya sebesar 45 peratus.
1

c) Imunisasi DPT
11

Imunisasi DPT (diphteria, pertusis, tetanus) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan
tetanus.Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT dapat
dilihat pada Jadwal Imunisasi Bayi Indonesia. Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan dan berat. Efek
ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan
demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat
jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan syok. Upaya pencegahan
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi
karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan
anak balita
.7

Hasil penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukkan bahwa jumlah kasus
difteri rawat jalan di Indonesia selama 3 tahun paling banyak dari golongan usia
15-44 tahun (37,42%). Pasien pertusis yang dirawat inap paling banyak dari
kalangan bayi dan anak-anak (60,28% dari seluruh pasien rawat inap). Hal ini
mendukung pendapat bahwa bayi dan anak-anak merupakan golongan usia yang
rentan terhadap penyakit pertusis. Pasien tetanus yang dirawat inap paling banyak
dari golongan usia di atas 45 tahun (44,16%).

d) Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit
menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti
terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga
sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Hasil
12

penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukkan bahwa jumlah pasien campak
yang dirawat jalan paling banyak dari golongan usia 5-14 tahun (30,6peratus).
Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0.5ml secara sub-kutan dalam, pada
umur 9 bulan. Imunisasi campak dosis kedua diberikan pada school based catch-
up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program
BIAS .
10


e) Imunisasi MMR
Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang digunakan
dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles), mumps dan
campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah
virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3,
dan virus mumps. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun
karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih
ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan imunisasi campak yang
monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan)
dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan. Vaksin MMR diberikan sebanyak
0.5ml secara subkutan.
10



f) Imunisasi Polio
Virus polio yang termasuk virus RNA golangan Picornaviridae genus enterovirus
ini menyebabkan poliomyelitis dimana penyalit demam akut yang menyebabkan
kerusakan pada motor neuron pada medulla spinalis yang dapat mengakibatkan
kelumpuhan. Pada imunisasi polio terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi
virus polio-1, 2, dan 3. Yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IPV (inactivated polio
vaccine). Polio kali pertama diberi pada saat bayi baru lahir atau pad akunjungan
pertama. Dosis POLIO 2, 3, 4 diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan dosis
2 tetes OPV atau 0.5 ml secara intramuskular IPV.
10



13

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi 2011-2012 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (Satgas Imunisasi IDAI)











14




2.2.6 Efek Samping Imunisasi

Imunisasi terkadang dapat menimbulkan efek samping, tetapi hal ini
menandakan bahwa vaksin bekerja secara tepat. Efek sam ping yang dapat terjadi
antara lain;

1. Setelah bayi diberikan imunisasi BCG akan terjadi pembengkakan kecil
dan merah pada tempat suntikan selama 2 minggu. Setelah 2-3 minggu,
pembengkakan akan menjadi abses kecil dan menjadi luka. Luka akan
sembuh dengan sendiri dalam waktu 2-3 bulan dan meninggalkan luka
parut. Apabila dosis yang diberikan tinggi maka ulkus yang terbentuk juga
lebih besar dan apabila suntikan terlalu dalam maka luka parut yang akan
tertarik kedalam (retracted).

2. Setelah bayi mendapatkan imunisasi DPT anak menjadi gelisah dan
menangis terus-menerus selama bebebrapa jam pasca suntikkan. Biasanya
bayi akan demam pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT.
Biasanya demam ini akan hilang setelah 2 hari.

3. Beberapa balita pusing-pusing setelah imunisai polio serta diare ringan dan
sakit otot.

4. Setelah mendapatkan imunisasi campak kemungkinan anak akan diare,
panas, dan disertai kemerahan selama 4-10 hari setelah suntikan.

2.2.7 Kontraindikasi Imunisasi

1. Tidak memberikan imunisasi selama terjadi penyakit demam berat.
15


2. Hindari pemberian imunisasi dengan virus hidup pada anak-anak yang
mengalami ganguan sistem imun

3. Tunda imunisasi dengan virus hidup selama 3 sampai 7 bulan pada anak-
anak yang baru saja menerima kekebalan pasif melalui transfusi darah,
imunoglobulin, atau antibodi maternal.

4. Jangan berikan vaksin jika anak alergi terhadap vaksin atau setiap
bahagian dari komponen vaksin tersebut

5. Pada bayi bayi prematur diimunisasi pada usia kronologis yang sesuai
dengan berat badan.
7



















16

BAB 3
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep








Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel:
Tingkat pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di
Puskesmas Pekanlabuhan.

Definisi operasional:
Variabel Definisi
Alat
Ukur
Kategori
Skala
Pengukuran
Tingkat
Pengetahuan
Ibu terhadap
Pelaksanaan
Imunisasi
Dasar pada
Balita
Hal-hal yang
diketahui oleh
sampel
penelitian
mengenai
kuesioner
yang
dibagikan.
Kue
sioner.
- Ya (Dimengerti)
- Tidak (Tidak
Dimengerti)
Nominal.

Tingkat Pengetahuan
Ibu

Imunisasi Dasar:
1. BCG
2. DPT
3. Hepatitis B
4. Polio
5. Campak
17

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey deskriptif. Pada
penelitian ini akan dinilai tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Pekanlabuhan
mengenai pelaksanaan imunisasi dasar pada anak balita.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 April 2014 sampai dengan 10
Mei 2014. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pekanlabuhan.

4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para ibu yang bertempat tinggal di
Pekanlabuhan.

4.3.2 Sampel
Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah total sampling,
dimana setiap ibu yang datang ke Puskesmas akan dijadikan sampel lalu
dibagikan kuesioner.

4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer,
yaitu dengan menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kepada sampel
penelitian.

Adapun pengumpulan data ini menggunakan kriteria seperti:
a. Kriteria Inklusi
18

Dari kriteria inklusi, yang diambil sebagai data adalah ibu yang telah
memiliki anak balita.

b. Kriteria Eksklusi
Dari kriteria eksklusi, yang tidak diambil sebagai data adalah ibu yang
tidak memliki anak balita, ibu yang tuna grafita.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan, kemudian
diolah dengan sistem komputerisasi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi balita di
Puskesmas Pekanlabuhan.




























19

BAB 5
HASIL DAN ANALISA

5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel dari masyarakat Kecamatan Pekan Labuhan yang
datang berobat ke Puskesmas Pekan Labuhan Medan dimana masyarakat tersebut
merupakan para ibu yang memiliki anak balita.
5.1.2. Karakteristik Responden
Hasil pengumpulan data dari seluruh ibu yang telah dilakukan wawancara dalam
bentuk kuesioner di Puskesmas Pekan Labuhan Medan dapat disajikan dalam bentuk
sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Usia Anak
Usia Frekuensi Persentase
1 2 tahun 19 50.0
2 3 tahun 6 15.8
3 4 tahun 5 13.2
4 5 tahun 8 21.1
Total 38 100

Dari seluruh sampel yang didapat, dijumpai 50% usia anak responden berusia 1-2
tahun dan hanya 13% usia anak responden yang berusia 3-4 tahun.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Responden
Menurut Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
Kurang 10 26.3
Sedang 10 26.3
Baik 18 47.4
Total 38 100

Data yang didapat dari sampel di atas, dijumpai 47,4% ibu yang memiliki
tingkat pengetahuan baik, sementara tingkat pengetahuan kurang dijumpai 26,3%.
20



Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persentase
Tidak Bersekolah 3 7.9
SD 7 18.4
SLTP 14 36.8
SLTA 6 15.8
SARJANA 8 21.1
Total 38 100

Dari tabel di atas, dijumpai 36,8% ibu yang tingkat pendidikan terakhir
SLTP, sementara yang tidak bersekolah dijumpai sebanyak 7,9%.


Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Presentase Responden
Menurut Usia Ibu

Usia Ibu
Frekuensi Percent
15-20 4 10.5
21-25 7 18.4
26-30 13 34.2
31-35 7 18.4
36-40 7 18.4
Total 38 100

Dari tabel di atas, didapatkan rentang usia ibu yang terbanyak adalah usia
26-30 tahun sebanyak 34,2% dan yang paling sedikit adalah usia ibu 15-20 tahun
sebanyak 10,5%.










21

5.1.3. Analisa Data

PENDIDIKAN TERAKHIR * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN
Total

KURANG SEDANG BAIK
PENDIDIKAN TERAKHIR TIDAK BERSEKOLAH Count 3 0 0 3
% of Total 7.9% .0% .0% 7.9%
SD Count 7 0 0 7
% of Total 18.4% .0% .0% 18.4%
SLTP Count 0 6 8 14
% of Total .0% 15.8% 21.1% 36.8%
SLTA Count 0 4 2 6
% of Total .0% 10.5% 5.3% 15.8%
SARJANA Count 0 0 8 8
% of Total .0% .0% 21.1% 21.1%
Total Count 10 10 18 38
% of Total 26.3% 26.3% 47.4% 100.0%

Dari tabel di atas dijumpai 21,1% ibu yang berpendidikan terakhir SLTP dan
sarjana memiliki tingkat pengetahuan baik. Sementara 18,4% ibu yang
berpendidikan terakhir SD memiliki tingkat pengetahuan kurang.


22

umur * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN
Total

KURANG SEDANG BAIK
umur 15-20 Count 1 1 2 4
% of Total 2.6% 2.6% 5.3% 10.5%
21-25 Count 1 2 4 7
% of Total 2.6% 5.3% 10.5% 18.4%
26-30 Count 3 6 4 13
% of Total 7.9% 15.8% 10.5% 34.2%
31-35 Count 2 1 4 7
% of Total 5.3% 2.6% 10.5% 18.4%
36-40 Count 3 0 4 7
% of Total 7.9% .0% 10.5% 18.4%
Total Count 10 10 18 38
% of Total 26.3% 26.3% 47.4% 100.0%

Dari tabel di atas, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik tersebar pada
hampir seluruh rentang usia, sementara tingkat pengetahuan kurang paling banyak
ditemukan pada rentang usia 26-30 tahun dan 36-40 tahun.

5.2. Pembahasan
Hasil pengumpulan data dari seluruh ibu yang telah dilakukan wawancara dalam
bentuk kuesioner di Puskesmas Pekan Labuhan Medan meliputi distribusi Frekuensi
dan persentase responden menurut usia anak, tingkat pengetahuan ibu, pendidikan
terakhir ibu, dan menurut usia ibu.
Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut usia anak dijumpai 50% usia
anak responden berusia 1-2 tahun dan hanya 13% usia anak responden yang
berusia 3-4 tahun, (tabel 5.1). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
lebih banyak ibu yang membawa anaknya untuk melakukan imunisasi tepat
pada waktunya yaitu umur 1-2 tahun.
Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut tingkat pengetahuan ibu
dijumpai 47,4% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sementara tingkat
pengetahuan kurang dijumpai 26,3% (tabel 5.2). Menurut Notoatmodjo,
pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu serta kemampuan untuk mengingat
suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan. Dapat
disimpulkan dari data yang didapat bahwa lebih banyak ibu yang memiliki tingkat
23

pengetahuan lebih baik (47,4 %) dengan dapat menyebutkan, menguraikan, dan
mengatakan pengetahuan tentang 5 imunisasi dasar.
Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut pendidikan terakhir ibu,
dijumpai 36,8% ibu yang tingkat pendidikan terakhir SLTP, sementara yang tidak
bersekolah dijumpai sebanyak 7,9% (tabel 5.3). Pendidikan dapat memperluas
wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah ( Notoatmodjo, 2007). Namun dari
data yang didapat lebih banyak pendidikan terakhir ibu adalah SLTP (36,8 %) sedangkan
pendidikan sarjan adalah 21,1 %.
Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut rentang usia ibu yang
terbanyak adalah usia 26-30 tahun sebanyak 34,2% dan yang paling sedikit adalah
usia ibu 15-20 tahun sebanyak 10,5%. Menurut notoatmodjo, makin tua umur
seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh
umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan atau mengingat
suatu pengetahuan akan berkurang. Dari data yang didapat rentang usia tertinggi adalah
21 25 tahun, 31 35 tahun dan 36 40 tahun sebesar 18, 4 %. Ibu-ibu dengan usia
yang lebih tua memiliki tingkat pengetahuan lebih baik yang dapat dikarenakan
beberapa faktor yaitu proses perkembangan mental, pengetahuan yang didapat serta
pengalaman yang sudah dialami oleh sang ibu. Dijumpai juga pada umur 21 25 tahun
memiliki tingkat pengetahuan yang baik yang dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu,
masih tingginya rasa ingin tahu ibu tentang imunisasi dasar dan pada rentang umur
tersebut masih memiliki daya ingat yang sangat baik.

24

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
6.1.1.
Distribusi frekuensi dan persentase responden menurut usia anak dijumpai 50% usia
anak responden berusia 1-2 tahun dan hanya 13% usia anak responden yang
berusia 3-4 tahun.
6.1.2.
Distribusi frekuensi dan presentase responden menurut tingkat pengetahuan ,
dijumpai 47,4% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sementara tingkat
pengetahuan sedang dan kurang dijumpai 26,3%.

6.1.3.
Distribusi frekuensi dan presentase responden menurut pendidikan terakhir
dijumpai 36,8% ibu yang tingkat pendidikan terakhir SLTP, sementara yang tidak
bersekolah dijumpai sebanyak 7,9%.

6.1.4
Distribusi frekuensi dan presentase responden menurut usia ibu yang terbanyak
adalah usia 26-30 tahun sebanyak 34,2% dan yang paling sedikit adalah usia ibu
15-20 tahun sebanyak 10,5%.

6.2. Saran
6.2.1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah jumlah sampel
untuk melihat lebih banyak tingkat pengetahuan ibu tentang 5 imunisasi dasar.
6.2.2. Untuk pembaca, perlu disadari pentingnya memiliki pengetahuan tentang
imunisasi bukan hanya untuk ibu si anak, namun juga untuk anggota keluarga
terdekat.

25


GELAAAP KITAAAA!! KIMAK PARI SHITTT
26



DAFTAR PUSTAKA



1. Depkes RI. 2009. Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasipada Di
UPK Swasta. Jakarta.

2. Ranuh. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia.

3. Riskesdas, 2013. Hasil Riset Kesehatan dasar Tahun 2013. Jakarta:Balai
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

4. UNICEF, 2005.Laporan UNICEF tentang Himbauan untuk
Menyelamatkan Anak - Anak Melalui Imunisasi. Available from:
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_3175.html
5. Achmad UF. (2006). Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta : Penerbit buku
Kompas

6. Gupta S. (2004). Child care everything you wanted to know. India:
Sterling Publishers (p) Ltd

7. Riyadi S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

8. Hidayat AA. (2006). Penghantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Penerbit buku selemba mediaka.


9. Nelson WE. (1996). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.

27

10. Notoadmojo S. (2003). Ilmu pengetahuan Masyarakat dan Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.


11. Muscari ME. (2001).Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC

12. Panjaitan dan Metawati P.(2010). Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pada
Balita Di klinik Nurkalama Tembing. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19172 . Diakses April 2014.

13. Suryanah D. (1996). Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC

14. Satgas Imunisasi IDAI. (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia.
Indonesia: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

15. Sastroasmoro S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta:
Sagung Seto.

16. Tesis: Ali, M. (2003). Pengetahuan, sikap dan perlaku Ibu Bekerja dan Ibu
tidak bekerja tentang Imunisasi. Medan :Perpustakaan USU

17. WHO. (2011). WHO and UNICEF estimated of immunization coverage.
Diunduh dari:
http://search.who.int/search?q:imunization+indonesian&output=xmlno_dt
d&oe=wtf8&gotfields=doctryene . Diakses April 2014

18. Data Statistik Indonesia. (2013). Rata-rata Umur Perkawinan Perempuan
menurut Daerah dan provinci singulate Mean Age at Marriage (SMAM) of
female by Area and Province. Diunduh dari :
28

http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?option=com_tabel
&task=&Itemid=168. Diakses April 2014

19. Thaib TM, Darussalam D, Yusuf S, Andid R. (2013). Cakupan Imunisasi
Dasar Anak Usia 1-5 tahun dan Beberapa Faktor yang berhubungan di
Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh. Diunduh
dari: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-5-3.pdf. Diakses April 2014
20. Cornella A, Santosa U, Pari B. (2011). Gambaran Karekteristik Ibu
Mengenai Pengetahuan Imunisasi Dasar Di Desa Karangsari Kecamatan
Binong Kabupaten Sabang. Diunduh dari:
http://www.jurnalpendidikanbidan.com/arsip/35-januari-2013/82-
gambaran-karakteristik-ibu-mengenai-pengetahuan-imunisasi-dasar-di-
desa-karangsari-kecamatan-binong-kabupaten-subang.html. Diakses April
2014

21. BKKBN. (2010). Profil hasil pendataan keluarga tahun. 2010. Diakses
dari: www.bkkbn.go.id/.../profil%20pendataan%20keluarga%20tahun.
Diakses April 2014

Anda mungkin juga menyukai