DI KALIMANTAN TIMUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN BIOFUEL S. Ritung dan Sunaryo Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian ABSTRAK Salah satu tantangan dalam mewujudkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK), khususnya di sektor pertanian, adalah penciutan dan degradasi sumberdaya lahan dan air. Sementara, peningkatan produktivitas dan optimalisasi sumberdaya lahan pertanian yang ada saat ini tidak mampu mengimbangi kebutuhan terhadap produk pertanian yang terus meningkat. Sejak lebih dari 15 tahun terakhir terdapat lebih dari 8,77 juta ha lahan sudah dilepas dari kawasan hutan untuk dijadikan kawasan atau lahan pertanian dengan berbagai status hukum dan kepemilikan. Namun masih banyak lahan tersebut yang tidak aktif dalam pengertian belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk pertanian sehingga tidak produktif atau ditelantarkan. Kegiatan ini bertujuan untuk : (i) Melakukan identifikasi dan evaluasi potensi lahan, menyusun peta kesesuaian lahan dan rekomendasi untuk pengembangan komoditas pertanian mendukung ketahanan pangan dan pengembangan biofuel pada lahan terlantar di Kalimantan Timur, skala 1:50.000 seluas 75.000 ha. Penelitian dilakukan secara desk study dan survei lapangan. Survei lapangan dilakukan setelah peta interpretasi sudah disusun sebagai dasar dalam penentuan lokasi pengamatan. Teknologi Sistem Informasi Geografi (GIS) digunakan dalam pembuatan dan penyusunan peta-peta. Jenis tanah dominan di ketiga lokasi tersebut adalah Ultisols dan Inceptisols, dengan sifat-sifat umumnya berdrainase baik, tekstur tergolong sedang sampai halus dan reaksi tanah (pH) masam. Secara umum berdasarkan kondisi iklim, topografi dan karakteristik tanah, potensi lahan di ketiga lokasi umumnya cukup sesuai untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit dan karet, dan sebagian kecil cukup sesuai untuk tanaman pangan semusim. Arahan pengembangan lahan untuk pertanian adalah: (a) Potensi perluasan areal pertanian di lokasi PT. Niaga Mas Gemilang dan sekitarnya di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 12.078 ha atau 64,14% dari luas total (18.831 ha), terdiri dari potensi perluasan tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai) seluas + 3.069 ha (16,30%) dan tanaman tahunan (kelapa sawit, tebu) mendukung pengembangan biofuel seluas + 9.009 ha (47,84%); (b) Di lokasi PT. Bahtera Bahagia dan sekitarnya, Kecamatan Kota Bangun potensi untuk pengembangan pertanian didominasi tanaman tahunan +16.635 ha atau 75,12% dari luas total (22.148 ha), terdiri dari potensi perluasan tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai) seluas + 2.176 ha (9,82%) dan tanaman tahunan (kelapa sawit, tebu) mendukung pengembangan biofuel seluas + 14.460 ha (65,29%); dan (c) S. Ritung dan Sunaryo
244 Potensi perluasan pertanian di lokasi PT. Sumber Sawit Mitra Jaya dan sekitarnya di Kecamatan Mook Manaar Bulatn dan Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat adalah + 32.790 ha atau 74,37% dari luas total (44.093 ha), terdiri dari potensi perluasan tanaman pangan (seluas + 7.493 ha (16,99%), tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan seluas + 13.345 ha (30,27%), dan tanaman tahunan mendukung pengembangan biofuel seluas + 11.953 ha (27,11%). PENDAHULUAN Salah satu tantangan dalam mewujudkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK), khususnya di sektor pertanian, adalah penciutan dan degradasi sumberdaya lahan dan air. Sementara peningkatan produktivitas dan optimalisasi sumberdaya lahan pertanian yang ada saat ini tidak mampu mengimbangi kebutuhan terhadap produk pertanian yang terus meningkat. Pembangunan pertanian sebagai sektor yang sangat strategis dalam perekonomian nasional dituntut untuk selalu dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan pangan maupun bioenergi, melalui peningkatan produksi berbagai komoditas pertanian, baik pangan maupun komoditas industri. Peningkatan tersebut dapat ditempuh melalui intensifikasi maupun perluasan areal pertanian (ekstensifikasi). Lahan atau tanah terlantar menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah tanah yang sudah diberi hak oleh Negara berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya. Menurut Departemen Kehutanan (2007), terdapat seluas 77,8 juta ha lahan terlantar dalam berbagai kategori kritis. Sekitar 26,8 juta ha dari lahan tersebut berada di luar kawasan hutan, 13,6 juta ha di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung, dan 37,3 juta ha di kawasan hutan produksi dan hutan konversi yang pada umumnya adalah kawasan HPH atau bekas kawasan HPH yang diterlantarkan. Sejak lebih dari 15 tahun terakhir terdapat lebih dari 8,77 juta ha lahan sudah dilepas dari kawasan hutan untuk dijadikan kawasan atau lahan pertanian dengan berbagai status hukum dan kepemilikan (Departemen Kehutanan, 2007). Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
245 Namun masih banyak lahan tersebut yang tidak aktif dalam pengertian belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk pertanian sehingga tidak produktif. Menurut data dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur bulan Mei tahun 2009, lahan yang dialokasikan untuk perkebunan baik yang telah memiliki ijin usaha perkebunan terdapat 293 lokasi atau seluas + 3.468.152 ha, sedangkan yang telah memiliki status HGU sebanyak 59 lokasi atau seluas + 573.853 ha. Di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat 51 lokasi yang telah mendapat ijin usaha perkebunan dengan luas +788.797 ha. Di Kutai Barat sebanyak 37 lokasi dengan luas +509.079 ha. Namun masih banyak dari lokasi tersebut belum diusahakan, sehingga terkesan seperti lahan terlantar atau lahan tidur. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2009 dilakukan identifikasi potensi lahan terlantar di 3 lokasi seluas + 75.000 ha di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi, evaluasi potensi lahan dan menyusun arahan pengembangan komoditas pertanian mendukung ketahanan pangan dan pengembangan biofuel pada lahan terlantar di Kalimantan Timur, skala 1:50.000 seluas 75.000 ha. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: peta tanah/satuan lahan skala 1:250.000, lokasi terpilih di Kalimantan, peta iklim atau Zone Agroklimat lokasi terpilih di Kalimantan, peta digital penggunaan lahan skala 1:250.000 dari BPN, peta lokasi lahan terlantar dari Depertemen Kehutanan dan Ditjen Perkebunan atau Pemda Kalimantan Timur, peta dasar digital dan peta rupabumi skala 1:50.000 terbitan Bakosurtanal 1999-2002, dan citra satelit landsat TM rekaman tahun 2007 dan 2008. Selain bahan-bahan tersebut, juga digunakan beberapa peralatan untuk pelaksanaan penelitian adalah: bor tanah tipe Belgia dan bor gambut, buku Munsell Soil Color Chart, kompas, alat GPS (Global Positioning System ) untuk menentukan posisi koordinat, dan abney level, pH-Truogh untuk penetapan pH tanah kondisi lapang, komputer PC dan laptop dengan program ArcView dan Ermapper untuk pengolahan data. S. Ritung dan Sunaryo
246 Metode Penelitian Lingkup kegiatan Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kaltim untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Biofuel seluas 75.000 ha meliputi: (a) Penyusunan peta tanah/satuan lahan skala 1:50.000, (b) identifikasi penggunaan lahan/vegetasi penutup (present landuse) melalui analisis citra satelit, (c) evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman pangan dan tanaman tahunan sumber biofuel, dan (d) penyusunan peta arahan pengembangan pertanian mendukung ketahanan pangan dan pengembangan biofuel. Identifikasi dan pemetaan lahan terlantar yang potensial untuk pengembangan pertanian dilakukan melalui pendekatan desk study dan verifikasi/survei lapangan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yakni : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pelaporan. Tahap persiapan dilakukan melalui penentuan lokasi penelitian berdasarkan data dari instansi terkait (Dephut, Ditjenbun, BPN, dll), studi pustaka, pengumpulan dan pengadaan peta-peta dan citra satelit, serta pembuatan peta dasar. Tahap pelaksanaan meliputi penyusunan peta satuan lahan skala 1:50.000 (peta interpretasi), analisis citra satelit untuk pembuatan peta penggunaan lahan saat ini (present landuse), pengamatan lapangan, analisis contoh tanah di laboratorium, penyusunan database sumberdaya lahan dan digitasi peta-peta, evaluasi kesesuaian lahan, penyusunan peta arahan pengembangan lahan untuk komoditas pertanian mendukung ketahanan pangan dan bio-energi, skala 1:50.000. Tahap pelaporan meliputi penyusunan laporan kemajuan, laporan draft final dan laporan akhir penelitian, serta perbanyakan laporan dan peta-peta. Analisis satuan lahan interpretasi menggunakan data citra landsat TM, citra radar (SRTM) atau peta topografi dan peta geologi. Klasifikasi landform dan relief mengacu pada Laporan Teknis LREPP II No.5 (Marsoedi et al,. 1997). Analisis data citra satelit secara manual dan digital dilakukan untuk mengetahui penyebaran dan luas keadaan penggunaan lahan saat ini dalam rangka menentukan lahan potensial dan tersedia untuk pengembangan pertanian. Peta satuan lahan dan penggunaan lahan hasil interpretasi tersebut digunakan dalam pelaksanaan survei lapangan. Evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman dilakukan terhadap peta satuan lahan/tanah skala 1:50.000, dengan cara mencocokkan (matching) antara karakteristik lahan (land characteristics) dan persyaratan tumbuh tanaman (crops requirements) diproses melalui program ALES (Automated Land Evaluation System) versi 4.5 (Rossiter and van Wambeke, 1997). Kriteria Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
247 persyaratan tumbuh tanaman mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Djaenudin et. al., 2003), CSR/FAO Staff (1983), Anonim (1986), beberapa referensi lainnya. Penyusunan peta arahan pengembangan komoditas pertanian (ekstensifikasi maupun intensifikasi) dilakukan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan keadaan penggunaan lahan saat ini, RTRW Kabupaten, status lahan atau ijin penggunaan lahan dari pemda, komoditas prioritas dan komoditas unggulan daerah. Lahan-lahan yang telah digunakan dan bersifat permanen misalnya perkebunan akan dipertahankan selama kelas kesesuaiannya termasuk sesuai dan tidak membahayakan keadaan lingkungan. Hasil penelitian berupa database sumberdaya lahan dan peta-peta seperti tersebut akan disajikan dalam bentuk data digital (format GIS) dan tercetak. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan antara lain informasi dan saran dari Kantor Dinas Perkebunan (Disbun) tingkat I Provinsi Kalimantan Timur dan Disbun daerah tingkat II Kabupaten Kutai Kartanegara. Selain berdasarkan informasi dan saran tersebut, pemilihan lokasi penelitian juga mempertimbangkan ada tidaknya sarana jalan untuk menjangkau daerah tersebut. Berdasarkan pertimbangan berbagai aspek tersebut, lokasi penelitian yang dipilih dalam kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) blok lokasi yaitu: (1) lokasi PT Niaga Mas Gemilang dan sekitarnya, Kecamatan Loa Kulu seluas +18.832 hektar, dan (2) lokasi PT. Bahtera Bahagia dan sekitarnya, Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) seluas +22.148 hektar, dan (3) lokasi PT. Sumber Sawit Mitra J aya dan sekitarnya, Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dan Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kukar seluas +44.091 hektar. Iklim Keadaan iklim khususnya curah hujan berdasarkan peta wilayah curah hujan P. Kalimantan (Balitklimat, 2003), Kabupaten Kutai Kartanegara S. Ritung dan Sunaryo
248 mempunyai pola curah hujan IIIA dan IIIC (Tabel 1). Wilayah Kecamatan Loa Kulu dan Muara Muntai mempunyai pola IIIA. Sedangkan Kecamatan Kota Bangun dan Tenggarong mempunyai pola IIIC. Tabel 1. Pola curah hujan daerah penelitian Kabupaten Kutai Kartanegara Curah Hujan POLA CH <100 CH 100 - 150 CH 150 - 200 CH >200 Tahunan (Mm) .............................. mm/bln .............................. IIIA <6 <4 <5 <6 2000 - 3000 IIIB <4 <4 <5 5 - 6 IIIC <4 <4 <5 6 - 8 Sumber: Peta Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia (Balitklimat, 2003). Keadaan curah hujan di daerah penelitian Kabupaten Kutai Kartanegara dari 4 kecamatan, yakni di Kecamatan Loa Kulu, Muara Muntai, Kota Bangun dan Tenggarong (Tabel 2), menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata tahunan berkisar dari 1.911 2.275 mm. Curah hujan terendah di Kecamatan Loa Kulu, sedangkan tertinggi di Kecamatan Kota Bangun. Berdasarkan kriteria Oldeman (1975), data curah hujan dari keempat kecamatan tersebut menunjukkan zone Agroklimat yang bervariasi yaitu B1, B2 dan C1. Lokasi penelitian Loa Kulu dan Kota Bangun semuanya termasuk kedalam zona agroklimat B1. Berdasarkan pola curah hujan dan data curah hujan di 4 stasiun pengamat iklim menunjukkan bahwa keadaan iklim khususnya curah hujan di daerah penelitian masih tergolong cukup baik untuk pertumbuhan berbagai komoditas pertanian Tabel 2. Curah hujan rata-rata tahunan di daerah penelitian Stasiun J an Feb Mar Apr Mei J un J ul Ags Sep Okt Nov Des Total Zona Agroklimat
mm
Loa Kulu 230 103 161 236 186 226 171 0 173 120 202 104 1.911 B1 Ma Muntai 332 172 239 238 278 133 118 61 55 182 174 237 2.218 C1 Kota Bangun 189 221 358 280 243 121 61 72 33 240 243 216 2.275 B2 Tenggarong 234 201 214 214 263 182 117 84 86 132 218 262 2.206 B1 Geologi dan Bahan Induk Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda Kalimantan Skala 1:250.000 (Puslitbang Geologi, 1995), daerah penelitian (I dan II) di wilayah Kabupaten Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
249 Kutai Kartanegara terdiri dari tiga formasi utama yaitu formasi Balikpapan (Tmbp), formasi Pulau Bolang (Tmpb), formasi Pamaluan (Tomp) dan formasi alluvium (Qa). Ketiga formasi pertama termasuk berumur tua yaitu tua, terdiri dari batuan sedimen masam (batupasir, batuliat dan batulanau). Sedangkan di daerah Kutai Barat, juga terdapat formasi Meragoh (Tmm), Lava, diabas, tuf, breksi gunung api, dan aglomerat. Formasi Aluvium (Qa), Lumpur, lempung, pasir, setempat kerikil rijang, kuarsa dan basal pasir di beberapa tempat berlapis semu. Landform dan Bentuk Wilayah Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat, yang ditunjang dengan data radar (SRTM), peta geologi dan pengamatan di lapangan, daerah penelitian terdiri dari 2 grup landform utama, yaitu: Grup Tektonik/Struktural, dan Grup Aluvial. Grup Tektonik/Struktural (Tectonic and Structural) adalah landform yang terbentuk sebagai akibat proses tektonik berupa angkatan, lipatan dan atau patahan. Landform daerah penelitian dibedakan berdasarkan relief menjadi dataran tektonik/struktural dengan bentuk wilayah datar (T.11.1), dataran tektonik struktural berombak (T.11.2), dataran tektonik bergelombang berbukit kecil (T.11.3), perbukitan paralel lipatan (T.9.2), perbukitan tektonik (T.12.1), dan landform lipatan (T.8). Grup Aluvial adalah landform yang terbentuk dari bahan endapan melalui proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan keduanya. Di daerah penelitian berupa dataran pelembahan/ dataran antar perbukitan (A.2.3), jalur aliran (A.1.5), dan rawa belakang (A.1.1.2.2), bentuk wilayah umumnya datar. Penggunan Lahan Penggunaan lahan di daerah penelitian dihasilkan berdasarkan interpretasi data citra satelit landsat TM tahun 2007 dan 2008 dan hasil pengamatan lapangan. J enis penggunaan lahan yang terdapat di lokasi PT. Niagamas Gemilang dan sekitarnya di dominasi oleh hutan dan belukar 69% dari luas total (18.832 ha), sisanya berupa kebun campuran dan pemukiman, areal persawahan dan sedikit kawasan tambang batubara dan HTI. Penggunaan lahan di lokasi PT. S. Ritung dan Sunaryo
250 Bahtera Bahagia dan sekitarnya di dominasi oleh hutan dan belukar 72,7% dari luas total (22.148 ha), sisanya berupa kebun campuran dan pemukiman, serta sedikit rumput rawa dan semak, sawah, kebun sawit dan karet, dan HTI. Sedangkan lokasi PT. Sumber Sawit Mitra J aya dan sekitarnya penggunaan lahan hutan dan belukar sangat dominan yaitu 94,7% dari luas total (44.091 ha), sisanya berupa kebun karet, kebun sawit, pemukiman dan badan air. Keadaan Tanah Klasifikasi tanah yang dijumpai di daerah survei menurut sistem Taksonomi Tanah (USDA, 2003) terdiri dari 6 Ordo Tanah yang menurunkan 14 Grup dan 16 Subgrup Tanah. J enis atau ordo tanah utama adalah Ultisols dan Inceptisols, dan sedikit Entisols, Histosols, Spodosols dan Oxisols. J enis tanah tersebut sebagian besar berkembang dari bahan induk batuan sedimen tersier (batupasir dan batuliat) dan volkan tua (andesit-basalt), sebagian kecil dari endapan sungai (aluvium). Evaluasi Lahan Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan pencocokan antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasi kesesuaian lahan dilakukan menggunakan program ALES (Automated Land Evaluation System) yang diolah secara komputer. Tanaman yang dinilai terdiri dari 3 kelompok, yaitu: (a) Kelompok tanaman pangan, (b) Kelompok tanaman tahunan/ perkebunan, dan (c) Kelompok tanaman buah-buahan. Kelompok tanaman pangan terdiri dari 7 komoditas, yaitu: padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, kedelai, ubikayu, dan ubi jalar. Kelompok tanaman tahunan terdiri dari 6 komoditas, yaitu: karet, kelapa sawit, kopi, kakao, lada, kelapa, dan kelompok tanaman buah-buahan tahunan terdiri dari: duku, durian, nangka, rambutan, pisang, dan melinjo. Hasil penilaian kesesuaian lahan menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di ketiga lokasi penelitian mempunyai kelas kesesuaian lahan tergolong cukup sesuai (S2) untuk tanaman tahunan, sedangkan untuk tanaman pangan atau semusim umumnya tergolong sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Faktor pembatas utama adalah tekstur kasar (berpasir-pasir) di lokasi Kutai Barat, lereng dan retensi hara untuk semua lokasi.
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
251 Rekomendasi Arahan Pengembangan Rekomendasi arahan pengembangan disusun berdasarkan kesesuaian lahan, penggunaan lahan, status kehutanan, dan rencana tata ruang daerah kabupaten. Hasil penyusunan tersebut disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 3. Arahan pengembangan komoditas pertanian pada lahan terlantar di daerah Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur Simbol Arahan Komoditas Luas Ha % PS/TP Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang 1.749 7,90 PS/TT3 Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang 427 1,93 TT1 Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang 10.316 46,58 TT1/TP Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang/Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai 529 2,39 TT2 Karet, kelapa sawit, kakao, 3.614 16,32 KH Agroforestry 502 2,27 Sw Sawah eksisting 669 3,02 Ks Kebun kelapa sawit eksisting 537 2,42 Kc Kebun campuran eksisting 3.442 15,54 HTI Hutan Tanaman Industri eksisting 321 1,45 X3 Badan air 43 0,19 TOTAL 22.148 100,00 Potensi perluasan pertanian di lokasi ini adalah 16.635 ha atau 75,11% dari luas total (22.148 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun sawit, karet dan kebun campuran sekitar 4.968 ha (22,43% dari luas total). Lahan yang disarankan untuk agroforestry 502 ha (2,27%). S. Ritung dan Sunaryo
252 Tabel 4. Arahan pengembangan komoditas pertanian pada lahan terlantar di daerah Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur Siambol Arahan Komoditas Luas Ha % PS/TP Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang 1.956 10,39 PS/TT3 Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang 1.113 5,91 TT1 Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang 4.123 21,89 TT2 Karet, kelapa sawit, kakao, 4.886 25,95 KH Agroforesrty 1.232 6,54 Sw Sawah eksisting 1.556 8,26 Kr Kebun karet eksisting 137 0,73 Kc Kebun campuran eksisting 3.475 18,45 HTI Hutan Tanaman Industri eksisting 130 0,69 Ti Kawasan Tambang 223 1,19 TOTAL 18.831 100,00 Potensi perluasan pertanian di lokasi ini adalah 12.078 ha atau 64,14% dari luas total (18.831 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun karet, kebun campuran dan HTI sekitar 5.298 ha (28,13% dari luas total). Lahan yang disarankan untuk agroforestry 1.232 ha (6,54%). J uga terdapat kawasan pertambangan batubara seluas 223 ha.
SIMBOL ARAHAN KOMODI TAS Ha % LUAS LEGENDA PS/TP PS/TT3 TT1 TT1/TP TT2 KH Sw Ks Kc HTI X3 1.749 427 10.316 529 3.614 502 669 537 3.442 321 43 7,90 1,93 46,58 2,39 16,32 2,27 3,02 2,42 15,54 1,45 0,19 T o t a l 100,00 22.148 Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang/ Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai Karet, kelapa sawit, kakao, Agroforestry Sawah eksisting Kebun kelapasawit eksisting Kebun campuran eksisting Hutan Tanaman I ndustri eksisting Badan air Dipetakan Oleh : Sofyan Ritung dan Sunaryo Aplikasi GI S : Sunaryo Disain dan TataLetak Peta : Fitri Widiastuti Kutai Malinau Berau Kutai Barat Kutai Timur Pasir Nunukan Bulongan PenajamPaser Utara Kodya Bontang Kodya Samarinda Kodya Tarakan 11 11 33 115 115 117 117 119 119 PETALOKASI PETASITUASI M A L A Y S I A KalimantanTimur KalimantanBarat KalimantanTengah KalimantanSelatan 33 00 33 66 111 111 114 114 117 117 KOTABANGUN # # # # # # # # # # # S.M ahakam Loleng Kota Bangun Kedang Ipil Kedang Murung Sarinadi / SP 5 S. Kedang Dalam Wonosari / SP 7 Suka Bumi / SP 6 Sumbersari / SP 4 Simpangtiga SP 6 Bangun Rejo / SP 1 TT1 Kc TT2 Ks Sw KH HTI PS/ TP PS/ TT3 TT1/ TP X3 Kc TT2 TT2 TT1 Kc TT2 TT1 TT1 Kc Kc TT1/ TP TT1 TT1 TT1 TT1 TT1/ TP PS/ TP PS/ TP TT2 TT1 PS/ TP TT2 Kc TT1 TT1 025'00" 025'00" 022'30" 022'30" 020'00" 020'00" 017'30" 017'30" 015'00" 015'00" 11635' 00" 11635' 00" 11637' 30" 11637' 30" 11640' 00" 11640' 00" 11642' 30" 11642' 30" 11645' 00" 11645' 00" Proyeksi : Universal Transverse Mercator SistemGrid : Grid Geografi Zona : 50 S Badan air Jalan LEGENDAUMUM Batas Rekomendasi Sungai PS/TP # Pemukiman PETAARAHANPENGEMBANGANKOMODITASPERTANIAN PADALAHANTERLANTARDI DAERAH KECAMATANKOTABANGUN KAB. KUTAI BARAT - PROVINSI KALIMANTANTIMUR 2009 2 0 2 4 Kilometers SKALA1:100.000 S U T B Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
253
Tabel 5. Arahan pengembangan komoditas pertanian pada lahan terlantar di daerah Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat dan Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur Saimbol Arahan Komoditas Luas Ha % PS Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang 5.072 11,50 PS/TT3 Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang 2.420 5,49 TP/TT1 Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang 13.345 30,27 TT1 Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang 8.862 20,10 TT2 Karet, kelapa sawit, kakao, 3.091 7,01 Kr Kebun karet eksisting 718 1,63 Ks Kebun kelapa sawit eksisting 494 1,12 TD/TP Tidak direkomendasi atau terbatas tanaman sayuran daun dan nenas dengan penambahan bahan organik 8.943 20,28 X1 Pemukiman 119 0,27 X.3 Badan air 1.028 2,33 TOTAL 44.093 100,00 SIMBOL ARAHAN KOMODI TAS Ha % LUAS LEGENDAPENGGUNAANLAHAN PS/TP PS/TT3 TT1 TT2 KH Sw Kr Kc HTI Ti 1.956 1.113 4.123 4.886 1.232 1.556 137 3.475 130 223 10,39 5,91 21,89 25,95 6,54 8,26 0,73 18,45 0,69 1,19 T o t a l 100,00 18.832 Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang Karet, kelapasawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang Karet, kelapasawit, kakao, Agroforesrty Sawah eksisting Kebun karet eksisting Kebun campuran eksisting Hutan Tanaman I ndustri eksisting Kawasan Tambang Dipetakan Oleh : Sofyan Ritung dan Sunaryo Aplikasi GI S : Sunaryo Disain dan TataLetak Peta : Fitri Widiastuti PETAARAHANPENGEMBANGANKOMODITASPERTANIAN PADALAHANTERLANTARDI DAERAH KECAMATANLOAKULU- KABUPATENKUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTANTIMUR 2009 2 0 2 4 Kilometers SKALA1:100.000 S U T B # # # # # Lembonang Jonggon Jaya Jonggon Desa Sungai Payang Margahayu/ Jonggon A S.J embayan S Kc TT2 TT1 KH PS/ TT3 Ti PS/ TP Kr HTI TT2 KH KH TT2 PS/ TP Kc TT2 TT2 PS/ TP TT2 Kc TT1 PS/ TP S Kc TT2 TT1 S TT1 TT1 Ti PS/ TP TT2 TT2 Kc PS/ TT3 PS/ TP TT2 TT2 PS/ TP KH TT1 Kc Kc TT1 Proyeksi : Universal Transverse Mercator SistemGrid : Grid Geografi Zona : 50 S 040'00" 04 0'00" 03 7'30" 037'30" 035'00" 035'00" 032'30" 03 2'3 0" 030'00" 030'00" 11645' 00" 11645' 00" 11647' 30" 11647' 30" 11650' 00" 11650' 00" 11652' 30" 11652' 30" 11655' 00" 11655' 00" Badan air Jalan LEGENDAUMUM BatasRekomendasi Sungai PS/TP # Pemukiman Kutai Malinau Berau Kutai Barat Kutai Timur Pasir Nunukan Bulongan PenajamPaser Utara Kodya Bontang Kodya Samarinda Kodya Tarakan 11 11 33 115 115 117 117 119 119 LOAKULU PETALOKASI PETASI TUASI M A L A Y S I A KalimantanTimur KalimantanBarat KalimantanTengah KalimantanSelatan 33 00 33 66 111 111 114 114 117 117 S. Ritung dan Sunaryo
254 Potensi perluasan pertanian di lokasi ini adalah 32.791 ha atau 74,37% dari luas total (44.093 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk kebun karet dan kelapa sawit sekitar 1.212 ha (2,75% dari luas total). Lahan yang tidak disarankan untuk pertanian karena bertekstur kasar (pasir) dan yang sudah digunakan untuk pemukiman 10.089 ha (22,88%).
KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan dan saran yang dapat dikemukakan dari hasil kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian identifikasi lahan terlantar terletak pada 3 (tiga) blok lokasi yaitu: (1) lokasi PT Niaga Mas Gemilang dan sekitarnya, Kecamatan Loa Kulu seluas +18.832 ha, dan (2) lokasi Bahtera Bahagia dan sekitarnya, Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara seluas +22.148 ha dan (3) lokasi PT. Sumber Sawit Mitra J aya dan sekitarnya, Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dan Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kukar seluas + 44.091 ha. Ketiga lokasi tersebut merupakan lahan yang telah diberi perijinan untuk usaha perkebunan kelapa sawit, namun belum diusahakan. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang ada dan belum memiliki status HGU. SIMBOL ARAHAN KOMODI TAS Ha % LUAS LEGENDA PS PS/TT3 TP/TT1 TT1 TT2 Kr Ks TD/TP X1 X.3 5.072 2.420 13.345 8.862 3.091 718 494 8.943 119 1.028 11,50 5,49 30,27 20,10 7,01 1,63 1,12 20,28 0,27 2,33 T o t a l 100,00 44.093 Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang Karet, kelapa sawit, kakao, Kebun karet eksisting Kebun kelapa sawit eksisting Tidak direkomendasi atau terbatas tanaman sayuran daun dan nenas dengan penambahan bahan organik Pemukiman Badan air Dipetakan Oleh : Sofyan Ritung, Dede Sudrajat dan Wawan Gunawan Aplikasi GI S : Dede Sudrajat dan Wawan Gunawan Disain dan TataLetak Peta : Fitri Widiastuti TD/ TP TP/ TT1 TT1 PS TT2 Kr X.3 PS/ TT3 Ks X1 TT1 TT2 PS TP/ TT1 Ks TT1 TP/ TT1 TT1 TD/ TP PS/ TT3 PS/ TT3 TP/ TT1 TP/ TT1 Proyeksi : Universal Transverse Mercator SistemGrid : Grid Geografi Zona : 50 S Kutai Malinau Berau Kutai Barat Kutai Timur Pasir Nunukan Bulongan PenajamPaser Utara Kodya Bontang Kodya Samarinda Kodya Tarakan 11 11 33 115 115 117 117 119 119 PETALOKASI PETASITUASI M A L A Y S I A KalimantanTimur KalimantanBarat KalimantanTengah KalimantanSelatan 33 00 33 66 111 111 114 114 117 117 MOOK MANAAR BULATN 01 9'44" 01 9'4 4" 01 7'13" 01 7'1 3" 01 4'42" 01 4'4 2" 01 2'11" 01 2'1 1" 09'4 0" 09'4 0" 07'0 9" 07'0 9" 11552' 30" 11552' 30" 11555' 00" 11555' 00" 11557' 30" 11557' 30" 11600' 00" 11600' 00" 1162' 30" 1162' 30" 1165' 00" 1165' 00" PETAARAHANPENGEMBANGANKOMODITASPERTANIAN PADALAHANTERLANTARDI DAERAH KECAMATANMOOKMANAARBULATN KAB. KUTAI BARAT - PROVINSI KALIMANTANTIMUR 2009 2.5 0 2.5 5 Kilometers SKALA1:125.000 S U T B Badan air Jalan LEGENDAUMUM BatasRekomendasi Sungai PS/TP # Pemukiman Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
255 2. Penggunaan lahan di lokasi I: Sebagian besar masih berupa hutan dan belukar, juga terdapat pemukiman transmigrasi dan kawasan tambang batubara. Lokasi II: Sebagian besar masih berupa hutan dan belukar, karet rakyat dan juga terdapat pemukiman transmigrasi. Lokasi III: Sebagian besar berupa hutan belukar dan semak/semak rawa. Yang digunakan hanya sedikit dan terdapat pemukiman. 3. Kondisi iklim di ketiga lokasi survei tergolong cukup baik, yaitu termasuk dalam zona agroklimat B1 yakni mempunyai bulan basah (>200mm/bulan) berturut-turut selama 7-9 bulan, dan bulan kering (< 100 mm/bulan) berturut-turut selama <2 bulan. 4. J enis tanah di ketiga lokasi survei berkembang dari bahan induk batuliat, batupasir, batuliat berkapur, endapan aluvium dan bahan organik pada fisiografi aluvial, dataran dan perbukitan tektonik dengan bentuk wilayah datar sampai berbukit. Diklasifikasikan dalam 6 ordo utama yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols, Spodosols, Oksisols dan Ultisols. Tanah dominan adalah Ultisols dan Inceptisols, dengan sifat-sifat umumnya berdrainase baik, tekstur tergolong sedang sampai halus dan reaksi tanah (pH) masam. 5. Secara umum berdasarkan kondisi iklim, topografi dan karakteristik tanah, potensi lahan di ketiga lokasi cukup sesuai untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit dan karet, sedangkan untuk tanaman pangan semusim kurang sesuai. 6. Arahan pengembangan lahan untuk pertanian adalah: a. Di lokasi Kecamatan Kota Bangun potensi untuk pengembangan pertanian didominasi tanaman tahunan +16.635 ha atau 75,11% dari luas total (22.148 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun sawit, karet dan kebun campuran sekitar 4.968 ha (22,43% dari luas total). b. Potensi perluasan pertanian di lokasi Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 12.078 ha atau 64,14% dari luas total (18.831 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun karet, kebun campuran dan HTI sekitar 5.298 ha (28,13% dari luas total). c. Potensi perluasan pertanian di lokasi Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat dan Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 32.791 ha atau 74,37% dari luas total (44.093 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk kebun karet dan kelapa sawit sekitar 1.212 ha (2,75% dari luas total). Lahan yang tidak disarankan S. Ritung dan Sunaryo
256 untuk pertanian karena bertekstur kasar (pasir) dan yang sudah digunakan untuk pemukiman 10.089 ha (22,88%). 7. Disarankan lahan di ketiga lokasi tersebut perlu segera dimanfaatkan untuk pengembangan lahan pertanian sesuai potensinya. Pihak perusahaan yang telah diberi ijin pemanfaatan dan pemda setempat perlu mempercepat aspek legal pemanfaatannya, yaitu proses dan pemberian hak guna usaha sesuai ketentuan yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA CSR/ FAO Staffs. 1983. Reconnaissance Land Resource Survey 1 : 250.000 Scale. Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4. Version 1. Centre for Soil Research, Bogor. Indonesia. Departemen Kehutanan. 2007. Data Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Hak Guna Usaha (HGU) Atas Kawasan Hutan Yang Telah Dilepasakan Untuk Perkebunan. Badan Planologi Kehutanan. Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk teknis untuk komoditas pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25- 6. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian. FAO. 1990. Guidelines for Soil Profile Description, 3 rd Edition (Revised). Soil Resources, Management and Conservation Service, Land and Water Development Division. Marsoedi, Ds., Widagdo, J . Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J . Hof dan E.R. J ordens. 1997. Pedoman klasifikasi landfrom. LT 5 Versi 3.0. Proyek LREP II, CSAR, Bogor. Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Disahkan di J akarta tanggal 14 Oktober 2009 oleh Presiden Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149. Rossiter, D. G., and A. R. Van Wambeke. 1997. Automated Land Evaluation System. ALES Version 4.5. User Manual. Cornell University, Departement of Soil Crop & Atmospheric Sciences. SCAS. Teaching Series No. 193-2. Revision 4. Ithaca, NY USA. Soil Survey Staff. 1993. Soil Survey Manual. Agric. Handbook No. 18 SCA-USDA. Washington DC. Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. Ninth Edition. United States Departement of Agriculture. Natural Resources Conservation Services.
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur
257 TANYA JAWAB Pertanyaan Santun R.P. Sitorus (IPB-Bogor): 1. Identifikasi detail potensi lahan, kenapa pakai peta 1 : 50.000 ? seharusnya pakal skala yang lebih besar misalnya 1 : 10.000 2. Status lahan/izin untuk usaha perkebunan yang sudah dikeluarkan tidak bisa begitu saja diabaikan untuk tujuan pengembangan tanaman pangan dan biofull meskipun terlihat di lapangan seperti lahan terlantar ini ? karena aspek status lahan dan kesesuaian lahan sama pentingnya dalam kaitan dengan implementasi rencana pengembangan ! 3. Sebagai sasaran, perlu dijelaskan kesimpulan dan saran. Kesimpulan 3 dan 4 lebih tepat sebagai saran, bukan kesimpulan
Jawaban : 1, Istilah detail di dalam judul penelitian sebenarnya untuk menekankan bahwa identifikasi potensi lahan dilakukan secara mendalam, dan lebih detail dari pada tringkat tinjau. Bila dihubungkan dengan skala peta, mungkin lebih tepatnya adalah semi detail dengan skala lebih besar dari 1 : 25.000. 2. Memang benar, selain kesesuaian lahan, status lahan juga penting kaitannya dalam implementasi rencana penegmbangan pertanian. Ketiga lokasi penelitian memang telah memiliki izin prinsip untuk usaha perkebunan. Kemudian kenapa untuk tanaman pangan dan bioful ? Hal ini karena yang terjadi di lapangan berdasarkan informasi dari Dinas Perkebunan adalah karena sudah terlalu lama perusahaan pemilik izin tersebut tidak melakukan kegiatan apaun di lokasi tersebut. Untuk pengembangan tanaman bioful, kami kira tidak menghalangi rencana pengembangan tanaman perkebunan. 3. Terima kasih sarannya, agar kesimpulan dan saran dalam penelitian ini dipisahkan