Anda di halaman 1dari 15

243

IDENTIFIKASI DETAIL POTENSI LAHAN TERLANTAR


DI KALIMANTAN TIMUR UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN
PANGAN DAN PENGEMBANGAN BIOFUEL
S. Ritung dan Sunaryo
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
ABSTRAK
Salah satu tantangan dalam mewujudkan Revitalisasi Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (RPPK), khususnya di sektor pertanian, adalah
penciutan dan degradasi sumberdaya lahan dan air. Sementara, peningkatan
produktivitas dan optimalisasi sumberdaya lahan pertanian yang ada saat ini tidak
mampu mengimbangi kebutuhan terhadap produk pertanian yang terus
meningkat. Sejak lebih dari 15 tahun terakhir terdapat lebih dari 8,77 juta ha
lahan sudah dilepas dari kawasan hutan untuk dijadikan kawasan atau lahan
pertanian dengan berbagai status hukum dan kepemilikan. Namun masih banyak
lahan tersebut yang tidak aktif dalam pengertian belum dimanfaatkan
sebagaimana mestinya untuk pertanian sehingga tidak produktif atau
ditelantarkan. Kegiatan ini bertujuan untuk : (i) Melakukan identifikasi dan
evaluasi potensi lahan, menyusun peta kesesuaian lahan dan rekomendasi untuk
pengembangan komoditas pertanian mendukung ketahanan pangan dan
pengembangan biofuel pada lahan terlantar di Kalimantan Timur, skala 1:50.000
seluas 75.000 ha. Penelitian dilakukan secara desk study dan survei lapangan.
Survei lapangan dilakukan setelah peta interpretasi sudah disusun sebagai dasar
dalam penentuan lokasi pengamatan. Teknologi Sistem Informasi Geografi (GIS)
digunakan dalam pembuatan dan penyusunan peta-peta. Jenis tanah dominan di
ketiga lokasi tersebut adalah Ultisols dan Inceptisols, dengan sifat-sifat umumnya
berdrainase baik, tekstur tergolong sedang sampai halus dan reaksi tanah (pH)
masam. Secara umum berdasarkan kondisi iklim, topografi dan karakteristik
tanah, potensi lahan di ketiga lokasi umumnya cukup sesuai untuk tanaman
tahunan seperti kelapa sawit dan karet, dan sebagian kecil cukup sesuai untuk
tanaman pangan semusim. Arahan pengembangan lahan untuk pertanian adalah:
(a) Potensi perluasan areal pertanian di lokasi PT. Niaga Mas Gemilang dan
sekitarnya di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 12.078
ha atau 64,14% dari luas total (18.831 ha), terdiri dari potensi perluasan tanaman
pangan (padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai) seluas + 3.069 ha
(16,30%) dan tanaman tahunan (kelapa sawit, tebu) mendukung pengembangan
biofuel seluas + 9.009 ha (47,84%); (b) Di lokasi PT. Bahtera Bahagia dan
sekitarnya, Kecamatan Kota Bangun potensi untuk pengembangan pertanian
didominasi tanaman tahunan +16.635 ha atau 75,12% dari luas total (22.148 ha),
terdiri dari potensi perluasan tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, ubi kayu,
jagung, kedelai) seluas + 2.176 ha (9,82%) dan tanaman tahunan (kelapa sawit,
tebu) mendukung pengembangan biofuel seluas + 14.460 ha (65,29%); dan (c)
S. Ritung dan Sunaryo

244
Potensi perluasan pertanian di lokasi PT. Sumber Sawit Mitra Jaya dan
sekitarnya di Kecamatan Mook Manaar Bulatn dan Kecamatan Muara Pahu,
Kabupaten Kutai Barat adalah + 32.790 ha atau 74,37% dari luas total (44.093
ha), terdiri dari potensi perluasan tanaman pangan (seluas + 7.493 ha (16,99%),
tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan seluas + 13.345 ha
(30,27%), dan tanaman tahunan mendukung pengembangan biofuel seluas +
11.953 ha (27,11%).
PENDAHULUAN
Salah satu tantangan dalam mewujudkan Revitalisasi Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (RPPK), khususnya di sektor pertanian, adalah
penciutan dan degradasi sumberdaya lahan dan air. Sementara peningkatan
produktivitas dan optimalisasi sumberdaya lahan pertanian yang ada saat ini tidak
mampu mengimbangi kebutuhan terhadap produk pertanian yang terus
meningkat.
Pembangunan pertanian sebagai sektor yang sangat strategis dalam
perekonomian nasional dituntut untuk selalu dapat mengimbangi peningkatan
kebutuhan pangan maupun bioenergi, melalui peningkatan produksi berbagai
komoditas pertanian, baik pangan maupun komoditas industri. Peningkatan
tersebut dapat ditempuh melalui intensifikasi maupun perluasan areal pertanian
(ekstensifikasi).
Lahan atau tanah terlantar menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah tanah yang sudah diberi hak oleh Negara berupa hak milik,
hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, atau dasar
penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak
dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak
atau dasar penguasaannya.
Menurut Departemen Kehutanan (2007), terdapat seluas 77,8 juta ha lahan
terlantar dalam berbagai kategori kritis. Sekitar 26,8 juta ha dari lahan tersebut
berada di luar kawasan hutan, 13,6 juta ha di kawasan hutan konservasi dan
hutan lindung, dan 37,3 juta ha di kawasan hutan produksi dan hutan konversi
yang pada umumnya adalah kawasan HPH atau bekas kawasan HPH yang
diterlantarkan.
Sejak lebih dari 15 tahun terakhir terdapat lebih dari 8,77 juta ha lahan
sudah dilepas dari kawasan hutan untuk dijadikan kawasan atau lahan pertanian
dengan berbagai status hukum dan kepemilikan (Departemen Kehutanan, 2007).
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

245
Namun masih banyak lahan tersebut yang tidak aktif dalam pengertian belum
dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk pertanian sehingga tidak produktif.
Menurut data dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur bulan Mei
tahun 2009, lahan yang dialokasikan untuk perkebunan baik yang telah memiliki
ijin usaha perkebunan terdapat 293 lokasi atau seluas + 3.468.152 ha,
sedangkan yang telah memiliki status HGU sebanyak 59 lokasi atau seluas +
573.853 ha. Di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat 51 lokasi yang
telah mendapat ijin usaha perkebunan dengan luas +788.797 ha. Di Kutai Barat
sebanyak 37 lokasi dengan luas +509.079 ha. Namun masih banyak dari lokasi
tersebut belum diusahakan, sehingga terkesan seperti lahan terlantar atau lahan
tidur.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2009 dilakukan
identifikasi potensi lahan terlantar di 3 lokasi seluas + 75.000 ha di wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi, evaluasi potensi lahan
dan menyusun arahan pengembangan komoditas pertanian mendukung
ketahanan pangan dan pengembangan biofuel pada lahan terlantar di Kalimantan
Timur, skala 1:50.000 seluas 75.000 ha.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain: peta
tanah/satuan lahan skala 1:250.000, lokasi terpilih di Kalimantan, peta iklim atau
Zone Agroklimat lokasi terpilih di Kalimantan, peta digital penggunaan lahan skala
1:250.000 dari BPN, peta lokasi lahan terlantar dari Depertemen Kehutanan dan
Ditjen Perkebunan atau Pemda Kalimantan Timur, peta dasar digital dan peta
rupabumi skala 1:50.000 terbitan Bakosurtanal 1999-2002, dan citra satelit
landsat TM rekaman tahun 2007 dan 2008.
Selain bahan-bahan tersebut, juga digunakan beberapa peralatan untuk
pelaksanaan penelitian adalah: bor tanah tipe Belgia dan bor gambut, buku
Munsell Soil Color Chart, kompas, alat GPS (Global Positioning System ) untuk
menentukan posisi koordinat, dan abney level, pH-Truogh untuk penetapan pH
tanah kondisi lapang, komputer PC dan laptop dengan program ArcView dan
Ermapper untuk pengolahan data.
S. Ritung dan Sunaryo

246
Metode Penelitian
Lingkup kegiatan Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kaltim untuk
Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Biofuel seluas 75.000 ha
meliputi: (a) Penyusunan peta tanah/satuan lahan skala 1:50.000, (b) identifikasi
penggunaan lahan/vegetasi penutup (present landuse) melalui analisis citra
satelit, (c) evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman pangan
dan tanaman tahunan sumber biofuel, dan (d) penyusunan peta arahan
pengembangan pertanian mendukung ketahanan pangan dan pengembangan
biofuel.
Identifikasi dan pemetaan lahan terlantar yang potensial untuk
pengembangan pertanian dilakukan melalui pendekatan desk study dan
verifikasi/survei lapangan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap,
yakni : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pelaporan.
Tahap persiapan dilakukan melalui penentuan lokasi penelitian berdasarkan data
dari instansi terkait (Dephut, Ditjenbun, BPN, dll), studi pustaka, pengumpulan
dan pengadaan peta-peta dan citra satelit, serta pembuatan peta dasar. Tahap
pelaksanaan meliputi penyusunan peta satuan lahan skala 1:50.000 (peta
interpretasi), analisis citra satelit untuk pembuatan peta penggunaan lahan saat
ini (present landuse), pengamatan lapangan, analisis contoh tanah di
laboratorium, penyusunan database sumberdaya lahan dan digitasi peta-peta,
evaluasi kesesuaian lahan, penyusunan peta arahan pengembangan lahan untuk
komoditas pertanian mendukung ketahanan pangan dan bio-energi, skala
1:50.000. Tahap pelaporan meliputi penyusunan laporan kemajuan, laporan draft
final dan laporan akhir penelitian, serta perbanyakan laporan dan peta-peta.
Analisis satuan lahan interpretasi menggunakan data citra landsat TM, citra
radar (SRTM) atau peta topografi dan peta geologi. Klasifikasi landform dan relief
mengacu pada Laporan Teknis LREPP II No.5 (Marsoedi et al,. 1997). Analisis
data citra satelit secara manual dan digital dilakukan untuk mengetahui
penyebaran dan luas keadaan penggunaan lahan saat ini dalam rangka
menentukan lahan potensial dan tersedia untuk pengembangan pertanian. Peta
satuan lahan dan penggunaan lahan hasil interpretasi tersebut digunakan dalam
pelaksanaan survei lapangan.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman dilakukan terhadap
peta satuan lahan/tanah skala 1:50.000, dengan cara mencocokkan (matching)
antara karakteristik lahan (land characteristics) dan persyaratan tumbuh tanaman
(crops requirements) diproses melalui program ALES (Automated Land
Evaluation System) versi 4.5 (Rossiter and van Wambeke, 1997). Kriteria
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

247
persyaratan tumbuh tanaman mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan
untuk Komoditas Pertanian (Djaenudin et. al., 2003), CSR/FAO Staff (1983),
Anonim (1986), beberapa referensi lainnya.
Penyusunan peta arahan pengembangan komoditas pertanian
(ekstensifikasi maupun intensifikasi) dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan keadaan penggunaan lahan saat
ini, RTRW Kabupaten, status lahan atau ijin penggunaan lahan dari pemda,
komoditas prioritas dan komoditas unggulan daerah. Lahan-lahan yang telah
digunakan dan bersifat permanen misalnya perkebunan akan dipertahankan
selama kelas kesesuaiannya termasuk sesuai dan tidak membahayakan keadaan
lingkungan.
Hasil penelitian berupa database sumberdaya lahan dan peta-peta seperti
tersebut akan disajikan dalam bentuk data digital (format GIS) dan tercetak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan
antara lain informasi dan saran dari Kantor Dinas Perkebunan (Disbun) tingkat I
Provinsi Kalimantan Timur dan Disbun daerah tingkat II Kabupaten Kutai
Kartanegara. Selain berdasarkan informasi dan saran tersebut, pemilihan lokasi
penelitian juga mempertimbangkan ada tidaknya sarana jalan untuk menjangkau
daerah tersebut.
Berdasarkan pertimbangan berbagai aspek tersebut, lokasi penelitian yang
dipilih dalam kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) blok lokasi yaitu: (1) lokasi PT Niaga
Mas Gemilang dan sekitarnya, Kecamatan Loa Kulu seluas +18.832 hektar, dan
(2) lokasi PT. Bahtera Bahagia dan sekitarnya, Kecamatan Kota Bangun
Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) seluas +22.148 hektar, dan (3) lokasi PT.
Sumber Sawit Mitra J aya dan sekitarnya, Kecamatan Mook Manaar Bulatn
Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dan Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kukar
seluas +44.091 hektar.
Iklim
Keadaan iklim khususnya curah hujan berdasarkan peta wilayah curah
hujan P. Kalimantan (Balitklimat, 2003), Kabupaten Kutai Kartanegara
S. Ritung dan Sunaryo

248
mempunyai pola curah hujan IIIA dan IIIC (Tabel 1). Wilayah Kecamatan Loa
Kulu dan Muara Muntai mempunyai pola IIIA. Sedangkan Kecamatan Kota
Bangun dan Tenggarong mempunyai pola IIIC.
Tabel 1. Pola curah hujan daerah penelitian Kabupaten Kutai Kartanegara
Curah Hujan POLA CH <100 CH 100 - 150 CH 150 - 200 CH >200
Tahunan (Mm)
.............................. mm/bln ..............................
IIIA <6 <4 <5 <6
2000 - 3000 IIIB <4 <4 <5 5 - 6
IIIC <4 <4 <5 6 - 8
Sumber: Peta Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia (Balitklimat, 2003).
Keadaan curah hujan di daerah penelitian Kabupaten Kutai Kartanegara
dari 4 kecamatan, yakni di Kecamatan Loa Kulu, Muara Muntai, Kota Bangun dan
Tenggarong (Tabel 2), menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata tahunan
berkisar dari 1.911 2.275 mm. Curah hujan terendah di Kecamatan Loa Kulu,
sedangkan tertinggi di Kecamatan Kota Bangun. Berdasarkan kriteria Oldeman
(1975), data curah hujan dari keempat kecamatan tersebut menunjukkan zone
Agroklimat yang bervariasi yaitu B1, B2 dan C1. Lokasi penelitian Loa Kulu dan
Kota Bangun semuanya termasuk kedalam zona agroklimat B1.
Berdasarkan pola curah hujan dan data curah hujan di 4 stasiun pengamat
iklim menunjukkan bahwa keadaan iklim khususnya curah hujan di daerah
penelitian masih tergolong cukup baik untuk pertumbuhan berbagai komoditas
pertanian
Tabel 2. Curah hujan rata-rata tahunan di daerah penelitian
Stasiun J an Feb Mar Apr Mei J un J ul Ags Sep Okt Nov Des Total Zona
Agroklimat

mm

Loa Kulu 230 103 161 236 186 226 171 0 173 120 202 104 1.911 B1
Ma Muntai 332 172 239 238 278 133 118 61 55 182 174 237 2.218 C1
Kota Bangun 189 221 358 280 243 121 61 72 33 240 243 216 2.275 B2
Tenggarong 234 201 214 214 263 182 117 84 86 132 218 262 2.206 B1
Geologi dan Bahan Induk
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda Kalimantan Skala 1:250.000
(Puslitbang Geologi, 1995), daerah penelitian (I dan II) di wilayah Kabupaten
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

249
Kutai Kartanegara terdiri dari tiga formasi utama yaitu formasi Balikpapan (Tmbp),
formasi Pulau Bolang (Tmpb), formasi Pamaluan (Tomp) dan formasi alluvium
(Qa). Ketiga formasi pertama termasuk berumur tua yaitu tua, terdiri dari batuan
sedimen masam (batupasir, batuliat dan batulanau).
Sedangkan di daerah Kutai Barat, juga terdapat formasi Meragoh (Tmm),
Lava, diabas, tuf, breksi gunung api, dan aglomerat. Formasi Aluvium (Qa),
Lumpur, lempung, pasir, setempat kerikil rijang, kuarsa dan basal pasir di
beberapa tempat berlapis semu.
Landform dan Bentuk Wilayah
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat, yang ditunjang dengan data
radar (SRTM), peta geologi dan pengamatan di lapangan, daerah penelitian
terdiri dari 2 grup landform utama, yaitu: Grup Tektonik/Struktural, dan Grup
Aluvial.
Grup Tektonik/Struktural (Tectonic and Structural) adalah landform yang
terbentuk sebagai akibat proses tektonik berupa angkatan, lipatan dan atau
patahan. Landform daerah penelitian dibedakan berdasarkan relief menjadi
dataran tektonik/struktural dengan bentuk wilayah datar (T.11.1), dataran tektonik
struktural berombak (T.11.2), dataran tektonik bergelombang berbukit kecil
(T.11.3), perbukitan paralel lipatan (T.9.2), perbukitan tektonik (T.12.1), dan
landform lipatan (T.8).
Grup Aluvial adalah landform yang terbentuk dari bahan endapan melalui
proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan keduanya. Di
daerah penelitian berupa dataran pelembahan/ dataran antar perbukitan (A.2.3),
jalur aliran (A.1.5), dan rawa belakang (A.1.1.2.2), bentuk wilayah umumnya
datar.
Penggunan Lahan
Penggunaan lahan di daerah penelitian dihasilkan berdasarkan interpretasi
data citra satelit landsat TM tahun 2007 dan 2008 dan hasil pengamatan
lapangan.
J enis penggunaan lahan yang terdapat di lokasi PT. Niagamas Gemilang
dan sekitarnya di dominasi oleh hutan dan belukar 69% dari luas total (18.832
ha), sisanya berupa kebun campuran dan pemukiman, areal persawahan dan
sedikit kawasan tambang batubara dan HTI. Penggunaan lahan di lokasi PT.
S. Ritung dan Sunaryo

250
Bahtera Bahagia dan sekitarnya di dominasi oleh hutan dan belukar 72,7% dari
luas total (22.148 ha), sisanya berupa kebun campuran dan pemukiman, serta
sedikit rumput rawa dan semak, sawah, kebun sawit dan karet, dan HTI.
Sedangkan lokasi PT. Sumber Sawit Mitra J aya dan sekitarnya penggunaan
lahan hutan dan belukar sangat dominan yaitu 94,7% dari luas total (44.091 ha),
sisanya berupa kebun karet, kebun sawit, pemukiman dan badan air.
Keadaan Tanah
Klasifikasi tanah yang dijumpai di daerah survei menurut sistem Taksonomi
Tanah (USDA, 2003) terdiri dari 6 Ordo Tanah yang menurunkan 14 Grup dan 16
Subgrup Tanah. J enis atau ordo tanah utama adalah Ultisols dan Inceptisols, dan
sedikit Entisols, Histosols, Spodosols dan Oxisols. J enis tanah tersebut sebagian
besar berkembang dari bahan induk batuan sedimen tersier (batupasir dan
batuliat) dan volkan tua (andesit-basalt), sebagian kecil dari endapan sungai
(aluvium).
Evaluasi Lahan
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan pencocokan antara
karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Proses evaluasi
kesesuaian lahan dilakukan menggunakan program ALES (Automated Land
Evaluation System) yang diolah secara komputer.
Tanaman yang dinilai terdiri dari 3 kelompok, yaitu: (a) Kelompok tanaman
pangan, (b) Kelompok tanaman tahunan/ perkebunan, dan (c) Kelompok
tanaman buah-buahan. Kelompok tanaman pangan terdiri dari 7 komoditas, yaitu:
padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, kedelai, ubikayu, dan ubi jalar.
Kelompok tanaman tahunan terdiri dari 6 komoditas, yaitu: karet, kelapa sawit,
kopi, kakao, lada, kelapa, dan kelompok tanaman buah-buahan tahunan terdiri
dari: duku, durian, nangka, rambutan, pisang, dan melinjo.
Hasil penilaian kesesuaian lahan menunjukkan bahwa sebagian besar
lahan di ketiga lokasi penelitian mempunyai kelas kesesuaian lahan tergolong
cukup sesuai (S2) untuk tanaman tahunan, sedangkan untuk tanaman pangan
atau semusim umumnya tergolong sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N).
Faktor pembatas utama adalah tekstur kasar (berpasir-pasir) di lokasi Kutai
Barat, lereng dan retensi hara untuk semua lokasi.

Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

251
Rekomendasi Arahan Pengembangan
Rekomendasi arahan pengembangan disusun berdasarkan kesesuaian
lahan, penggunaan lahan, status kehutanan, dan rencana tata ruang daerah
kabupaten. Hasil penyusunan tersebut disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel
5.
Tabel 3. Arahan pengembangan komoditas pertanian pada lahan terlantar di
daerah Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Provinsi Kalimantan Timur
Simbol Arahan Komoditas
Luas
Ha %
PS/TP Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai,
cabe, kacang panjang 1.749 7,90
PS/TT3 Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai,
cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan,
pisang
427 1,93
TT1 Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka,
rambutan, pisang
10.316 46,58
TT1/TP Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka,
rambutan, pisang/Padi gogo, ubi kayu, jagung,
kedelai
529 2,39
TT2 Karet, kelapa sawit, kakao, 3.614 16,32
KH Agroforestry 502 2,27
Sw Sawah eksisting 669 3,02
Ks Kebun kelapa sawit eksisting 537 2,42
Kc Kebun campuran eksisting 3.442 15,54
HTI Hutan Tanaman Industri eksisting 321 1,45
X3 Badan air 43 0,19
TOTAL 22.148 100,00
Potensi perluasan pertanian di lokasi ini adalah 16.635 ha atau 75,11%
dari luas total (22.148 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun
sawit, karet dan kebun campuran sekitar 4.968 ha (22,43% dari luas total). Lahan
yang disarankan untuk agroforestry 502 ha (2,27%).
S. Ritung dan Sunaryo

252
Tabel 4. Arahan pengembangan komoditas pertanian pada lahan terlantar di
daerah Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur
Siambol Arahan Komoditas
Luas
Ha %
PS/TP Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe,
kacang panjang 1.956 10,39
PS/TT3 Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe,
kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang
1.113 5,91
TT1 Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan,
pisang 4.123 21,89
TT2 Karet, kelapa sawit, kakao, 4.886 25,95
KH Agroforesrty 1.232 6,54
Sw Sawah eksisting 1.556 8,26
Kr
Kebun karet eksisting
137 0,73
Kc Kebun campuran eksisting 3.475 18,45
HTI Hutan Tanaman Industri eksisting 130 0,69
Ti Kawasan Tambang 223 1,19
TOTAL 18.831 100,00
Potensi perluasan pertanian di lokasi ini adalah 12.078 ha atau 64,14%
dari luas total (18.831 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun
karet, kebun campuran dan HTI sekitar 5.298 ha (28,13% dari luas total). Lahan
yang disarankan untuk agroforestry 1.232 ha (6,54%). J uga terdapat kawasan
pertambangan batubara seluas 223 ha.












SIMBOL ARAHAN KOMODI TAS
Ha %
LUAS
LEGENDA
PS/TP
PS/TT3
TT1
TT1/TP
TT2
KH
Sw
Ks
Kc
HTI
X3
1.749
427
10.316
529
3.614
502
669
537
3.442
321
43
7,90
1,93
46,58
2,39
16,32
2,27
3,02
2,42
15,54
1,45
0,19
T o t a l 100,00 22.148
Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai,
cabe, kacang panjang
Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai,
cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang
Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang
Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang/
Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai
Karet, kelapa sawit, kakao,
Agroforestry
Sawah eksisting
Kebun kelapasawit eksisting
Kebun campuran eksisting
Hutan Tanaman I ndustri eksisting
Badan air
Dipetakan Oleh : Sofyan Ritung dan Sunaryo
Aplikasi GI S : Sunaryo
Disain dan TataLetak Peta : Fitri Widiastuti
Kutai
Malinau
Berau
Kutai Barat
Kutai Timur
Pasir
Nunukan
Bulongan
PenajamPaser Utara
Kodya Bontang
Kodya Samarinda
Kodya Tarakan
11
11
33
115
115
117
117
119
119
PETALOKASI PETASITUASI
M A L A Y S I A
KalimantanTimur
KalimantanBarat
KalimantanTengah
KalimantanSelatan 33
00
33
66
111
111
114
114
117
117
KOTABANGUN
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
S.M
ahakam
Loleng
Kota Bangun
Kedang Ipil
Kedang Murung
Sarinadi / SP 5
S. Kedang Dalam
Wonosari / SP 7
Suka Bumi / SP 6
Sumbersari / SP 4
Simpangtiga SP 6
Bangun Rejo / SP 1
TT1
Kc
TT2
Ks
Sw
KH
HTI
PS/ TP
PS/ TT3
TT1/ TP
X3
Kc
TT2
TT2
TT1
Kc
TT2
TT1 TT1
Kc Kc
TT1/ TP
TT1
TT1
TT1
TT1
TT1/ TP PS/ TP
PS/ TP
TT2
TT1
PS/ TP
TT2
Kc
TT1 TT1
025'00"
025'00"
022'30"
022'30"
020'00"
020'00"
017'30"
017'30"
015'00"
015'00"
11635' 00"
11635' 00"
11637' 30"
11637' 30"
11640' 00"
11640' 00"
11642' 30"
11642' 30"
11645' 00"
11645' 00"
Proyeksi : Universal Transverse Mercator
SistemGrid : Grid Geografi
Zona : 50 S
Badan air
Jalan
LEGENDAUMUM
Batas Rekomendasi
Sungai
PS/TP
# Pemukiman
PETAARAHANPENGEMBANGANKOMODITASPERTANIAN
PADALAHANTERLANTARDI DAERAH
KECAMATANKOTABANGUN
KAB. KUTAI BARAT - PROVINSI KALIMANTANTIMUR
2009
2 0 2 4 Kilometers
SKALA1:100.000
S
U
T B
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

253













Tabel 5. Arahan pengembangan komoditas pertanian pada lahan terlantar di
daerah Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat dan
Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur
Saimbol Arahan Komoditas
Luas
Ha %
PS Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang 5.072 11,50
PS/TT3 Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang/Duku, nangka,
rambutan, pisang
2.420 5,49
TP/TT1 Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang
panjang/Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka,
rambutan, pisang
13.345 30,27
TT1 Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan,
pisang
8.862 20,10
TT2 Karet, kelapa sawit, kakao, 3.091 7,01
Kr Kebun karet eksisting 718 1,63
Ks Kebun kelapa sawit eksisting 494 1,12
TD/TP Tidak direkomendasi atau terbatas tanaman sayuran daun
dan nenas dengan penambahan bahan organik
8.943 20,28
X1 Pemukiman 119 0,27
X.3 Badan air 1.028 2,33
TOTAL 44.093 100,00
SIMBOL ARAHAN KOMODI TAS
Ha %
LUAS
LEGENDAPENGGUNAANLAHAN
PS/TP
PS/TT3
TT1
TT2
KH
Sw
Kr
Kc
HTI
Ti
1.956
1.113
4.123
4.886
1.232
1.556
137
3.475
130
223
10,39
5,91
21,89
25,95
6,54
8,26
0,73
18,45
0,69
1,19
T o t a l 100,00 18.832
Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai,
cabe, kacang panjang
Padi sawah, padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai,
cabe, kacang panjang/Duku, nangka, rambutan, pisang
Karet, kelapasawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang
Karet, kelapasawit, kakao,
Agroforesrty
Sawah eksisting
Kebun karet eksisting
Kebun campuran eksisting
Hutan Tanaman I ndustri eksisting
Kawasan Tambang
Dipetakan Oleh : Sofyan Ritung dan Sunaryo
Aplikasi GI S : Sunaryo
Disain dan TataLetak Peta : Fitri Widiastuti
PETAARAHANPENGEMBANGANKOMODITASPERTANIAN
PADALAHANTERLANTARDI DAERAH
KECAMATANLOAKULU- KABUPATENKUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTANTIMUR
2009
2 0 2 4 Kilometers
SKALA1:100.000
S
U
T B
#
#
#
#
#
Lembonang
Jonggon Jaya
Jonggon Desa
Sungai Payang
Margahayu/ Jonggon A
S.J embayan
S
Kc
TT2
TT1
KH
PS/ TT3
Ti
PS/ TP
Kr
HTI
TT2
KH
KH
TT2
PS/ TP
Kc
TT2
TT2 PS/ TP
TT2
Kc
TT1
PS/ TP
S Kc
TT2
TT1
S
TT1
TT1
Ti
PS/ TP
TT2
TT2
Kc
PS/ TT3
PS/ TP
TT2 TT2
PS/ TP
KH
TT1
Kc
Kc
TT1
Proyeksi : Universal Transverse Mercator
SistemGrid : Grid Geografi
Zona : 50 S
040'00"
04
0'00"
03
7'30"
037'30"
035'00"
035'00"
032'30"
03
2'3
0"
030'00"
030'00"
11645' 00"
11645' 00"
11647' 30"
11647' 30"
11650' 00"
11650' 00"
11652' 30"
11652' 30"
11655' 00"
11655' 00"
Badan air
Jalan
LEGENDAUMUM
BatasRekomendasi
Sungai
PS/TP
# Pemukiman
Kutai
Malinau
Berau
Kutai Barat
Kutai Timur
Pasir
Nunukan
Bulongan
PenajamPaser Utara
Kodya Bontang
Kodya Samarinda
Kodya Tarakan
11
11
33
115
115
117
117
119
119
LOAKULU
PETALOKASI PETASI TUASI
M A L A Y S I A
KalimantanTimur
KalimantanBarat
KalimantanTengah
KalimantanSelatan 33
00
33
66
111
111
114
114
117
117
S. Ritung dan Sunaryo

254
Potensi perluasan pertanian di lokasi ini adalah 32.791 ha atau 74,37%
dari luas total (44.093 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk kebun karet dan
kelapa sawit sekitar 1.212 ha (2,75% dari luas total). Lahan yang tidak disarankan
untuk pertanian karena bertekstur kasar (pasir) dan yang sudah digunakan untuk
pemukiman 10.089 ha (22,88%).













KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa kesimpulan dan saran yang dapat dikemukakan dari hasil
kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian identifikasi lahan terlantar terletak pada 3 (tiga) blok
lokasi yaitu: (1) lokasi PT Niaga Mas Gemilang dan sekitarnya, Kecamatan
Loa Kulu seluas +18.832 ha, dan (2) lokasi Bahtera Bahagia dan
sekitarnya, Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara seluas
+22.148 ha dan (3) lokasi PT. Sumber Sawit Mitra J aya dan sekitarnya,
Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dan
Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kukar seluas + 44.091 ha. Ketiga
lokasi tersebut merupakan lahan yang telah diberi perijinan untuk usaha
perkebunan kelapa sawit, namun belum diusahakan. Hal ini terlihat dari
penggunaan lahan yang ada dan belum memiliki status HGU.
SIMBOL ARAHAN KOMODI TAS
Ha %
LUAS
LEGENDA
PS
PS/TT3
TP/TT1
TT1
TT2
Kr
Ks
TD/TP
X1
X.3
5.072
2.420
13.345
8.862
3.091
718
494
8.943
119
1.028
11,50
5,49
30,27
20,10
7,01
1,63
1,12
20,28
0,27
2,33
T o t a l 100,00 44.093
Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang
Padi sawah, jagung, cabe, kacang panjang/Duku, nangka,
rambutan, pisang
Padi gogo, ubi kayu, jagung, kedelai, cabe, kacang panjang/Karet,
kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang
Karet, kelapa sawit, kakao, tebu, lada, nangka, rambutan, pisang
Karet, kelapa sawit, kakao,
Kebun karet eksisting
Kebun kelapa sawit eksisting
Tidak direkomendasi atau terbatas tanaman sayuran daun dan
nenas dengan penambahan bahan organik
Pemukiman
Badan air
Dipetakan Oleh : Sofyan Ritung, Dede Sudrajat dan Wawan Gunawan
Aplikasi GI S : Dede Sudrajat dan Wawan Gunawan
Disain dan TataLetak Peta : Fitri Widiastuti
TD/ TP
TP/ TT1
TT1
PS
TT2
Kr
X.3
PS/ TT3
Ks
X1
TT1
TT2
PS
TP/ TT1
Ks
TT1
TP/ TT1
TT1
TD/ TP
PS/ TT3
PS/ TT3
TP/ TT1
TP/ TT1
Proyeksi : Universal Transverse Mercator
SistemGrid : Grid Geografi
Zona : 50 S
Kutai
Malinau
Berau
Kutai Barat
Kutai Timur
Pasir
Nunukan
Bulongan
PenajamPaser Utara
Kodya Bontang
Kodya Samarinda
Kodya Tarakan
11
11
33
115
115
117
117
119
119
PETALOKASI PETASITUASI
M A L A Y S I A
KalimantanTimur
KalimantanBarat
KalimantanTengah
KalimantanSelatan 33
00
33
66
111
111
114
114
117
117
MOOK MANAAR BULATN
01
9'44"
01
9'4
4"
01
7'13"
01
7'1
3"
01
4'42"
01
4'4
2"
01
2'11"
01
2'1
1"
09'4
0"
09'4
0"
07'0
9"
07'0
9"
11552' 30"
11552' 30"
11555' 00"
11555' 00"
11557' 30"
11557' 30"
11600' 00"
11600' 00"
1162' 30"
1162' 30"
1165' 00"
1165' 00"
PETAARAHANPENGEMBANGANKOMODITASPERTANIAN
PADALAHANTERLANTARDI DAERAH
KECAMATANMOOKMANAARBULATN
KAB. KUTAI BARAT - PROVINSI KALIMANTANTIMUR
2009
2.5 0 2.5 5 Kilometers
SKALA1:125.000
S
U
T B
Badan air
Jalan
LEGENDAUMUM
BatasRekomendasi
Sungai
PS/TP
# Pemukiman
Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

255
2. Penggunaan lahan di lokasi I: Sebagian besar masih berupa hutan dan
belukar, juga terdapat pemukiman transmigrasi dan kawasan tambang
batubara. Lokasi II: Sebagian besar masih berupa hutan dan belukar, karet
rakyat dan juga terdapat pemukiman transmigrasi. Lokasi III: Sebagian
besar berupa hutan belukar dan semak/semak rawa. Yang digunakan
hanya sedikit dan terdapat pemukiman.
3. Kondisi iklim di ketiga lokasi survei tergolong cukup baik, yaitu termasuk
dalam zona agroklimat B1 yakni mempunyai bulan basah (>200mm/bulan)
berturut-turut selama 7-9 bulan, dan bulan kering (< 100 mm/bulan)
berturut-turut selama <2 bulan.
4. J enis tanah di ketiga lokasi survei berkembang dari bahan induk batuliat,
batupasir, batuliat berkapur, endapan aluvium dan bahan organik pada
fisiografi aluvial, dataran dan perbukitan tektonik dengan bentuk wilayah
datar sampai berbukit. Diklasifikasikan dalam 6 ordo utama yaitu Histosols,
Entisols, Inceptisols, Spodosols, Oksisols dan Ultisols. Tanah dominan
adalah Ultisols dan Inceptisols, dengan sifat-sifat umumnya berdrainase
baik, tekstur tergolong sedang sampai halus dan reaksi tanah (pH) masam.
5. Secara umum berdasarkan kondisi iklim, topografi dan karakteristik tanah,
potensi lahan di ketiga lokasi cukup sesuai untuk tanaman tahunan seperti
kelapa sawit dan karet, sedangkan untuk tanaman pangan semusim
kurang sesuai.
6. Arahan pengembangan lahan untuk pertanian adalah:
a. Di lokasi Kecamatan Kota Bangun potensi untuk pengembangan
pertanian didominasi tanaman tahunan +16.635 ha atau 75,11% dari
luas total (22.148 ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah,
kebun sawit, karet dan kebun campuran sekitar 4.968 ha (22,43% dari
luas total).
b. Potensi perluasan pertanian di lokasi Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten
Kutai Kartanegara adalah 12.078 ha atau 64,14% dari luas total (18.831
ha). Lahan yang sudah digunakan untuk sawah, kebun karet, kebun
campuran dan HTI sekitar 5.298 ha (28,13% dari luas total).
c. Potensi perluasan pertanian di lokasi Kecamatan Mook Manaar Bulatn
Kabupaten Kutai Barat dan Kecamatan Muara Pahu Kabupaten Kutai
Kartanegara adalah 32.791 ha atau 74,37% dari luas total (44.093 ha).
Lahan yang sudah digunakan untuk kebun karet dan kelapa sawit
sekitar 1.212 ha (2,75% dari luas total). Lahan yang tidak disarankan
S. Ritung dan Sunaryo

256
untuk pertanian karena bertekstur kasar (pasir) dan yang sudah
digunakan untuk pemukiman 10.089 ha (22,88%).
7. Disarankan lahan di ketiga lokasi tersebut perlu segera dimanfaatkan untuk
pengembangan lahan pertanian sesuai potensinya. Pihak perusahaan
yang telah diberi ijin pemanfaatan dan pemda setempat perlu
mempercepat aspek legal pemanfaatannya, yaitu proses dan pemberian
hak guna usaha sesuai ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
CSR/ FAO Staffs. 1983. Reconnaissance Land Resource Survey 1 : 250.000
Scale. Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4. Version 1.
Centre for Soil Research, Bogor. Indonesia.
Departemen Kehutanan. 2007. Data Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Hak
Guna Usaha (HGU) Atas Kawasan Hutan Yang Telah Dilepasakan Untuk
Perkebunan. Badan Planologi Kehutanan.
Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk teknis
untuk komoditas pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25-
6. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.
FAO. 1990. Guidelines for Soil Profile Description, 3
rd
Edition (Revised). Soil
Resources, Management and Conservation Service, Land and Water
Development Division.
Marsoedi, Ds., Widagdo, J . Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J . Hof
dan E.R. J ordens. 1997. Pedoman klasifikasi landfrom. LT 5 Versi 3.0.
Proyek LREP II, CSAR, Bogor.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
41 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Disahkan di J akarta tanggal 14 Oktober 2009 oleh Presiden Republik
Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149.
Rossiter, D. G., and A. R. Van Wambeke. 1997. Automated Land Evaluation
System. ALES Version 4.5. User Manual. Cornell University, Departement
of Soil Crop & Atmospheric Sciences. SCAS. Teaching Series No. 193-2.
Revision 4. Ithaca, NY USA.
Soil Survey Staff. 1993. Soil Survey Manual. Agric. Handbook No. 18 SCA-USDA.
Washington DC.
Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. Ninth Edition. United States
Departement of Agriculture. Natural Resources Conservation Services.

Identifikasi Detail Potensi Lahan Terlantar di Kalimantan Timur

257
TANYA JAWAB
Pertanyaan Santun R.P. Sitorus (IPB-Bogor):
1. Identifikasi detail potensi lahan, kenapa pakai peta 1 : 50.000 ?
seharusnya pakal skala yang lebih besar misalnya 1 : 10.000
2. Status lahan/izin untuk usaha perkebunan yang sudah dikeluarkan tidak
bisa begitu saja diabaikan untuk tujuan pengembangan tanaman pangan
dan biofull meskipun terlihat di lapangan seperti lahan terlantar ini ?
karena aspek status lahan dan kesesuaian lahan sama pentingnya dalam
kaitan dengan implementasi rencana pengembangan !
3. Sebagai sasaran, perlu dijelaskan kesimpulan dan saran. Kesimpulan 3
dan 4 lebih tepat sebagai saran, bukan kesimpulan

Jawaban :
1, Istilah detail di dalam judul penelitian sebenarnya untuk menekankan
bahwa identifikasi potensi lahan dilakukan secara mendalam, dan lebih
detail dari pada tringkat tinjau. Bila dihubungkan dengan skala peta,
mungkin lebih tepatnya adalah semi detail dengan skala lebih besar dari 1 :
25.000.
2. Memang benar, selain kesesuaian lahan, status lahan juga penting
kaitannya dalam implementasi rencana penegmbangan pertanian. Ketiga
lokasi penelitian memang telah memiliki izin prinsip untuk usaha
perkebunan. Kemudian kenapa untuk tanaman pangan dan bioful ? Hal ini
karena yang terjadi di lapangan berdasarkan informasi dari Dinas
Perkebunan adalah karena sudah terlalu lama perusahaan pemilik izin
tersebut tidak melakukan kegiatan apaun di lokasi tersebut. Untuk
pengembangan tanaman bioful, kami kira tidak menghalangi rencana
pengembangan tanaman perkebunan.
3. Terima kasih sarannya, agar kesimpulan dan saran dalam penelitian ini
dipisahkan

Anda mungkin juga menyukai