Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi
Cerebral palsi (CP) adalah terminologi yang digunakan untuk
mendeskripsikan kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian
pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa thaun pertama
kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya.
Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak, atau hemisphere, dan palsi
mendeskripsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat pengendaliann pergerakan
tubuh. Jadi, penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan
saraf tepi, melainkan, terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan pada area
motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan
postur secara adekwat.(kuliah umum)
Menurut International Workshop on Definition and Classification of CP 2007,
CP digambarkan sebagai sekelompok gangguan permanen dari perkembagan gerakan
dan postur tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan
gangguan non-progresif yang terjadi di perkembangan otak janin. Gangguan motorik
pada CP sering disertai dengan gangguan sensi, persepsi, kognitif, komunikasi dan
perilaku, epilepsi, dan dengan masalah muskuloskeletal sekunder.(clasification
system in CP).
Variasi beratnya penyakit dapat terlihat dari gejala-gejala yang muncul dari
CP. Penderita CP menunjukkan kesulitan dalam fungsi motorik halus, misalnya
menulis; masalah keseimbangan dan berjalan; atau mengenai gerkan involunter,
seperti tidak dapat mengontrol gerakan menulis atau selalu mengeluarkan air liur.
Tiap penderita CP, menunjukkan gejala yang berbeda. CP bukan penyakit menular
atau bersifat herediter.(nelson, kuliah umum).
B. Epidemiologi
Serangan CP diperkirakan ditemukan pada 2 neonati tiap 1.000
kelahiran(aisen). Collaborative Perinatal Project, dimana sekitar 45.000 anak secara
teratur dipantau sejak dalam kandungan hingga umur 7 tahun, melaporkan bahwa
angka prevalensi CP sekitar 4/1.000 bayi lahir hidup.(Aisen, nelson)
Asosiasi CP dunia memperkirakan >500.000 penderita CP di Amerika.
Disamping peningkatan dalam prevensi dan terapi penyakit penyebab CP, jumlah
anak-anak dan dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak banyak berubah atau
mungkin lebih meningkat sedikit selama 30 tahun terakhir. (kuliah umum)
C. Etiologi
Penyebab CP dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara lain:
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela, dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X, dan keracunan kehamilan.
2. Perinatal
a. Anoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain
injury. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini
terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan
instrumen tertentu dan lahir dengan seksio ceasaria.
b. Perdarahan otak
Perdarahan otak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga
sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah hingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan
spatium subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul
kelumpuhan spastis.
c. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan
otak yang lebih banyak dari pada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,
enzim, fakstor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
d. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak yang permanen akibat masuknyya bilirubin ke ganglia basal misalnya
pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
e.
D. Klasifikasi Klinis
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis.
Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan
dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP terbanyak ( 70-80%), otot mengalami kekakuan
dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami
spastisitas, pada saat seorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan
lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakteristik beruparitme berjalan yang
dikenal dengan gait gunting.
Gejala spastic hemiplegia dapat disertai tremor hemiparesis, yakni anak
tidak dapat mengendalikan gerakan tungkai pada satu sisi tubuh. Gangguan gerakan
berat akan terjadi apabila tremor memberat.
CP spastik dibagi dalam jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu:
a. Monoplegi
Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan.
b. Diplegia
Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat daripada kedua
lengan
c. Triplegia
Bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai kedua
lengan dan 1 kaki.
d. Quadriplegia
Keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama.
e. Hemiplegia
Mengenai salah satu sisi dari tubuh dadn lengan terkena lebih berat


2. CP Atetoid/diskinetik
Lebih sedikit dibandingkan dengan spastic cerebral palsy. Terjadi pada
sekitar 10-20% penderita CP. Terjadi kerusakan pada ganglia basalis.
Karakteristiknya seperti gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan
abnormal ini mengenai, tangan, kaki, lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar
kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak menyeringai dan selalu
mengeluarkan air liur. Gerakan meningkat selama periode peningkatan stres dan
hilang pada saat tidur. Disartria juga merupakan gejala yang tampak pada CP tipe
ini.(nelson inggris)
3. CP Ataksid
Kasus ini jarang dijumpai, hanya sekitar 5-10% penderita CP. Melibatkan
keseimbangan dan persepsi dalam. Gejala-gejala ini melibatkan tonus otot yang
menurun serta koordinasi gerakan yang buruk, termasuk tremor. Penderita berjalan
tidak stabil, dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, dengan posisi kedua kaki yang
saling berjauhan. (handbook of disability)
4. CP campuran
Kasus ini terjadi dimana sesorang mempunyai gejala lebih dari 1 dari 3 tipe
diatas sebelumnya. Kombinasi paling umum adalah atetoid dan spastic CP, meskipun
tidak menutup kemungkinan kombinasi dari tipe-tipe lain. (handbook)


Dari defisit neurologis, CP terbagi atas 2 :
1. Tipe Piramidal.
Gejala yang hampir selalu ada pada tipe ini adalah tonus yang meningkat
(hipertoni), hiperfleksi yang disertai klonus, cenderung timbul kontraktur, serta
refleks patologis. Gangguan bicara juga dapat terjadi pada tipe ini. (cerebral
palsy.org)
2. Tipe ekstrapiramidal
Salah satu karakteristik khas pada tipe ini adalah gerakan involunter. Tipe ini
sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Pada tipe ini kontraktur
jarang ditemukan.
3. Tipe campuran
Gejala yang muncul adalah campuran dari gejala-gejala 2 tipe diatas.





Tabel 1. Klasifikasi CP berdasarkan derajat penyakit

Dikutip dari Buku ajar neurologi anak IDAI 1999, hal 116
Klasifikasi Perkembangan
Morik

Gejala Penyakit Penyerta
Minimal Normal, hanya

Kelainan tonus sementara Gangguan komunikasi

terganggu secara

Refleks primitif menetap terlalu Gangguan belajar

kualitatif

lama spesifik

Kelainan postur ringan


Gangguan gerak motorik kasar
& halus, misalnya clumpsy

Ringan Berjalan umur 24 bulan

Beberapa kelainan pada


pemeriksan neurologis


Perkembangan refleks primitif


abnormal


Respon postular terganggu


Gangguan motorik, misalnya


tremor


Gangguan koordinasi

Sedang Berjalan umur 3 tahun,

Berbagai kelainan neurologis Retardasi mental

kadang memerlukan

Refleks primitif menetap dan Gangguan belajar dan

bracing

kuat komunikasi

Tidak perlu alat khusus

Respon postural terlambat Kejang
Berat Tidak bisa berjalan,

Gejala neurologis dominan


atau berjalan dengan

Refleks primitif menetap

E. Penyakit Lain Yang Berhubungan dengan CP
Banyak penderita CP menderita penyakit-penyakit penyerta lainnya.
Kelainan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat
menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual sesorang, atensi
terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku, serta penglihatan dan pendengaran.
Penyakit-penyakit tersebut adalah:

1. Gangguan Mental
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan
gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental sering
dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia.
2. Kejang atau epilepsi
Setengah dari seluruh anak menderita kejang. Selama kejang, aktivitas
elektrik dan pola normal dan teratur di otak mengalami gangguan. Pada penderita CP
dan epilepsi, gangguan tersebut akan tersebar ke seluruh otak dan menyebabkan
gejala pada seluruh tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau mungkin hanya pada satu
bagian otak dan menebabkan gejala kejang parsial. Kejang tonik-klonik secara umum
menyebabkan penderita menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching
kedua tungkai dan lengan, gerkan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol kandung
kemih. Kejang parsial diklasifikasikan menjadi simpleks atau kompleks. Pada tipe
simpleks, penderita menunjukkan gejala yang terlokalisir, misalnya kejang otot,
gerakan mengunyah, mati rasa atau rasa gatal. Pada tipe kompleks, penderita dapat
mengalami halusinasi, berjalan sempoyongan, gerakan tanpa tujuan, atau mengalami
gangguan kesadaran atau kebingungan.
3. Gangguan Pertumbuhan
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga berat,
terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah istilah untuk
mendeskripsikan anak-anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya
walaupun cukup mendapat asupan makanan. Pada bayi-bayim terhambatnya laju
pertumbuhan terlihat dari kenaikan berat badan yang sangat kecil; pada anak kecil,
dapat tampak terlalu pendek; pada remaja, tampak sebagai kombinasi antara terlalu
pendek dan tidak tampak tanda maturasi seksual. Gagal tumbuh dapat disebabkan
karena beberapa sebab, termasuk nutrisi yang buruk dan kerusakan otak yang
berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai tambahan, otot
tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding
normal. Hal tersebut tampak nyata pada sebagian besar penderita dengan spastik
hemiplegia, karena tungkai pada sisi yang sakit tidak dapat tumbuh secepat sisi yang
normal. Kondisi tersebut juga mengenai tangan dan kaki karena gangguan
penggunaan otot tungkai (disuse atrophy).
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Banyak anak CP menderita strabismus, dimana mata tidak tam[ak segaris
karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri. Pada perkembangannyam hal ini
akan menimbulkan gejala penglihatan ganda. Jika tidak segera dikoreksi akan
menimbulkan gangguan penglihatan berat pada satu mata dan sebenarnya dapat
diintervensi dengan kemampuan visus tertentu, misalnyamembatasi jarak pandang.
Pada beberapa kasus, terapi bedah direkomendasikan untuk koreksi strabismus. Anak
dengan hemmiparesis dapat mengalami hemianopia, dimana terjadi kecacatan visus
atau kebutaan yang mengenai lapangan pandang abnormal pada satu sisi. Pada
beberapa penyebab, seperti kernikterus, post meningitis, dapat meningkatkan
gangguan pendengaran. Skrining direkomendasikan untuk mencegah terjadinya
gangguan pendengaran.


5. Sensasi dan persepsi abnormal
Sebagian penderita CP mengalami gangguan kemampuan untuk merasakan
sensasi. Misalnya, sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami stereognosia, yakni
kesulitan merasakan dan mengidentidikasi objek melalui sensasi raba.

Anda mungkin juga menyukai