Penyakit lain yang berhubungan dengan cerebral palsy.
Banyak penderita CP menderita penyakit-penyakit penyerta lainnya. Kelainan
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual sesorang, atensi terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku, serta penglihatan dan pendengaran. Penyakit-penyakit tersebut adalah: 1. Gangguan Mental Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia.
2. Kejang atau epilepsi Setengah dari seluruh anak menderita kejang. Selama kejang, aktivitas elektrik dan pola normal dan teratur di otak mengalami gangguan. Pada penderita CP dan epilepsi, gangguan tersebut akan tersebar ke seluruh otak dan menyebabkan gejala pada seluruh tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau mungkin hanya pada satu bagian otak dan menebabkan gejala kejang parsial. Kejang tonik-klonik secara umum menyebabkan penderita menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching kedua tungkai dan lengan, gerkan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol kandung kemih. Kejang parsial diklasifikasikan menjadi simpleks atau kompleks. Pada tipe simpleks, penderita menunjukkan gejala yang terlokalisir, misalnya kejang otot, gerakan mengunyah, mati rasa atau rasa gatal. Pada tipe kompleks, penderita dapat mengalami halusinasi, berjalan sempoyongan, gerakan tanpa tujuan, atau mengalami gangguan kesadaran atau kebingungan.
3. Gangguan Pertumbuhan. Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga berat, terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah istilah untuk mendeskripsikan anak-anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya walaupun cukup mendapat asupan makanan. Pada bayi-bayim terhambatnya laju pertumbuhan terlihat dari kenaikan berat badan yang sangat kecil; pada anak kecil, dapat tampak terlalu pendek; pada remaja, tampak sebagai kombinasi antara terlalu pendek dan tidak tampak tanda maturasi seksual. Gagal tumbuh dapat disebabkan karena beberapa sebab, termasuk nutrisi yang buruk dan kerusakan otak yang berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai tambahan, otot tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding normal. Hal tersebut tampak nyata pada sebagian besar penderita dengan spastik hemiplegia, karena tungkai pada sisi yang sakit tidak dapat tumbuh secepat sisi yang normal. Kondisi tersebut juga mengenai tangan dan kaki karena gangguan penggunaan otot tungkai (disuse atrophy).
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran. Banyak anak CP menderita strabismus, dimana mata tidak tam[ak segaris karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri. Pada perkembangannyam hal ini akan menimbulkan gejala penglihatan ganda. Jika tidak segera dikoreksi akan menimbulkan gangguan penglihatan berat pada satu mata dan sebenarnya dapat diintervensi dengan kemampuan visus tertentu, misalnyamembatasi jarak pandang. Pada beberapa kasus, terapi bedah direkomendasikan untuk koreksi strabismus. Anak dengan hemmiparesis dapat mengalami hemianopia, dimana terjadi kecacatan visus atau kebutaan yang mengenai lapangan pandang abnormal pada satu sisi. Pada beberapa penyebab, seperti kernikterus, post meningitis, dapat meningkatkan gangguan pendengaran. Skrining direkomendasikan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran.
5. Sensasi dan persepsi abnormal. Sebagian penderita CP mengalami gangguan kemampuan untuk merasakan sensasi. Misalnya, sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami stereognosia, yakni kesulitan merasakan dan mengidentidikasi objek melalui sensasi raba.