DAN DOWN SYNDROME (KLINIS) Anindya Oktafiani G99131015 Pembimbing : Dr. dr. Hj. Noer Rachma, Sp.KFR KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2014 IDENTITAS PASIEN Nama : An. DA Umur : 7 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Kristen Nama Ayah : Bp. S Nama Ibu : Ny. A Alamat : Kepatihan Tanggal Masuk : 06Juli 2014 Tanggal Pemeriksaan : 11 Juli 2014 No. CM : 01254394 Keluhan Utama BAB cair RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien merupakan rujukan dari RS PKU Muhammadyahkeluhan BAB cair (11 hari SMRS) frekuensi > 10 kali sehari @ + - 1/3 gelas aqua, lendir (+), kembung (+), berwarna kuning kemerahan, ampas(-). Demam (+). Sebelum BAB anak menangis dan tampak kesakitan Pasien tampak kehausan. Batuk (-), sesak (-) Sebelumnya pasien dirawat selama 6 hari RS PKU Muhammadyah BAB cair (), mulai padat, lendir (-), kemerahan (-). Terkadang sesak, pilek (-), batuk (+), demam (+). Pasien mendapat terapi inj. cefotaxim, amicasin, nebu pulmicort, stesolid syrup, zinc, paracetamol (bila suhu >38 o C). Karena beberapa hari perawatan keluhan demam tidak berkurang dan masih didapatkan diare pasien dirujuk ke RSDM. Pasien dikonsulkan ke Rehabilitasi medik oleh bagian anak dengan klinis syndrom down, dan delay global development. Saat ini pasien sudah dapat : - menggerakan kepala dari kiri/kanan ke tengah, - mengoceh spontan - bereaksi terkejut terhadap suara keras - menggenggam pensil dan memiringkan badan. - Pasien sudah dapat tengkurap tetapi belum bisa mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan belum dapat kembali ke posisi semula. - Pasien juga belum begitu merespon dan meraih benda yang berada dalam jangkauannya, akan tetapi pasien termasuk anak yang cukup aktif. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa disangkal Riwayat alergi obat dan makanan disangkal Riwayat mondok/operasi (+) 1 bulan yang lalu dengan pneumonia Riwayat kejang bila demam (+) 1 bulan yang lalu Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan Riwayat sakit serupa : disangkal Riwayat alergi : disangkal Jenis I II III IV BCG 1 bulan - - - DPT 2 bulan 4 bulan - - POLIO 1 bulan 2 bulan 3 bulan - Hepatitis B 1 bulan 2 bulan - - Campak - - - - RIWAYAT IMUNISASI Imunisasi Hepatitis B pada usia 5 bulan belum dilakukan karena pasien sedang demam dan ibu pasien takut pasien akan semakin demam.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Senyum: umur 2 bulan Kemampuan motorik kasar : setara dengan usia 5 bulan Kemampuan bahasa : setara dengan usia 5bulan Kemampuan adaptif-motorik halus: setara dengan usia 5bulan Riwayat Kesehatan Keluarga Ayah : pernah mengalami kejang demam saat bayi Ibu : baik Riwayat Makan dan Minum Anak Susu formula diberikan sejak lahir - sekarang ASI tidak keluar, frekuensi pemberian 10x/ hari masing-masing 90 ml. Bubur diberikan sejak usia 2 bulan, frekuensi 2x sehari masing-masing 2 sendok. PEMELIHARAAN KEHAMILAN DAN PRENATAL Pemeriksaan di dokter kandungan Frekuensi Trimester I : 1x/ bulan Trimester II : 1x/ bulan Trimester III : 1x/ bulan KELUHAN SELAMA KEHAMILAN Sempat muncul flek saat usia kehamilan 3 bulan Preeklampsia sejak usia kehamilan 38 minggu dengan tekanan darah sistole rata-rata 170 mmHg Infeksi selama kehamilan (-) disangkal Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin, tablet DHA. Riwayat kelahiran Lahir di rumah sakit swasta dengan cara sectio caesarea pada usia kehamilan 38 minggu. Pasien menangis spontan saat dilahirkan. Pemeriksaan Postnatal Pemeriksaan di posyandu, frekuensi 1 bulan 1 kali. Imunisasi rutin. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah anak pertama. Ibu seorang ibu rumah tangga yang sebelumnya bekerja di pabrik garment, berhenti bekerja saat hamil. Ayahnya seorang buruh di pasar tradisional. Penderita menggunakan pembayaran biaya rumah sakit dengan BPJS 11 Juli 2014 Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis (E4V5M6) Nadi : 130x/menit, reguler, irama teratur, teraba kuat Respiratory rate : 30x/menit Suhu : 37,9 C per aksiler KEPALA bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, UUB cekung (+) MATA air mata (+/+) menurun, Refleks cahaya (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2 mm), bulat, mata cekung (-/-), epicanthic eye folds (+/+) HIDUNG nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) MULUT sianosis (-), mukosa basah (+) makroglosi (+) TELINGA sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-), low set ear (+/+) ABDOMEN dinding perut sejajar dinding dada, hernia umbilicalis (+) tertutup verband EKSTREMITAS Single Palmar Crease (+/+) Jantung & Paru dbn Status Neurologis Kesadaran : komposmentis Fungsi luhur : sulit dievaluasi Fungsi vegetatif : dalam batas normal Fungsi sensorik : tidak dilakukan Fungsi motorik : Kekuatan : sulit dievaluasi Tonus : normal () R. Fisiologis: (+) R. Patologis : (-) Pemeriksaan MMT Sulit dievaluasi Status Psikiatri Tidak dinilai RANGE OF MOTION
NECK ROM PASIF ROM AKTIF Fleksi 0-70 0 Sde Ekstensi 0-40 0 Sde Lateral bending kanan 0-60 0 Sde Lateral bending kiri 0-60 0 Sde Rotasi kanan 0-70 0 Sde Rotasi kiri 0-70 0 Sde Ekstremitas superior ROM pasif ROM aktif Dextra Sinistra Dextra Sinistra Shoulder Fleksi 0-90 0 0-90 0
sde sde Ekstremitas inferior ROM pasif ROM aktif Dextra Sinistra Dextra Sinistra Hip Fleksi 0-120 0 0-120 0 Sde Sde Ekstensi 0-30 0 0-30 0 Sde Sde Abduksi 0-45 0 0-45 0 Sde Sde Adduksi 0-30 0 0-30 0 Sde Sde Eksorotasi 0-45 0 0-45 0 Sde Sde Endorotasi 0-35 0 0-35 0 Sde Sde Knee Fleksi 0-135 0 0-135 0 Sde Sde Ekstensi 0-0 0 0-0 0 Sde Sde Ankle Dorsofleksi 0-20 0 0-20 0 Sde Sde Plantarfleksi 0-50 0 0-50 0 Sde Sde Eversi 0-5 0 0-5 0 Sde Sde Inversi 0-5 0 0-5 0 Sde Sde Secara klinis Nafsu makan : baik Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+) Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-) Ekstremitas : pitting oedem (-) Status gizisecara klinis : gizi kesan baik Secara Antropometri BB = 5,9 x 100 % = 95,16 % U 6,2 TB = 58 x 100 % = 93,54 % U 62 BB = 5,9 x 100 % = 111,32 % TB 5,3 Status gizi secara antropometri : gizi baik PERHITUNGAN STATUS GIZI PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi Hasil: Gambaran darah tepi dengan trombositosis reaktif mengarah pada proses infeksi Pemeriksaan Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi (Faeces) Hasil: Tinja lunak warna kuning, tidak ditemukan adanya parasit maupun fungus patogen, dengan pemeriksaan Benzidine test (+) ASSESMENT 1. Diare akut dehidrasi sedang 2. Down Syndrome (klinis) 3. Delay Global Development
Masalah medis : 1. Diare akut 2. Down Syndrome 3. Global Developmental Delay DAFTAR MASALAH Problem Rehabilitasi Medik Fisioterapi : keterlambatan perkembangan kemampuan motorikkasar (pasien bisa tengkurap tapi belum bisa mempertahankan kepala tetap tegak dan belum bisa kembali seperti semula) Speech Terapi : tidak ada Okupasi Terapi : tidak ada Sosiomedik : tidak ada Ortesa-protesa : tidak ada Psikologi : Motivasi kedua orang tua Terapi medikamentosa O2 nasal kanul 2 lpm IVFD Asering200 ml/kg/hari Inj. Cefotaxim 250 mg/kg/12 jam Zinc 1 x 20 mg Inj. Diazepam 0,3 mg/kg (bila kejang) Paracetamol 10 mg / kg / x PENATALAKSANAAN Rehabilitasi medik Fisioterapi : Fasilitasi dan stimulasi Head control, Positional miring bergantian Speech terapi : tidak ada Okupasi terapi : tidak ada Sosiomedik : tidak ada Orthesa prothesa : tidak ada Psikologi : terapi suportif pada orang tua PLANNING Planning terapi Fisioterapi. Target : meningkatkan kemampuan motorik kasar, pasien dapat mempertahankan kepala, dan dapat kembali pada posisi semula (terlentang) saat tengkurap. Planning edukasi Penjelasan penyakit kepada keluarga Penjelasan tujuan pemeriksaan dan terapi yang dilakukan Planning monitoring evaluasi hasil terapi IMPAIRMENT, DISABILITAS dan HANDICAP IMPAIRMENT
Down Syndrom (klinis) DISABILITAS
Keterlambatan perkembangan HANDICAP
Ketidaksesuaian perkembangan dengan usia Memperbaiki kemampuan motorik sehingga dapat melakukan pergerakan dasar ADL Menstimulasi agar anak dapat berkembang sesuai dengan usianya Memperbaiki kemampuan motoriksehingga dapat melakukan pergerakan dasar TUJUAN ad vitam : dubia et bonam ad sanam : dubia et bonam ad fungsionam : dubia et bonam PROGNOSIS
DOWN SYNDROME Etiologi Sindroma Down disebabkan oleh trisomi 21 Salinan tambahan pada kromosom 21 biasanya disebabkan oleh nondisjunction, yaitu kegagalan kromosom homolog untuk pemisahan selama meosis I atau meosis II Sejauh ini, tidak ditemukan hubungan antara Sindroma Down dan diet, obat-obatan, ekonomi, status, ataupun gaya hidup. Pertumbuhan : tumbuh pendek dan obesitas terjadi selama masa remaja Sistem saraf pusat : retardasi mental sedang sampai berat, hipotonia meningkat sejalan dengan umur, gangguan artikulasi, Sleep apnea.. Penuaan dini : berkurangnya tonus kulit, kerontokan atau pemutihan rambut lebih awal, katarak, kehilangan pendengaran, kejang, keganasan. Tulang tengkorak : brachycephaly, microcephaly, kening melandai, oksiput datar, fontanela besar dengan penutupan yang lambat Mata : fisura palpebra yang condong ke depan, lipatan epikantus bilateral, brushfield spots (iris yang berbintik), gangguan refrakter (50%), strabismus (44%), nistagmus (20%), blepharitis (31%) Hidung : tulang hidung hipoplastik Mulut dan gigi : mulut terbuka dengan penonjolan lidah, lidah yang bercelah, pernapasan mulut dengan pengeluaran air liur, bibir bawah yang merekah, angular cheilitis, anodonsia parsial (50%) Telinga : telinga kecil dengan lipatan heliks yang berlebihan Abdomen : rektum diastasis dan hernia umbilikalis MANIFESTASI KLINIS Saluran urin dan kelamin : malformasi ginjal, hipospadia, mikropenis, dan kriptorkoidisme. Skeletal : tangan pendek dan lebar, klinodaktil pada jari ke lima dengan lipatan fleksi tunggal (20%), sendi jari hiperekstensi, meningkatnya jarak antara dua jari kaki pertama dan dislokasi panggul yang didapat. Sistem endokrin : tiroiditis Hashimoto yang menyebabkan hipotiroidisme adalah gangguan tiroid yang paling sering didapat pada pasien Sindroma Down. Diabetes dan menurunnya kesuburan juga dapat terjadi. Sistem hematologi : anak dengan Sindroma Down memiliki risiko untuk mengalami leukemia. Imunodefisiensi : pasien Sindroma Down memiliki risiko 12 kali untuk terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia Kulit : alopesia areata, vitiligo, dan infeksi kulit berulang. Bayi dengan Sindroma Down harus dievaluasi mengenai penyakit jantung bawaan dengan mengkonsultasikan ke ahli kardiologi anak. Evaluasi klinis jantung harus berkesinambungan karena risiko prolaps katup mitral dan regurgitasi aorta yang tinggi pada masa remaja dan dewasa muda. Pendengaran harus dievaluasi secara teratur sejak masa kanak-kanak. Gangguan oftalmologi: penilaian oftalmologi harus dilakukan pada bayi baru lahir atau paling tidak pada umur 6 bulan untuk menilai strabismus, nistagmus, dan katarak. Fungsi tiroid: tes fungsi tiroid harus dilakukan pada saat bayi baru lahir. American Academy of Pediatric (AAP) merekomendasikan agar skrining harus diulang pada umur 6 dan 12 bulan, dan kemudian setiap tahun. Tinggi dan berat badan harus diukur setiap tahun karena adanya kombinasi deselerasi dari pertumbuhan linear berkaitan dengan pertambahan berat badan adalah indikator yang sensitif untuk hipotiroid. Penyakit periodontal: penyakit periodontal sering pada anak-anak dan dewasa dengan Sindroma Down. Mekanisme ini diperkirakan karena perubahan flora normal pada mulut Evaluasi neurologis untuk mengetahui apakah terdapat kompresi medula spinalis dan harus diperlukan pengobatan defenitif. Konseling dapat dimulai sejak diagnosis prenatal ataupun pada kasus yang dicurigai. Diskusi tersebut sebaiknya mencakup tentang variabilitas dari manifestasi dan prognosis. MANAJEMEN Bergantung pada tingkat keparahannya Kemungkinan pasien untuk mengalami penyakit saluran napas meningkat dan dapat terjadi akut leukemia. Apabila sindroma ini mengenai laki-laki maka akan menjadi infertil. Hampir 80% pasien tanpa cacat jantung dapat mencapai umur 30 tahun; 60% dari semua pasien masih hidup pada usia 50 tahun. Tinggi badan pada umur 18 tahun antara 136-145 cm untuk wanita dan 140-162 cm untuk laki-laki. PROGNOSIS TERAPI FISIK DAN REHABILITASI MEDIS PENDERITA DOWN SYNDROME 1. Terapi Wicara : Suatu terapi yang di perlukan untuk anak DS yang mengalami keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata 2. Terapi Okupasi : untuk melatih anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya, agar tidak bergantung dengan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat. 3. Terapi Remedial : diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari sekolah biasa 4. Terapi Sensori Integrasi : untuk mengatasi gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat 5. Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy) : Mengajarkan anak DS yang sudah berusia lebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.