Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan Iungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis; munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis. Sehingga dari pengetahuan kita mengenai Iakta dan proses penuaan kulit yang merupakan penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini adalah memakai produk antiaging yang tepat. $er-C, serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang tepat, berguna memperlambat proses penuaan dini dan menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah. http://medicastore.com 12. Gangguan pigmentasi pada kulit dapat diklasiIikasikan menjadi:(1) hipomelanosis atau leukoderma, seperti pada vitiligo, albinisme, (2) hypermelanosis coklat atau melanoderma yang disebabkan oleh meningkatnya pigmen melanin atau jumlah melanosit di epidermis, seperti pada Ireckles, melasma atau lentigo dan (3) ceruloderma atau hypermelanosis keabuan atau kebiruan disebabkan oleh peningkatan melanin atau jumlah melanosit di dermis, seperti pada Mongolian spot. 14. Warna kulit manusia ditentukan oleh campuran beberapa kromoIore yaitu oxyhemoglobin (memberikan warna merah), deoxygenated hemoglobin (biru), carotene suatu pigmen eksogen (kuning-oranye), melanin (coklat). Melanin merupakan komponen utama pada pembentukan warna kulit, baik epidermal pigmentation maupun dermal pigmentation. Spektrum warna kulit manusia berdasar respons terhadap sinar matahari ada 6 tipe yang disebut Skin Phototypes (SPT) (Tabel 1). Respons kulit terhadap paparan sinar matahari dapat terjadi akut, seperti timbulnya reaksi terbakar (sunburn) dan pigmentasi, maupun kronis yang dapat menyebablan penuaan dini dan pertumbuhan tumor. Reaksi terbakar biasanya diikuti
!roses !enuaan pada Kulit dengan warna kemerahan sampai coklat atau dikenal dengan Tanning (gosong, bahasa Jawa) Table 1: Penggolongan tipologi kulit manusia berdasar respons terhadap paparan sinar matahari. SPT SiIat kulit Warna kulit I Selalu terbakar, tanpa tanning Putih pucat II Mudah terbakar, kadang tanning Putih pucat III Kadang terbakar, tanning ringan/moderat Putih IV Terbakar minimal sekali, selalu tanning Sedikit coklat V Tak pernah terbakar, selalu tanning Coklat VI Tak pernah terbakar, selalu tanning Coklat tua
Sintesis melanin Pembentukan melanin terjadi didalam melanosit, suatu sel berdendrit yang terletak pada lapisan basal epidermis dan memproyeksikan dendrit-dendritnya ke epidermis. Dendrit adalah semacam tangan yang dapat mencapai keratinosit dalam jarak yang cukup jauh untuk mentransIer melanosomes, yaitu organela yang berisi melanin. Diperkirakan satu melanosit dapat mencapai 36 keratinosit dan mengadakan kontak didalam satu kesatuan yang disebut epidermal melanin unit. Proses pembentukan melanin dan transIernya melalui pengaturan yang sangat kompleks pada tingkat sel, sub sel, molekul dan genetik. Produk melanin yang dihasilkan akan menentukan warna kulit, rambut dan mata, karena selain epidermis melanin juga terdapat di Iolikel rambut, retina, leptomeningal, telinga bagian dalam dan lain-lain jaringan. Densitas melanosit pada bagian bagian tubuh bervariasi tergantung lokasi, seperti di kulit kepala dan lengan bawah terdapat kurang lebih 2000 melanosit setiap millimeter kubik, sedangkan selain kedua tempat itu hanya kurang lebih 1000 melanosit. Jumlah melanosit tidak dipengaruhi oleh perbedaan ras, tetapi warna kulit manusia lebih ditentukan oleh aktivitas melanogenik didalam melanosit seperti sintesis melanin, produksi melanosomes, besar, bentuk, warna dan tipe melanosomes serta model transIer dan distribusinya ke keratinosit. Sebagai contoh pada kulit Kaukasia didapatkan 3-8 melanosomes menjadi satu didalam keratinosit sedangkan pada kulit hitam jumlahnya lebih banyak dan didistribusikan merata ke seluruh sitoplasma keratinosit. Dengan semakin bertambah usia jumlah melanosit epidermis akan menurun terutama di tempat yang tidak terpapar sinar matahari, 8-10 densitasnya berkurang setiap dekade usia, kecuali pada daerah genetalia. Diduga pengaruh hormone seks yang mempertahankan warna kulit dan rambut genital sehingga relativ konstan. Biosintesis melanin terjadi didalam melanosomes, dibawah pengaruh genetik dan dapat dipengaruhi pula oleh stimulus dari luar seperti sinar matahari. Ada dua bentuk melanin yaitu eumelanin yang memberikan warna gelap (hitam-coklkat) dan pheomelanin memberi warna cerah (kuning- kemerahan). Keduanya di sintesis dari oksidasi tirosin oleh ensim tirosinase, melalui jalur yang dikenal sebagai Raper Mason Pathway. Tirosin dirubah menjadi DOPA dan DOPA quinon lebih dahulu sebelum menjadi eumelanin (via indole quinon) atau pheomelanin (via cysteinyl DOPA). Apabila sintesis berkurang atau terjadi penurunan rate transIer melanosomes dari melanosit ke keratinosit serta peningkatan deskuamasi stratum korneum menyebabkan keadaan hipopigmentasi kulit atau sebaliknya. Peran reseptor membrane sel penting dalam pengenalan dan interaksi pada proses transIer melanosomes, demikian pula kecepatan gerakan sel sel basal ke permukaan untuk menjadi sel sel stratum korneum serta kohesivitas antar korneosit akan menentukan konsentrasi melanin di epidermis. Pengaruh hormon Melanocyte stimulating Hormon (MSH), estrogen dan progresteron juga ikut berperan pada proses melanogenesis walaupun mekanisme kerja nya belum jelas. Melasma Hipermelanosis yang banyak dijumpai dan sangat menonjol di masyarakat adalah melasma karena kelainan ini cukup banyak terjadi dan dapat memberikan penampilan yang kurang baik bagi penderita terutama kaum perempuan. Penderita menjadi kurang percaya diri oleh karena wajahnya dirasa terlihat kusam; seorang ibu atau wanita yang menderita Ilek hitam sedikit saja di wajah akan berusaha kemana mana dan mencoba obat apa saja untuk menghilangkannya. DeIinisi melasma adalah hipermelanosis ireguler berwarna coklat terang sampai coklat gelap pada daerah yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, terutama di dahi kedua pipi, hidung, diatas bibir, dagu dan kadang kadang leher. Penyebabnya bersiIat multiIaktorial, mulai dari Iaktor genetik, paparan sinar matahari, perubahan hormonal baik akibat kehamilan maupun pemberian kontrasepsi oral atau pengobatan hormon, pemakaian kosmetika, obat Iotosensitizer, anti kejang sampai Iaktor ras. Melasma merupakan bentuk epidermal melanotic hyperpigmentation namun penelitian pada akhir akhir ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan jumlah melanosit pada penderita melasma (Kang et al, 2002). Melanin pada epidermis berperan sebagai kromoIor endogen yang menyerap gelombang elektro magnetik sinar matahari sehingga dianggap sebagai pelindung terhadap eIek buruk sinar matahari. Pajanan sinar matahari pada kulit manusia akan diserap oleh kromoIor endogen, dan terjadilah reaksi Iotokimiawi yang merubah molekul molekul yang stabil menjadi molekul sangat reaktiI. Hasil reaksi Iotokimiawi dikenal sebagai photo product, antara lain molekul CPD (cyclo butan pyrimidine dimmer) sebagai hasil reaksi Iotoadisi, cis-urocanic acid yang berasal dari molekul trans pada reaksi Iotoisomerisasi dan ROS (reactive oxygen species) seperti oksigen singlet, anion superaktiI, radikal hidroksil sebagai sebagai hasil reaksi Ioto oksidasi.. Sintesis melanin dapat terjadi karena pajanan sinar matahari secara langsung maupun tak langsung. Secara langsung bila SUV memicu melanosit pada membrana sel yang akan mengahasilkan ROS sebagai photoproduct, selanjutnya ROS mengaktiIkan phopholipase-C (PLC) dan membebaskan diacetyl glycerol (DAG) dan inositoltriphosphat. Kedua senyawa ini bergungsi sebagai second messenger yang akan mengaktiIkan Iaktor nuclear sehingga transkripsi DNA yang ada di inti sel terpicu. Transkripsi DNA akan menghasilkan tyrosinase dan berakhir dengan sintesis melanin. Secara tidak langsung pajanan sinar matahari akan memicu keratinosit, dan juga melalui pelepasan DAG kedalam sitoplasma akan mempengaruhi transkripsi DNA yang berujung pada sintesis dan sekresi berbagai sitokin yang berperan sebagai mitogen bagi melanosit untuk berproliIerasi, migrasi dan melakukan sintesis melanin. Faktor lain yang berperan pada timbulnya melasma adalah Iaktor lokal yaitu pemakaian kosmetika. Beberapa bahan yang ada dalam kosmetika wajah seperti pewangi, mulai dari benzyl alcohol sampai lavender oil, juga hydroquinone, antiseptic, PABA dan berbagai pengawet bersiIat sebagai photo sensitizer yang dapat meningkatkan terbentuknya ROS dan memicu aktiIitas melanosit. Khusus hydroquinone yang banyak digunakan sebagai pemutih kulit, selain dapat menyebabkan hipermelanosis, justru berperan sebagai sumber ROS yang dapat merusak sel dan DNA. Maka tidak heran apabila penderita yang diberi obat pemutih kadang dapat terjadi reaksi sebaliknya, kulit menjadi lebih hitam. Namun yang lebih berbahaya adalah dengan penggunaan pemutih untuk mencegah sintesis melanin, Iungsi melanin sebagai proteksi hilang dan pada tingkat seluler terjadi kerusakan DNA yang apabila mekanisme repair tak berhasil maka sangat beresiko menghasilkan gena mutan yang pada akhirnya timbul keganasan atau kanker kulit..
16. P PS SO OR RI IA AS SI IS S
1 1. . D De eI Ii in ni is si i P Ps so or ri ia as si is s a ad da al la ah h p pe en ny ya ak ki it t k kr ro on ni ik k r re es si id di iI I, , d di id du ug ga a a au ut to oi im mu un n, , d di it ta an nd da ai i d de en ng ga an n b be er rc ca ak k e er ri it te em m, , b ba at ta as s t te eg ga as s, , s sk ku ua am ma a k ka as sa ar r b be er rl la ap pi is s- -l la ap pi is s d da an n t tr ra an ns sp pa ar ra an n. .
2 2. . E Ep pi id de em mi io ol lo og gi i 1 1- -3 3 p po op pu ul la as si i d di i d du un ni ia a. . I In ns si id de en ns si i p pa ad da a p pr ri ia a a ag ga ak k l le eb bi ih h b ba an ny ya ak k d da ar ri ip pa ad da a w wa an ni it ta a
3 3. . E Et ti io ol lo og gi i S Sa am mp pa ai i s sa aa at t i in ni i, , e et ti io ol lo og gi i d da ar ri i p ps so or ri ia as si is s m ma as si ih h b be el lu um m j je el la as s, , d di id du ug ga a m me er ru up pa ak ka an n p pe en ny ya ak ki it t a au ut to oi im mu un n. . N Na am mu un n 2 2 h ha al l d di ib ba aw wa ah h i in ni i s sa an ng ga at t b be er rp pe er ra an n d da al la am m e et ti io op pa at to og ge en ne es si is s p ps so or ri ia as si is s. . a ak kt to or r g ge en ne et ti ik k s sa an ng ga at t b be er rp pe er ra an n. . B Bi il la a o or ra an ng gt tu ua an ny ya a t ti id da ak k m me en nd de er ri it ta a p ps so or ri ia as si is s r ri is si ik ko o m me en nd da ap pa at t p ps so or ri ia as si is s a ad da al la ah h 1 12 2 , , s se ed da an ng gk ka an n j ji ik ka a s sa al la ah h s sa at tu u o or ra an ng gt tu ua an ny ya a m me en nd de er ri it ta a p ps so or ri ia as si is s r ri is si ik ko on ny ya a m me en ni in ng gk ka at t m me en nj ja ad di i 3 34 4- -3 39 9 . . H Ha al l y ya an ng g m me en ny yo ok ko on ng g a ad da an ny ya a I Ia ak kt to or r g ge en ne et ti ik k i ia al la ah h b ba ah hw wa a p ps so or ri ia as si is s b be er rh hu ub bu un ng ga an n d de en ng ga an n g ge en n H HL LA A- -B B1 13 3, , B B1 17 7, , B Bw w5 57 7, , d da an n C Cw w6 6 a ak kt to or r i im mu un no ol lo og gi ik k j ju ug ga a b be er rp pe er ra an n. . D De eI Ie ek k g ge en ne et ti ik k p pa ad da a p ps so or ri ia as si is s d da ap pa at t d di ie ek ks sp pr re es si ik ka an n p pa ad da a s sa al la ah h s sa at tu u d da ar ri i t ti ig ga a j je en ni is s s se el l, , y ya ak kn ni i : : l li im mI Io os si it t T T, , a an nt ti ig ge en n p pr re es se en nt ti in ng g c ce el ll l ( (s se el l l la an ng gh ha an ns s d di i s st tr ra at tu um m s sp pi in no os su um m) ), , a at ta au u k ke er ra at ti in no os si it t. . L Le es si i p ps so or ri ia as si is s m ma at ta an ng g u um mu um mn ny ya a p pe en nu uh h d de en ng ga an n s se eb bu uk ka an n l li im mI Io os si it t T T p pa ad da a d de er rm mi is s y ya an ng g t te er ru ut ta am ma a t te er rd di ir ri i a at ta as s l li im mI Io os si it t T T C CD D4 4 d de en ng ga an n s se eb bu uk ka an n l li im mI Io os si it ti ik k p pa ad da a e ep pi id de er rm mi is s. . P Pa ad da a l le es si i b ba ar ru u u um mu um mn ny ya a l le eb bi ih h b ba an ny ya ak k d di id do om mi in na as si i o ol le eh h l li im mI Io os si it t T T C CD D8 8. . P Pa ad da a l le es si i p ps so or ri ia as si is s t te er rd da ap pa at t s se ek ki it ta ar r 1 17 7 s si it to ok ki in n y ya an ng g p pr ro od du uk ks si in ny ya a b be er rt ta am mb ba ah h. . S Se el l l la an ng gh ha an ns s y ya an ng g t te er rd da ap pa at t d di i s st tr ra at tu um m s sp pi in no os su um m y ya an ng g t te er rm ma as su uk k d da al la am m S SA AL LT T ( (S Sk ki in n A As ss so oc ci ia at te ed d L Li im mI Io oi id d T Ti is ss su ue e) ) j ju ug ga a b be er rp pe er ra an n p pa ad da a i im mu un no op pa at to og ge en ne es si is s p ps so or ri ia as si is s. . T Te er rj ja ad di in ny ya a p pr ro ol li iI Ie er ra as si i e ep pi id de er rm mi is s d di ia aw wa al li i d de en ng ga an n a ad da an ny ya a p pe er rg ge er ra ak ka an n a an nt ti ig ge en n y ya an ng g d di ip pr re es se en nt ta as si ik ka an n o ol le eh h s se el l L La an ng gh ha an ns s. .
4 4. . P Pa at to og ge en ne es si is s P Pa ad da a p ps so or ri ia as si is s t te er rj ja ad di i p pe er ru ub ba ah ha an n- -p pe er ru ub ba ah ha an n s se ep pe er rt ti i d di ib ba aw wa ah h i in ni i : : a a. . K Ke el la ai in na an n t te er rd da ap pa at t p pa ad da a s st tr ra at tu um m b ba as sa al le e T Te er rj ja ad di i h hi ip pe er rp pr ro ol li iI Ie er ra as si i e ep pi id de er rm mi is s keratinisasi yang normalnya 28 hari dipercepat menjadi 3-4 hari b b. . InIiltrasi papil dermis dan hiperplasi dermis mendesak stratum basale epidermis batas antara epidermis dan dermis sangat tipis perubahan mikrovaskuler pada dermis c c. . I In nI Ii il lt tr ra as si i s se el l- -s se el l i in nI Il la am ma as si i p pa ad da a e ep pi id de er rm mi is s
5 5. . G Ge ej ja al la a K Kl li in ni is s - - G Ga at ta al l sensitisasi serabut saraI - - U UK KK K : : 4 4 p pl la ak ka at t e er ri it te em m inIiltrasi papil dermis ke epidermis proliIerasi dipercepat dan timbul warna kemerahan karena dermis banyak mengandung pembuluh kapiler 4 4 s sk ku ua am ma a t te eb ba al l b be er rl la ap pi is s- -l la ap pi is s k ke ep pe er ra ak ka an n s se ep pe er rt ti i m mi ik ka a gangguan proses deIerensiasi epidermis proliIerasi lebih cepat keratinisasi belum selesai, epidermis sudah berproliIerasi lagi bermaniIestasi sisik yang tebal di kulit - - u us sp pi it t: : s si ig gn n, , y ya ai it tu u b bi il la a s sk ku ua am ma a d di ik ke er ro ok k m ma ak ka an n a ak ka an n m mu uc cu ul l b bi in nt ti ik k p pe er rd da ar ra ah ha an n p pa ad da a d da as sa ar r s sk ku ua am ma a. . H Ha al l i in ni i d di is se eb ba ab bk ka an n k ka ar re en na a p pa ad da a p ps so or ri ia as si is s b ba at ta as s a an nt ta ar ra a e ep pi id de er rm mi is s d da an n d de er rm mi is s s sa an ng ga at t t ti ip pi is s, , d di im ma an na a d di i d de er rm mi is s d di it te em mu uk ka an n b ba an ny ya ak k s se ek ka al li i p pe em mb bu ul lu uh h d da ar ra ah h - - F Fe en no om me en na a t te et te es sa an n l li il li in n : : b bi il la a s sk ku ua am ma a d di ig go or re es s m ma ak ka a w wa ar rn na an ny ya a b be er ru ub ba ah h m me en nj ja ad di i p pu ut ti ih h, , s se ep pe er rt ti i l li il li in n y ya an ng g d di ig go or re es s - - F Fe en no om me en na a K Ko oe eb bn ne er r : : p ps so or ri ia as si is s y ya an ng g t ti im mb bu ul l d de en ng ga an n d di id da ah hu ul lu ui i o ol le eh h t tr ra au um ma a p pa ad da a k ku ul li it t, , I Ie en no om me en na a i in ni i b bi ia as sa an ny ya a t te er rj ja ad di i 3 3 m mi in ng gg gu u p pa as sc ca a- -t tr ra au um ma a
6 6. . G Ga am mb ba ar ra an n H Hi is st to op pa at to ol lo og gi i - - H Hi ip pe er rk ke er ra at to os si is s K Ke el la ai in na an n p pa ad da a s st tr ra at tu um m b ba as sa al le e hiperproliIerasi epidermis stratum korneum menebal - - - -s se es s M Mo on nr ro oe e inIiltrasi sel-sel inIlamasi pada epidermis sensitisasi oleh makroIag oleh sel langhans di stratum spinosum neutroIil terangkat ke stratum korneum - - P Pa ar ra ak ke er ra at to os si is s hiperproliIerasi sel-sel epidermis sel dari stratum basale yang mempunyai inti sel terangkat dengan cepat ke stratum korneum terlihat inti sel pada stratum korneum yang normalnya tidak terdapat inti
7 7. . T Te er ra ap pi i a a. . T To op pi ik ka al l i i. . K Ko or rt ti ik ko os st te er ro oi id d : : m me er ru up pa ak ka an n d dr ru ug g o oI I c ch ho oi ic ce e t th he er ra ap py y p pa ad da a p pe en ny ya ak ki it t p ps so or ri ia as si is s. . J Ja an ng ga an n d di ig gu un na ak ka an n l le eb bi ih h d da ar ri i 2 2 m mi in ng gg gu u k ka ar re en na a a ak ka an n m me en ny ye eb ba ab bk ka an n r re eb bo ou un nd d p ph he en no om me en no on n i ii i. . E Em mo ol li ie en n : : u un nt tu uk k m me el lu un na ak kk ka an n s sk ku ua am ma a i ii ii i. . D De er ri iv va at t v vi it ta am mi in n A A : : m me er ru up pa ak ka an n a an nt ti i- -k ke er ra at ti in ni is sa as si i i iv v. . P Pr re ep pa ar ra at t t te er r : : s su up pr re es si i s si in nt te es si is s D DN NA A d da an n m me en ne ek ka an n m mi it to os si is s s se el l b ba as sa al l v v. . C Ca al lc ci ip po ot tr ri io ol l : : a an nt ti i- -p pr ro ol li iI Ie er ra as si i s se el l, , m me em mp pe er rb ba ai ik ki i k ke er ra at ti in ni is sa as si i e ep pi id de er rm mi is s b b. . S Si is st te em mi ik k, , d di ig gu un na ak ka an n a ap pa ab bi il la a d de en ng ga an n t te er ra ap pi i t to op pi ik ka al l t ti id da ak k m me en nu un nj ju uk kk ka an n p pe er rb ba ai ik ka an n i i. . M Me et th hr ro ot te ex xa at t : : H Ha am mb ba at t p pr ro ol li iI Ie er ra as si i e ep pi id de er rm ma al l d da an n i im mm mu un no om mo od du ul la as si i i ii i. . L Le ev vo od do op pa a i ii ii i. . S Si ik kl lo os sp po or ri in n : : i im mm mu un no os su up pr re es sa an n i iv v. . E Et tr re et ti in na at t : : a an nt ti i- -k ke er ra at ti in ni is sa as si i c c. . F Fo ot to ot te er ra ap pi i i i. . D De en ng ga an n U UV VB B ( (2 29 90 0- -3 32 20 0 n nm m) ) i ii i. . D De en ng ga an n P PU UV VA A ( (P Ps so or ra al le en n U UV VA A) )
8 8. . D Di ia ag gn no os si is s B Ba an nd di in ng g a a. . D De er rm ma at ti it ti is s S Se eb bo or ro oi ik k b b. . P Pt ti ir ri ia as si is s R Ro os ss se ea a c c. . D De er rm ma at to oI Ii it to os si is s d d. . S Si iI Ii il li is s P Ps so or ri ia at ti ik ka a e e. . D De er rm ma at ti it ti is s N Nu um mm mu ul la ar ri is s I I. . O On ni ik ko om mi ik ko os si is s psoriasis pada kuku
18.PER$EN$%'%$ P KUL% Kulit merupakan sasaran dari kelainan imunopatologis termasuk semua penyakit yang tergolong dalam reaksi Gell dan Coombs.
. UR%KR Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Keluhan subyektiI biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Urtikaria juga kadang dikenal sebagai hives, nettle rash, buduran, kaligata. - Klasifikasi Terdapat beberapa penggolongan urtikaria Berdasarkan lamanya serangan berlangsung Urtikaria akut, bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari. Urtikaria kronik, bila serangan lebih dari 6 minggu.
Penyakit kulit 1enis ipersensitivitas Mekanisme Urtikaria I IgE,sel mast,histamin Penyakit bulosa II Autoantibodi terhadap komponen kulit; komplemen Vaskulitis III Kompleks imun; polimorIonuklear;komplemen Dermatitis kontak alergi IV Sel T, Sitokin Berdasarkan morIologi klinis Urtikaria papular bila berbentuk papul. Urtikaria gutata bila besarnya sebesar tetesan air. Urtikaria girata bila ukuran besar. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan terkena Urtikaria lokal Urtikaria generalisata Angioedema Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadi urtikaria Urtikaria imunologik 1. Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I) 2. Ikut sertanya komplemen 3. Reaksi alergi tipe IV Urtikaria nonimunologik 1. Langsung memacu sel mas, sehingga terjadi pelepasan mediator. (misalnya obat golongan opiat dan bahan kontras) 2. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya aspirin, obat anti inIlamasi non-steroid) 3. Trauma Iisik, misalnya dermograIisme, rangsangan dingin, panas atau sinar, dan bahan kolinergik. Urtikaria Idiopatik : Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya. . ERM%%$ KON%K LERG Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi akibat pajanan ulang dengan bahan dari luar yang bersiIat haptenik atau antigenik yang sama, atau mempunyai struktur kimia serupa, pada kulit seseorang yang sebelumnya telah tersensitasi. Persamaan dermatitis kontak alergi dengan urtikaria adalah pada gambaran kliniknya yaitu terjadi eritema dengan peninggian atau pembengkakan. Untuk membedakan dermatitis kontak alergi dari urtikaria, pada anamnesis diketahui adanya kontak dengan alergen seperti nikel, lateks, dan sebagainya beberapa menit atau beberapa jam sebelum timbul gejala eritema tersebut. C. ERM%%$ %OPK Dermatitis atopik adalah suatu gangguan kulit kronik (atau sekelompok gangguan yang berkaitan), yang sering ditemukan pada penderita rhinitis alergika dan asma serta diantara para anggota keluarga mereka. Pada penyakit ini sering terdapat kadar IgE serum total yang tinggi dan reaksi uji kulit majemuk positiI yang timbulnya cepat. Lesi kulit dermatitis atopik justru memperlihatkan adanya edema dan berbagai inIiltrasisel mononuklear dan eosinoIil serta penimbunan cairan dalam kulit (membentuk vesikel-vesikel yang jelas terlihat secara klinis). Pecahnya vesikel ini dalam jumlah banyak mengakibatkan terbentuknya krusta dan kulit menjadi bersisik.