Anda di halaman 1dari 10

11.

Proses Penuaan Kulit


Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar,
yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan 'photo aging'.
Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur,
dan Iungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses
ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis; munculnya kerutan
halus, adanya pigmentasi kulit (age spot).
Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut
berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan
sinar sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim
proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen
serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis.
Sehingga dari pengetahuan kita mengenai Iakta dan proses penuaan kulit yang merupakan
penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani penuaan
dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini adalah memakai produk
antiaging yang tepat.
$er-C, serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang tepat, berguna memperlambat
proses penuaan dini dan menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah.
http://medicastore.com
12. Gangguan pigmentasi pada kulit dapat diklasiIikasikan menjadi:(1)
hipomelanosis atau leukoderma, seperti pada vitiligo, albinisme, (2) hypermelanosis
coklat atau melanoderma yang disebabkan oleh meningkatnya pigmen melanin atau
jumlah melanosit di epidermis, seperti pada Ireckles, melasma atau lentigo dan (3)
ceruloderma atau hypermelanosis keabuan atau kebiruan disebabkan oleh
peningkatan melanin atau jumlah melanosit di dermis, seperti pada Mongolian spot.
14. Warna kulit manusia ditentukan oleh campuran beberapa kromoIore yaitu
oxyhemoglobin (memberikan warna merah), deoxygenated hemoglobin (biru),
carotene suatu pigmen eksogen (kuning-oranye), melanin (coklat). Melanin
merupakan komponen utama pada pembentukan warna kulit, baik epidermal
pigmentation maupun dermal pigmentation. Spektrum warna kulit manusia berdasar
respons terhadap sinar matahari ada 6 tipe yang disebut Skin Phototypes (SPT)
(Tabel 1). Respons kulit terhadap paparan sinar matahari dapat terjadi akut, seperti
timbulnya reaksi terbakar (sunburn) dan pigmentasi, maupun kronis yang dapat
menyebablan penuaan dini dan pertumbuhan tumor. Reaksi terbakar biasanya diikuti

!roses !enuaan pada
Kulit
dengan warna kemerahan sampai coklat atau dikenal dengan Tanning (gosong,
bahasa Jawa)
Table 1: Penggolongan tipologi kulit manusia berdasar respons
terhadap paparan sinar matahari.
SPT SiIat kulit Warna kulit
I Selalu terbakar, tanpa tanning Putih pucat
II Mudah terbakar, kadang tanning Putih pucat
III Kadang terbakar, tanning ringan/moderat Putih
IV Terbakar minimal sekali, selalu tanning Sedikit coklat
V Tak pernah terbakar, selalu tanning Coklat
VI Tak pernah terbakar, selalu tanning Coklat tua

Sintesis melanin
Pembentukan melanin terjadi didalam melanosit, suatu sel berdendrit yang
terletak pada lapisan basal epidermis dan memproyeksikan dendrit-dendritnya ke
epidermis. Dendrit adalah semacam tangan yang dapat mencapai keratinosit dalam
jarak yang cukup jauh untuk mentransIer melanosomes, yaitu organela yang berisi
melanin. Diperkirakan satu melanosit dapat mencapai 36 keratinosit dan
mengadakan kontak didalam satu kesatuan yang disebut epidermal melanin unit.
Proses pembentukan melanin dan transIernya melalui pengaturan yang sangat
kompleks pada tingkat sel, sub sel, molekul dan genetik. Produk melanin yang
dihasilkan akan menentukan warna kulit, rambut dan mata, karena selain epidermis
melanin juga terdapat di Iolikel rambut, retina, leptomeningal, telinga bagian dalam
dan lain-lain jaringan.
Densitas melanosit pada bagian bagian tubuh bervariasi tergantung lokasi,
seperti di kulit kepala dan lengan bawah terdapat kurang lebih 2000 melanosit setiap
millimeter kubik, sedangkan selain kedua tempat itu hanya kurang lebih 1000
melanosit. Jumlah melanosit tidak dipengaruhi oleh perbedaan ras, tetapi warna kulit manusia
lebih ditentukan oleh aktivitas melanogenik didalam melanosit seperti
sintesis melanin, produksi melanosomes, besar, bentuk, warna dan tipe melanosomes
serta model transIer dan distribusinya ke keratinosit. Sebagai contoh pada kulit
Kaukasia didapatkan 3-8 melanosomes menjadi satu didalam keratinosit sedangkan
pada kulit hitam jumlahnya lebih banyak dan didistribusikan merata ke seluruh
sitoplasma keratinosit.
Dengan semakin bertambah usia jumlah melanosit epidermis akan menurun
terutama di tempat yang tidak terpapar sinar matahari, 8-10 densitasnya berkurang
setiap dekade usia, kecuali pada daerah genetalia. Diduga pengaruh hormone seks
yang mempertahankan warna kulit dan rambut genital sehingga relativ konstan.
Biosintesis melanin terjadi didalam melanosomes, dibawah pengaruh genetik
dan dapat dipengaruhi pula oleh stimulus dari luar seperti sinar matahari. Ada dua
bentuk melanin yaitu eumelanin yang memberikan warna gelap (hitam-coklkat) dan
pheomelanin memberi warna cerah (kuning- kemerahan). Keduanya di sintesis dari
oksidasi tirosin oleh ensim tirosinase, melalui jalur yang dikenal sebagai Raper
Mason Pathway. Tirosin dirubah menjadi DOPA dan DOPA quinon lebih dahulu
sebelum menjadi eumelanin (via indole quinon) atau pheomelanin (via cysteinyl
DOPA). Apabila sintesis berkurang atau terjadi penurunan rate transIer
melanosomes dari melanosit ke keratinosit serta peningkatan deskuamasi stratum
korneum menyebabkan keadaan hipopigmentasi kulit atau sebaliknya. Peran reseptor
membrane sel penting dalam pengenalan dan interaksi pada proses transIer
melanosomes, demikian pula kecepatan gerakan sel sel basal ke permukaan untuk
menjadi sel sel stratum korneum serta kohesivitas antar korneosit akan menentukan
konsentrasi melanin di epidermis. Pengaruh hormon Melanocyte stimulating
Hormon (MSH), estrogen dan progresteron juga ikut berperan pada proses
melanogenesis walaupun mekanisme kerja nya belum jelas.
Melasma
Hipermelanosis yang banyak dijumpai dan sangat menonjol di masyarakat
adalah melasma karena kelainan ini cukup banyak terjadi dan dapat memberikan
penampilan yang kurang baik bagi penderita terutama kaum perempuan. Penderita
menjadi kurang percaya diri oleh karena wajahnya dirasa terlihat kusam; seorang ibu
atau wanita yang menderita Ilek hitam sedikit saja di wajah akan berusaha kemana mana dan
mencoba obat apa saja untuk menghilangkannya. DeIinisi melasma adalah
hipermelanosis ireguler berwarna coklat terang sampai coklat gelap pada daerah
yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, terutama di dahi kedua pipi,
hidung, diatas bibir, dagu dan kadang kadang leher. Penyebabnya bersiIat
multiIaktorial, mulai dari Iaktor genetik, paparan sinar matahari, perubahan
hormonal baik akibat kehamilan maupun pemberian kontrasepsi oral atau
pengobatan hormon, pemakaian kosmetika, obat Iotosensitizer, anti kejang sampai
Iaktor ras. Melasma merupakan bentuk epidermal melanotic hyperpigmentation
namun penelitian pada akhir akhir ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas dan jumlah melanosit pada penderita melasma (Kang et al, 2002).
Melanin pada epidermis berperan sebagai kromoIor endogen yang menyerap
gelombang elektro magnetik sinar matahari sehingga dianggap sebagai pelindung
terhadap eIek buruk sinar matahari. Pajanan sinar matahari pada kulit manusia akan
diserap oleh kromoIor endogen, dan terjadilah reaksi Iotokimiawi yang merubah
molekul molekul yang stabil menjadi molekul sangat reaktiI. Hasil reaksi
Iotokimiawi dikenal sebagai photo product, antara lain molekul CPD (cyclo butan
pyrimidine dimmer) sebagai hasil reaksi Iotoadisi, cis-urocanic acid yang berasal
dari molekul trans pada reaksi Iotoisomerisasi dan ROS (reactive oxygen species)
seperti oksigen singlet, anion superaktiI, radikal hidroksil sebagai sebagai hasil
reaksi Ioto oksidasi..
Sintesis melanin dapat terjadi karena pajanan sinar matahari secara langsung
maupun tak langsung. Secara langsung bila SUV memicu melanosit pada membrana
sel yang akan mengahasilkan ROS sebagai photoproduct, selanjutnya ROS
mengaktiIkan phopholipase-C (PLC) dan membebaskan diacetyl glycerol (DAG)
dan inositoltriphosphat. Kedua senyawa ini bergungsi sebagai second messenger
yang akan mengaktiIkan Iaktor nuclear sehingga transkripsi DNA yang ada di inti
sel terpicu. Transkripsi DNA akan menghasilkan tyrosinase dan berakhir dengan
sintesis melanin. Secara tidak langsung pajanan sinar matahari akan memicu
keratinosit, dan juga melalui pelepasan DAG kedalam sitoplasma akan
mempengaruhi transkripsi DNA yang berujung pada sintesis dan sekresi berbagai
sitokin yang berperan sebagai mitogen bagi melanosit untuk berproliIerasi, migrasi
dan melakukan sintesis melanin. Faktor lain yang berperan pada timbulnya melasma adalah
Iaktor lokal yaitu
pemakaian kosmetika. Beberapa bahan yang ada dalam kosmetika wajah seperti
pewangi, mulai dari benzyl alcohol sampai lavender oil, juga hydroquinone,
antiseptic, PABA dan berbagai pengawet bersiIat sebagai photo sensitizer yang
dapat meningkatkan terbentuknya ROS dan memicu aktiIitas melanosit. Khusus
hydroquinone yang banyak digunakan sebagai pemutih kulit, selain dapat
menyebabkan hipermelanosis, justru berperan sebagai sumber ROS yang dapat
merusak sel dan DNA. Maka tidak heran apabila penderita yang diberi obat pemutih
kadang dapat terjadi reaksi sebaliknya, kulit menjadi lebih hitam. Namun yang lebih
berbahaya adalah dengan penggunaan pemutih untuk mencegah sintesis melanin,
Iungsi melanin sebagai proteksi hilang dan pada tingkat seluler terjadi kerusakan
DNA yang apabila mekanisme repair tak berhasil maka sangat beresiko
menghasilkan gena mutan yang pada akhirnya timbul keganasan atau kanker kulit..

16. P PS SO OR RI IA AS SI IS S

1 1. . D De eI Ii in ni is si i
P Ps so or ri ia as si is s a ad da al la ah h p pe en ny ya ak ki it t k kr ro on ni ik k r re es si id di iI I, , d di id du ug ga a a au ut to oi im mu un n, , d di it ta an nd da ai i d de en ng ga an n b be er rc ca ak k
e er ri it te em m, , b ba at ta as s t te eg ga as s, , s sk ku ua am ma a k ka as sa ar r b be er rl la ap pi is s- -l la ap pi is s d da an n t tr ra an ns sp pa ar ra an n. .

2 2. . E Ep pi id de em mi io ol lo og gi i
1 1- -3 3 p po op pu ul la as si i d di i d du un ni ia a. . I In ns si id de en ns si i p pa ad da a p pr ri ia a a ag ga ak k l le eb bi ih h b ba an ny ya ak k d da ar ri ip pa ad da a w wa an ni it ta a

3 3. . E Et ti io ol lo og gi i
S Sa am mp pa ai i s sa aa at t i in ni i, , e et ti io ol lo og gi i d da ar ri i p ps so or ri ia as si is s m ma as si ih h b be el lu um m j je el la as s, , d di id du ug ga a m me er ru up pa ak ka an n
p pe en ny ya ak ki it t a au ut to oi im mu un n. . N Na am mu un n 2 2 h ha al l d di ib ba aw wa ah h i in ni i s sa an ng ga at t b be er rp pe er ra an n d da al la am m e et ti io op pa at to og ge en ne es si is s
p ps so or ri ia as si is s. .
a ak kt to or r g ge en ne et ti ik k s sa an ng ga at t b be er rp pe er ra an n. . B Bi il la a o or ra an ng gt tu ua an ny ya a t ti id da ak k m me en nd de er ri it ta a p ps so or ri ia as si is s r ri is si ik ko o
m me en nd da ap pa at t p ps so or ri ia as si is s a ad da al la ah h 1 12 2 , , s se ed da an ng gk ka an n j ji ik ka a s sa al la ah h s sa at tu u o or ra an ng gt tu ua an ny ya a m me en nd de er ri it ta a
p ps so or ri ia as si is s r ri is si ik ko on ny ya a m me en ni in ng gk ka at t m me en nj ja ad di i 3 34 4- -3 39 9 . . H Ha al l y ya an ng g m me en ny yo ok ko on ng g a ad da an ny ya a I Ia ak kt to or r
g ge en ne et ti ik k i ia al la ah h b ba ah hw wa a p ps so or ri ia as si is s b be er rh hu ub bu un ng ga an n d de en ng ga an n g ge en n H HL LA A- -B B1 13 3, , B B1 17 7, , B Bw w5 57 7, , d da an n
C Cw w6 6
a ak kt to or r i im mu un no ol lo og gi ik k j ju ug ga a b be er rp pe er ra an n. . D De eI Ie ek k g ge en ne et ti ik k p pa ad da a p ps so or ri ia as si is s d da ap pa at t
d di ie ek ks sp pr re es si ik ka an n p pa ad da a s sa al la ah h s sa at tu u d da ar ri i t ti ig ga a j je en ni is s s se el l, , y ya ak kn ni i : : l li im mI Io os si it t T T, , a an nt ti ig ge en n p pr re es se en nt ti in ng g
c ce el ll l ( (s se el l l la an ng gh ha an ns s d di i s st tr ra at tu um m s sp pi in no os su um m) ), , a at ta au u k ke er ra at ti in no os si it t. . L Le es si i p ps so or ri ia as si is s m ma at ta an ng g
u um mu um mn ny ya a p pe en nu uh h d de en ng ga an n s se eb bu uk ka an n l li im mI Io os si it t T T p pa ad da a d de er rm mi is s y ya an ng g t te er ru ut ta am ma a t te er rd di ir ri i a at ta as s
l li im mI Io os si it t T T C CD D4 4 d de en ng ga an n s se eb bu uk ka an n l li im mI Io os si it ti ik k p pa ad da a e ep pi id de er rm mi is s. . P Pa ad da a l le es si i b ba ar ru u u um mu um mn ny ya a
l le eb bi ih h b ba an ny ya ak k d di id do om mi in na as si i o ol le eh h l li im mI Io os si it t T T C CD D8 8. . P Pa ad da a l le es si i p ps so or ri ia as si is s t te er rd da ap pa at t s se ek ki it ta ar r 1 17 7
s si it to ok ki in n y ya an ng g p pr ro od du uk ks si in ny ya a b be er rt ta am mb ba ah h. . S Se el l l la an ng gh ha an ns s y ya an ng g t te er rd da ap pa at t d di i s st tr ra at tu um m s sp pi in no os su um m
y ya an ng g t te er rm ma as su uk k d da al la am m S SA AL LT T ( (S Sk ki in n A As ss so oc ci ia at te ed d L Li im mI Io oi id d T Ti is ss su ue e) ) j ju ug ga a b be er rp pe er ra an n p pa ad da a
i im mu un no op pa at to og ge en ne es si is s p ps so or ri ia as si is s. . T Te er rj ja ad di in ny ya a p pr ro ol li iI Ie er ra as si i e ep pi id de er rm mi is s d di ia aw wa al li i d de en ng ga an n a ad da an ny ya a
p pe er rg ge er ra ak ka an n a an nt ti ig ge en n y ya an ng g d di ip pr re es se en nt ta as si ik ka an n o ol le eh h s se el l L La an ng gh ha an ns s. .


4 4. . P Pa at to og ge en ne es si is s
P Pa ad da a p ps so or ri ia as si is s t te er rj ja ad di i p pe er ru ub ba ah ha an n- -p pe er ru ub ba ah ha an n s se ep pe er rt ti i d di ib ba aw wa ah h i in ni i : :
a a. . K Ke el la ai in na an n t te er rd da ap pa at t p pa ad da a s st tr ra at tu um m b ba as sa al le e T Te er rj ja ad di i h hi ip pe er rp pr ro ol li iI Ie er ra as si i e ep pi id de er rm mi is s
keratinisasi yang normalnya 28 hari dipercepat menjadi 3-4 hari
b b. . InIiltrasi papil dermis dan hiperplasi dermis mendesak stratum basale
epidermis batas antara epidermis dan dermis sangat tipis perubahan
mikrovaskuler pada dermis
c c. . I In nI Ii il lt tr ra as si i s se el l- -s se el l i in nI Il la am ma as si i p pa ad da a e ep pi id de er rm mi is s

5 5. . G Ge ej ja al la a K Kl li in ni is s
- - G Ga at ta al l sensitisasi serabut saraI
- - U UK KK K : :
4 4 p pl la ak ka at t e er ri it te em m inIiltrasi papil dermis ke epidermis proliIerasi
dipercepat dan timbul warna kemerahan karena dermis banyak
mengandung pembuluh kapiler
4 4 s sk ku ua am ma a t te eb ba al l b be er rl la ap pi is s- -l la ap pi is s k ke ep pe er ra ak ka an n s se ep pe er rt ti i m mi ik ka a gangguan proses
deIerensiasi epidermis proliIerasi lebih cepat keratinisasi belum
selesai, epidermis sudah berproliIerasi lagi bermaniIestasi sisik yang
tebal di kulit
- - u us sp pi it t: : s si ig gn n, , y ya ai it tu u b bi il la a s sk ku ua am ma a d di ik ke er ro ok k m ma ak ka an n a ak ka an n m mu uc cu ul l b bi in nt ti ik k p pe er rd da ar ra ah ha an n
p pa ad da a d da as sa ar r s sk ku ua am ma a. . H Ha al l i in ni i d di is se eb ba ab bk ka an n k ka ar re en na a p pa ad da a p ps so or ri ia as si is s b ba at ta as s a an nt ta ar ra a
e ep pi id de er rm mi is s d da an n d de er rm mi is s s sa an ng ga at t t ti ip pi is s, , d di im ma an na a d di i d de er rm mi is s d di it te em mu uk ka an n b ba an ny ya ak k s se ek ka al li i
p pe em mb bu ul lu uh h d da ar ra ah h
- - F Fe en no om me en na a t te et te es sa an n l li il li in n : : b bi il la a s sk ku ua am ma a d di ig go or re es s m ma ak ka a w wa ar rn na an ny ya a b be er ru ub ba ah h m me en nj ja ad di i
p pu ut ti ih h, , s se ep pe er rt ti i l li il li in n y ya an ng g d di ig go or re es s
- - F Fe en no om me en na a K Ko oe eb bn ne er r : : p ps so or ri ia as si is s y ya an ng g t ti im mb bu ul l d de en ng ga an n d di id da ah hu ul lu ui i o ol le eh h t tr ra au um ma a p pa ad da a
k ku ul li it t, , I Ie en no om me en na a i in ni i b bi ia as sa an ny ya a t te er rj ja ad di i 3 3 m mi in ng gg gu u p pa as sc ca a- -t tr ra au um ma a

6 6. . G Ga am mb ba ar ra an n H Hi is st to op pa at to ol lo og gi i
- - H Hi ip pe er rk ke er ra at to os si is s K Ke el la ai in na an n p pa ad da a s st tr ra at tu um m b ba as sa al le e hiperproliIerasi epidermis
stratum korneum menebal
- - - -s se es s M Mo on nr ro oe e inIiltrasi sel-sel inIlamasi pada epidermis sensitisasi oleh
makroIag oleh sel langhans di stratum spinosum neutroIil terangkat ke
stratum korneum
- - P Pa ar ra ak ke er ra at to os si is s hiperproliIerasi sel-sel epidermis sel dari stratum basale yang
mempunyai inti sel terangkat dengan cepat ke stratum korneum terlihat inti
sel pada stratum korneum yang normalnya tidak terdapat inti

7 7. . T Te er ra ap pi i
a a. . T To op pi ik ka al l
i i. . K Ko or rt ti ik ko os st te er ro oi id d : : m me er ru up pa ak ka an n d dr ru ug g o oI I c ch ho oi ic ce e t th he er ra ap py y p pa ad da a p pe en ny ya ak ki it t
p ps so or ri ia as si is s. . J Ja an ng ga an n d di ig gu un na ak ka an n l le eb bi ih h d da ar ri i 2 2 m mi in ng gg gu u k ka ar re en na a a ak ka an n
m me en ny ye eb ba ab bk ka an n r re eb bo ou un nd d p ph he en no om me en no on n
i ii i. . E Em mo ol li ie en n : : u un nt tu uk k m me el lu un na ak kk ka an n s sk ku ua am ma a
i ii ii i. . D De er ri iv va at t v vi it ta am mi in n A A : : m me er ru up pa ak ka an n a an nt ti i- -k ke er ra at ti in ni is sa as si i
i iv v. . P Pr re ep pa ar ra at t t te er r : : s su up pr re es si i s si in nt te es si is s D DN NA A d da an n m me en ne ek ka an n m mi it to os si is s s se el l b ba as sa al l
v v. . C Ca al lc ci ip po ot tr ri io ol l : : a an nt ti i- -p pr ro ol li iI Ie er ra as si i s se el l, , m me em mp pe er rb ba ai ik ki i k ke er ra at ti in ni is sa as si i e ep pi id de er rm mi is s
b b. . S Si is st te em mi ik k, , d di ig gu un na ak ka an n a ap pa ab bi il la a d de en ng ga an n t te er ra ap pi i t to op pi ik ka al l t ti id da ak k m me en nu un nj ju uk kk ka an n
p pe er rb ba ai ik ka an n
i i. . M Me et th hr ro ot te ex xa at t : : H Ha am mb ba at t p pr ro ol li iI Ie er ra as si i e ep pi id de er rm ma al l d da an n i im mm mu un no om mo od du ul la as si i
i ii i. . L Le ev vo od do op pa a
i ii ii i. . S Si ik kl lo os sp po or ri in n : : i im mm mu un no os su up pr re es sa an n
i iv v. . E Et tr re et ti in na at t : : a an nt ti i- -k ke er ra at ti in ni is sa as si i
c c. . F Fo ot to ot te er ra ap pi i
i i. . D De en ng ga an n U UV VB B ( (2 29 90 0- -3 32 20 0 n nm m) )
i ii i. . D De en ng ga an n P PU UV VA A ( (P Ps so or ra al le en n U UV VA A) )

8 8. . D Di ia ag gn no os si is s B Ba an nd di in ng g
a a. . D De er rm ma at ti it ti is s S Se eb bo or ro oi ik k
b b. . P Pt ti ir ri ia as si is s R Ro os ss se ea a
c c. . D De er rm ma at to oI Ii it to os si is s
d d. . S Si iI Ii il li is s P Ps so or ri ia at ti ik ka a
e e. . D De er rm ma at ti it ti is s N Nu um mm mu ul la ar ri is s
I I. . O On ni ik ko om mi ik ko os si is s psoriasis pada kuku



18.PER$EN$%'%$ P KUL%
Kulit merupakan sasaran dari kelainan imunopatologis termasuk semua penyakit yang
tergolong dalam reaksi Gell dan Coombs.

. UR%KR
Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya
ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna
pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.
Keluhan subyektiI biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Urtikaria juga kadang dikenal
sebagai hives, nettle rash, buduran, kaligata. -
Klasifikasi
Terdapat beberapa penggolongan urtikaria
Berdasarkan lamanya serangan berlangsung
Urtikaria akut, bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung
selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari.
Urtikaria kronik, bila serangan lebih dari 6 minggu.

Penyakit
kulit
1enis
ipersensitivitas
Mekanisme
Urtikaria I IgE,sel mast,histamin
Penyakit bulosa II Autoantibodi terhadap
komponen kulit; komplemen
Vaskulitis III Kompleks imun;
polimorIonuklear;komplemen
Dermatitis kontak alergi IV Sel T, Sitokin
Berdasarkan morIologi klinis
Urtikaria papular bila berbentuk papul.
Urtikaria gutata bila besarnya sebesar tetesan air.
Urtikaria girata bila ukuran besar.
Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan terkena
Urtikaria lokal
Urtikaria generalisata
Angioedema
Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadi urtikaria
Urtikaria imunologik
1. Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I)
2. Ikut sertanya komplemen
3. Reaksi alergi tipe IV
Urtikaria nonimunologik
1. Langsung memacu sel mas, sehingga terjadi pelepasan mediator. (misalnya obat
golongan opiat dan bahan kontras)
2. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya aspirin,
obat anti inIlamasi non-steroid)
3. Trauma Iisik, misalnya dermograIisme, rangsangan dingin, panas atau sinar, dan bahan
kolinergik.
Urtikaria Idiopatik : Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya.
. ERM%%$ KON%K LERG
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi akibat pajanan ulang dengan bahan
dari luar yang bersiIat haptenik atau antigenik yang sama, atau mempunyai struktur kimia
serupa, pada kulit seseorang yang sebelumnya telah tersensitasi. Persamaan dermatitis kontak
alergi dengan urtikaria adalah pada gambaran kliniknya yaitu terjadi eritema dengan
peninggian atau pembengkakan. Untuk membedakan dermatitis kontak alergi dari urtikaria,
pada anamnesis diketahui adanya kontak dengan alergen seperti nikel, lateks, dan sebagainya
beberapa menit atau beberapa jam sebelum timbul gejala eritema tersebut.
C. ERM%%$ %OPK
Dermatitis atopik adalah suatu gangguan kulit kronik (atau sekelompok gangguan
yang berkaitan), yang sering ditemukan pada penderita rhinitis alergika dan asma serta
diantara para anggota keluarga mereka. Pada penyakit ini sering terdapat kadar IgE serum
total yang tinggi dan reaksi uji kulit majemuk positiI yang timbulnya cepat. Lesi kulit
dermatitis atopik justru memperlihatkan adanya edema dan berbagai inIiltrasisel
mononuklear dan eosinoIil serta penimbunan cairan dalam kulit (membentuk vesikel-vesikel
yang jelas terlihat secara klinis). Pecahnya vesikel ini dalam jumlah banyak mengakibatkan
terbentuknya krusta dan kulit menjadi bersisik.

Anda mungkin juga menyukai