Anda di halaman 1dari 3

Pr

1. Patogenesis varicella
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata -
rata 14 - 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih
singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan
cara inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak
langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari sebelum
hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran
pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus
pertama terjadi pada hari ke 2 - 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional
kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan
kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya
terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan
mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut
dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang
mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas.
Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada
yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit.

2. Beda Morbilli dan Rubella

Morbilli Rubella
virus Morbilli dari keluarga Paramyxoviridae/ virus
Rubeola
virus Rubella
Penularannya melalui droplet atau percikan
ludah/batuk penderita
ditularkan melalui jalur
pernapasan dan bereplikasi di
nasofaring dan kelenjar getah
bening
Timbul gejala penyakit setelah 10 sampai 20 hari
anak kontak dengan penderita.

masa inkubasi 14-21 hari
Mempunyai 3 Stadium:
- Stadium prodormal: berlangsung 4-5 hari,
gejalanya mirip dengan influenza (flu) batuk-pilek,
demam disertai radang pada selaput lendir hidung,
mulut, tenggorokan, nyeri sendi/otot, sakit kepala,
silau bila terkena sinar matahari (fotophobia), mata
merah, kadang kala ada diarenya juga. Tanda khas
yang dapat ditemukan pada stadium ini adalah
bercak Koplik.

- Stadium erupsi: gejala demam, batuk pilek dan
radang bertambah berat. Mulai timbul bercak
kemerahan (ruam makulopapular) yang timbul
secara berurutan mulai kepala/wajah, badan, tangan
sampai kaki secara berurutan. Yang khas adalah
- Ruam (exanthem) pada wajah
yang menyebar ke batang tubuh
dan anggota badan dan
biasanya memudar setelah tiga
hari. Gejala lain termasuk
demam ringan, pembengkakan
kelenjar (limfadenopati), nyeri
sendi, sakit kepala dan
konjungtivitis, nafsu makan
anak akan menurun karena
terjadi pembengkakan pada
limpa. Pembengkakan KGB
bisa bertahan sampai seminggu
dan demam jarang naik di atas
38 C. Ruam menghilang
awal timbul ruam selalu mulai dari belakang
telinga, tengkuk, batas rambut dan muka. Ruam
akan mencapai anggota bawah pada hari ketiga.
Ruam selanjutnya akan menghilang sesuai dengan
urutan timbulnya, bersamaan dengan turunnya
demam. Selama stadium ini anak masih infeksius
atau menularkan.

Stadium konvalesen: dimulai setelah ruam timbul
merata, suhu badan berangsur turun dan normal
kembali. Ruam akan menghilang dan menjadi
bercak kehitaman (hiperpigmentasi) dengan kulit
yang mengelupas seperti bersisik (ganti kulit).
Hiperpigmentasi ini akan menghilang dalam jangka
waktu 1 sampai 2 minggu.
setelah beberapa hari tanpa
pewarnaan atau mengupas
kulit.

Virus Morbilli pada ibu hamil muda (1-2 bulan
pertama) kemungkinan besar mengalami abortus
(keguguran), bila terinfeksi pada kehamilan
selanjutnya, maka bayi yang dilahirkan
kemungkinan mengalami kelainan kongenital, berat
badan lahir rendah atau lahir mati.
Rubella pada wanita hamil bisa
terjadi keguguran. Bila janin
tertular maka anak yang
dilahirkan akan mengalami
Sindrom Rubella Kongenital
dengan kelainan-kelainan,
misalnya mata bayi mengalami
katarak, tidak bisa mendengar,
terjadi pengapuran di otak, juga
banyak terjadi anak-anak
tumbuh dengan
keterbelakangan perkembangan
Imunisasi campak saat anak berusia 9 bulan.
Vaksin yang diberikan dapat hanya campak saja
yaitu saat usia 9 bulan (cukup sekali saja), atau
gabungan campak, gondongan dan campak jerman
(MMR) saat usia 12-15 bulan. Untuk vaksin MMR,
akan diberikan dosis kedua saat anak berusia 4-6
tahun.
Imunisasi MMR pada usia 12
bulan dan 4 tahun. Vaksin
rubella merupakan bagian dari
imunisasi rutin pada masa
kanak-kanak. Vaksin MMR
diberikan pada usia 12-15
bulan, dosis kedua diberikan
pada usia 4-6 tahun.

Komplikasi yang dapat muncul adalah otitis media,
pneumonia, laryngitis, dan eksaserbasi
Tuberkulosis, ensefalitis, sindroma Guillain-
Barr,kelumpuhan, neuritis retrobulbar. Biasanya
kematian timbul akibat komplikasi yang timbul.
Komplikasi ini akan lebih mudah terjadi pada anak
yang memang sebelum sakit sudah mempunyai
daya tahan tubuh yang lemah seperti pada anak
dengan gizi buruk, tbc, penyakit keganasan

Komplikasi: neuritis, artritis,
ensefalitis


3. Hand, Foot and Mouth Disease
Hand, foot and mouth diseases, adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus yang sering terjadi pada anak-anak. Gejala yang khas
untuk penyakit ini adalah demam dan timbulnya rash atau bercak kemerahan
dan berair pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa mulut.
Penyebab HFMD adalah beberapa golongan virus enterovirus yaitu
virus Coxsackie A-16, dan enterovirus 71. Pada sebuah penelitian
epidemiologi di Taiwan tahun 1998-2005, didapatkan data bahwa HFMD
terbanyak terjadi pada saat musim panas, kejadiannya akan semakin berkurang
dengan bertambahnya umur, lebih banyak terjadi pada anak berumur kurang
dari sama dengan 4 tahun. Penyebab terbanyak adalah enterovirus 71, bahkan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius yaitu edema paru, perdarahan paru
dan encephalitis.
HFMD adalah penyakit menular dari orang ke orang, tidak dapat
ditularkan dari binatang kepada manusia. Menular melalui sekresi oral
maupun feses. Masa inkubasi adalah antara 4 sampai 6 hari sejak terkena
sampai tampak manifestasi klinis.
HFMD menyebar dari orang satu ke orang lain dengan cara kontak
langsung dengan virus penyebab. Virus ini paling banyak ditemukan pada
hidung, tenggorokan, pada bercak-bercak berair atau pada feses penderita.
Penderita akan sangat infeksius pada minggu-minggu pertama. Virus ini akan
tetap berada di saluran napas sampai beberapa minggu bahkan bulan. Hal ini
memungkinkan terjadinya transmisi dari orang dewasa yang telah sembuh
kepada anak yang imunitasnya lebih rendah.
Gejala HFMD diawali dengan demam tinggi di atas 38 derajat Celsius,
lemas, tidak ada nafsu makan, aktifitas menurun, kemudian dalam 1 atau 2
hari akan timbul bintik-bintik merah kecil (2-3 mm) yang akan cepat berubah
menjadi bintik merah berair (vesikel), yang tampak pada telapak tangan,
telapak kaki, dan rongga mulut. Gusi, lidah dan pipi bagian dalam adalah yang
paling sering terkena. Lesi pada kaki juga dapat terlihat pada tumit bahkan
dapat terlihat pada pantat, meskipun jarang. Lesi yang terjadi pada rongga
mulut, sering berhubungan dengan rasa nyeri saat menelan dan penurunan
nafsu makan. Derajat penyakit ini bervariasi dari yang ringan sampai dapat
menimbulkan komplikasi yaitu edema paru, dan radang otak.
Tidak terdapat pengobatan spesifik terhadap HFMD. Penyakit ini
merupakan self limited diseases, artinya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan HFMD adalah simtomatik dan suportif. Simtomatik artinya
ditujukan pada gejala saja yaitu demam dan nyeri tenggorokan. Demam dan
nyeri dapat diberikan golongan paracetamol ataupun ibuprofen. Terapi
suportif adalah penderita HFMD harus minum air dalam jumlah cukup untuk
mencegah terjadinya dehidrasi akibat intake yang berkurang karena nyeri
menelan. Penderita juga harus cukup beristirahat.
Prognosis HFMD adalah baik. Biasanya dalam waktu 7-10 hari gejala
akan membaik. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah meningitis aseptik,
encephalitis, poliomyelitis, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah HFMD. Risiko
untuk tertular dapat dikurangi dengan cara mencuci tangan setelah kontak
dengan penderita atau benda-benda yang mungkin terkena virus penyebab
HFMD, menghindari kontak erat dengan penderita HFMD.

Anda mungkin juga menyukai

  • Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Kelainan Endokrinologi
    Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Kelainan Endokrinologi
    Dokumen16 halaman
    Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Kelainan Endokrinologi
    Reza Gogon
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pene Ikm
    Proposal Pene Ikm
    Dokumen29 halaman
    Proposal Pene Ikm
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen21 halaman
    Chapter II
    Alfania Novita Putri
    Belum ada peringkat
  • Evprog Munthe Bab 1-Dapus
    Evprog Munthe Bab 1-Dapus
    Dokumen36 halaman
    Evprog Munthe Bab 1-Dapus
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Lokal DR - Pandit
    Anestesi Lokal DR - Pandit
    Dokumen18 halaman
    Anestesi Lokal DR - Pandit
    ChellyReginaWowor
    Belum ada peringkat
  • Questionaiare Pene ST Gizi PolSuBay
    Questionaiare Pene ST Gizi PolSuBay
    Dokumen2 halaman
    Questionaiare Pene ST Gizi PolSuBay
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Letak Sungsang
    Letak Sungsang
    Dokumen58 halaman
    Letak Sungsang
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Arutisme
    Arutisme
    Dokumen2 halaman
    Arutisme
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Mningtis
    Mningtis
    Dokumen31 halaman
    Mningtis
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Abses Bartholini
    Abses Bartholini
    Dokumen27 halaman
    Abses Bartholini
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Schizophrenia
    Schizophrenia
    Dokumen15 halaman
    Schizophrenia
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Journal
    Journal
    Dokumen36 halaman
    Journal
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen13 halaman
    Jiwa
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Kasus Obgyn
    Kasus Obgyn
    Dokumen22 halaman
    Kasus Obgyn
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Urolithiasis
    Urolithiasis
    Dokumen12 halaman
    Urolithiasis
    Mariput Manalu
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Eritroderma
    Jurnal Eritroderma
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Eritroderma
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Pemfigus Bulosa
    Pemfigus Bulosa
    Dokumen27 halaman
    Pemfigus Bulosa
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Batu Ginjal1
    Batu Ginjal1
    Dokumen9 halaman
    Batu Ginjal1
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Abses Bartholini
    Abses Bartholini
    Dokumen27 halaman
    Abses Bartholini
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Kulit
    Kulit
    Dokumen6 halaman
    Kulit
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Graf
    Graf
    Dokumen1 halaman
    Graf
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Allergic
    Rhinitis Allergic
    Dokumen21 halaman
    Rhinitis Allergic
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Biologi Ginjal Dst.
    Biologi Ginjal Dst.
    Dokumen25 halaman
    Biologi Ginjal Dst.
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Tabel Perbandingan
    Tabel Perbandingan
    Dokumen7 halaman
    Tabel Perbandingan
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Cts
    Cts
    Dokumen10 halaman
    Cts
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Referat Insomnia
    Referat Insomnia
    Dokumen17 halaman
    Referat Insomnia
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Case Jiwa Munthe
    Case Jiwa Munthe
    Dokumen17 halaman
    Case Jiwa Munthe
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Pada Anak 2
    Meningitis Pada Anak 2
    Dokumen52 halaman
    Meningitis Pada Anak 2
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Kasus Panti Kedoya
    Kasus Panti Kedoya
    Dokumen16 halaman
    Kasus Panti Kedoya
    Putera Munthe
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat