Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Trauma pada urethra pada umumnya disebabkan oleh trauma pelvik pada laki-laki.
Trauma ini akan menyebabkan keadaan komplikasi kronis berupa striktur urethra,
impotensi, dan inkontinensia urine. (1)
Striktur urethra lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, striktur
urethra dapat disebabkan oleh trauma atau infeksi. Meskipun urethritis gonococcal
sudah jarang menyebabkan striktur urethra, namun infeksi masih merupakan
penyebab utama. Yang tersering adalah akibat pemakaian cateter dalam waktu lama
sehingga menyebabkan iskemia dan trauma interna. Trauma eksterna meliputi trauma
pelvik yang dapat menyebabkan kerusakan parsial atau komplit pada membran
urethra sehingga menimbulkan striktur. (2)
ANATOMI URETHRA
Urethra adalah suatu tabung yang berfungsi untuk mengalirkan urine dari kandung
kemih ke dunia luar. Uretra pada laki-laki lebih panjang dari wanita. (2)
Urethra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior. Urethra anterior dibagi
lagi menjadi meatus urethra, pendulans urethra dan bulbus urethra. Urethra anterior
ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas di luar tubuh, sehingga kalau memerlukan
operasi atau reparasi relatif mudah. Urethra posterior dibagi menjadi prostat urethra
dan membranancea urethra. Urethra posterior terletak di posterior tulang pubis di
anterior rektum, terdapat spinkter internus dan eksternus sehingga kalau memerlukan
operasi atau reparasi sulit. (3)
DEFINISI
Striktur urethra adalah berkurangnya diameter dan atau elastisitas urethra yang
disebabkan oleh jaringan urethra diganti jaringan ikat yang kemudian mengkerut
menyebabkan lumen urethra mengecil. (3,4) Penyempitan lumen urethra disebabkan
oleh dinding urethra mengalami fibrosis dan pada tingkat yang parah terjadi fibrosis
korpus spongiosium. (5)
ETIOLOGI
Striktur urethra disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
1. Infeksi.
Infeksi dari urethra adalah penyebab tersering dari striktur urethra, misalnya infeksi
akibat transmisi seksual seperti uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika. Dapat
juga disebabkan oleh infeksi sebagai komplikasi pemasangan dan penggunaan kateter
dalam jangka waktu lama.
2. Trauma.
Cedera pada urethra dapat menyebabkan ruptur urethra anterior atau posterior, cedera
yang telah menyembuh dapat meninggalkan jaringan skar yang akan menyebabkan
striktur. Trauma yang menyebabkan striktur urethra adalah trauma tumpul pada
selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi atau tindakan
transuretra uretra yang kurang berhati-hati.
3. Kongenital.
Beberapa bayi lahir dengan striktur urethra, misalnya meatus stenosis congenital, klep
urethra posterior. (3,4,5,6,7)
PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada urethra akan menyebabkan
terbentuknya jaringan sikatriks pada urethra. Jaringan sikatriks pada lumen urethra
menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat
akan mecari jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktur) dan akhirnya
akan mengumpul di rongga periurethra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periurethra
yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai
banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling. (4)
GEJALA KLINIS
Berkurangnya aliran urine. Ini merupakan gejala umum pertama yang sering
ditemukan. Ketegangan saat berkemih adalah hal yang biasa ditemukan, tetapi
kemacetan total atau lengkap jarang terjadi.
Pancaran air kencing kecil dan bercabang.
Perasaan tidak puas setelah berkemih.
Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).
Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.
Kadang-kadang dijumpai infiltrat, abses dan fistel.
Gejala lanjut adalah retensio urine. (3,5,6,7)
DERAJAT PENYEMPITAN URETHRA
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur urethra dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitu:
Ringan, jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen urethra.
Sedang, jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen urethra.
Berat, jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen urethra.
Pada penyempitan derajat berat, kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis. (5)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis. Pada anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur
urethra juga untuk mencari penyebab striktur urethra.
Pemeriksaan Fisik. Pada pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengecek keadaan
penderita juga untuk meraba fibrosis di urethra, infiltrat, abses atau fistula.
Pemeriksaan Pembantu/Penunjang. Pemeriksaan ini terdiri atas:
1. Laboratorium:
Urine dan kultur urine untuk melihat adanya infeksi.
Ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi/faal ginjal.
2. Radiologi:
Diagnosis pasti dapat dibuat dengan uretrografi, yaitu retrograde uretrografi (RUG)
dan voiding cysto uetrografi (VCUG). Cara melakukan pemeriksaan ini adalah
dengan memasukkan bahan/zat kontras ke dalam urethra menggunakan adaptor
khusus yang terdapat pada lapisan ujung penis. Film dibuat pada saat kontras
dimasukkan dan setelah berkemih. Dengan pemeriksaan ini diharapkan disamping
dapat dibuat diagnosis striktur urethra juga dapat ditentukan panjang striktur, ini
penting untuk perencanaan terapi/operasi.
3. Uretroskopi:
Pemeriksaan dengan endoskopi untuk melihat secara langsung adanya striktur.
4. Uroflometri:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah urine yang dipancarkan per detik
normal flow maksimum laki-laki adalah 15 ml/detik, dan wanita 25 ml/detik. (3)
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding striktur urethra antara lain:
1. Benigna prostat hipertropi.
2. Carsinoma urethra. (2)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan laju aliran air kemih,
meredakan gejala, dan mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
Dilatasi (pelebaran) dari striktur urethra adalah cara perawatan yang sederhana. Ini
biasanya dilakukan dengan memasukkan suatu tangkai plastik yang tipis ke dalam
urethra. Secara perlahan-lahan tangkai tersebut dimasukkan dan secara berangsur-
angsur akan melebarkan striktur tersebut. Perawatan ini pada hakekatnya dapat
menyebabkan kerusakan pada mukosa dan jaringan skar pada urethra. Oleh karena
itu, cara perawatan ini harus diulang kembali ketika gejala dan tanda striktur urethra
muncul kembali.
Suatu prosedur yang dikenal dengan nama urethrotomi adalah merupakan
perawatan pilihan lain. Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan suatau
telescope ke dalam urethra untuk melihat lokasi striktur secara terinci. Setelah itu
dengan memasukkan suatu pisau yang tipis untuk memotong striktur dan lumen
menjadi lebih lebar. Sekitar separuh dari pasien akan sembuh dengan baik dengan
perawatan ini. Walau bagaimanapun, cara ini tetapi akan meninggalkan jaringan parut
dan mungkin harus diulangi perawatan pada waktu yang akan datang.
Operasi adalah perawatan pilihan jika kedua cara diatas tidak memberikan hasil
yang baik. Suatu striktur yang pendek dapat dipotong kemudian kedua ujungnya
disatukan kembali. Jika striktur panjang, maka dipasang skingraf pada uretra tersebut.
Antibiotik dapat diberikan dan bertujuan untuk mencegah infeksi atau peradangan
saluran kemih dan komplikasi sampai setelah striktur tersebut berhasil dilebarkan. (5)
KOMPLIKASI
Obstruksi urethra yang lama akan menimbulkan stasis urine dan menimbulkan
berbagai komplikasi anatar laian:
1. Infeksi. (saluran kemih, prostat, ginjal)
2. Divcertikel urethra atau buli-buli.
3. Abses periurethra.
4. Batu urethra.
5. Fistel uretro-kutan.
6. Karsinoma urethra. (5,6,7)
PROGNOSIS
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah
dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. (5)
DAFTAR RUJUKAN
1. Smith JK., Schauberger JS., Kenney P. Updated: May 14, 2004. In:
http://www.eMedicine.com/genitourinary/stricture_urethra.
2. Tanagho EA., MCAninch JW. Urethral Stricture. In: Smith`s General Urology.
Lange Medical Books/McGraw-Hill. New York. 670 72.
3. Achmad IA. Striktur Uretrhra. Dalam: Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1995; 152
156.
4. Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. Striktur Urethra. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; 1018 19.
5. Purnomo BB., Seto S. Striktur Urethra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua.
Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang. 2003; 153 6.
6. http://www.yahoo.com/search/cache?/stricture_urethral.
7. Guerriero WG., Devine CJ. Strictures. In: Urologic Injuries. Appleton-
Century_Crofts. 171 87.

Anda mungkin juga menyukai