Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana cara memberikan resusitasi apabila terjadi kegagalan/gangguan sirkulasi?

Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah sistematika upaya
oksigenasi darurat. Sebelum mengetahui tentang BHD maka harus dipahami bahwa sistem
pernapasan dan sirkulasi yang berhenti mendadak menyebabkan darah yang teroksigenasi
tidak dapat sampai ke otak dan jaringan tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera ditolong. Berdasarkan berbagai penelitian berhentinya oksigenasi
ke otak akan menimbulkan kerusakan di otak sejak menit ke-4 dan kematian otak terjadi
mulai menit ke-6. Untuk itu BHD yang dilakukan memang harus secepatnya. BHD dilakukan
pada pasien yang mengalami henti jantung dan henti nafas secara mendadak yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab tersering dari kondisi henti jantung ini adalah
ventrikular takikardia (VT) dan ventrikular fibrilasi (VF).
Pada American Heart Association (AHA) 2010 circulation didahulukan dengan cara penilaian
nadi terlebih dahulu, begitu nadi tidak teraba maka resusitasi jantung paru (RJP) segera
dimulai. Penilaian nadi tidak melebihi waktu 10 detik. Yang terpenting adalah penilaian nadi
ini tidak memperlama dimulainya kompresi jantung luar. Lokasi penilaian denyut nadi :
arteri karotis, terletak 2 jari ke kiri dan ke kanan dari garis pertengahan leher.
Tanda dan gejala gangguan sirkulasi:
Frekuensi nadi melebihi 100x/menit atau kurang dari 60x/menit
Denyut nadi melemah
Nadi tidak teratur
Adanya perdarahan
Adanya syok. Frekuensi nadi cepat, suhu kulit dingin, warna kulit pucat hingga kebiruan, dan
pengisian kapiler pada ujung-ujung jari lambat
Catatan: penilaian adanya perdarahan atau kondisi syok dilakukan bila teraba nadi. Bila nadi
tidak ada maka dimulai kompresi jantung luar.
Pengelolaan gangguan sistem sirkulasi
- Pengadaan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung luar (Resusitasi Jantung Paru -
RJP).
Cara melakukan kompresi jantung luar:
1. Tentukan titik kompresi. Titik kompresi terletak di bagian setengah bawah tulang
dada atau diantara 2 puting susu (pada garis tengah).
2. Letakkan tumit salah satu tangan di titik kompresi. Tangan yang lain ditempatkan
diatas tangan pertama. Dianjurkan jari-jemari kedua tangan saling mengait. Tekanan
hanya diberikan melalui tumit tangan tersebut, usahakan agar jari-jari penolong
tidak menyentuh bahkan menekan tulang-tulang iga korban.
3. Saat melakukan penekanan dinding dada, posisi badan penolong tegak lurus bidang
datar, dengan kedua lengan lurus. Penolong menekan dinding dada korban dengan
tenaga dari berat badannya. Setiap siklus dilakukan 30 kali kompresi, dengan
kedalaman sekitar 5cm. Kompresi dilakukan dengan kecepatan 100x/menit. Setiap
kali setelah kompresi biarkan dada korban kembali mengembang. Jangan lepaskan
tangan penolong dari dada korban atau merubah posisi tangan.
Konsep penting: High Quality and Effective CPR
- Frekuensi kompresi jantung luar minimal 100x/menit
- Kedalaman kompresi minimal 5cm
- Biarkan chest recoil (dinding dada kembali ke posisi semula) setelah setiap kompresi
jantung luar
- Minimalkan interupsi ketika sedang kompresi jantung luar. Interupsi yang boleh
hanyalah untuk cek nadi dan defibrilasi
- Hindari ventilasi yang berlebihan
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Definisi
Resusitasi jantung paru merupakan upaya mengembalikan fungsi sistem sirkulasi dan
pernapasan untuk menjamin tercukupinya oksigenasi sel-sel terutama sel-sel otak dan
jantung, ketika fungsi sistem sirkulasi dan pernapasan berhenti mendadak. RJP dilakukan
bila terjadi:
- Henti napas, korban tidak bernapas, ditandai dengan tidak adanya pergerakan dada
dan aliran udara napas.
- Henti jantung, jantung berhenti berdenyut dan memompakan ke darah, ditandai
dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri-arteri besar, seperti arteri karotis,
arteri brakialis dan arteri femoralis.
Langkah-langkah RJP:
- Nilai kesadaran/respon dan kesan pernapasan
- Minta tolong (aktifkan sistem gawat darurat)
- Circulation support
- Airway control dan cervical control
- Breathing support
- Defibrillator
- Reevaluasi
1. Nilai kesadaran/respon dan kesan pernapasan dilanjutkan dengan minta tolong
(aktifkan sistem gawat darurat)
2. Cek nadi (bagi petugas kesehatan)
3. Lakukan RJP dengan perbandingan 30:2 (setiap 1 siklus)
4. Ketika AED datang, orang kedua memasang AED tanpa menghentikan kompresi
jantung luar
5. Reevaluasi dilakukan setiap 5 siklus
Tindakan resusitasi jantung paru tidak akan serta merta membuat korban hidup kembali.
Perlu tindakan lebih lanjut dari tenaga medis atau paramedis (dengan peralatan yang
lebih lengkap) seperti defibrilasi.
Tanda-tanda RJP yang dilakukan berhasil:
- Napas spontan
- Gerakan dada turun naik
- Adanya aliran udara napas
- Denyut nadi kembali teraba
- Denyut jantung kembali terdengar melalui stetoskop
- Kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan
- Dapat melakukan gerakan terarah
- Korban berusaha menelan
- Refleks pupil positif
RJP dihentikan bila:
- Penolong kelelahan
- Korban telah dialihkan kepada petugas lain yang lebih ahli
- Didapatkan informasi bahwa korban sudah lama meninggal
- Sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan sudah kembali pulih
RJP boleh dihentikan untuk sementara bila:
- Saat memindahkan pasien ke tandu
- Memindahkan korban menuruni tangga atau melalui lorong yang sempit
- Saat memasukkan atau mengeluarkan korban dari ambulans
- Saat melakukan defibrilasi
Kesalahan-kesalahan seputar RJP
- Posisi korban: tidak terlentang
- Alas: lunak dan tidak rata
- Pemberian napas yang tidak adekuat atau terlalu cepat
- Posisi penolong tidak tepat
- Kompresi dada yang kurang atau terlalu cepat
- Jumlah pijatan dan bantuan napas tidak sesuai
Penyulit dilakukan RJP
- Fraktur iga
- Pneumotoraks
- Hematotoraks
- Luka dan memar pada paru, hati, dan limpa

Anda mungkin juga menyukai