12
Dari status mental didapatkan kesadaran kualitatif berubah, isi
pembicaraan tidak dapat dilogika. Terdapat halusinsi auditorik dan visual.
Bentuk pikir non realistik, arus pikir koheren, mutisme selektif, isi pikir
berupa delusion of control, waham bizarre, dan waham kejar. Penilaian realita
pasien buruk serta tilikan derajat satu. Untuk status interna, laboratorium
penunjang dan neurologi tidak didapatkan kelainan.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan psikologis yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan
fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Pada status mental didapatkan bentuk pikir non realistik sehingga
pasien tergolong psikotik.
Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit pada saat ini.
Berdasarkan data ini kemungkinan organik sebagai penyebab kelainan yang
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang
diderita saat ini bisa disingkirkan, sehingga diagnosis gangguan mental
organik (F00-F09) dapat disingkirkan.
Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunan zat-zat adiktif
dan psikoaktif sebelumnya disangkal sehingga diagnosis gangguan mental
dan perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan status mental pasien ditemukan suatu gejala yang
jelas dan bermakna yaitu kesadaran kualitatif berubah, terdapat gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual, adanya delusion of control,
delusion of influence, delusion of passivity, waham bizarre, dan waham kejar.
13
Secara keseluruhan gejala tersebut lebih dari 1 bulan dan menyebabkan
gangguan bermakna pada fungsi sosial dan pemanfaatan waktu luang.
Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka sesuai kriteria PPDGJ
III, untuk aksis I, diusulkan diagnosis untuk pasien ini sebagai Skizofrenia
paranoid (F20.0), karena ditemukan kriteria umum dari skizofrenia yaitu
suara-suara halusinasi yang mengomentari pasien, mengajak berbicara, dan
memerintah pasien terdapat waham bizzare dan delusion of control.
Pedoman diagnostik:
Kriteria umum skizofrenia harus dipenuhi. Sebagai tambahan,
halusinasi dan atau waham harus menonjol. Sedangkan gangguan afektif,
dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relative
tidak nyata. Halusinasi auditorik yang mengancam atau memberi perintah
atau tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung atau bunyi tawa.
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, passivity, dan dikejar adalah yang paling jelas.
Berdasarkan data-data tersebut, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ-
III untuk axis I, ditegakkan diagnosis sebagai skizofrenia paranoid (F20.0).
Diagnosis Aksis II
Berdasarkan alloanamnesis, ketika tidak kambuh pasien dapat bergaul
dan memiliki teman seperti orang-orang pada umumnya, meskipun sejak
kecil pasien termasuk anak yang pendiam. Namun, belum digali lebih lanjut
dari alloanamnesis anggota keluarga pasien yang lain yang merawat sejak
kecil yaitu neneknya. Maka Axis II pada pasien ini belum ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Berdasarkan hasil pemeriksaan status interna dan neurologis, tidak
didapatkan kelainan.
14
Diagnosis Aksis IV
Berdasarkan alloanamneis, pasien sering bertengkar dengan
pamannya, dan yang terakhir sampai memecahkan kaca mobil. Pasien juga
tidak bekerja dan diejek tetangga.
Diagnosis Aksis V
Skala GAF saat ini: 50-41 (gejala berat dan disabilitas berat).
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Belum ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah keluarga dan pekerjaan
Axis V : GAF 50-41
VIII. DIAGNOSIS BANDING
F 32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
IX. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak Ada
B. Psikologik :
1. Gangguan pembicaraan
2. Gangguan persepsi (halusinasi)
3. Gangguan proses pikir (bentuk pikir, arus pikir, isi fikir)
4. Gangguan penilaian realita dan tilikan diri
X. RENCANA PENGOBATAN LENGKAP
A. Medikamentosa
1. Haloperidol 3 x 5 mg
2. Risperidone 3 x 2 mg
3. Trihexyphenidyl 3 x 2 mg
15
B. Non Medikamentosa
Terhadap pasien jika kondisi sudah membaik.
Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan
Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.
Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menghadapinya.
Membantu pasien untuk dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari secara bertahap.
Menggali kemampuan pasien agar bisa dikembangkan.
Kepada keluarga :
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang gangguan
yang dialami pasien.
Menyarankan kepada keluarga pasien agar memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeliharaan pasien.
Menyarankan kepada keluarga agar lebih telaten dalam pengobatan
pasien, dan membawa pasien untuk kontrol secara teratur.
X. PROGNOSIS
No. Keterangan Good Prognosis Poor Prognosis
1. Onset Lambat
2. Faktor pencetus jelas jelas
3.
Riwayat sosial dan,
pekerjaan pramorbid
Baik
4. Gangguan mood Tidak
5. Mempunyai pasangan Tidak
6.
Riwayat keluarga gangguan
jiwa
Tidak
7. Sistem pendukung yang baik Ada
8. Gejala positif Ada
16
9.
Perilaku menarik diri,
autistic
Ada
10. Onset muda Ada
11. Gejala negative Ada
12. Tanda dan gejala neurologis Tidak
13. Remisi dalam 3 tahun Tidak
14. Banyak relaps Tidak
15. Riwayat trauma perinatal Tidak
16. Riwayat penyerangan Tidak
Kesimpulan Prognosis
o Qua ad vitam : bonam
o Qua ad sanam : dubia ad bonam
o Qua ad fungsionam : dubia ad bonam