Anda di halaman 1dari 10

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

Oleh :
Nama : Rima Ramadhania
NIM : B1J012106
Rombongan : VIII
Kelompok : 3
Asisten : Ivan Aprianto







LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II









KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipofisasi adalah menyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisis (donor) untuk
menginduksi kematangan gonad, ovulasi dan spermiasi. Ovulasi diasosiasikan dengan
proses degradasi folikuler. Proses ovulasi mengakibatkan pecahnya dinding folikel sel telur.
Aplikasi hormon dengan suntikan ekstraksi dilakukan untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Secara fisiologis, kelenjar hipofisis merupakan salah satu kelenjar endokrin yang mensekresi
beberapa hormon, salah satunya adalah hormon gonadrotropin. Teknik hipofisasi dilakukan
untuk meningkatkan kadar hormon LH pada ikan yang kadarnya tidak cukup menghasilkan
kematangan gonad tingkat akhir dan ovulasi pada betina. Induksi hormon dalam pemijahan
buatan penting untuk terjadinya pematangan gonad. Beberapa cara dilakukan untuk
menentukan perkembangan gonad berdasarkan perkembangan oosit atau pengukuran
besarnya gonad. Hal lain yang dapat dijadikan untuk mengukur pengaruh kerja hormon
gonadotropin adalah fekunditas, fertilitas dan penetasan telur. Tingkat kematangan gonad
yang maksimal ditunjukkan dengan pembesaran volume perut dengan ovari mengisi sekitar
80% rongga perut (Najmiyati et al., 2006).
Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari disebut dengan master gland, karena
mampu menghasilkan berbagai hormon yang berfungsi mengatur kelenjar hormon lainnya.
Kelenjar hipofisis dapat mengendalikan beberapa hormon antara lain hormon pada kelamin
jantan (testis) maupun kelamin betina. Hipofisis berukuran sangat kecil, terletak di sebelah
bawah bagian depan otak besar (diencephalon) sehingga jika otak kiri diangkat, maka
kelenjar ini akan tertinggal. Kelenjar hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan
dari depan ke belakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan
neurophisis (Ville et. al., 1988).
Kelenjar hipofisis berada di rongga tulang sphenoid pada sela tursica. Selama
embryogenesis, hipofisis berkembang sebagian dari ectoderm oral dan sebagian lagi dari
jaringan syaraf. Komponen neural muncul sebagai sebuah evaginasi dari dasar
diencephalon dan tumbuh ke arah caudal sebagai batang tanpa melepaskan diri dari otak.
Hipofisis terdiri dari dua kelenjar neurohipofisis dan adenohipofisis yang bersatu secara
anatomis tetapi mempunyai fungsi yang berbeda. Neurohipofisis merupakan bagian dari
hipofisis yang berkembang dari jaringan syaraf. Neurohipofisis terdiri dari bagian yang
besar, pars nervosa, dan yang lebih kecil infundibulum. Infudibulum terdiri atas stem dan
eminentia mediana. Bagian dari hipofisis yang muncul dari oral ectoderm diketahui sebagai
adenohipofisis yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pars distalis atau lobus anterior, bagian
cranial, pars tuberalis, yang mengelilingi infundibulum, serta pars intermedia (Gordon,
1982).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah merangsang ikan untuk ovulasi dan memijah
dengan induksi kelenjar hipofisis.













II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan karper (Cyprinus carpio)
matang kelamin sebagai ikan donor, ikan nilem (Osteochilus hasselti) sebagai ikan resipien
dan akuabides.
Alat yang digunakan adalah spuit volume 1 cc dan 5 cc, wadah kaca, talenan, pinset,
ember plastik, micro centrifuge dan pisau.

2.2 Cara Kerja
1. Ikan donor disiapkan.
2. Ikan mas (donor) dipotong kepalanya dengan menggunakan pisau besar tepat
dibelakang telinga sampai putus.
3. Kepala ikan mas diletakkan dengan mulut menghadap keatas, selanjutnya
dipotong bagian kepalanya tepat dari lubang hidung diatas otak sampai putus
sama sekali sehingga tengkorak kepala terbuka.
4. Berkas saraf sebelah depan yang berwarna putih dipotong kemudian otak
diangkat sehingga akan terlihat kelenjar hipofisis tepat dibawah otak, terletak
didalam sebuah lekukan, bentuknya bulat, berwarna putih dan berukuran
sebesar biji kacang hijau.
5. Kelenjar hipofisis diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan di wadah
kaca.
6. Akuabides ditambahkan kemudian kelenjar hipofisis digerus sampai lumat.
7. Ekstrak kelenjar hipofisis bagian atas diambil lalu dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
8. Tabung reaksi dimasukkan kedalam centrifuge dan diputar dengan kecepatan
3500 rpm selama 10 menit.
9. Ekstrak kelenjar hipofisis diambil dengan menggunakan spuit lalu disuntikkan
ke tubuh ikan resipien di bagian bawah sirip dorsal bagian depan pada tiga sisik
kebawah.
10. Ikan yang telah disuntik dimasukkan kedalam bak pemijah dan diamati ikan
melakukan ovulasi dan memijah atau tidak.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Pengamatan Teknik Hipofisasi
Kel. Dosis Kelenjar Hipofisis Waktu untuk memijah Pemijahan
1 0,3 cc dan 0,5 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi
2 0,4 cc dan 0,4 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi
3 0,2 cc dan 0,6 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi
4 0,5 cc dan 0,3 cc 21.00-07.00 Tidak terjadi

Gambar I. Kelenjar Hipofisis Pada Kepala Ikan Mas

Gambar II. Kelenjar Hipofisis


3.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan ikan Mas sebagai ikan donor dan ikan Nilem sebagai
ikan resipien. Ikan donor adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisanya yang masih dalam
satu familia dengan ikan resipien, sedangkan ikan resipien adalah ikan yang akan diinjeksi
atau disuntik (Sumantadinata, 1981). Hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa
tidak terjadi pemijahan setelah diamati selama 10 jam. Hal tersebut tidak sesuai dengan
pernyataan Soekamsipoetro (1987) bahwa dengan melakukan teknik hipofisasi pada ikan
Nilem, pemijahan akan terjadi pada rentang waktu 6-14 jam setelah masa penyuntikan.
Induk-induk ikan yang benar-benar matang kelamin akan memijah secara alami dalam
waktu kurang dari 24 jam setelah ikan diletakkan dalam bak pemijah. Hal ini mungkin
karena ikan mengalami stress, sisik ikan yang terkelupas dan posisi jarum yang tidak pas
mungkin dapat memicu stress pada ikan, selain itu terdapat penyebab lain seperti kelenjar
hipofisa yang disuntikan tidak seluruhnya masuk ke dalam tubuh ikan, mengingat ikan terus
bergerak saat dilakukan penyuntikan, selain itu lamanya waktu penyuntikan dan kualitas air
yang kurang sesuai bagi ikan juga dapat memicu stress. Dosis kelenjar hipofisa yang
diberikan pada ikan resipien untuk kelompok 1 adalah adalah 0,3 cc untuk jantan dan 0,5 cc
untuk betina. Kelompok 2 sebanyak 0,4 cc untuk jantan dan 0,4 cc untuk betina. Kelompok
3 sebanyak 0,2 cc untuk jantan dan 0,6 cc untuk betina dan kelompok 4 0,5 cc untuk jantan
dan 0,3 cc untuk betina. Seluruh kelompok dengan dosis kelenjar hipofisa yang berbeda-
beda, namun tidak ada satupun yang berhasil memijah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Pickford (1957) bahwa pemberian dosis yang kurang tepat dapat mempengaruhi kecepatan
ikan dalam memijah, ini berarti agar ikan tersebut memijah dalam waktu yang relatif cepat
diperlukan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan, yaitu sebanyak 0,3 cc untuk jantan
dan dan 0,5 cc untuk betina, sehararusnya kelompok 1 ikan dapat memijah. Hal ini mungkin
dikarenakan ikan mengalami stress, sehingga tidak memijah.
Terdapat beberapa cara pemijahan, yiatu pemijahan alami (natural spawning),
pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial
breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang
benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak atau wadah pemijahan
dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang
induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan
hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan. Ikan melakukan reproduksi secara
eksternal. Ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian ikan
betina akan mengeluarkan telur, selanjutnya ikan jantan akan segera mengeluarkan
spermanya, kemudian sperma dan telur ini bercampur di dalam air, agar ikan dapat
memijah maka terdapat syarat yang harus dipenuhi. Syarat ikan donor dan ikan resipien
untuk memijah adalah ikan yang sudah matang kelamin (Susanto, 1996).
Ikan jantan yang telah matang kelamin memiliki ciri-ciri sirip dada kasar, kulit perut
lembek dan tipis, dan mengeluarkan cairan putih bila ditekan bagian perutnya (stripping)
(Hardjamulia, 1980). Menurut Gordon (1982), ciri-ciri betina yang sudah masak kelamin
diantaranya perut mengembung, lubang genital kemerahan dan perut lembek. Ketika
persyaratan terpenuhi, maka ikan dapat memijah, namun keberhasilan pemijahan juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan diantaranya adalah tingkat
kematangan gonad, stress, dosis kelenjar hipofisa dan makanan. Ikan yang akan digunakan
harus benar-benar telah matang kelamin, hal ini penting karena hanya ikan yang telah
matang kelamin yang memiliki volume kelenjar hipofisa mencapai puncaknya. Jika yang
digunakan belum matang kelamin maka ikan tersebut tidak dapat memijah ataupun volume
kelenjar hipofisanya masih sedikit. Makanan yang diberikan pada ikan harus memenuhi
kebutuhan nutrisinya, hal ini karena ikan yang memijah memerlukan pasokan nutrisi yang
cukup banyak untuk mensuplai telurnya (Bagnara, 1988).
Kelenjar hipofisa ikan terletak di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel
pada infudibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang atau pipih tergantung
pada jenis ikan. Kelenjar ini hanya sebesar butir kacang hijau atau lebih kecil. Suatu lekukan
tulang pada lantai otak yang disebut sella tursika melindungi khusus kelenjar ini. Tulang
tengkorak harus dibuka sehingga otak dapat diangkat untuk mengambil kelenjar ini. Butir
kelenjar hipofisa akan tertinggal di dalam sella tursika. Kelenjar hipofisa terdiri dari dua
bagian utama yaitu neurohypofisa dan adenohypofisa. Peranan kelenjar hipofisa sangat
vital terhadap kehidupan karena dari kelenjar inilah dihasilkan berbagai macam hormon
yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan (Sumantadinata, 1981).
Hormon yang berperan pada proses pemijahan menurut adalah gonadotropin yaitu
Leuteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin
tersebut dihasilkan oleh kelenjar adenohipofisa yang akan merangsang proses pemasakan
ovulasi, sehingga pada akhirnya merangsang induk betina untuk memijah. Kedua
gonadotropin (GTH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan Leuteinizing Hormone (LH)
adalah hormon kunci dalam kontrol endokrin reproduksi vertebrata. Kedua hormon ini
heterodimerik, terikat non-kovalen dengan glikoprotein yang terdiri dari subunit yang
umum dan hormon subunit tertentu. Setiap subunit dikodekan oleh tunggal, gen terpisah.
FSH dan LH diproduksi dalam gonadotropin hipofisis, dan diangkut dengan aliran darah ke
gonad tempat mereka mengatur berbagai tahap pertumbuhan dan pematangan sel benih
(Weiltzien et al., 2003). Mekanisme hormonal ini sangat mempengaruhi keberhasilan
pemijahan, karena kelenjar hipofisis mengeluarkan hormon yang menyebabkan terjadinya
pemijahan.
Teknik hipofisasi dilakukan untuk meningkatkan kadar hormon LH pada ikan yang
kadarnya tidak cukup menghasilkan kematangan gonad tingkat akhir dan ovulasi pada
betina (Najmiyati et al., 2006). Mekanisme kerja hormonal hipofisis diawali oleh adanya
faktor lingkungan yang berupa stimulasi atau rangsangan yang dapat ditangkap oleh indera
ikan (misalnya kulit). Informasi yang diterima dari indera ikan akan diteruskan ke
hipotalamus melalui sel saraf, sehingga hipotalamus akan terangsang untuk memproduksi
hormon gonadotropin serta FSH dan LH. Hormon ini akan mempengaruhi testis dan
ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron untuk menghasilkan sperma dan
sel telur. Hipofisis mensekresi sejumlah hormon yang mengatur kelenjar endokrin lain
(hormon trofik) atau secara langsung mempengaruhi metabolisme. Fungsi yang paling khas
dari kelenjar hipofisis anterior adalah mengeluarkan hormon-hormon yang mempengaruhi
aktivitas kelenjar endokrin lain, terutama menyangkut reproduksi (Hardjamulia, 1980).
Mekanisme kerja hormonal hipofisis dipengaruhi ole cara penyuntikan hipofisasi.
Terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra muscular, intra cranial, dan intra
perineal. Tahap yang paling penting dalam teknik reproduksi buatan pada ikan adalah cara
mendapatkan hasil sperma dari rangsangan hormon pemasakan sperma, ovulasi dan
sinkronisasi pembentukan sperma. Ketika cara penyuntikan kelenjar hipofisa sudah
dilakukan dengan baik, maka ikan akan memijah. Ciri Ikan yang sudah memijah dapat dilihat
dari tingkah lakunya, yaitu gelisah, saling berkumpul, bergerombol, berkejar-kejaran, diikuti
juga dengan sering berlompatan (Sumantadinata, 1981).





IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan agar melakukan pemijahan
2. Ikan yang telah disuntik dengan kelenjar hipofisa mengalami pemijahan setelah 6-12
jam.



























DAFTAR REFERENSI
Bagnara, T. 1988. Endokrinologi umum. Airlangga University Press, Surabaya.
Gordon, M.S. 1982. Animal physiology principle. Mc Millan Publishing Company, New York.

Hardjamulia. 1980. Pembenihan dan teknik hipofisasi. BBAT, Sukabumi.
Najmiyati., E, Lisyastuti., E, dan Hedianto., Y.E. 2006. Biopotensi kelenjar hipofisis ikan patin
(Pangasius pangasius) setelah penyimpanan kering selama 0,1, 2, 3 dan 4 bulan. J.
Tek. Ling, 7(3):311-316.

Pickford, A. 1957. General zoology calude. The Mac Millan Publishing Company, New York.

Soekamsipoetro, S. 1987. Budidaya Ikan Nilem. Dinas Perikanan UNBAD, Purwokerto.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Sastra
Budaya, Bogor.

Susanto, H. 1996. Budidaya kodok unggul. Swadaya, Jakarta.
Ville, C. A, W. D Wallon and F. E. Smith. 1988. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Weltzien., F.A, Norberg., B, dan Swansonb., P. 2003. Isolation and characterization of FSH
and LH from pituitary glands of Atlantic halibut (Hippoglossus hippoglossus L.)
Journal of general and comparative endocrinology, 131:97105

Anda mungkin juga menyukai