Anda di halaman 1dari 14

POSTULAT KOCH

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Ika Syiami Fitri


: B1J012127
: II
: 5
: Kuntum Khairu Ummah

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Penelitian virologi tumbuhan banyak dilakukan untuk mengetahui penyakit


yang diinduksi oleh virus tumbuhan dan karakteristiknya yang menyebabkan
berbagai macam penyakit tanaman. Ketika diketahui respon fisiologis pada tanaman
sebagai infeksi karena virus terdeteksi oleh metode biokimia, interaksi antar virus
dan tumbuhan inangnya telah dapat dianalisis melalui metode molekuler, seluler dan
level genetik. Berbagai macam teknik mulai dilakukan untuk mengetahui hubungan
diantara virus dan virus, virus dan inangnya serta virus dan vektor pembawanya
(Foster et al., 2008).
Virus tumbuhan pertama kali dilaporkan pada tahun 1576 sebagai patogen
yang menimbulkan penyakit pada tanaman tulip dengan gejala perubahan warna
bunga tulip yang semula polos menjadi bercak bergaris. Virus merupakan satu set
dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau DNA), yang
biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau
lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang (Akin, 2006).
Postulat Koch merupakan teknik pendeteksian virus dan agen-agen
mikrobiologi yang lain dan merupakan teknik yang telah populer karena sejak tahun
1880 tetap dianggap esensial untuk menentukan diagnosis yang handal mengenai
penyakit

infeksi.

Postulat

Koch

menyatakan

bahwa

untuk

menetapkan

mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, organisme itu : (1) harus ditemukan


pada semua kasus penyakit; (2) harus dapat diisolasi dari inang dan dapat
ditumbuhkan dalam biakan murni; (3) harus dapat membangkitkan kembali penyakit
semula apabila diintroduksikan pada inang yang rentan; (4) harus ditemukan dalam
inang percobaan yang diinfeksi dengan cara itu. Penerapan postulat tersebut telah
memberi keterangan tentang sifat berbagai macam penyakit dan sangat membantu
untuk membeda-bedakannya (Akin, 2006).

B. Tujuan
Praktikum Postulat Koch ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus
tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan virus dari tanaman
yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena sangat penting
untuk penelitian virus dalam laboratorium.

II. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kertas label, botol
semprotan, cutton bud steril, mortar dan pestle, membran filter, beaker glass, plastik
transparan dan polibag.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah daun kacang
panjang yang terinfeksi virus penyakit, tanaman kacang panjang yang sehat umur 14
hari, tanah untuk media penanaman, akuades steril dan arang.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
A. Pengamatan langsung pada daun yang berpenyakit.
1. Beberapa lembar daun kacang panjang yang diduga terkena penyakit
disediakan
2. Daun yang diduga terinfeksi virus diamati gejala-gejala penyakitnya.
3. Daun-daun yang diamati didokumentasi menggunakan kamera
B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus
1. Daun yang sakit dan akuades steril dimasukkan dalam mortar dilumatkan
dengan penumbuk porselen
2. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring Whattman no.40
3. Hasil saringannya disterilkan dari bakteri menggunakan membran filter 0,4
m.
C. Inokulasi sap
1. Satu tanaman kacang panjang yang sehat digunakan sebagai kontrol dan satu
tanaman kacang panjang yang sehat lainnya diberi perlakuan
2. Daun-daun perlakuan yang akan diinokulasikan ekstrak sap tanaman sakit
dilakukan pelukaan dengan cara menggosok perlahan-lahan daun tersebut
mrnggunakan arang yang diusapkan dengan cotton bud.
3. Cotton bud steril dicelupkan dalam sap tanaman sakit kemudian diinokulasikan
pada daun yang telah dilukai.
4. Daun tersebut kemudian ditutup dengan plastik transparan.
5. Perubahan yang terjadi pada daun yang diinokulasi maupun daun kontrol
diamati pada hari ke-9.

D. Uji Penegasan
1. Daun yang diinokulasi ekstrak sap diamati
2. Daun yang diinokulasi setelah diamati dibandingkan dengan data awal serta
dibandingkan juga dengan daun kontrol

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Postulat Koch Tanaman Perlakuan Rombongan II
Kelompok

Gejala awal

Hasil Postulasi

Interpretasi

Daun bercak coklat


kekuningan

Daun klorosis, layu,


mati,mati terdapat
serangga.

Daun bercak coklat


kekuningan

Daun bercak coklat,


kuning, transparan,
dan kering.

Daun hijau bercak coklat

Daun menguning.

Daun hijau kekuningan,


bercak coklat.

Daun hijau
kekuningan, bercak
coklat, dan daerah
sekitar infeksi menjadi
kering

Daun terdapat bercak


kuning kecoklatan.

Daun mengalami
klorosis dan terdapat
bercak kuning
kecoklatan.

Daun bercak coklat


kekuningan.

Daun mengalami
klorosis dan layu.

Keterangan

(+)

: menunjukan gejala yang sama

(-)

: tidak menunjukan gejala yang sama

Tabel 1. Hasil Pengamatan Postulat Koch Tanaman Kontrol Rombongan II


Kelompok

Gejala awal

Hasil Postulasi

Interpretasi

Daun hijau tua

Daun menguning
terdapat serangga.

Daun hijau tua, segar.

Daun hijau tua, segar,


terdapat serangga.

Daun hijau tua.

Daun hijau tua.

Daun hijau segar serta


lebar.

Daun hijau segar serta


lebar.

Daun hijau segar.

Daun hijau segar.

Daun hijau tua.

Daun hijau tua.

Keterangan

(+)

: menunjukan gejala yang sama seperti tanaman perlakuan.

(-)

: tidak menunjukan gejala yang sama seperti tanaman perlakuan.

Gambar Hasil Pengamatan

Gambar 1. Daun Kontrol

Gambar 1. Tanaman Perlakuan


Sebelum Inkubasi

``
Gambar 3. Tanaman Perlakuan
Setelah Inkubasi

Gambar 2. Tanaman Kontrol


Sebelum Inkubasi

`
Gambar 4. Tanaman Kontrol
Setelah Inkubasi

B. Pembahasan
Virus

tumbuhan

sangat

bermacam-macam,

namun

ada

beberapa

karakteristik atau sifat virus yang dapat digunakan untuk mengelompokkan virus
tumbuhan. Virus tumbuhan tidak memiliki alat penetrasi seperti yang dimiliki pada
virus hewan, sehingga virus tumbuhan hanya bisa menginfeksi melalui pelukaan
terlebih dahulu pada tanaman, atau melalui injeksi. Pengelompokan virus tumbuhan
didasarkan pada susunan genom virus, homologi runutan nukleotida, hubungan
serologi, hubungan dengan vektor, kisaran inang, patogenisitas, gejala penyakit, serta
penyebaran geografi. Berdasarkan hubungan dengan vektornya misalnya pada virus
yang secara alami menyerang kedelai yaitu Soybean Stunt Virus (SSV), Indonesian
Soybean Swarf Virus (I-SDV), Soybean Mosaic Virus (SMV), Cowpea Mild Mottle
Virus (CPMMV) dan hanya CPMMV yang dapat ditularkan oleh Bemisia tabacci.
Berdasarkan susunan genom virus, virus dengan genom DNA misalnya Cauliflower
mosaic virus, dsRNA misalnya Wound tumor virus, (-) ssRNA misalnya Rice stripe
virus dan (+) ssRNA misalnya Tobacco mosaic virus (Cruz et al., 2010).
Tomato spotted wilt virus merupakan salah satu contoh virus tanaman
(TSWV). Infeksi virus TSWV pada tanaman dapat diteliti melalui perkembangan
Infeksi gejala khas. Tanaman tersebut akan memiliki cincin klorosis, pola klorosis
mosaik, bintik pada daun, penurunan pertumbuhan dan deformasi (Belliure et al.,
2010). Bean Common Mosaic Virus (BCMV), Bean Yellow Mosaic Virus
(BYMV),Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus (CABMV) merupakan beberapa
penyakit mosaik yang termasuk kedalam kelompok potyvirus, familia potyviridae
yang berbentuk memanjang dan mempunyai genom berupa benang RNA tunggal
(singlestranded). Penyakit virus belang pada kacang tanah yang disebabkan oleh
peanut mottle virus (PMoV) masuk ke dalam kelompok Poty-virus.Virus ini
berbentuk batang lentur dengan ukuran lebar 12 nm dan panjang 750 nm dan
mempunyai genom berupa RNA tunggal. Virus ini mempunyai hubungan dengan
virus kelompok lain, yaitu Blackeye Cowpea Mosaic Virus (B1CMV), Soybean
Mosaic Virus (SMV), Adzuki Bean Mosaic Virus (AzMV) dan Clover Yellow Vein
Mosaic Virus (CYVMVV). Jaringan tanaman yang terinfeksi virus ini terdapat benda
inkluasi berbentuk cakram yang merupakan ciri infeksi virus kelompok Poty-virus
(Saleh, 2003).

Menurut Akin (2006), mekanisme penginfeksian virus ke tumbuhan adalah


sebagai berikut : partikel virus masuk ke dalam tanaman melalui luka pada
permukaan tanaman dengan perantaraan tepung sari dan sebagainya, maka akan
terjadi kontak antara virus dengan sitoplasma sel tanaman. Sesudah terjadi inokulasi,
RNA yang merupakan bagian virus yang infektif keluar dari selubung protein. Usaha
tersebut dilakukan dengan perantaraan sel tanaman karena virus tidak mempunyai
energi untuk keperluan tersebut. Protein yang ditinggalkan kemungkinan tertinggal
dalam sel tanaman dan selanjutnya menjadi bagian protein sel tanaman inang. RNA
yang keluar tersebut merangsang tanaman inang untuk membentuk enzim yang
disebut RNA-polymerases, RNA-synthetases atau RNA-replicates. Enzim tersebut
membentuk RNA baru dan RNA baru selanjutnya merangsang sel tanaman inang
untuk mensintesa molekul protein yang spesifik untuk dijadikan selubung RNA
Robert Koch dan Jacob Henle mengemukakan teknik eksperimental untuk
mengetahui hubungan sebab-akibat antara agen penginfeksi dan penyakitnya.
Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert
Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Postulat Koch
berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi
patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu (Inglis, 2007).
Postulat Koch merupakan metode yang dapat diaplikasikan terhadap
penyakit virus untuk menunjukkan bahwa patogennya adalah virus atau bahwa virus
adalah patogenik, akan tetapi postulat tersebut harus didefinisikan kembali sebagai
berikut : (1) organisme/virus harus menyertai penyakit, (2) organisme/virus harus
dapat diisolasi dengan syarat terpisah dari kontaminan, memperbanyak diri dalam
inang perkembangbiakan, dapat dimurnikan secara fisiko kimia, serta dapat
diidentifikasi sifat-sifatnya yang hakiki, (3) apabila diinokulasikan ke dalam inang
yang sehat, harus dapat menghasilkan kembali penyakit serupa, (4) organisme/virus
yang sama harus dapat ditunjukkan ada di dalam inang percobaan dan harus dapat
diisolasikan kembali (Taqqadas, 2014).
Penggunaan kacang panjang karena kacang panjang merupakan tanaman
leguminosae yaitu tanaman yang dapat berasosiasi dengan bakteri pada bagian
akarnya.Kehadiran bakteri pada tanaman kacang panjang juga menyebabkan
tanaman kacang panjang akan sehat dan tidak terserang penyakit. Jadi, ketika
tanaman sakit kemungkinan besarnya karena virus yang telah diinokulasi, bukan
karena penyebab lain. Kacang panjang merupakan tanaman yang mudah

ditumbuhkan dan dapat tumbuh dalam waktu singkat.Kacang panjang juga mudah
didapatkan dan tidak perlu perawatan khusus, sehingga mudah dirawat (Hapsoro et
al., 2007).
Jenis tanaman kacang-kacangan mudah terserang virus karena faktor
ketahanan tanaman tersebut serta pengaruh dari lingkungan tumbuh tanaman kacangkacangan (Semangun, 1991). Gejala yang disebabkan virus pada tanaman berbedabeda. Menurut Akin (2006) yang menerangkan bahwa gejala penyakit virus pada
tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal dan gejala internal. Gejala
eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal merupakan gejala
yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam virologi dikenal dengan
istilah bercak lokal.

Bercak lokal dapat berupa klorosis karena hilang atau

berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel tanaman inang.
Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak
hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan
menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
Seorang dokter dari Jerman yang bernama Robert Koch (1843-1910)
menemukan kaitan mikroorganisme dengan penyakit menular, beliau membuat
Postulat (batasan) yang dikenal dengan nama Postulat Koch, sebagai standar
penentuan penyakit menular. Penerapan mikrobiologi pada masaa kini masuk ke
dalam berbagai bidang, seperti bidang farmasi, kedokteteran, pertanian, ilmu
pertanian, ilmu gizi, kimia, bahkan astrobiologi (Smith, 1973). Taqaddas (2014),
Postulat Koch dapat diterapkan dalam bidang kedokteran yaitu seperti untuk
membangun hubungan kausal antara HIV dan AIDS.
Praktikum Postulat Koch ini menggunakan tanaman kacang panjang sehat
yang dilukai daunnya kemudian diusapkan sap hasil ekstrak tanaman yang diduga
terkena virus. Tujuan tanaman dilukai daunnya adalah karena infeksi virus tumbuhan
salah satunya harus dengan perlukaan, sebagaimana menurut Akin (2006) sifat khas
infeksi virus tumbuhan adalah tidak adanya alat penetrasi sehingga apabila virus
tumbuhan akan menginfeksi inangnya harus melalui mekanis atau dengan perlukaan.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada tanaman kacang diperoleh hasil
bahwa daun tanaman kacang-kacangan kelompok 2,4 dan 5 menunjukan gejala
positif, hal ini berarti tanaman dengan perlakuan menunjukkan gejala yang sama
dengan tanaman terkena virus yang diambil sapnya. Gejala yang diperlihatkan oleh
tanaman dengan perlakuan ini adalah daunnya menguning, pada daun terdapat bercak

kuning atau coklat, dan terlihat kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bos (1983)
bahwa tanaman dengan perlakuan menunjukkan gejala sama seperti pada tanaman
terserang virus yang diambil sapnya, berarti memenuhi keempat kriteria pada
Postulat Koch. Hasil pengamatan kelompok 1, 3 dan 6 menunjukan gejala negatif
yaitu tidak menimbulkan bercak kuning seperti yang ditunjukan pada tanaman
sampel, hal ini dimungkinkan karena adanya infeksi oleh serangga sehingga tanaman
perlakuan tidak menunjukan gejala yang positif. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Matthews (1970), bahwa keempat kriteria Postulat Koch harus dipenuhi
untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang
ditimbulkan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Postulat Koch dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya agen infeksius
misalnya virus yang menyebabkan penyakit.
2. Mekanisme penyebaran virus pada tanaman dapat melalui transmisi horizontal
dan transmisi vertikal.
B. Saran
Saran untuk praktikum Postulat Koch ini adalah kalau bisa tanaman yang
digunakan untuk perlakuan dari tiap kelompok beda-beda, agar kita dapat
mengetahui perbedaan virus yang menyerang pada tanaman yang berbeda. Misalnya
sampel tanaman yang digunakan meliputi kacang-kacangan, tomat, cabai, dan
sebagainya, sehingga akan terlihat perbedaan virus yang menyerang masing-masing
tanaman tersebut.

DAFTAR REFERENSI

Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.


Belliure, B., Maurice W. Sabelis, Arne Janssen. 2010. Vector and virus induce plant
responses that benefit a non-vector herbivore. Institute for Biodiversisty and
Ecosystem Dynamics (IBED), Section Population Biology, University of
Amsterdam, Science Park. 904, 1098 XH Amsterdam, The Netherlands.
Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Cruz, S.S., Chapman, Sean., Roberts, A.G., Roberts, Ian. M., Prior, Denton A., and
Oparka, Karl.J., 2010. Assembly And Movement of A Plant Virus Carrying A
Green Fluorescent Protein Overcoat. Journal of Plant Biology. (93) : 62866290.
Foster, G. D., I. E. Johansen, Y. Hong, P. D. Nagy. 2008. Plant Virology Protocols.
Humana Press, Hertz.
Hapsoro, Dwi., Aswidinnoor, Hajrial., Jumanto., Suseno, Rusmilah., Sudarsono.
2007. Resistance to Peanut Stripe Virus in Transgenic Peanuts (Arachis
hypogaea L.) Carrying PStV cp Gene Was Stabile up to Seven Generations of
Selfing. Plant Molecular Biology Laboratory, IPB Bogor. (12) 2: 83-91.
Inglis, T. J. J. 2007. Principia aetiologica : taking causality beyond Kochs Postulates.
Journal of Medical Microbiology 56 : 1419-1422.
Matthews, R. E. F. 1970. Plant Virology. Academic Press, New York.
Saleh, Nasir. 2003. Ekobiologi dan Optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus Belang
pada Kacang Tanah Melalui Pengelolaan Tanaman Secara Terpadu. Balai
Penelitian Tanaman Kacang Kacangan dan Umbi Umbian . Malang
Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Smith, AL. 1973. Principles of Microbiology 7th ed. Saint Louis. The C.V. Mosby
Company. 2-3, 369.
Taqaddas, A. 2014. Establishing Causal Relationship between HIV and AIDS.
International Journal of Medical, Health, Biomedical and Pharmaceutical
Engineering, Vol:8, No:9, 2014.

Anda mungkin juga menyukai