Anda di halaman 1dari 23

13

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI








Impaksi? Apa tuh? Istilah kedokteran gigi bukan? Qo kita belajar ginian sih? Gigi kan ada di
mulut, mulut adalah bagian dari saluran gastrointestinal, jadi kita harus tahu penyakit atau kelainan
apa aja yang ada di sana. Oke deh, mungkin ntar rada bingung, dan setelah baca editan aq, temen-
temen bakalan makin bingung kayaknya, hahaha Ga papa, kalo bingung, berarti tandanya masih
bisa mikir..^^ Bismillah

Gigi molar tiga (gigi bungsu) adalah gigi yang terakhir tumbuh dan terletak di bagian paling
belakang dari rahang. Biasanya gigi ini tumbuh pada akhir masa remaja atau pada awal usia 20-an.
Pada usia inilah yang dianggap sebagai age of wisdom (usia di mana seseorang mulai bijaksana),
sehingga gigi bungsu dalam bahasa Inggris disebut wisdom teeth. Normalnya tiap orang memiliki
empat gigi molar tiga, masing-masing satu pada tiap sisi rahang. Tapi ada juga orang-orang yang tidak
memiliki gigi bungsu ini.
Saat kuliah, banyak dijelaskan tentang pembacaan rontgen pada gigi yang impaksi. Tapi
karena kita belum tau dasarnya, kita bahas dari awal dulu yah

Definisi
Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung gigi-gigi ini
sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada di bawah gusi atau di dalam tulang.
Keadaan inilah yang disebut impaksi.
Impaksi adalah gigi yang tumbuh sebagian atau seluruhnya dan posisinya terhalang gigi,
tulang atau jaringan lunak, sehingga keluarnya tidak seperti yang diharapkan menurut keadaan
anatomis.
Gigi impaksi disebut juga sebagai unerupted tooth (Gigi yang tidak erupsi karena belum
mengadakan perforasi pada mukosa mulut), malposed tooth (Gigi yang posisinya salah, sudah erupsi
atau belum erupsi di mana posisinya pada rahang atas dan rahang bawah tidak normal).
Karena gigi impaksi tidak erupsi atau tidak tumbuh keluar gusi, maka akan tertahan seumur
hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa
tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi
membutuhkan pemahaman tentang kronologi erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi
erupsi.
Gigi yang impaksi juga sering menyebabkan timbulnya rasa sakit, hal tersebut disebabkan
karena gigi yang impaksi : menyebabkan resorpsi gigi dekatnya, mengalami resorpsi tersendiri, dan
mengenai pembuluh darah atau saraf.
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi
anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui. Pada gigi
posterior,yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :
1. Gigi molar tiga (48 dan 38) mandibula
2. Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila
3. Gigi premolar (44, 45, 34 dan 35) mandibula
4. Gigi premolar (14, 15, 24 dan 25) maksila
Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai berikut:
Jumat, 10 Desember 2010
Prof. drg. H. Soelistiyono, SP.BM(K)
IMPAKSI




14

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
1. Gigi caninus maksila dan mandibula (13, 23, 33, dan 43)
2. Gigi incisivus maksila dan mandibula (11, 21, 31, dan 41)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi atau tidak
sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada setiap lengkung rahang. Berikut
ini masa erupsi gigi geligi pada masing-masing rahang. Kita belajar anatomi giginya dulu yah

Gigi 1 2 3 4 5 6 7 8
RA 7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21
RB 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21
Tabel 1.Masa Erupsi Gigi Permanen

Gigi 1: Dens incicivus I (central
incisor)
Gigi 2: Dens incicivus II (lateral
incisor)
Gigi 3: Dens caninus (canine)
Gigi 4: Dens premolaris (first
premolar)
Gigi 5: Dens premolaris (second
premolaris)
Gigi 6: Dens molaris I (first
molar)
Gigi 7: Dens molaris II (second
molar)
Gigi 8: Dens molaris III (third
molar


Gb.1. Arcus Dentalis Anterior dan Superior

Etiologi

1. Faktor Perkembangan
Karena adanya evolusi secara alami. Pengecilan rahang atas dan bawah yang mengakibatkan
kurangnya tempat M3 baik di RA maupun RB untuk erupsi dengan sempurna.

1. Perforasi: keadaan
tertembusnya akar.
2. Erupsi: tindakan
mendorong atau
keluar/tumbuh dari gingival
(gusi).
3. Resorpsi: hilangnya
jaringan keras gigi dan
rahang.




15

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

Gb.2. Pola pertumbuhan dan perkembangan
bagian anterior mandibula anak-anak ke
dewasa. Gigi bagian anterior mandibula
bergeser sedikit ke lingual dan superior,
sementara proses remodeling body mandibula
sedikit menambah penonjolan cortex labial
inferior



Gb.3. Rangkaian perkembangan dari bagian-
bagian mandibula menghasilkan remodeling
ke arah posterior dan superior



Gb.4. Pelebaran mandibula paling utama
berada di bagian posterior





16

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

Gb.5. Ramus berkembang mengikuti prinsip V,
dimana proses pertumbuhan dan remodeling
menghasilkan pola pertumbuhan 3
dimensional, shg tidak hanya panjangnya yang
bertambah, tapi juga lebarnya



Gb.6. Pola pertumbuhan dan perkembangan
bagian anterior mandibula anak-anak ke
dewasa. Gigi bagian anterior mandibula
bergeser sedikit ke lingual dan superior,
sementara proses remodeling body mandibula
sedikit menambah penonjolan kortek labial
inferior


2. Faktor Lokal
Faktor lokal ini di ungkapkan oleh Berger (1946).

a. Posisi abnormal dari gigi sehingga menekan gigi tetangganya.
b. Kepadatan tulang sekitar gigi yang sudah mengeras pada waktu erupsi M3, sehingga
menghalangi M3 untuk erupsi.
c. Peradangan kronis yg terus menerus sehingga jar. mukosa kepadatannya bertambah dan
makin menutupi M3.
d. Kurangnya tempat erupsi karena pertumbuhan rahang yang kurang sempurna.
e. Retensi gigi susu. Jadi gigi susu tetap bertahan di tempatnya, gak copot-copot, akhirnya
mnyebabkan impaksi pada gigi permanen yang udah ngantri di atas.
f. Pencabutan dini gigi susu. Padahal gigi permanen belum mau erupsi, Hal ini
mengakibatkan jaringan gingiva menebal dan menghalangi gigi permanen untuk erupsi.
g. Penyakit (nekrosis karena infeksi atau abses).



3. Penyakit.
a. Sebelum lahir
- herediter




17

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
- mixgeration (perkawinan
antar ras)
b. Sesudah lahir
- ricketsia
- anemia
- syphilis congenital
- gangguan endokrin
- malnutrisi
- TBC
c. Keadaan yang jarang terjadi :
- cleidocranial dysostosis
- oxycephaly
- progeria
- cleft palate atau
palatoschisis
- achondroplasia

Tanda Atau Keluhan pada Gigi Impaksi

Ada beberapa orang yang mengalami
masalah dengan terjadinya gigi impaksi.
Dengan demikian mereka merasa kurang
nyaman melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah :
1. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi di sekitar gigi
yang diduga impaksi.
2. Resorpsi gigi tetangga, karena letak benih gigi yang abnormal sehingga meresorpsi gigi tetangga
3. Kista (folikuler)
4. Rasa sakit atau perih di sekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama (neuralgia)
5. Fraktur rahang (patah tulang rahang)
6. Dan tanda-tanda lain.

Klasifikasi M3

A. Klasifikasi Berdasar Ruang jarak distal M2 - Ramus Mandibularis menurut Pell Dan Gregory (1969)
Berdasar ruang antara distal M2 ramus mandibula dengan cara membandingkan lebar mesio-distal
molar ketiga dengan jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.
Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal gigi molar
kedua dengan ramus mandibula. Masih cukup ruang bagi M3.
Permukaan pada gigi:
1. Mesial: Permukaan/sisi gigi yang dekat dgn garis
median.
2. Distal: Permukaan/sisi gigi yang jauh dari garis
median
3. Buccal: Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan
dengan pipi/buccum (gigi posterior)
4. Labial: Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan
dengan bibir/labium (gigi anterior)
5.Lingualis: Permukaan gigi atau sisi yang berdekatan
dengan lidah/lingua (gigi RB)
6. Palatinalis: Permukaan atau sisi gigi yang
berdekatan dengan langit-langit/Palatum (gigi RA)
7. Occlusal: Permukaan puncak gigi yang digunakan
untuk mastikasi (gigi posterior)
8. Incisial: Permukaan puncak gigi yg digunakan untuk
memotong/menggigit (gigi anterior)
9.Facial: Permukaan gigi atau sisi yang berhadapan
dgn pipi atau bibir (gigi posterior & anterior)
10.Proximal:

Permukaan gigi atau sisi yang
berhadapan dgn permukaan gigi tetangga pada
lengkung rahang yg sama













18

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

Gb.7. Klas I menurut Pell dan Gregory

Klas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal gigi
molar kedua dengan ramus mandibula. Ruang bagi M3 kurang.

Gb.8. Klas II menurut Pell dan Gregory

Klas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.

Gb.9. Klas III menurut Pell dan Gregory

B. Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang menurut Pell dan Gregory

Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.




19

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi
daripada garis servikal molar kedua.
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal molar kedua.




Gb.10. Posisi A ,B, dan C menurut Pell dan Gregory

Kedua klasifikasi ini biasanya digunakan berpasangan. Misalnya, klas I tipe B artinya panjang
mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak distal molar kedua ramus mandibula dan
posisi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua.





20

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

Gb.11. Jenis Impaksi menurut gabungan Pell dan Gregory dan George Winter

C. Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi digolongkan
berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi meliputi:
1. Vertical
2. Horizontal
3. Inverted
4. Mesioangular (miring ke mesial)
5. Distoangular (miring ke distal)
6. Bukoangular (miring ke bukal/pipi)
7. Linguoangular (miring ke lingual/lidah)
8. Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position

Gb.12. Klasifikasi Winter






Gb.13. Impaksi Vertikal












Gb.14. Impaksi Horizontal











Gb.15. Impaksi Inverted












21

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI




Gb.16. Impaksi Mesial
atau Mesioangular










Gb.17. Impaksi Distal atau
Distoangular

D. Klasifikasi menurut Archer

Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas. Klasifikasi ini
sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan Gregory dan George Winter pada rahang bawah.
Bedanya, klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas.

a. Posisi oklusal M3 atas
Kelas A : Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.
Kelas B : Bagian terendah gigi molar ketiga berada di atas garis oklusal molar kedua tapi masih
dibawah garis servikal molar kedua.
Kelas C : Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar kedua.

Gb.18. Posisi Oklusal Gigi Rahang Atas


b. Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George Winter. Berdasarkan hubungan molar
ketiga dengan sinus maksilaris.
Sinus Approximation : (S.A)
Ada tulang 2mm antara M3 dengan sinus maxillaris
No Sinus Approximation : (N.S.A)




22

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
Tidak ada tulang atau dinding tulang yang sangat tipis antara M3 dengan sinus maxilaris



Gb.19. Klasifikasi Archer, mirip Gabungan Jenis Impaksi menurut gabungan Pell dan Gregory dan
George Winter pada rahang bawah

b. Iklinasi aksial M3 atas
Klas A : Vertikal
Klas B : Horizontal
Klas C : Mesio angular
Klas D : Disto angular
Klas E : Inverted
Klas F : Bucco angular
Klas G : Linguo angular
Kedudukan tersebut dapat diikuti dengan buccal, lingual, and torsi version.
Klasifikasi Impaksi Caninus Atas





23

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
Beberapa ahli mengklasifikasi gigi kaninus impaksi seperti berikut:

1. Archer mengklasifikasi dalam 5 klas yaitu :
Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertikal.
Klas II : Gigi berada di bukal dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertikal.
Klas III : Gigi dengan posisi melintang berada di antara dua gigi dengan korona berada di palatinal
dan akar di bukal atau sebaliknya korona di bukal dan akar di palatinal sehingga disebut
juga posisi intermediate.
Klas IV : Gigi berada vertikal di prosesus alveolaris diantara gigi insisivus dua dan premolar.
Klas V : Kaninus impaksi berada di dalam tulang rahang yang edentulous (tanpa gigi/ompong).


Gb.20. Impaksi Kaninus

Gb.21. Radiografis Impaksi Kaninus

Gb.22. Impaksi Kaninus dilihat dari berbagai sisi





2. Yavuz dan Buyukkurt mengklasifikasi berdasarkan kedalaman kaninus impaksi dalam 3 tingkat
yaitu:




24

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

Gb.22. Impaksi Kaninus berdasarkan kedalamannya

Level A : Korona kaninus impaksi berada pada garis servikal dari gigi tetangganya.
Level B : Korona kaninus impaksi berada di antara garis servikal dan apikal dari akar gigi tetangganya.
Level C : Korona kaninus impaksi berada di bawah apikal dari akar gigi tetangganya.

3. Stivaros dan Mandall mengklasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap:
A. Mid-line dan dataran oklusal,
B. Posisi akar kaninus impaksi secara horizontal,
C. Panjang kaninus impaksi secara vertical, dan
D. Posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus

A. Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap mid-line dan dataran oklusal

Gb.23. Klasifikasi kaninus impaksi terhadap mid-line dan dataran oklusal.

Grade 1 : Gigi kaninus impaksi berada pada sudut 0 - 15o
Grade 2 : Gigi kaninus impaksi berada pada sudut 16 30o
Grade 3 : Gigi kaninus impaksi berada pada sudut 31o


B. Klasifikasi posisi akar kaninus impaksi secara horizontal




25

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

3 2 1

Gb.24. Klasifikasi posisi akar kaninus impaksi secara horizontal.

Grade 1 : Akar kaninus impaksi berada diatas regio dari kaninus.
Grade 2 : Akar kaninus impaksi berada diatas regio dari premolar satu.
Grade 3 : Akar kaninus impaksi berada diatas regio dari premolar dua.

C. Klasifikasi panjang kaninus impaksi secara vertikal

Gb.25. Klasifikasi panjang kaninus impaksi secara vertikal.

Grade 1 : Kaninus impaksi berada dibawah CEJ (Cemento Enamel Junction) dari insisivus.
Grade 2 : Kaninus impaksi berada di atas CEJ, tetapi kurang dari setengah panjang akar insisivus.
Grade 3 : Kaninus impaksi berada lebih dari setengah, tetapi belum sampai keseluruhan panjang
akar insisivus.
Grade 4 : Kaninus impaksi berada diatas keseluruhan panjang akar insisivus.



D. Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus




26

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI

Gb.26. Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus

Grade 1 : Korona kaninus impaksi tidak menimpa/overlap akar insisivus.
Grade 2 : Korona kaninus impaksi menimpa/overlap kurang dari setengah lebar akar insisivus.
Grade 3 : Korona kaninus impaksi menimpa/overlap lebih dari setengah, tetapi belum sampai
keseluruhan lebar akar insisivus.
Grade 4 : Korona kaninus impaksi menimpa/overlap keseluruhan atau lebih lebar akar insisivus.

Kejadian impaksi kaninus maksila (RA) 20x lebih banyak kejadiannya daripada impaksi kaninus di
madibula (RB). Kemudian, 3x lebih sering terjadi di palatal daripada di labial atau di bukal. Pada
maxila biasanya terjadi rotasi terhadap axis longitudinal dan posisi oblique, sering juga dengan posisi
horizontal.
Penentuan letak impaksi kaninus dengan X-ray terdiri dari beberapa metode,yaitu:
1. Shift-sketch method
2. Cross section method (occlusal)
3. OPG (orto pantomograf/panoramik)

Gb.27. Radiografis pada Impaksi Kanisius
Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi
Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang diketahui adanya gigi
impaksi pada seseorang diawali karena adanya keluhan, namun tidak semua gigi impaksi
menimbulkan keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada gigi




27

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
geliginya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui dengan pemeriksaan
klinis, meliputi :

1.Keluhan
Keluhan yang ditemukan dapat berupa :
a. Perikoronitis, dengan gejala-gejala :
1. Rasa sakit di region tersebut
2. Pembengkakan
3. Mulut bau (foeter exore)
4. Pembesaran limfe-node sub-mandibular
b. Karies pada gigi tersebut, dengan gejala: pulpitis, abses alveolar yang akut. Hal yang sama juga
dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya,hal ini dapat menyebabkan terjadinya
periodontitis.
c. Pada penderita yang tidak bergigi, rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa
sehingga terjadi perikonitis.
d. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah, terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah
mungkin disebabkan karena tekanan pada n.mandibularis. Tekanan pada n.mandibularis dan
dapat juga menyebabkan rasa sakit pada gigi premolar dan kaninus.

2.Pemeriksaan Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :
a. Adanya pembengkakan
b. Adanya pembesaran limfenode (KGB)
c. Adanya parastesi

3.Pemeriksaan Intra Oral
Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :
a. Keadaan gigi, erupsi atau tidak
b. Adanya karies, perikoronitis
c. Adanya parastesi
d. Warna mukosa bukal, labial dan gingival
e. Adanya abses gingival
f. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga
g. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)
4.Pemeriksaan Foto Rontgent
a. Dental foto (intra oral)
b. Oblique
c. Occlusal foto/bite wing

Rencana perawatan
Rencana perawatan yang dilakukan pada impaksi gigi molar tiga adalah pengangkatan gigi
molar tiga tersebut. Gigi molar yang impaksi atau tumbuh miring tidak berfungsi dengan baik dalam
pengunyahan dan menyebabkan berbagai macam gangguan. Itulah mengapa gigi tersebut lebih baik
diangkat daripada dipertahankan.
Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik daripada harus
menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai
timbul rasa sakit dan keluhan lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya




28

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
akan lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama. Semakin muda usia pasien,
proses pengangkatan akan jauh lebih mudah dan proses penyembuhannya akan jauh lebih cepat.

Indikasi Odontektomi
1. Pencabutan Preventif/Propilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi yang
berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak sempurna,
serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu
dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak
ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
2. Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan kerusakan dalam
lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi pencabutan pada gigi yang
impaksi. Adapun tindakan pencegahan itu meliputi: pencegahan penyakit periodontal, pencegahan
caries dental, pencegahan perikonitis, pencegahan resorpsi akar.
3. Usia muda
4. Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan stabilisasi
hasil perawatan ortodonsi
5. Kepentingan prostetik dan restorative

Kontraindikasi Odontektomi
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul, ada pasien-pasien
tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan, adapun
kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:
1. Pasien dengan usia sangat ekstrim, telalu muda atau lansia
2. Compromised medical status
3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain
4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat
6. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi
fisik atau mental tertentu.

Persiapan Odontektomi
1. Prinsip dasar bedah minor
- diawali persiapan pasien pra operasi
- pemberian anastesi lokal / general
-pembuatan incisi
- pembukaan flap (Jaringan yang sebagian telah terpisah dan digunakan dalam bedah untuk
mengisi cacat yang berdekatan atau menutup akhir potongan tulang setelah amputasi/incisi.)
- reduksi tulang
- separasi gigi secara terencana
- flap dikembalikan ke tempatnya
- distabilisasi dengan jahitan
- pemberian obat post op

Teknik Odontektomi (Operasi Pencabutan Gigi Bungsu)





29

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI


Gambar A
Insisi envelope [amplop] seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak mandibula dalam
pencabutan gigi impaksi molar tiga: Perluasan insisi ke posterior harus divergen ke arah lateral agar
tidak terjadi perlukaan saraf lingual.


Gambar B
Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang menutupi gigi impaksi terbuka.


Gambar C
Jika digunakan flap tiga-sudut, insisi pembebas dibuat pada aspek mesial gigi molar dua.





30

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI


Gambar D
Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas,
terutama pada aspek apikal daerah pembedahan.


Gambar E
Setelah jaringan lunak dibuka, tulang yang menutupi permukaan oklusal gigi dibuang menggunakan
bur fissure atau chisel tangan.



Gambar F
Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang menggunakan bur.



Operasi gigi kaninus atas unilateral
a. Insisi dari papil di leher gigi sebelah palatal bagian mesial gigi I 1
b. Incisi di linea median
c. Arteria palatina major jangan sampai terpotong, supaya tidak mengganggu proses regenerasi




31

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
d. Tulang yang menutup mahkota gigi impaksi di buang dengan bor atau cisel
e. Mahkota dipotong dengan bor
f. Akar diangkat keluar dengan elevator lurus
g. Setelah gigi keluar, di irigasi dengan saline steril
h. Flap dijahit dan dikembalikan ke posisi semula

Operasi gigi impaksi premolar atas dan bawah pada prinsipnya seperti operasi impaksi caninus
atas.


Gb.28. Penjahitan flap pada pencabutan gigi kaninus yang impaksi

Perawatan pasca bedah
Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi dan vitamin. Setelah 2 hari pasien dikontrol,
dilakukan pembersihan luka dan setelah 5-7 hari jahitan dapat dibuka.

Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pasca Pengambilan Gigi Impaksi
Respon pasien tertentu dianggap kelanjutan yang normal dari pembedahan, yaitu
pendarahan, rasa sakit, edema. Tetapi apabila berlebihan, perlu dipikirkan lagi apakah termasuk
morbiditas yang biasa ataukah komplikasi.
Tanpa memandang pengalaman operator, kesempurnaan persiapan dan keterampilan,
komplikasi masih bisa terjadi pada situasi perawatan tertentu. Karena itu komplikasi tertentu kadang-
kadang tidak terhindarkan, tetapi kita harus dapat menangani komplikasi itu jika mungkin.

Komplikasi Odontektomi Rahang Atas
1. Terbukanya jahitan
2. Parastesi
3. Rasa sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu berlangsung selama 3 hari atau tidak lebih dari
3
hari. Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan terjadi Dry socket .
4. Pembengkakan
5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi berlangsung lama ).
6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan terjadi inflamasi sekitarnya.
8. Fraktur pada prosesus alveolaris.
9. Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi : gangrene, nekrose, goyang.




32

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
10. Osteomyelitis
11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
12. Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris
13. Pada pengambilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar satu.

Komplikasi Odontektomi Rahang Bawah
1. Fraktur mandibula
2. Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
3. Bekerja tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut enjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih dapat menyebabkan osteomilitis
5. Trauma pada gigi m2
6. Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi

Kesimpulan
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat,
biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan
sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.
Penyebab atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal, namun umumnya dikarenakan kurangnya
tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung rahang, sehingga erupsinya terhalang dan
mengganggu gigi tetangga. Penegakan diagnose untuk gigi impaksi dilakukan dengan anamnes,
Riwayat Medik, Pemeriksaan klinik, Palpasi dan ditunjang dengan Pemeriksaan radiografi.
Pengklasifikasian gigi impaksi bagi masing-masing gigi berbeda, tujuan pengklasifikasian gigi
ini adalah untuk membantu dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi impaksi.
Gigi yang prevalensinya tinggi untuk impaksi berdasarkan urutannya adalah gigi molar ketiga
mandibula, maksila, kaninus atas dan kaninus bawah, premolar atas, premolar bawah dan insisivus
sentral atas.
Teknik pencabutan pada masing-masing gigi yang impaksi memang berbeda tapi secara garis
besar memiliki tahapan yang sama.

Waaahberes juga akhirnyaaamendadak jadi mahasiswa KG nih aq Gimana? Gimana? Makin
bingung kaaan? Yawdah, daripada bingung gitu, mending kita ngebaso yuuk Ngebahas soal ^o^ Ini
soalnya beraneka ragam seputar gigi pokoknya, gak cuma tentang impaksi aja Editan stomatitis juga
ada soalnya disini











NGEBASO
1. Kondisi apakah yang biasa terjadi pada pre-op gigi impaksi?
A. Periodontitis
B. Pericoronitis
C. Caries




33

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
D. Resorbsi
E. Gingivitis
2. Apakah yang menyebabkan nyeri pada impaksi gigi?
A. Menyebabkan resorbsi gigi didekatnya
B. Mengalami resorbsi tersendiri
C. Mengenai pembuluh darah atau saraf
D. Terjadi caries dentis yang dalam
E. Mengenai os mandibula
3. Apakah yang bukan merupakan tanda-tanda pericoronitis akut?
A. Bengkak pada daerah gusi M3 mandibula
B. Trismus
C. Demam, malaise
D. Bau busuk di mulut
E. Dental granuloma pada apical gigi
4. Bakteri manakah yang berhubungan dengan pericoronitis?
A. Trepanoma denticole
B. Streptococcus viridans
C. Streptococcus mutans
D. Fuso bacterium
E. Bakteriodes Sp.
5. Obat manakah yang digunakan untuk menimbulkan muntah pada terapi keracunan akut peroral?
A. cisplatin.
B. apomorfin.
C. ondansetron.
D. siklofosfamid.
E. Digoksin
9. Pada wanita hamil yang menderita pregnancy gingivitis bakteri yang jumlahnya meningkat
adalah:
A. A. naeslundii
B. P. gingivalis
C. P. Intermedius
D. A. Viscosus
E. Capnocytophaga
10. Seorang wanita berusia 26 tahun mengeluh gusinya mudah berdarah. Di dalam mulut pasien
dijumpai gusi atas dan bawah berwarna merah, bengkak, interdental bagian anterior tampak
tumpul. Pada palpasi dengan ujung jari telunjuk terasa empuk seolah-olah terbenam dalam
lumpur dan keluar darah dari sulkus gingival. Pada palatum dijumpai bintik-bintik merah sebesar
kepala jarum pentul yang menyebar dari palatum durum regio gigi 16 sampai pada batas palatum
molle. Diagnosis sementara dari kelainan pada gusi adalah :
A. ANUG
B. Leukemia akut
C. DM
D. Scurvy
E. Gingivitis gravidarum
11. Seorang laki-laki usia 35 tahun mengeluh gusi bengkak, warna merah terang dan terasa sakit,
serta mengeluh adanya bau mulut. Pemeriksaan interdental papila tampak edema, hiperemi,
mudah berdarah. Lesi ditutupi pseudomembran terdiri dari jaringan nekrotik dan fibrin.




34

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
Pemeriksaan bakteri menunjukan boorelia vincenti dan basillus fusiformis. Diagnosis yang tepat
adalah:
A. Stomatitis aphtosa
B. Mukositis
C. Necrotizing uclerative gingivitis
D. Gingivitis marginalis
E. Periodontitis marginalis
12. Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke klinik dengan keluhan sakit gigi kiri bawah belakang
disertai agak sukar membuka mulut dan sering sakit kepala. Intra oral ditemukan gigi kiri bawah
belakang erupsi sebagian, disekelilingi gusi merah dan edema. Apa diagnosis dari keluhan
tersebut:
A. Pulpitis irreversibel
B. Pulpitis reversible
C. Pericorinitis
D. Oper culitis
E. Ginggivitis marginal
13. Deferensial diagnosa dari pericoronitis adalah:
A. Minor aphthous ulcers
B. Major aphthous ulcers
C. Osteomyelitis
D. Acute Nerotizing Ulcerative Gingivitis
E. Semua di atas betul
14. Klasifikasi kista odontogenik menurut WHO, kecuali:
A. Kista gingiva
B. Kista keratosis
C. Kista glanduler
D. Kista nasoprolatin
E. Bukan salah satu di atas
15. Post medical history, mencantumkan:
A. Riwayat sakit gusinya
B. Riwayat alergi
C. Riwayat perdarahan pada waktu sehabis cabut gigi
D. Kondisi lampau mengenai ketidak sehatannya pada organ atau sistem tubuhnya
E. Semua jawaban di atas betul
16. Prosedure pemeriksaan untuk menentukan diagnose penyakit pulpa meliputi:
a. Riwayat penyakit, pemeriksaan klinis
b. Palpasi, perkusi, mobillisasi
c. Rontgen foto, electric dan thermal test pulpa
d. Pemeriksaan Cavitas gigi, pemeriksaan jaringan periodontal, anaestheticum test
e. Semua di atas betul
17. Trismus keadaan spasme dari muskulus mastikasi yang disebabkan karena:
a. Peritonsillar absces
b. Arthritis dari temporomandibular joint, histeris dan tetanus
c. Trauma dan neoplasma
d. Radiotherapy dan lesi cerebral
e. Semua di atas betul
18. Seorang pasien laki-laki 50 tahun datang kedokter gigi dengan keluhan mulutnya terasa panas
dan kering. Ketidak nyamanan itu sudah dirasakan sejak satu bulan yang lalu. Hasil anamnesa




35

9
th
Block Alimentary Sysytem| 3
rd
Chapter | Editor : Suusy

IMPAKSI
diketahui pasien satu tahun ini rutin mengkonsumsi obat, untuk mengobati penyakitnya. Pada
kasus diatas, rasa panas dan kering disebabkan
a. kurang minum
b. penyakitnya
c. konsumsi obat
d. laki-laki cenderung mulut kering
e. usia pasien
19. Kelainan pada kasus diatas disebut:
a. Xerostomia
b. Halitosis
c. Burn syndrome
d. Stomatitis
e. Candidiasis
20. Seorang wanita usia 25 tahun datang dengan keluhan sakit pada mulut sejak 2 hari yang lalu.
Rasa sakit tersebut menyebabkan penderita sulit berbicara dan makan. Lesi seperti ini sering
terjadi setiap kali makan kacang, tetap kali ini sakit sekali sehingga penderita mencari
pengobatan. Pemeriksaan di dalam mulut terlihat 1 lesi di mukosa bibir bawah dengan ukuran 6
mm x 11 mm, berbentuk ulkus, berwarna putih keabuan dengan tepi merah di sekitarnya.
Diagnosis saudara untuk keluhan penderita di atas :
a. Stomatitis Aftosa major soliter rekuren
b. Stomatitis Aftosa minor rekuren
c. Stomatitis Aftosa herpetiform
d. Stomatitis Aftosa major multipel rekuren
e. Stomatitis Aftosa minor multipel rekuren

Anda mungkin juga menyukai