Anda di halaman 1dari 67

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara


Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By.Ny.R
Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Kanguru Utara III/ 18 RT/ RW 007 /003 Gayamsari

Nama Ayah : Tn. A
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP

Nama Ibu : Ny. R
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP

Bangsa l : Perinatologi
No.CM : 14000194
Tanggal Masuk RS : 2 Januari 2014

B. DATA DASAR
I. Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
pada tanggal 2 Januari Mei 2014 pukul 10.00 di ruang Perinatologi dan didukung
catatan medis.
Keluhan Utama : Bayi muntah dan berak darah beberapa hari setelah
lahir
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 2

Keluhan Tambahan : Bayi kuning
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum Masuk RS :
Ibu G
3
P
0
A
2
, usia 25 tahun, hamil 40 minggu , riwayat haid teratur, siklus 28
hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan
mendapat suntikan TT 3 kali. Selama hamil ibu mengaku hanya merasa mual
namun tidak disertai muntah. Ibu juga tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun,
hanya suplemen yang diberikan dari bidan. Riwayat trauma sebelum kehamilan
disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing
manis disangkal, riwayat minum jamu-jamuan disangkal oleh ibu. Pola makan
sebelum dan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami perubahan.
3 jam sebelum ke IGD RSUD Semarang, ibu mengeluh perutnya terasa mulas
semakin lama semakin sering, keluar cairan ngepyok dari jalan lahir, jumlahnya
ibu tidak tahu persis, berwarna bening merembes. Akhirnya ibu diantar
keluarganya ke IGD RSUD Semarang, lalu dirawat di ruang VK.
Setelah Masuk RS :
Karena panggul ibu memiliki riwayat penyakit darah tinggi pada kehamilan
dan dari tiga kali kehamilan belum ada yang lahitr hidup, akhirnya dokter
memutuskan untuk dilakukan sectio cesarea. Pukul 15.30 lahir bayi perempuan di
ruang OK RSUD Semarang, dengan berat badan lahir 3150 gram, panjang badan
45 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm.
Saat lahir bayi tampak sehat, bernafas dan menangis keras, HR 40x/menit,
tonus otot baik, , warna kulit kemerahan, bayi bugar. Bayi kemudian dirawat
gabung. 2 hari berikutnya bayi muntah dan berak darah. Muntah jumlah sedikit
berwarna merah kecoklatan. BAB juga tampak lebih hitam dan konsistensi seperti
bubur. Kemudian perawatan dipindahkan ke ruang perinatologi.
Setelah masuk Perinatologi :
Usia 2 hari (2 Januari 2014)
o Terpasang O
2
nasal 2 l/ menit
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 3

o Infus D10% 12 tpm
o Inf. Nacl 0,9% 30 cc / 30 menit
o Infuse aminofusin0,5 mg/ kgBB / hari
o Inj. Ampisulbactam 2 x225 mg iv
o Gerakan bayi tidak aktif, menangis keras (-), minum kuat (-),
ikterik (+), muntah darah (+), BAB darah (+), BAK (+).
o Tunda diet
o Tranfusi PRC 35 cc / 3,5 jam
o TTV : HR 120x/m, RR 40x/m, T 36,6C, N i/t cukup.
Usia 3 hari ( 3 Januari 2014)
o Terpasang O
2
headbox 2L/menit.
o Infus D10% 15 tpm
o Inf. Aminofusin 1,4 cc / jam
o Inj ampisulbactam 2 x 225 mg
o Inj. Gentamicin 1x 15 mg
o Inj vit K1 2x1 gr ( IM)
o Inj. Ca glukonas 2x 1,6cc
o PO : sucralfat 3x3 cc
o Transfusi PRC 35 cc / 4 jam
o Fototerapi 1 x 24 jam
Gerakan bayi kurang aktif, menangis keras (-), merintih (+),
minum kuat (-), ikterik (+), muntahdarah (+), BAB darah (+), BAK
(+), demam (-).
o Diet melalui OGT
o TTV : HR 119x/m, RR 40x/m, T 36,5C, N i/t cukup.
Usia 4 hari (4 Januari 2014)
o Inf. D10% 15 tpm
o Inj. Dopamin 3 mikrogram/ hr/ menit
o Inj. Meropenem 3 x 75 mg iv
o Inj. Amikasin 1 x 30 mg (iv)
o Inj. Ca glukonas 2x1,66 cc ad aqua
o Vit K 2x1
o Sucralfat 3 x 3 cc (po)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 4

Usia 5 hari ( 5 januari 2014)
o Inf. D10% 15 tpm
o Inj. Dopamin 3 mikrogram/ hr/ menit
o Inj. Meropenem 3 x 75 mg iv
o Inj. Amikasin 1 x 30 mg (iv)
o Inj. Ca glukonas 2x1,66 cc ad aqua
o Vit K 2x1
o Sucralfat 3 x 3 cc (po)
Usia 6 hari (6 Januari 2014)
o Inf. D10% 15 tpm
o Inj. Dopamin 3 mikrogram/ hr/ menit
o Inj. Meropenem 3 x 75 mg iv
o Inj. Amikasin 1 x 30 mg (iv)
o Inj. Ca glukonas 2x1,66 cc ad aqua
o Vit K 2x1
o Sucralfat 3 x 3 cc (po)
Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah
Riwayat ibu menderita hemofilia (-) Riwayat ibu menderita hipertensi
pada kehamilan(+) diabetes mellitus , asma, penyakit jantung, penyakit
ginjal, alergi, anemia serta penyakit kelainan darah sebelum hamil
disangkal.
Riwayat ibu minum obat2an antikejang (-) obat antikoagulan (-), obat anti
tuberculosis (-)
Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular
seksual selama kehamilan atau pada saat proses persalinan misalnya
gonorea, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat
pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing bewarna merah
selama kehamilan (-)
Ibu mempunyai riwayat demam tinggi selama proses kehamilan.
Riwayat ibu dan ayah merokok disangkal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 5

Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama
istrinya hamil disangkal.

Riwayat Pemeriksaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan mendapat suntikan TT.
Riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat
disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat
minum jamu disangkal oleh ibu.
Kesan : Pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Bayi jenis kelamin perempuan dari ibu G
3
P
0
A
2
usia 25 tahun, hamil 40
minggu, lahir secara sectio cesarea di ruang OK RSUD Kota Semarang, dibantu
oleh Dokter spesialis kandungan pada tanggal 31 jaunuari 2013 pukul 15.30.
Saat lahir bayi tampak sehat, bernafas dan menangis keras, HR 40x/menit,
tonus otot baik, , warna kulit kemerahan, bayi bugar. Berat badan lahir 3150 gram,
panjang badan 45 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm APGAR score 9-
9-10
Kesan : Neonatus aterm, lahir SC bayi bugar.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir : 3150 gram
Panjang badan : 45 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 35 cm
Perkembangan :
Reflex primitif:
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 6

Refrek moro : normal
Reflek menghisap : normal
Reflek menggenggam : normal

Riwayat Makan dan Minum Anak
Pada hari pertama diberikan ASI 1890 cc
Di ruang perinatologi terpasang OGT

Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : -
BCG : -
Polio : -
Kesan : Imunisasi dasar belum dilakukan.

Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien tidak menggunakan KB.

Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp
1.200.000. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 1 orang
anak. Biaya pengobatan ditanggung Jampersal.
Kesan : Sosial ekonomi kurang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 7

Data Obstetri
Anak
ke
Tahun Jenis, pembantu,
tempat, penyulit
persalinan, usia
kehamilan
Jenis kelamin,
BBL
Keadaan anak
sekarang
1 2010 keguguran
2 2011 keuguran
3 2013 Hamil saat ini

Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke- 1 1
Umur 27 tahun 25 tahun
Pendidikan terakhir SMP SMP
Agama Islam Islam
Kesehatan Sehat Sehat

Data Perumahan
Kepemilikan rumah : rumah orang tua
Keadaan rumah : dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur, 1
kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih : sumber air minum PAM, limbah buangan dialirkan ke
saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan, cukup padat.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 8

Kesan : Jarak rumah berdekatan, cukup padat.

II. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 4 januari 2014, pukul 10.00 WIB di ruang
Perinatologi.
Bayi perempuan usia 4 hari, berat badan lahir 3150 gram, panjang badan 45 cm,
lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm.
Kesan umum : Compos mentis, bayi berat lahir cukup, cukup masa kehamilan,
ditemukan tanda-tanda neonatus aterm, tampak kurang aktif,
napas spontan adekuat, merintih, minum tidak kuat, ikterik (+)
kremer I-II.
Tanda Vital :
o Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
o Nadi : 140 x/menit, isi dan tegangan cukup
o Pernapasan : 42 x/menit
o Suhu : 36,7 C (Axilla)
Status Internus :
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 34 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal
hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak ada kelainan.
Mata
Pupil bulat, isokor, 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih,
sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-).
Hidung
Bentuk normal, napas cuping hidung (-),sekret (-/-), septum deviasi (-).
Telinga
Bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, discharge (-/-).
Mulut
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 9

Sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-).
Thorax
Paru
Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, retraksi supraklavikula (+), intercostal (-)
dan epigastrial (-).
Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, areola mammae teraba,
papilla mammae (+/+).
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan.
Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-),
hantaran (-/-).
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-) gallop (-).
Abdomen
o Inspeksi : datar, tali pusat di tengah, segar, tidak tampak layu
dan tidak kehijauan, terpasang infus umbilicalis.
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba.
o Perkusi : timpani
Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia : Perempuan, labia mayor sudah menutupi labia minor.
Anorektal : anus (+) normal
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki sempurna
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 10

Akral sianosis - /- - /-
Ikterik -/- +/+
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus normotonus Normotonus

Kulit : Lanugo sedikit dan tidak rata, sianotik (-), pucat (-), ikterik (+)Kr I-
II, sklerema (-).
Refleks Primitif :
o Refleks Hisap : ( + ) normal
o Refleks Rooting : ( + ) normal
o Refleks Moro : ( + ) normal
o Refleks Palmar Grasp : ( + ) normal
o Refleks Plantar Grasp : ( + ) normal

III. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Pemeriksaan 2 Januari
2014
3 Januari
2014
6 Januari
2014

HEMATOLOGI
Hemoglobin
(g/dL)
12.6 14.1 14.2
Hematokrit (%) 37.7 40.30 42.30
Leukosit (mm
3
) 17 9.3 15.1
Trombosit (mm
3
) 258.000 60.000 285.000
PPT 47.6
APTT 55.2
KIMIA KLINIK
GDS 80
Bilirubun direk 0.46 0.31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 11

(mg/dL)
Bilirubin indirek
(mg/dL)
_
Bilirubin total
(mg/dL)
8.91 6,57
ELEKTROLIT
Natrium (mmol/L) 143.0 139
Kalium (mmol/L) 5.90 9,2
Calsium (mmol/L) 1,11 1,28

KURVA LUBCHENKO









BBL : 3150 gr
Usia kehamilan : 40 minggu
Hasil : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

APGAR SCORE
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 12

Klinis 1 menit 5 menit 10 menit
Appearance 2 2 2
Pulse 2 2 2
Grimace 2 2 2
Activity 2 2 2
Respiratory Effort 1 2 2
Score 9 10 10
Kesan : vigorous baby

BELL SQUASH SCORE
1. Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 3 Observasi Neonatal infeksi
RESUME
Telah lahir Bayi jenis kelamin perempuan dari ibu G
3
P
0
A
2
usia 25 tahun,
hamil 40 minggu, lahir secara sectio cesarea di ruang OK RSUD Kota Semarang,
dibantu oleh Dokter spesialis kandungan pada tanggal 31 jaunuari 2013 pukul
15.30.
Saat lahir bayi tampak sehat, bernafas dan menangis keras, HR 40x/menit,
tonus otot baik, , warna kulit kemerahan, bayi bugar. Berat badan lahir 3150 gram,
panjang badan 45 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm APGAR score 9-
9-10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 13

Kesan : Neonatus aterm, lahir SC bayi bugar.
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 4 Januari 2014 didapatkan :
Kesan umum : Compos mentis, bayi berat lahir sangat rendah kecil masa
kehamilan, ditemukan tanda-tanda neonatus aterm, tampak kurang
aktif, napas spontan adekuat, merintih, minum tidak kuat, ikterik
(+) kremer II-III.
Tanda Vital :
o Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
o Nadi : 140 x/menit, isi dan tegangan cukup
o Pernapasan : 42 x/menit
o Suhu : 36,7 C (Axilla)
Status Internus :
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 32 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal
hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak ada kelainan.
Mata
Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+) normal, sklera ikterik (-/-),
konjungtiva anemis (-/-).
Hidung : napas cuping hidung (-)
Telinga : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Thorax
Paru : retraksi supraklavikula (+), suara napas dasar vesikuler, ronkhi
(-/-),wheezing (-/-), hantaran (-/-).
Jantung : bunyi jantung I-II regular, murmur (-) gallop (-).
Abdomen : datar, tali pusat di tengah, terpasang infus umbilicalis.
Tulang Belakang : dalam batas normal
Genitalia : perempuan, labia mayor sudah menutupi labia minor.
Anorektal : dalam batas normal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 14

Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki sempurna
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik -/- +/+
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus normotonus normotonus

Kulit : Lanugo sedikit dan tidak rata, sianotik (-), pucat (-), ikterik (+)Kr I-
II, sklerema (-).
Refleks Primitif :
o Refleks Hisap : ( + ) normal
o Refleks Rooting : ( + ) normal
o Refleks Moro : ( + ) normal
o Refleks Palmar Grasp : ( + ) normal
o Refleks Plantar Grasp : ( + ) normal
Dari hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan :
Darah rutin : Leukositosis
Kimia darah : observasi hiperbilirubinemia
Pemeriksaan khusus :
Ballard Score : usia kehamilan 40 minggu
Kurva Lubchenko : sesuai masa kehamilan
Apgar Score : vigorous baby
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 15

Bell Squash Score : Observasi Neonatal Infeksi
Kesan : Neonatus aterm, lahir secara sectio cesarea, bayi berat lahir cukup, sesuai masa
kehamilan, vigorous baby, observasi neonatal infeksi, hiperbilirubinemia.

IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Neonatus Aterm
a. Usia kehamilan
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
- BMK (Besar Masa Kehamilan)
b. Berat Lahir
- BBLC
- BBLR
- BBLSR
- BBLSAR
2. Neonatal Infeksi
a. Early onset (< 72 jam)
i. Ketuban pecah dini
ii. Infeksi pada ibu (riwayat ibu dengan infeksi rahim, ibu demam
dengan kecurigaan infeksi berat, seperti TORCH, TBC, infeksi
virus, trikomoniasis, kandidiasis vaginalis, gonorrhoea, non
gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata, ulkus molle,
limfogranuloma inguinal).
iii. Prematur
iv. Bayi dengan dua atau lebih kategori A, atau tiga atau lebih kategori B
pada tabel X.
b. Late onset (>72 jam) : Infeksi nosokomial
Kategori A Kategori B
Kesulitan bernafas ( ex : Apnea, nafas lebih Tremor
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 16

dari 60 x per menit, retraksi dinding dada,
grunting pada waktu ekspirasi, sianosis
sentral
Kejang, Tidak Sadar
Suhu tubuh tidak normal ( sejak lahir dan
tidak merespons terapi ) atau suhu tidak stabil
sesudah pengukuran suhu normal selama tiga
kali atau lebih.
Persalinan di lingkungan yang kurang
higienis ( menyokong kearah sepsis )
Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
( menyokong kearah sepsis )
Letargia atau Lunglai
Mengantuk atau aktivitas berkurang
Iritabel atau rewel , muntah, perut kembung
Tanda tanda sudah muncul mulai hari
keempat
Air ketuban bercampur mekonium
Malas minum,sebelumnya minum dengan
baik

3. Hiperbilirubinemia
a. Pre hepatik
o Infeksi
o Inkompatibilitas darah
o Kelainan enzim
b. Hepatik
o Hepatitis
c. Post hepatik
o Pemberian minum kurang
o Obstruksi duktus koledokus
4. Observasi perdarahan saluran cerna pada neonatus
a. Defisiensi vitamin K
i. PDVK dini : timbul pada hari pertama kehidupan.
ii. PDVK klasik : timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir
iii. PDVK lambat : timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir
b. Esofagitis
c. Gangguan factor koagulan IX dan X


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 17


V. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Neonatus aterm, sesuai masa kehamilan
2. BBLC
3. Perdarahan Defisiensi Vitamin K
4. Hiperbilirubinemia
5. Neonatal infeksi

VI. TERAPI
Usia 2 hari (2 Januari 2014)
a. Terpasang O
2
nasal 2 l/ menit
b. Infus D10% 12 tpm
c. Inf. Nacl 0,9% 30 cc / 30 menit
d. Infuse aminofusin0,5 mg/ kgBB / hari
e. Inj. Ampisulbactam 2 x225 mg iv
f. Gerakan bayi tidak aktif, menangis keras (-), minum kuat (-), ikterik (+),
muntah darah (+), BAB darah (+), BAK (+).
g. Tunda diet
h. Tranfusi PRC 35 cc / 3,5 jam
i. TTV : HR 120x/m, RR 40x/m, T 36,6C, N i/t cukup.
Usia 3 hari ( 3 Januari 2014)
j. Terpasang O
2
headbox 2L/menit.
k. Infus D10% 15 tpm
l. Inf. Aminofusin 1,4 cc / jam
m. Inj ampisulbactam 2 x 225 mg
n. Inj. Gentamicin 1x 15 mg
o. Inj vit K1 2x1 gr ( IM)
p. Inj. Ca glukonas 2x 1,6cc
q. PO : sucralfat 3x3 cc
r. Transfusi PRC 35 cc / 4 jam
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 18

s. Fototerapi 1 x 24 jam
Gerakan bayi kurang aktif, menangis keras (-), merintih (+),
minum kuat (-), ikterik (+), muntahdarah (+), BAB darah (+), BAK
(+), demam (-).
t. Diet melalui OGT
u. TTV : HR 119x/m, RR 40x/m, T 36,5C, N i/t cukup.
Usia 4 hari (4 Januari 2014)
v. Inf. D10% 15 tpm
w. Inj. Dopamin 3 mikrogram/ hr/ menit
x. Inj. Meropenem 3 x 75 mg iv
y. Inj. Amikasin 1 x 30 mg (iv)
z. Inj. Ca glukonas 2x1,66 cc ad aqua
aa. Vit K 2x1
bb. Sucralfat 3 x 3 cc (po)
Usia 5 hari ( 5 januari 2014)
cc. Inf. D10% 15 tpm
dd. Inj. Dopamin 3 mikrogram/ hr/ menit
ee. Inj. Meropenem 3 x 75 mg iv
ff. Inj. Amikasin 1 x 30 mg (iv)
gg. Inj. Ca glukonas 2x1,66 cc ad aqua
hh. Vit K 2x1
ii. Sucralfat 3 x 3 cc (po)
Usia 6 hari (6 Januari 2014)
jj. Inf. D10% 15 tpm
kk. Inj. Dopamin 3 mikrogram/ hr/ menit
ll. Inj. Meropenem 3 x 75 mg iv
mm. Inj. Amikasin 1 x 30 mg (iv)
nn. Inj. Ca glukonas 2x1,66 cc ad aqua
oo. Vit K 2x1
pp. Sucralfat 3 x 3 cc (po)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 19


VII. PROGRAM
a. Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
b. Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan
c. Awasi hematemesis dan melena
d. Awasi tanda-tanda dehidrasi
e. Jaga kehangatan
f. Rawat tali pusat

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

IX. USUL
a. Pemeriksaan darah rutin, elektrolit, dan GDS ulang untuk memantau ada
tidaknya infeksi dan keseimbangan elektrolit.
b. Pemeriksaan bilirubin total, direct, indirect ulang.
c. Pemeriksaan faktor koagulasi IX dan X
d. USG kepala

X. NASEHAT DI RUMAH
Jaga kehangatan bayi
Perawatan tali pusat
Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali. ASI harus
diteruskan dan diberikan sesering mungkin. Tidak dianjurkan memberikan air,
dekstrosa atau formula pengganti.
Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui.
Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan
harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
Kebanyakan bayi cenderung menghisap udara yang berlebihan sewaktu menyusui.
Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 20

lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan
udara.
Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian imunisasi dasar.
Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :
o Kejang
o Suhu tubuh 38C
o Mempunyai masalah bernafas
o Merintih
o Tampak berwarna kebiruan (sianotik)
o Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
o Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
o Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun
beraknya












Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 21




TINJAUAN PUSTAKA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir.
1
Klasifikasi BBLR adalah :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) : berat lahir < 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) : berat lahir 1000 - 1500 gram.
3. Bayi berat lahir sangat amat rendah (BBLSAR) : berat lahir < 1000 gram.

B. ETIOLOGI
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga
cukup bulan (dismatur ).
1. Persalinan kurang bulan/prematur
Bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Pada umumnya bayi
kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama
kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang
memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang
bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan
hidup di luar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 22

berkurang dan prognosanya semakin kurang baik. Kelompok BBLR ini sering
mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa
gestasi yang kurang (prematur).
1

2. Dismaturitas
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh lambat atau retardasi pertumbuhan
intrauterin) dengan berat lahir < persentil ke 3 grafik pertumbuhan janin (Lubchenco).
Hal ini dapat disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan yang berasal
dari bayinya sendiri. Kondisi bayi lahir kecil sangat tergantung pada usia kehamilan
saat dilahirkan dan berapa lama terjadinya hambatan pertumbuhan itu dalam
kandungan.
1
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
a. Faktor ibu
Penyakit, seperti malaria, anemia, sipilis, TORCH, dan lain-lain.
Komplikasi pada kehamilan, seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia
berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu dengan usia muda.
Faktor kebiasaan ibu, seperti merokok, pecandu alkohol, dan ibu pengguna
narkotika.
b. Faktor janin
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 23

Prematur, hidramnion, kehamilan kembar (gemeli), kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan papran zat-zat racun.
2
C. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
2
Hipotermia, hipogikemia, gangguan cairan dan elektrolit.
Hiperbilirubinemia, anemia, infeksi.
Sindrom gawat nafas
Paten ductus arteriosus
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of prematurity
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
Gangguan perkembangan dan pertumbuhan.
Gangguan penglihatan (retinopati), gangguan pendengaran.
Penyakit paru kronis.
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

D. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fiisik, dan pemeriksaan penunjang.
3
Anamnesis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 24

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan
diagnosis dengan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR :
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakhir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan ibu selama hamil
o Aktivitas ibu yang berlebihan
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil.
Pemeriksaan fisik
o Berat badan lahir < 2500 gram
Untuk BBLR kurang bulan :
Tanda prematuritas
Tulang rawan telinga belum terbentuk
Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit)
Refleks masih lemah
Alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup labium
minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae
testis belum terbentuk).
Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan :
Tanda janin tumbuh lambat
Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut di atas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 25

Kulit keriput
Kuku lebih panjang

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
- Pemeriksaan Ballard Score.
- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas
darah.
- Foto dada atau babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau diperkirakan akan terjadi gawat
nafas.
3


E. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Injeksi vitamin K 1 x 1 mg i.m sekali pemberian.
Diatetik
- ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas, dan diberikan pada bayi dengan pipa
lambung atau pipet.
- Apabila bayi sudah tidak mendapat cairan i.v dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 26

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
Ukur suhu tubuh dengan berkala.
1,2

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
2
Jaga dan pantau patensi jalan nafas.
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh: hipotermia,
kejang, gangguan jalan nafas, hiperbilirubinemia).
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya.
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

F. PEMANTAUAN (MONITORING)
Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah umur 7 hari.
- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10 % untuk
bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15 % untuk bayi dengan berat lahir
<1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi.
Setalah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan
seharusnya :
- 150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 g/hari).
- 200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 27

Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh ( pada semua kategori) dan telah berusia
lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
mL/kg/hari.
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
sampai 200 mL/kg/hari.
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
Tanda kecukupan pemberian ASI
Buang air kecil minimal 6 kali dalam 24 jam.
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
Peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram setiap hari.
Periksa pada saat ibu meneteki, apabila pada satu payudara dihisap, ASI akan menetes
dari payudara yang lain.
2

Pemulangan penderita :
Suhu bayi stabil
Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI.
Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

G. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan atau preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
3
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Jika beresiko melahirkan bayi
BBLR, harus cepat dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 28

Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
serta tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama hamil.
Hendaknya ibu merencanakan kehamilan persalinannya pada umur reproduksi sehat
(20-34 tahun).
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

ASFIKSIA NEONATORUM

A. DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur
dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan
berakhir dengan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi organ vital lainnya.
Sampai saat ini, asfiksia masih merupakan salah satu penyebab penting
morbiditas dan mortalitas perinatal. Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai
kaitan erat dengan faktor asfiksia ini, didapatkan bahwa sindrom gangguan nafas, aspirasi
mekonium, infeksi dan kejang merupakan penyakit yang sering terjadi pada asfiksia.
4

B. ETIOLOGI
Pengembangan paru baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudian disusul pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin,
karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang
sangat penting untuk keselamatan bayi. Keadaan ini perlu mendapat perhatian utama agar
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 29

persiapan dapat dilakukan dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal
pada saat lahir.
Towell mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi
yang terdiri dari :
4,5
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini menimbulkan hipoksia janin. Hipoksia ibu ini dapat terjadi
karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesi dalam.
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangi aliran darah uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta, demikian juga ke janin. Hal ini sering
ditemukan pada keadaan :
a. Gangguan kontraksi uterus (hipotoni, hipertoni, atonia uterus).
b. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, plasenta previa, atau solutio
plasenta.
c. Hipertensi ibu (eklampsia, toksemia).
d. Ibu penderita DM, kelainan jantung atau penyakit ginjal.
e. Partus lama.
f. Persalinan abnormal (kelahiran sungsang, kembar, seksio sesarea).
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan pada plasenta, misalnya solusio
plasenta dan plasenta previa.
3. Faktor Fetus
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada tali pusat membumbung, lilitan tali
pusat dan kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.
4. Faktor Neonatus
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 30

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi pada :
a. Pemakaian obat anestesi atau analgetika berlebihan pada ibu.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan.
c. Kelainan kongenital pada bayi (Aplasia paru, atresia saluran nafas, hernia
diafragmatika).
d. Adanya gangguan tumbuh kembang intrauterin.

C. PATOFISIOLOGI
Selama kehidupan intrauterine paru-paru kurang berperan dalam hal fungsi
pertukaran gas karena pemberian O2 dan pengeluaran CO2 dilakukan oleh plasenta.
Karena O2 ke janin melalui plasenta maka paru-paru tidak berisi udara, tetapi alveoli
janin berisi cairan yang dibentuk di dalam paru-paru itu sendiri. Hal ini mengakibatkan
paru-paru janin yang berisi cairan tidak dapat dipakai untuk pernafasan. Selain itu
peredaran darah lewat paru-paru janin jauh lebih rendah dibandingkan peredaran darah
yang diperlukan pasca Kelahiran. Hal ini akibat adanya vasokonstriksi pembuluh darah
arteriol paru-paru janin, dan umumnya sirkulasi darah janin dialirkan dari paru-paru lewat
duktus arteriosus. Pada saat persalinan akan terjadi beberapa perubahan, antara lain pada
saat bayi menarik napas pertama, paru-paru mulai mengambil alih fungsinya dalam
proses pernapasan. Segera setelah lahir, paru-paru mulai berkembang sambil mulai terisi
dengan udara, dan pada saat yang sama cairan pada paru-paru berangsur-angsur mulai
dikeluarkan. Untuk mengeluarkan cairan dari paru-paru diperlukan tekanan yang cukup
besar, sehingga alveoli dapat berkembang dengan baik. Ternyata proses persalinan
mempunyai dampak cukup besar untuk mengurangi cairan tersebut, tetapi hanya sebagian
kecil pembersihan paru-paru dari cairan akibat pihatan dinding toraks sewaktu melewati
jalan lahir. Tetapi sebagian besar cairan melewati rongga-rongga alveoli ke dalam rongga
perivaskuler dan diabsorbsi ke dalam sirkulasi darah dan linfe di paru-paru. Usaha
pernapasan segera setelah lahir sangat mempercepat dan efektif mengeluarkan cairan dan
mengembangkan alveoli dan menggantikan cairan dengan udara. Selain itu kontraksi
uterus dapat mempercepat pengurangan cairan tersebut, sebaliknya akan terjadi
perlambatan pengeluaran cairan jika terjadi gangguan kontraksi uterus.
5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 31

Usaha pernafasan akan mengakibatkan arterioli paru-paru mulai membuka
yang menyebabkan peningkatan aliran masuk ke dalam jaringan paru-paru, sehingga
kadar O2 dalam darah meningkat dan mengakibatkan duktus arteriosus mulai menciut.
Aliran darah yang sebelumnya melewati duktus arteriosus akan dialirkan melalui paru-
paru dan O2 akan diambil untuk didistribusikan ke jaringan seluruh tubuh. Duktus
arteriosus akan tetap menciut dan sirkulasi darah yang normal untuk kehidupan
ekstrauterin mulai bekerja.
Mendapatkan sejumlah O2 masuk ke dalam paru-paru ternyata harus disertai
dengan jumlah aliran darah di kapiler paru-paru yang adekuat agar oksigen yang melewati
peredaran darah dapat dibawa keseluruh tubuh. Keadaan ini memeprlukan peningkatan
jumlah darah yang cukup tinggi melalui perfusi paru-paru saat bayi dilahirkan.
Maclaurin (1970) menggambarkan secara skematis perubahan yang penting
dalam tubuh selama proses asfiksia disertai hubungannya dengan gambaran klinis.
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang
cepat dalam periode yang singkat. Apabila periode terus berlanjut, gerakan pernapasan
akan berhenti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskular berkurang
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu yang dikenal sebagai apneu
primer (Periode apneu dan penurunan frekuensi jantung, diikuti usaha bernafas
(Gasping) dan pernapasan teratur). Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernapasan megap megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah
bayi mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apneu sekunder (Pada penderita asfiksia berat, dimana
usaha untuk bernafas tidak terlihat dan langsung diikuti periode apneu kedua). Bayi tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menujukan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian oksigen dengan segera.
5
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli diisi dengan cairan paru-paru janin. Cairan
tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru
bayi baru lahir. Dalam kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan yang cukup
besar untuk mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli dapat berkembang untuk pertama
kalinya. Untuk mengembangkan paru-paru, upaya pernafasan pertama memerlukan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 32

tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi daripada tekanan untuk pernafasan berikutnya agar
berhasil.
5








Time Clinical event
Onset of asfiksia Primary gasping

Aerob Metabolism
Anaerob Metabolism
Glycolisis Primary Skin
especially in apnea cyanosis
heart & liver
Pulmonary
Vascular actic acid glycogen heart rate
Resitance especially secondary gasping
Cardiac
Blood pH metabolic secondary Skin
acidosis loss of apnea white
substrate
Pulmonary cardiac intra
blood flow cellular pH
heart rate
Cerebral brain intra cellular pH blood pressure
blood flow
Gambar 1. Patofisiologi Asfiksia Neonatus (dikutip dari daftar pustaka no 5)
pO
2
pCO
2


pH
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 33

Pada skema tersebut secara sederhana dapat disimpulkan keadaan pada asfiksia yang
perlu mendapat perhatian, yaitu :
1) Menurunnya tekanan O
2
darah (PaO
2
)
2) Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO
2
)
3) Menurunnya pH (akibat asidosis resopiratorik & metabolik)
4) Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobik
5) Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.
5



D. GAMBARAN KLINIS
Dalam praktek menentukan tingkat asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan
pengalaman dan observasi yang cukup. Pada tahun lima puluhan digunakan kriteria
breathing time dan crying time untuk menilai keadaan bayi. Kriteria ini kemudian
ditinggalkan, karena tidak dapat memberikan informasi yang tepat pada keadaan tertentu
(Apgar,1966). Virginia , Apgar (1953, 1958) mengusulkan beberapa kriteria klinis untuk
menentukan keadaan bayi baru lahir.
Kriteria ini ternyata berguna karena berhubungan erat dengan perubahan
keseimbangan asam basa pada bayi. Di samping itu dapat pula memberikan gambaran
beratnya perubahan kardiovaskular yang ditemukan. Penilaian secara Apgar ini juga
mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.
6
Cara ini dianggap yang paling ideal dan telah banyak digunakan. Patokan
klinis yang dinilai adalah :
6
1) Menghitung frekuensi jantung
2) Melihat usaha bernapas
3) Melihat tonus otot
4) Menilai refleks rangsangan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 34

5) Memperhatikan warna kulit
Setiap kriteria di beri angka tertentu dan penilaian itu sekarang lazim disebut APGAR
score.
Tanda Nilai O Nilai 1 Nilai 2
Appearance

Warna kulit Seluruh tubuh
biru atau putih
Badan merah
kaki biru
Seluruh tubuh
merah
Pulse Denyut nadi Tidak ada < 100x/menit > 100x/menit
Grimace Peka rangsang Tidak ada Merintih Menangis
Activity Tonus Otot Lemah Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan
aktif/tonus baik
Respiration
effort
Usaha bernafas Tidak ada Tidak teratur Baik
Tabel 1. Apgar Score (dikutip dari daftar pustaka no 4)
Skor Apgar ini biasanya di nilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada
saat bayi telah diberi lingkunga yang baikserta telah dilakukan pengisapan lendir dengan
sempurna. Skor Apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik
sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor Apgar perlu pula dinilai
setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan
morbiditas dan mortalitas neonatal.
4
Dalam menghadapi bayi dengan asfiksia berat, penilaian cara ini kadang
kadang membuang waktu dan dalam hal ini dianjurkan untuk menilai secara cepat :
4,5
1) Menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba A. Umbilikalis dan
menentukan apakah denyutnya lebih atau kurang dari 100x/menit.
2) Menilai tonus otot apakah baik/ buruk
3) Melihat warna kulit
Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 35

1) Vigorus baby, skor Apgar = 7 10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2) Mild Moderate asphyxia (asfiksia sedang), Skor Apgar 4 6. Pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3) Asfiksia Berat Skor Apgar 0-3. pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang
kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung. Henti jantung ialah keadaan bunyi jantung
fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung
bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya sesuai
dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.
4

E. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul di kemudian hari.
Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir dengan
memberikan ventilasi yang adekuat dan pemberian oksigen yang cukup.
Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :
7
1. Faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan
homeostasis yang timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan
timbulnya sekuele akan meningkat.
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia /hipoksia pasca natal
harus dicegah dan diatasi
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memeberikan keterangan yang jelas tentang
faktor penyebab terjadinya depresi pernapasan pada bayi baru lahir.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 36

4. Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat
dipilih dan ditentukan secara adekuat.
Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah :
6,7
1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan
tetap bebas serta merangsang timbulnya pernapasan, yaitu agar oksigenasi dan
pengeluaran CO
2
berjalan lancar.
2. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha
pernapasan lemah.
3. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.
4. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.
Cara resusitasi
Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak dan curah jantung
yang cukup dan alat alat vital lainnya. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi.
5
A (Airway) Memastikan saluran napas terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi : bahu diganjal
Menghisap mulut , hidung dan kadang kadang trakea
Memasang pipa endotrakeal, bila perlu
B (Breathing) Mengusahakan timbulnya pernapasan
Melakukan rangsangan taktil
Memakai ventilasi tekanan positif (VTP)
C (Circulation) Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara : kompresi dada dan
pengobatan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 37

Urutan pelaksana resusitasi
Mencegah kehilangan panas dan mengeringkan tubuh bayi :
5,6
Bayi diletakkan di bawah alat pemancar panas, tubuh dan kepala bayi dikeringkan
dengan menggunakan handuk atau selimut hangat (apabila diperlukan pengisapan
mekonium, dianjurkan untuk menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium
dihisap dari trakea).
Untuk bayi sangat kecil ( BB<1500 gram) / apabila suhu tubuh sangat dingin
dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang tembus pandang


Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit
tengadah (ekstensi).

Membersihkan jalan napas
Kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak di faring
bagian belakang
Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud :
o Cairan tidak teraspirasi
o Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernapaan megap megap
(gasping)
Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan
pengisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea.

Menilai bayi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 38

Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi
kelanjutan hidup bayi :
8
Menilai usaha bernapas
Frekuensi denyut jantung
Warna kulit

Ventilasi tekanan positif (VTP)
Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar
Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi ) dan tekanan
ventilasi harus sesuai
Kecepatan ventilasi, sebaiknya 40 60 x / menit
Tekanan ventilasi, nafas pertama setelah lahir membutuhkan 30 40 cmH
2
O.
Setelah napas pertama membutuhkan 15 20 cmH
2
O
Observasi gerak dada bayi, adanya gerakan dada bayi turun naik, merupakan bukti
bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru paru mengembang dengan baik.
Observasi gerak perut bayi, mungkin disebabkan oleh masuknya dalam udara
dalam lambung
Penilaian suara napas bilateral, adanya saluran napas di kedua paru paru
merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar
Observasi pengembangan dada bayi, apabila dada kurang berkembang mungkin
disebabkan oleh salah satu penyebab berikut :
>Peletakan sungkup kurang sempurna.
>Arus udara terhambat dan tidak cukup tekanan.
Apabila dengan tahapan di atas dada masih tetap kurang berkembang, sebaiknya
dilakukan intubasi endotrakeal dan ventilasi pipa balon.
8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 39









Algoritma Penangangan Bayi Baru Lahir












kemerahan
sianosis
Apnu
atau FJ <100 sianosis
ventilasi efektif
FJ >100 & kemerahan
FJ <60 FJ<60

Perawatan Rutin
Letakkan bayi di bawah pemancar panas
Bersihkan mulut dan hidung
Keringkan seluruh tubuh bayi
Ganti linen basah dengan yang kering
Letakkan bayi dalam posisi yang benar
Bersihkan saluran napas bayi (trakea) dari lendir,
maupun mekonium, maupun cairan plasenta
Lakukan stimulasi taktil
Berikan O2
Evaluasi pernapasan, FJ, warna kulit
Perawatan
observassi
Ya
Bernapas;
FJ >100x/menit
kemerahan
Berikan kehangatan
Posisikan; bersihkan jalan
napas (bila perlu)
Keringkan, rangsang,
reposisi

LAHIR
Cukup bulan?
Cairan amnion jernih?
Bernapas atau menangis?
Tonus otot naik?
tidak
Berikan Ventilasi Tekanan Positif
Berikan Ventilasi Tekanan Positif
Lakukan kompresi dada
Berikan epinefrin
Perawatan
Pasca Resusitasi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 40

Gambar 2. Algoritma Penangan Bayi Lahir (dikutip dari daftar pustaka no 8)
Menilai frekuensi denyut jantung bayi pada saat VTP
Dinilai setelah melakukan ventilasi 15-20 detik pertama.
Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori :
1. > 100 kali permenit
2. 60-100 kali permenit
3. < 60 kali permenit
Apabila frekuensi denyut jantung bayi >100 kali permenit
Bayi mulai bernafas spontan, dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang
frekuensi dan dalamnya pernafasan. VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas
harus diberikan. Apabila frekuensi pernafasan spontan dan adekuat tidak terjadi,
VTP dilanjutkan.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi 60-100 kali permenit
VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut jantung bayi.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali permenit
VTP dilanjutkan. Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang diberikan
cukup adekuat. Segera dimulai kompresi dada bayi .adrenalin 1:10.000 dosis 0,1-
0,3 ml/kgBB intravena/intratrakeal, dapat diulangi tiap 3-5 menit.
Pada respons yang buruk terhadap resusitasi, hipovolemia, hipotensi, dan riwayat
perdarahan berikan 10 ml/kgBB cairan infus (NaCl 0,9%, Ringer laktat, atau
darah). Jika kasil pemeriksaan penunjang menunjukkan asidosis metabolik,
berikan natrium bikarbonat 2 mEq/kgBB perlahan-lahan.
Natrium bikarbonat diberikan hanya setelah terjadi ventilasi juga efektif karena
dapat meningkatkan CO
2
darah sehingga timbul asidosis respiratorik.
Asfiksia berat dapat mencetuskan syok kardiogenik. Pada keadaan ini berikan
dopamin atau dobutamin per infus 5-20 ug/kgBB/menit setelah sebelumnya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 41

diberikan volume expander Adrenalin 0,1 ug/kgBB/menit dapat diberikan pada
bayi yang tidak responsif dopamin atau dobutamin.
Bila terdapat riwayat pemberian analgesik narkotik pada ibu saat hamil, berikan
Narcan (nalokson) 0,1 mg/kgBB subkutan atau intramuskular atau intravena atau
melalui pipa endotrakeal.
7,8

F. KOMPLIKASI
Edema otak
Perdarahan otak
Anuria atau oligouria
Hiperbilirubinemia
Enterokolikans netrotikans
Kejang
Koma
4


G. PROGNOSIS
Asfiksia ringan : tergantung pada kecepatan penetalaksanaan
Asfiksia berat : dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada hari-hari pertama.
Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan
neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental.
4





Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 42









NEONATAL INFEKSI

A. DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi
dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi diperoleh dari
si ibu saat masih dalam kandungan, sementara infeksi lambat adalah infeksi yang
diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain.
9

B. PATOGENESIS
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di
luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau imunitas transplasenta
terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman
yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain.
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam
3 golongan, yaitu :
9
1. Infeksi Antenatal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 43

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui
sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui
jalan ini ialah :
a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic
inclusion.
b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ).
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria
monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta.
Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat
tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban
pecah. Ketuban pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi
lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan
amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada
partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan
inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi
dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung
dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral trush .
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan
alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi
pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena
mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi
dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya
sulit.
9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 44


C. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu di samping untuk kepentingan
bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan
bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi
yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
observasi yang teliti, anamnesis kehamilan, persalinan yang teliti dan akhirnya dengan
pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Infeksi lokal pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini
dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang
seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang
dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau
kelainan kongenital tertentu, namun tiba tiba tingkah lakunya berubah, atau Not
Doing Well , hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali
disebabkan oleh infeksi.
10
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting,
terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan
menimbulkan angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi pada bayi
tidak khas. Adapun gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :
- Malas minum, bayi tertidur, tampak gelisah.
- Pernapasan cepat, pergerakan aktivitas bayi makin menurun.
- Terjadi muntah dan diare, berat badan turun drastis.
- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal.
- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,
purpura (bercak darah di bawah kulit) dan kejang-kejang.
- Terjadi edema, sklerema.
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi yaitu :
10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 45

a. Bell Squash Score
1. Partus tindakan (SC, Forcep, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan


Gupte Score
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1

D. KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
a. Infeksi berat (major infection) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan (minor infection) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi
umbilikus (omfalitis), moniliasis.
9

a. Infeksi Berat
Hasil :
< 4 : Observasi NI
4 : NI
Hasil :
3-5 : Screening NI
5 : NI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 46

1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum atau meningitis sering didahului oleh keadaan hamil dan
persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan
gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko :
o Persalinan (partus) lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi/febris pada ibu
o Air ketuban bau, warna hijau
o KPD lebih dari 24 jam
o Prematuritas dan BBLR
o Fetal distress
Tanda dan gejala :
Bayi tampak sakit, tidak aktif, dan sangat lemah
Reflek hisap lemah
Hipotermia atau hipertermia
Merintih, kesulitan bernapas
Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus.
Prinsip pengobatan:
Metabolisme tubuh dipertahankan, kebutuhan nutrisi dipenuhi.
Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik.
Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x pemberian & gentamisin 5 mg/kg/hr
2x pemberian.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 47

Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian.
Pemeriksaan laboratorium rutin.
Biakan darah dan uji resistensi.
Tindakan dan pengobatan lain diberikan atas indikasi.
2. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala :
o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis.
o Kejang, Ubun-ubun besar menonjol.
o Kaku kuduk (+).

Pengobatan :
Gunakan antibiotik yang dapat menembus sawar darah otak dan diberikan
dalam waktu minimal 3 minggu.
Pungsi lumbal (atas indikasi).
9

3. Aspirasi pneumonia
Aspirasi pneumonia terjadi pada intrauterin karena inhalasi likuor amnion
yang septik dan menyebabkan kematian terutama bayi dengan BBLR karena
reflex menelan dan batuk yang belum sempurna.
Gejala :
o Sering tidur atau letargia, berat badan turun drastis, kurang minum.
o Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal).
o Dicurigai bila ketuban pecah lama, keruh, bau.
Pengobatan :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 48

Resusitasi pada bayi baru lahir, pertahankan suhu tubuh.
Beri antibiotika spektrum luas.
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan rontgen atau konsultasi dokter ahli
anak.
4. Osteitis Akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Gejala :
o Suhu tubuh tinggi, bayi tampak sakit berat.
o Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang terkena
digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis.

Pengobatan :
Pemberian antibiotika kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara parenteral.
Lokal ditemukan aspirasi pada pus.
5. Diare
Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan cepat
dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti kematian yang tinggi. Bayi yang
baru lahir sudah disiapkan untuk dapat langsung minum kolostrum yang banyak
mengandung protein, kasein, kalsium sehingga dapat beradaptasi dengan ASI. Jika
bayi aterm dan pemberian ASI benar, sangat kecil kemungkinan terjadi penyakit
diare. Kuman yang sering menyebabkan diare yaitu E. coli yang mempunyai sifat
pathogen dalam tubuh manusia. Adapun gejala klinis diare yaitu : tinja/feses yang
jumlahnya banyak, cair, berwarna hijau/kuning dan berbau khas.
Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare dengan cepat
menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh dalam keadaan dehidrasi,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 49

sianosis dan syok. Untuk dapat mengatasi dan menurunkan angka kematian
karena diare pada bayi dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Minum bayi tidak perlu dikurangi.
- Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin.
- Bila keadaan lebih membahayakan perlu dipasang infus.
- Konsultasi pada dokter.
9

6. Tetanus neonatorum
Etiologi : - Perawatan tali pusat yang tidak steril.
- Pembantu persalinan yang tidak steril.
Gejala :
Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorok).
Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus).
Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus,
tangan mengepal (boxer hand).
Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru.
Sering timbul komplikasi terutama bronco pneumonia, asfiksia, dan
sianosis akibat obstruksi jalan napas oleh lendir atau sekret dan sepsis.
Tindakan :
o Segeran berikan antikonvulsan dan bawa ke rumah sakit (hindari
pemberian i.m karena dapat merangsang muscular spasm).
o Pasang O
2
saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia.
o Pasang IV line dan OGT.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 50

o Pemberian ATS 3000-6000 unit i.m.
o Beri penisilin prokain G 200.000 unit/kgbb/24 jam i.v selama 10 hari.
o Rawat tali pusat, observasi dilakukan untuk mengurangi sekecil mungkin
terjadinya rangsangan.
9

b. Infeksi Ringan
1. Oftalmia Neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae
saat bayi lewat jalan lahir.
Dibagi menjadi 3 stadium yaitu :
1) Stadium infiltrative
- Berlangsung 1-3 hari.
- Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkin terdapat
pseudomembran.
2) Stadium supuratif
- Berlangsung 2-3 minggu.
- Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur darah, yang khas
sekret akan keluar dengan mendadak (muncrat) saat palpebra dibuka.
3) Stadium konvalesen
- Berlangsung 2-3 minggu.
- Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi.
9

Penatalaksanaan :
Bayi hrs diisolasi
Cuci mata bayi dengan larutan garam fisiologis setiap jam disusul
dengan pemberian salep mata penisilin.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 51

Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari.
Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb i.m.
Obati orang tua bayi dari gonorrhoeae.

2. Infeksi Umbilikus (Omfalitis)
Merupakan infeksi pada pangkal umbilikus yang disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus aureu.
Gejala :
o Terdapat radang dan mengeluarkan nanah, merah, ada edema.
o Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar.
o Pada keadaan kronik terjadi granuloma.


Pengobatan :
Berikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin, serta salep
gentamisin.
Bila terdapat granuloma diberi Argentinitras 3%.
Pencegahan :
- Perawatan tali pusat yg baik
- Tali pusat ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari.
3. Monialisis
Disebabkan jamur Candida albicans.
Tidak menimbulkan gejala
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 52

Pada kondisi tubuh yang menurun atau pada penggunaan antibiotika /
kortikosteroid yang lama dapat terjadi pertumbuhan berlebihan jamur yang
kemudian menyebabkan terjadinya stomatitis pada neonatus dan pada
akhirnya mengakibatkan kematian.
9


E. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain :
12
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi menularkan
infeksi.
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.
Gunakan teknik aseptik.
Pegang instrumen tajam dengan hati hati dan bersihkan, jika perlu sterilkan atau
desinfeksi instrumen dan peralatan.
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.







Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 53















HIPERBILIRUBINEMIA

A. DEFINISI
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum
total yang lebih dari 10 mg % pada bayi preterm dan lebih dari 12 mg % pada bayi aterm
yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sklera, dan organ lain. Hiperbilirubin merupakan
gejala fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonatus kurang bulan).
13

B. METABOLISME BILIRUBIN
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 54

Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah
merah yang digunakan. Masa hidup sel darah merah dalam sistem sirkulasi rata-rata 120
hari. Sel darah merah yang digunakan dikeluarkan dari darah oleh makrofag yang
melapisi sinusoid hati dan yang terletak di bagian tubuh lain. Bilirubin adalah produk
akhir yang dihasilkan oleh penguraian bagian heme dari hemoglobin yang terkandung di
dalam sel-sel darah merah tersebut. Bilirubin ini diektraksi dari darah oleh hepatosit dan
secara aktif disekresikan ke dalam empedu.
Bilirubin dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
13
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berkaitan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terkait yaitu bilirubin
larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning.
Di dalam saluran pencernaan, pigmen ini mengalami modifikasi oleh enzim-enzim
bakteri yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi
sekresi bilirubin, misalnya pada obstruksi duktus biliaris, feces akan berwarna putih
keabu-abuan. dalam keadaan normal, sejumlah kecil bilirubin direabsorbsi oleh usus
untuk kembali ke darah, dan sewaktu akhirnya dikeluarkan melalui urin, bilirubin
tersebut merupakan penentu utama warna kuning pada air kemih. Ginjal baru mampu
mengekskresikan bilirubin apabila zat ini telah dimodifikasi sewaktu melalui hati dan
usus.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 55


Gambar 3. Metabolisme Bilirubin (dikutip dari daftar putaka no 13)

C. KLASIFIKASI IKTERUS
1. Ikterus Fisiologis
o Timbul pada hari ke-2.
o Kadar bilirubin total tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan, dan
12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.
o Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari.
o Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
o Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
2. Ikterus Patologis
o Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 56

o Kadar bilirubin indirek melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
o Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
o Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
o Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
o Mempunyai hubungan dengan keadaan
14


D. ETIOLOGI
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
Hemolisis akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi gangguan
pembuluh darah.
Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran.
Inkompatibilitas Rh.
Dehidrasi
Prematur
Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati.
Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin meningkat.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan.
14


E. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain :
1. Faktor maternal
- Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 57

2. Faktor Perinatal
- Trauma lahir
- Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3. Faktor Neonatus
- Prematuritas
- Polisitemia
- Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
- Hipoalbuminemia
13


F. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan mekanismenya, ikterus dibagi menjadi :
13
1. Ikterus Prahepatik
Disebut juga hemolitik karena sering disebabkan oleh hemolisis berlebihan sel
darah merah, sehingga hati menerima lebih banyak bilirubin daripada kemampuan
hati mengekskresinya.
2. Ikterus Hepatik
Terjadi jika hati sakit dan tidak mampu menangani beban normal bilirubin.
3. Ikterus Post hepatik
Sering juga disebut ikterus obstruktif karena terjadi bila duktus biliaris
tersumbat, misalnya oleh batu empedu, sehingga bilirubin tidak dapat dieliminasi
melalui feses.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 58


Gambar 4. Patofisiologi Hiperbilirubinemia Neonatus (dikutip dari daftar pustaka no 13)

G. MANIFESTASI KLINIK
Secara umum gejala dari penyakit hiperbilirubinemia ini antara lain :
15
Pada permukaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar.
Letargi
Kejang
Tidak mau menghisap
Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 59

Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis yang
disertai ketegangan otot.
Perut membuncit.
Pembesaran pada hati.
Feses berwarna seperti dempul.
Ikterik
Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap.

H. PENATALAKSANAAN
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi :
13
1. Fototherapi
Fototherapi dilakukan dengan memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan bilirubin dalam kulit.
Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah
bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di
dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. Fotobilirubin
kemudian bergerak ke empedu dan diekskresikan ke dalam duodenum untuk dibuang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika
sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Indikasi dilakukan fototerapi :
- Bilirubin indirect > 12 mg%.
- Saat atau pasca tranfusi tukar.
- Bila terdapat ikterus pada hari 1 yang disertai dengan proses hemolisis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 60

2. Transfusi Tukar
Transfusi pengganti digunakan untuk :
Mengganti eritrosit yang hemolisis.
Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis.
Menurunkan kadar bilirubin I
Indikasi dilakukan transfusi tukar :
Kadar bilirubin > 20 mg%
Bilirubin tali pusat > 4 mg% dengan Hb < 10
Kenaikan bilirubin 1 mg% / jam.
Kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dL/12 jam, walaupun sudah
mendapat terapi sinar.
Anemia berat dengan tanda decompensatio cordis.
Prematur atau dismatur.
Sepsis
3. Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Penggunaan
phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya
(letargi).
Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus enterohepatika.

I. KOMPLIKASI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 61

Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kerni kterus
yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Pada kern ikterus gejala klinik meliputi :
13
- Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus pada neonatus
adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
- Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus.

















Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 62


DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004, Hal : 307-313.
2. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Available from : http://www/eMedicine.com.
Last update : September 2011 (Accessed : August 1
st
2012).
3. Sitohang NA. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah. Medan : Universitas
Sumatra Utara. 2004.
4. Aurora S, Snyder EY. Perinatal Asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of
Neonatal Care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.
5. Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal
Resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 2-25.
6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, managementm
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc
Graw-Hill, 2004; 512-21.
7. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London :
Arnold, 2002; 62-88.
8. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri
Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI,2006; 69-79.
9. Stell BJ. The High-Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 17
th
edition. Dalam
Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA : Saunders 2004; hal 547-59.
10. Mupanemunda R and Watkonson M. Key Topics in Neonatology. 2nd Ed. New York :
Taylor & Francis Group;2005.
11. Diyah, Indri. 2009. Askep Sepsis http://www.wordpress.com Neonatorum. FKP UNAIR.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 63

12. Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan
Kesehatan yang berkaitan di Indonesia, http://www.litbang.depkes.go.id.
13. Martin, CR, Cloherty JP. Neonatal Hyperbilirubinemia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR,
eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;
185-222.
14. Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
15. Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.















Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 64



ANALISA KASUS

1. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis neonatus aterm-kecil masa kehamilan, berat bayi
lahir sangat rendah berdasarkan :
a. Anamnesa
Pada anamnesa ditemukan Ibu G
1
P
0
A
0
, usia 25 tahun, hamil 37 minggu 5 hari, HPHT
13 Agustus 2012. Kehamilan ibu pasien merupakan kehamilan cukup bulan, sehingga
melahirkan bayi yang aterm.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi yang didukung oleh pemeriksaan Ballard
Score, yaitu :
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin
Sikap tubuh 3 Kulit 2
Jendela siku-siku 4 Lanugo 2
Rekoil lengan 4 Lipatan telapak kaki 3
Sudut popliteal 3 Payudara 2
Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 2
Tumit ke kuping 2 Genitalia (perempuan) 4
Total 19 Total 15
New Ballard Score : maturitas neuromuscular + maturitas fisik
: 19 + 15 = 34
Kesan : Kelahiran aterm 37 minggu.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 65

c. Kurva Lubchenko











BBL : 1500 gr
Usia kehamilan : 37 minggu 5 hari
Hasil : Neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik ini sudah dapat ditegakkan diagnosa Neonatus
aterm, kecil masa kehamilan (IUGR), bayi berat lahir sangat rendah.
2. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asfiksia berat berdasarkan :
APGAR SCORE
Klinis 1 menit 5 menit 10 menit
Appearance 0 0 0
Pulse 1 2 2
Grimace 0 0 0
Activity 0 0 0
Respiratory Effort 0 0 1
Score 1 2 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 66

0-3 Asfiksia berat
4-6 Asfiksia sedang - ringan
7-10 Asfiksia ringan normal
Berdasarkan APGAR Score dapat ditegakkan diagnosa Asfiksia Berat.

3. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Neonatal infeksi berdasarkan :
BELL SQUASH SCORE
1. Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 4 Neonatal infeksi

GUPTE SCORE
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil : 4 Screening Neonatal Infeksi
Berdasarkan hasil Bell Squash Score dapat ditegakkan diagnosa Neonatal infeksi, dan
berdasarkan Gupte Score termasuk screening neonatal infeksi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 februari 2014 67

4. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Hiperbilirubinemia berdasarkan :
Hari ke-4 (9 Mei 2013)
Gerakan bayi kurang aktif, menangis keras (-), minum kuat (-), ikterik (+) Kr II-III,
muntah (-), demam (-), BAB (+), BAK (+).
Pemeriksaan penunjang
7 Mei 2013 9 Mei 2013
Bilirubun direk
(mg/dL)
0,29 0,62
Bilirubin indirek
(mg/dL)
-
Bilirubin total
(mg/dL)
7,87 12,48

Berdasarkan Pemeriksaan di atas dapat ditegakkan diagnosa Hiperbilirubinemia.

Anda mungkin juga menyukai