Anda di halaman 1dari 6

‫ْاقَرْأ ِب ْاسِم َرِّبَك َّالِذي َخَلَق‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama


Tuhanmu Yang menciptakan”

PANDANGAN ORIENTALIS
TENTANG ISU PEREMPUAN
DALAM ISLAM

Oleh

Ali Farhan
Perempuan dalam Masyarakat kuno
Hampir setiap pojok dunia yang berpenghuni masyarakat zaman
lampau menganggap status perempuan lebih rendah dari pada
status laki-laki.”Diatena” menurut Ensyyclopedia britannic, status
perempuan di samakan dengan status budak. Istri-istri di pingit di
rumah mereka, tidak memiliki pendidikan dan tidak memiliki hak
apapun dan oleh suami mereka dianggap tidak lebih dari harta
kekayaan…. Di Roma kuno, posisi hukum perempuan betul-betul
rendah, pertama menjadi bawahan ayahnya atau saudara laki-
lakinya, untuk kemudian menjadi bawahan suami yang memegang
kendali atas istrinya. Di mata hukum, perempuan dianggap sebagai
orang-orang yang pandir.

Status perempuan dalam peradaban modern


dalam pemikiran barat.
Menurut pemikiran modern, memberikan status yang sama
kepada perempuan dan laki-laki, dengan terbentuknya gerakan
“Feminisme baru” adalah suatu fenomena kegelisahan yang di
rasakan oleh perempuan amerika pada tahun 1960an dan
1970an.
J.M.Robberts, berkata”Persamaan yang sebenarnya berarti
persamaan bukan di tempat kerja, melainkan di dalam status.
Persamaan manusia tidak beararti setiap manusia mesti terlibat
dalam pekerjaan yang sama sebagaimana orang lain.
Maksudnya kurang lebih bahwa setiap orang harus di pandang
dengan kehormatan yang sama, dan harus menerima perlakuan
yang sama secara legal dan moral
Konsepsi para orientalis Tentang
Seksualitas Islam
Dalam Masyarakat Islam, tubuh perempuan identik dengan daya
tarik dan kesenangan. Ia di eksploitasi demi keuntungan dan sebagai
simbol kehormatan kelompok. Ia di manfaatkan dan aktifitas-
aktifitasnya di batasi dengan undang-undang. Ia di tertibkan agar
tidak melanggar dan hak-hak pemiliknya di pangkas untuk
mengantisipasi terjadinya pelanggaran. Semua ini seringkali di sertai
dengan sanksi hukum, bahkan sangsim kultural. Tubuh perempuan
menjadi ajang pertarungan antara kelompok pendukung dan
penentang modernitas dan ia dijadikan sebagai kartu permainan
antara kekuatan-kekuatan politik penjajah dan anti penjajah

Apa kata mereka…


Ketika islam datang, untuk pertama kalinya di dalam sejarah umat manusia,
perempuan di berikan hak legal semestinya atas harta benda

 J.M.Roberts, sejarahwan terkenal, menulis:


“kedatangan dalam banyak hal revolusioner. Islam mempertahankan perempuan,
misalnya, pada posisi yang inferior, tetapi memberi mereka hak hak-hak legal atas harta
benda yang tidak di berikan kepada perempuan di banyak negara Eropa sampai pada
abad ke sembilan belas. Bahkan budak pun mempunyai hak, dan di dalam jama’ah
kaum mukmin tidak terdapat kasta maupun status warisan. Revolusi ini berakar didalam
suatu agama yang-sebagaimana agama Yahudi-tidak memisahkan sisi kehidupan,
melainkan mencakup semuanya.

 Rajindar sachar, pensiunan Hakim Kepala Kantor Pengadilan Delhi, berpendapat:


“…Dari sudut sejarah, Islam sangat leberal dan progresif di dalam memberikan hak
kepemilikan harta kepada perempuan. Adalah fakta bahwa tidak ada hak kepemilikan
harta yang di berikan kepada perempuan hindu sampai tahun 1956, yaitu ketika
Rancangan Undang-Undang Hindu disahkan, padahal islam telah menganugerahkan
hak ini kepada perempuan muslim lebih dari 1400 tahun yang lalu.
Gambaran tentang perempuan Muslim
Ketika mengakui akan kesenangan seksual, pandangan ortodok
islam pada saat yang sama, menjustifikasi adanya hierarki dengan
perempuan sebagai objek- objek seks untuk melayani laki- laki.
AlQur’an menjadikan laki- laki sebagai pemegang urusan- urusan
perempuan, mewajibkan perempuan shaleh untuk taat dan
menjaga rahasia yang di jaga oleh Tuhan menganjurkan
perempuan untuk menundukkan penglihatan mereka, kecuali
terhadap suami- suami mereka. Implikasi pada hierarki seksual
yang nyata dalam hukum - hukum keluarga masyarakat islam
adalah, bahwa tugas utama prempuan untuk melayani laki- laki
baik secara seksual maupun emosional. Perempuan adalah
sebuah ‘ladang’ bagi laki- laki mukmin untuk untuk di garap
ketika ia menghendakinya, jika seorang istri menolak keinginan
seksual suaminya, ia akan mendapatkan hukuman.(Arberry
1994)

Isu perempuan Muslim


 Cadar
Haideh Moghissi berpendapat, bahwa Orang sering
lupa mengapa pada di mensi mengapa orang
memakai cadar, mereka yang mendukung bahwa
cadar adalah alat pemberdayaan perempuan
berpandangan taken for granted, dan melupakan
kenyataan yang luas akan pemaksaan dan intimidasi
dalam pemakaian cadar tersebut, sepertihalnya di Iran
(Undang-undang yang represif), Algeria (jilbab atau
mati), Sudan (jilbab penjara moral), jalur Gaza (tak
berjilbab identik dengan dengan Israil), dan
seterusnya yang kesemuanya merupakan contoh dari
bagaimana cadar di paksakan kepada Masyarakat
Pedhopile
Dalam pemikiran Barat, mungkin yang paling
mengganggu tentang Islam adalah banyak
anggapan dari para pakar ilmuan barat tentang
Muhammad telah melakukan hubungan seks dengan
gadis umur sembilan tahun. Karenanya, ia telah
menjadi semakin populer di beberapa kalangan
untuk merujuk kepada Nabi Islam sebagai
"pedophile." Hal ini, tentu saja, sangat menyinggung
untuk Muslim, yang melihat Muhammad sebagai
ideal hamba Allah dan sebagai contoh terbesar dari
ummat Islam. Meskipun demikian, Muhammad
hubungan dengan gadis muda yang menyajikan
masalah bagi orang beragama Islam, khususnya
bagi mereka yang ingin berbagi iman mereka
dengan orang lain

Daftar Pustaka
• Heideh Moghissi, feminisme dan fundamentalisme Islam,
Lkis, Yogyakarta, di terjemahkan dari buku Feminisme an
Islamich Fundamentalisme The Limits of postmodern
Analisyss

• Wahiddudin Khan, Agar Perempuan Tetap jadi perempuan,


Serambi ilmu Semesta, Jakarta, di terjemahkan dari buku
Woman Between Islam and Western Society

• Qasim Ali, Sejarah penindasan Perempuan, di terjemahkan


dari buku The New Women: A. Documen in the Early Of
Egyptian Feminsim The American University In Cairo, Pree,
Egypt, 1995

Anda mungkin juga menyukai