Anda di halaman 1dari 9

TRAUMA OKULI PERFORANS

I. PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan salah satumasalah kesehatan dunia. Meskipun termasuk kasus yang
masih dapat dicegah, trauma okulitetapi menjadi salah satu penyebab mortilitas, morbiditas
dan disability. Dalam kenyataannya, trauma okuli menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan
unilateral di seluruh dunia terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki
merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma okuli. Tetapi, lebih banyak usaha
dan rujukan dilakukan secara klinis atau penanganan bedah suatu trauma okuli dibandingkan dengan
usaha pencegahannya sehinggakan penyebab trauma okuli dianggap sebagai suatu kecelakaan diluar
kawalan pasien dan bukan suatu masalah masyarakat
1
.
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak,
dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering
mendapat trauma dari sunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak,
saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan.
2

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang
lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
2


Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut :
2

- Trauma tumpul
- Trauma tembus bola mata
- Trauma kimia
- Trauma radiasi
II. EPIDEMIOLOGI
Benda asing intraokular merupakan penyebab pada 20-40 % cedera tembus mata. Komposisi
benda asing yang biasanya didapatkan adalah logam, dan menurut laporan yang ada kecenderungannya
berkisar antara 86 % sampai 96 %. Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada 297 pasien yang terkena
benda asing intraokular, 98 % pasiennya adalah laki-laki, dan 80 % dari kecelakaan yang terjadi adalah
saat menggunakan palu. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika
Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada
laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.
3

III. ANATOMI
Lapisan bola mata, Tunicae Bulbi dibungkus oleh 3 jaringan, yaitu :
2,4

Lapisan mata luar, Tunika fibrosa bulbi
- Lapisan tanduk, cornea (sangat melengkung, jernih seperti kaca)
- Jaringan kulit, sklera (sedikit melengkung, tidak tembus pandang, pada anak-anak putih kebiruan, pada
orang dewasa putih kekuningan).
5

Sklera merupakan jaringan ikat kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar
yang melindungi bola mata. Bagian terdepan aklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2

Lapisan mata tengah, tunica vasculosa bulbi
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial
mudah dimasuki oleh darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakkoroid.
2

Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam boila mata. Otot dilator dipersarafi oleh
parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan
siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
2

Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
2

- Lapisan pelangi iris, dengan bukaan bulat sentral, pupil, Pupilla
- Badan siliar, Corpus ciliare, dengan M.ciliare, Proc.ciliaris, Zonula ciliaris dengan Fibrae Zonulares dan
Spatia Zonularia
- Lapisan yang kaya akan pembuluh darah, Choroidea
Lapisan mata dalam (retina), tunica interna bulbi
Lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak
10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
2
- Bintik buta, Pars caeca retina (dari Margo pupillaris iridis sampai dengan Ora serrata)
Pars iridica retinae (satu lapis, pigmentasi kuat)
Pars ciliaris retinae (satu lapis, tidak berpigmentasi)
- Bagian untuk penglihatan, Pars optica retinae (berlapis banyak)
IV. ETIOPATOLOGI
Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan terjadinya trauma okuli antara lain : kecelakaan
penerbangan, kekerasan dalam tindak kejahatan, ledakan, cedera olahraga, dan juga kecelakaan kendaraan
bermotor. Selain itu beberapa keadaan yang juga bisa menyebabkan cedera mata antara lain :
1,6

Benda asing yang menempel di bawah kelopak mata atas atau pada permukaan mata,
terutama pada kornea.
Trauma tumpul akibat objek yang cukup kecil dan tidak menyebabkan impaksi pada pinggir
orbita (kok, bola squash, sumbat botol sampanye merupakan beberapa penyebab
trauma). Perubahan tekanan mendadak dan distorsi bola mata dapat menyebabkan
kerusakan berat.
Trauma tembus dimana struktur okular mengalami kerusakan akibat benda asing yang
menembus lapisan okular dan juga tertahan dalam mata. Penggunaan sabuk pengaman
dalam kendaraan menurunkan insidensi cedera tembus akibat kecelakaan lalu lintas.
Trauma kimia dan radiasi dimana reaksi resultan jaringan okular menyebabkan kerusakan.
Masuknya benda asing (logam, debu, kayu, bahan tumbuhan, kaca, dan bahkan bulu serangga) ke
dalam kornea dapat terjadi saat memukulkan logam atau batu, tertiup ke mata oleh angin dan juga lewat
cara-cara lain yang tidak lazim. Biasanya ukuran benda asing itu kecil, terdapat sisi yang tajam, dan
dengan kecepatan yang tinggi. Hal ini dapat terjadi saat memukulkan logam ke logam, memahat ataupun
mengoperasikan bor logam. Benda kecil dengan kecepatan tinggi yang masuk ke mata biasanya
mengakibatkan kerusakan minimal dari jaringan sekitar. Seringkali, luka di kornea atau antara kornea dan
slera bisa menutup sendiri. Tempat akhir dari benda asing didalam mata dan juga kerusakan yang
ditimbulkan olehnya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ukuran, bentuk dan juga momentum saat
terjadi benturan, serta seberapa dalam penetrasinya di bola mata.
3

V. KLASIFIKASI
Berdasarkan Birmingham Eye Trauma Terminology System (BETTS), trauma okuli dibagi atas 2 yaitu:
8

Trauma bola mata tertutup (closed-globe injury)
Kontusio
Laserasi lamellar
Trauma bola mata terbuka (open-globe injury)
Ruptur
Laserasi
o Penetrasi
o Intraocular foreign body (IOFB)
o Perforasi
Saat melakukan pemeriksaan pada pasien dengan trauma okuli, adalah penting untuk menentukan
klasifikasi dari trauma karena dengan ini penanganan yang cepat dapat dilakukan.
9

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis trauma okuli ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang. Walaupun begitu, trauma okuli jarang mengancam nyawa dan penanganan
haruslah diprioritaskan ke trauma lain yang lebih mengancam nyawa.
Anamnesis
Pada anamnesis perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba-tiba. Harus
dicurigai adanya benda asing apabila ada riwayat pemakaian palu, pahat, ataupun ledakan, dan harus
dipertimbangkan untuk melakukan pencitraan. Pemakaian palu dan pahat dapat melepaskan serpihan-
serpihan logam yang akan menembus bola mata, dan hanya meninggalkan petunjuk perdarahan
subkonjungtiva yang mengindikasikan adanya penetrasi sklera dan benda asing yang tertinggal. Nyeri,
lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma, namun gejala ringan dapat
menyamarkan benda asing intraokular yang berpotensi membutakan. 6
Anamnesis tentang ketajaman visus sebelum trauma dan riwayat penyakit mata atau operasi
mata amat membantu dalam mendiagnosis suatu trauma okuli. Riwayat penyakit sistemik, pengambilan
obat-obatan, riwayat alergi, suntikan imunisasi tetanus dan pengambilan oral terakhir perlu ditanyakan
sebagai kemungkinan persediaan operasi
10
.
Pemeriksaan fisis
Sebisa mungkin dilakukan pemeriksaan oftalmik lengkap termasuk pemeriksaan visus,
reaksi pupil, lapangan pandang, pergerakan otot-otot ekstraokular, tekanan intraokular,
pemeriksaan slit lamp, funduskopi dan lain-lain
9,10,11
.
Setiap laserasi kelopak mata yang letaknya di kantus medialis hendaknya
dipertimbangkan kemungkinan terlibatnya sistem lakrimasi sehingga terbukti tidak.
Pemeriksaan tulang-tulang orbita terhadap kemungkinan terjadinya fraktur harus
dilakukan. Ruptur bola mata adalah segera ditentukan pada pemeriksaan fisis. Namun,
biasanya ini tersembunyi. Pemeriksaan mata yang mengalami trauma harus diperiksa dengan
sistematis dan hati-hati agar penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan mengurangi
trauma yang lebih lanjut
9,10,11
.
Pemeriksaan penunjang
Foto polos
11

Foto polos orbita kurang membantu dalam menentukan kelainan berbanding CT-
scan. Tetapi foto polos masih dapat dilakukan. Antaranya foto polos 3 posisi, proyeksi
Waters, posisiCaldwell dan proyeksi lateral. Posisi-posisi ini berfungsi untuk melihat
dasar orbita, atap orbita dan sinus paranasalis.
Ultrasonografi
11

USG membantu dalam melihat ada tidaknya benda asing di dalam bola mata dan
menentukan lokasi ruptur.
CT-scan
11

CT-scan adalah metode pencitraan paling sensitif untuk mendeteksi ruptur yang
tersembunyi, hal-hal yang terkait dengan kerusakan saraf optic, adanya benda asing
serta menampilkan anatomi dari bola mata dan orbita.
MRI
11

MRI sangat membantu dalam mengidentifikasi jaringan lunak bola mata dan orbita.
VII. PENATALAKSANAAN
Empat tujuan utama dalam mengatasi kasus benda asing intraokular adalah :
1. Memperbaiki penglihatan.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
3. Mempertahankan arsitektur mata.
4. Mencegah sekuele jangka panjang.3
Mata ditutup untuk menghindari gesekan dengan kelopak mata. Benda asing yang telah
diidentifikasi dan telah diketahui lokasinya harus dikeluarkan. Antibiotik sistemik dan topikal dapat
diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi. Untuk mengeluarkan benda asing, terlebih dahulu
diberikan anestesi topikal kemudian dikeluarkan dengan menggunakan jarum yang berbentuk kait
dibawah penyinaran slit lamp. Penggunaan aplikator dengan ujung ditutupi kapas sedapat mungkin
dihindari, karena dapat merusak epitel dalam area yang cukup luas, dan bahkan sering benda asingnya
belum dikeluarkan. 1
Pengeluaran benda asing yang berada di dalam kamera anterior dilakukan secara parasentesis
(bukan tepat di depan celah luka),dengan sudut 90-180 dari lokasi benda asing yang sebenarnya.
Viskoelastik biasanya digunakan untuk menghindari kerusakan iatrogenik dari endotel kornea dan
lensa. Benda asing yang masuk ke lensa tidak selalu menyebabkan katarak. Kecuali jika ada resiko
terjadinya siderosis atau kerusakannya luas. Pada kasus seperti ini biasanya lensanya diangkat bersama
benda asing didalamnya, atau bisa juga benda asingnya terlebih dahulu dikeluarkan, kemudian lensanya
dan setelah itu intraocular lens (IOL) diimplantasi. Benda asing yang berada di segmen posterior
memerlukan tindakan vitrektomi kecuali bila kerusakannya minimal. Prosedur yang biasa dilakukan
untuk ekstraksi benda asing besi adalah dengan menggunakan magnet intraokular. Sedangkan untuk
benda asing yang bukan besi biasanya digunakan forsep. 7
Preoperative
Penatalaksanaan yang berhubungan dengan pembedahan, diperlukan pemilihan waktu operasi.
Walaupun tidak ada data manapun yang menuliskan kerugian dari menunda perbaikan dari bola mata
lebih dari 36 jam, intervensi idealnya secepat mungkin. Perbaikan dapat memperkecil banyaknya
komplikasi :
12

Nyeri
Proliferasi mikroba yang diproyeksikan ke dalam bola mata
Perdarahan Suprachoroidal
Kontaminasi mikroba
Migrasi epithelium luka
Inflamasi intraocular
Efek yang mengganggu penundaan kecil dari perbaikan berikut dapat diambil ukuran yang sangat baik
dari preoperative sebagai berikut :
12

Memakai pelindung diri
Hindari mengatur pengobatan topical
Menyimpan status NPO pasien
Menyediakan obat penenang/ sedasi yang sesuai, control nyeri, dan antiemesis
Masase saraf muka untuk mengurangi penekanan pada kelopak mata
Mengambil kultur mata eksternal
Permulaan dengan antibiotic intravena (seperti tobramycin clindamycin atau vancomycin)
Sediakan Profilaksis Tetanus
Konsultasi ke bagian Anastesi
Luka dengan benda asing yang tertahan pada intraokular memerlukan perhatian terhadap
resikoBacillus endophthalmitis. Sebab organisme ini dapat menghancurkan mata dalam 24 jam, intravena
dan terapi intravitreal seharusnya dipertimbangkan dengan antibiotik yang efektif terhadap
spesiesBacillus. Pada umumnya clindamycin atau vancomysin. Perbaikan yang berhubungan dengan
pembedahan harus dikerjakan dengan menunda jikakasus ini yang berhadapan dengan resiko
terkontaminasi dengan organisme ini.
12

Non Bedah
Beberapa luka tembus yang sangat minimalsecara spontan menutup/memperkuat sebelum
melakukan pemeriksaan ophthalmic, dengan tidak ada kerusakan intraocular, prolaps, atau menempelnya
benda asing. Kasus ini hanya memerlukan sistemik atau terapi antibiotic topikal dengan penutup
sepanjang observasi. Jika luka kornea sudah bocor, tetapi sisa kamar membentuk, clinician dapat
mencoba menghentikan kebocoran dengan supresi farmakologi dari produk yang cair ( topical atau
sistemik), penambalan, dan terapeutik contact lens. Umumnya, jika ukuran ini gagal untuk memperkuat
luka dalam 3 hari, menutup dengan menempelkan cyanoacrylate atau jahitan yang direkomendasikan.
Walaupun penempelan jaringan cyanoacrylate tidak disetujui oleh FDA untuk digunakan pada mata,
mereka telah menggunakan secara ekstensif selama dua dekade terakhir untuk menempel perforasi.
Beberapa lem yang tersedia seperti histocryl and bucrylate. Terapeutik kontak lensa harus digunakan
setelah aplikasi lem, sejak polymerisasi lem menghasilkan permukaan yang keras yang mengelupas
konjungtiva palpebra.
12

Bedah
Penatalaksanaan laserasi tipe corneoscleraldengan prolaps uveal biasanya memerlukan
perawatan. Tujuan pertama dari perbaikan awal yang berhubungan dengan pembedahan suatu
laserasicorneoscleral adalah memugar kembali integritas bola mata. Tujuan kedua, yang mungkin
terpenuhi ketika perbaikan utama atau selama prosedur yang berikut adalah untuk memugar kembali
perbaikanvisus melalui keduanya melalui kerusakan eksternal dan internal pada mata .
12

Jika prognosis visus dari mata yang terluka adalah sia-sia dan pasien berisiko
menderitasympathetic ophthalmic, Enukleasi harus dipertimbangkan. Enukleasi primer hanya dapat
dilakukan pada luka yang tidak dapat dilakukan perbaikan dari segi anatomi, Maka dari itu pasien
dianjurkan untuk memilih prosedur lain. Pada kebanyakan kasus, keuntungan menunda enukleasi untuk
beberapa hari jauh lebih berat dibanding keuntungan enukleasi primer.Penundaan ini (yang mestinya
tidak lebih dari 14 hari meskipun demikian mata yang terluka menimbulkan sympathetic ophthalmia),
mempertimbangkan penilaian fungsi penglihatan post operasi. Vitreoretina atau konsultasi plastic
optalmik dan stabilisasi kondisi medis pasien. Yang terpenting, menunda enukleasi yang gagal mengikuti
perbaikan dan hilangnya persepsi cahaya pada saat pasien mengetahuinya dan disertai kerusakan rupa dan
untuk mempertimbangkan enukleasi dalam menentukan non emergensi.
12

Anastesi
Anastesi umum hampir selalu diperlikan untuk memperbaiki bola mata, sebab injeksianastesi
pada retrobulbar atau peribulbar meningkatkan tekanan orbita, yang bisa menyebabkan atau
memperburuk tekanan intraocular. Suatu non depolarisasi otot relaksan lebih disukai oleh karena
kemungkinan teoritis terjadi cocontraction ekstraokuler. Setelah perbaikan yang berhubungan dengan
bedah lengkap, suatu suntikan anstesi periokuler mungkin digunakan untuk mengendalikan rasa sakit
sesudah operasi.
12

Langkah-langkah dalam memperbaiki laserasicorneoscleral . Semua usaha perbaikan laserasi
corneoscleral harus dilakukan di ruangan operasi denga menggunakan mikroskop operasi dan personil
ophtalmik yang terlatih. Tidak perlu membuat jahitan otot rectus pada suatu bola mata terbuka. Sebab
perawatan kelopak mata dapat mendesak bola mata terbuka dan sebab laserasi kelopak mata tertentu
benar-benar bisa meningkatkan exposure,perbaikan luka adnexal mengikuti perbaikan bola mata itu
sendiri.
12

Komponen luka kornea didekati dulu, jika vitreus atau fragmen lensa mempunyai luka yang
prolaps. Harus memotong kornea mata. Berhati-hati menggunakannya bukan untuk daya tarik pada
vitreus atau serabut zonular. Jika uvea atau retina (yang dilihat seperti tembus cahaya) menonjol, haruslah
menggunakan teknik menyapu yang lembut melalui insisi limbal yang terpisah, dengan bantuan suntikan
viscoelastik untuk sementara merubah kamar anterior. Jika epithelium telah berpindah tempat ke
permukaan uveal atau ke dalam luka, suatu usaha harus dibuat untuk mengupas jaringan ini.
12

Perbaikan sekunder dari trauma inraokuler. Mengikuti perbaikan primer dari
laserasicorneoscleral mengikuti perbaikan sekunder tersebut ditandai:
12

Memindahkan benda asing dari intraokuler
Perbaikan iris
Ekstraksi katarak
Mekanik Vitrectomy
Penyisipan intraokuler lensa (IOL)
Dalam pembedahan biasanya digunakan mikroskop yangmerupakan alat yang peling baik dan khusus dalam perbaikan luka
pada kornea dan sklera. Tanpa mikroskop maka sangat sulit dan tidak mungkin dapat menutup luka dengan baik. Ketika luka telah
ditutup, dilakukan injeksi gas, cairan atau elastic untuk membentuk BMD. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk mencegah terjadinya
aposisi tetapi juga mencagah terjadinya kontak dengan iris dan perlengketan.
13

Pembedahan sangat dianjurkan untuk mencegah timbulnya jaringan parut dan penanganan selanjutnya adalah dengan
reepitelisasi. Sebagian besar telah mengupayakan untuk meminimalkan trauma pada saat pembedahan dengan uapaya protektif dengan
menggunakan cairan fisiologis, mencegah sentuhan mekanik dan pengikatan dan mengontrol terjadinya inflammasi dan tekanan intra
okular.
13

Penanganan prolaps pada iris dan kerusakan pada iris adalah merupakan hal yang mendasar. Beberapa tahun yang lalu,
simpatetis oftalmitis sering terjadi dan absisi yang luas akibat kerusakan iris selalu diperlukan. Ketidakteraturan susunan iris dan pupil
sering terjadi setelah perbaikan pada luka kornea. Sehingga beberapa penanganan yang bersifat konservatif selalu diupayakan untuk
meningkatkan perbaikan dalam hal fungsi dan kosmetik.
14

Trauma pada palpebra dibagi menjadi dua yaitu : blunt trauma dan penetrating trauma.
Penanganan umum trauma meliputi :
- Pengambilan anamnesis dengan baik
- Merekam aktivitas terbaik dari setiap mata
- Menilai seluruh bola mata dan orbita
- Menemukan kelainan radiologis yang ada
- Memiliki pengetahuan tentang anatomi palpebra dan orbita
- Mengupayakan perbaikan secara primer.
Pada kasus Blunt trauma, sering ditemukan adanya ekimosis dan edema yang sering muncul. Pasien sering memerlukan
biomikroskopis dan penilaian funduskopi untuk mengetahui kelainan intraokluler yang timbul. Pemeriksaan CT-scan potongan
axial dan koronal untuk mengetahui adanya fraktur pada tulang orbita.
14

Post operasi
Setelah perbaikan trauma perforasi segmen anterior, terapi diarahkan pada pencegahan infeksi,
supresi inflamasi, control IOP, dan meringankan rasa sakit. Antibiotik intravena biasanya dilanjutkan 3-5
hari, dan antibiotic topical biasanya digunakan untuk sekitar 7 hari. Topikal kortikosteroid dan
cyclopegics berangsur-angsur dikurangi, tergantung pada derajat tingkat inflamasi. Suatu fibrinous
massive mempunyai respon yang baik pada prednisone sistemeik.
12

Jahitan kornea yang tidak mengendur secara spontan biasanya ditinggalkan pada tempatnya
sedikitnya 3 bulan dan kemudian memindahkanincrementally dalam beberapa bulan yang akan datang.
Fibrosis dan vaskularisasi adalah indicator yang cukup untuk penyembuhan .
12

Trauma pada mata meningkatkan resiko retainal detachment, maka frekuensi pemeriksaan
segmen posterior adalah wajib. Jika media opak cukup menghalangi pemeriksaan fundus, evaluasi untuk
defek pada aferen pupilary dan B-scan ultrasonography sangat menolong dalam memonitoring status
retina.
12

Refraksi dan koreksi dengan kontak lens atau kacamata dapat berproses ketika permukaan okuler dan
media surat ijin. Oleh karena resiko amblyopia pada anak atau hilangnya peleburan pada orang dewasa.
Rehabilitasi visual tidak dapt ditunda.
1

VIII. KOMPLIKASI
Setelah terjadi ruptur dari bola mata, endoftalmitis dan infeksi struktur mata lainnya bisa terjadi
dalam hitungan jam hingga minggu. Oftalmia simpatetik adalah penyakit inflamasi yang bisa terjadi pada
mata yang tidak mengalami trauma beberapa bulan setelah trauma. Penyakit ini diduga suatu suatu respon
imun terhadap jaringan uvea yang terpapar dengan trauma. Gejala seperti nyeri, penurunan visus dan
fotofobia bisa berkurang apabila dilakukan enukleasi pada mata yang mengalami trauma
11

IX. PROGNOSIS
Prognosisnya mata dapat sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi sekuele
jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun trauma tembus mata seringkali
dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi
jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina dengan menghasilkan radikal
bebas. Serupa dengan hal itu, trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat
jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan yang tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga terganggu
jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang, dapat timbul glaukoma sekunder pada mata
beberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita juga dapat
menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor. 7
DAFTAR PUSTAKA
1. Augsbrger J, Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan &
Asburys General Ophthalmology 16
th
Edition, Singapore: McGraw Hill (Asia):2004.p.371-375
2. Ilyas SH, Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga,Jakarta, Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia:2006.p.259-270
3. Banta, J. T., Epidemiology and Economic Impact of Ocular Trauma; Intraocular Foreign Body, in : Banta, J. T., OCULAR
TRAUMA, Philadelphia, USA, 2007: 1, 181, 184.
4. Nn, Anatomi Mata [online] [cited 2008 Agust 6
th
] Available from
URLhttp://www.medicine.ukm.my/wiki/index.php/Anatomi_mata
5. Dharma A, Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, edisi 21,Jakarta: EGC, 2000. p.366-368
6. James, B, Trauma dalam : OFTALMOLOGI edisi kesembilan. Jakarta : penerbit Erlannga, 2005: 176-7, 179,185.
7. Khaw P. T Injuries to the eye, in : ABC OF EYES 4
th
Edition, London : BMJ Publishing Group Ltd; 2004: 29-30
8. Nn, Birmingham Eye Trauma Terminology. In: American Society of Ocular Trauma [online] [cited
2008 May 20
th
] Available from URLhttp://www.useironline.org/pdf/bett.pdf
9. Lange GK, Ocular Trauma. In: Ophthalmology: A short Textbook, New York:Theime:2000:p.497-
506
10. Aronson AA, Corneal Laceration [online] 2008 [cited 2008 May 20
th
] Available from
URLhttp://www.emedicine.com/emerg/topic114.htm
11. Robson J, Globe Rupture [online]2007 [cited 20 May 2008] Available from
URLhttp://www.emedicine.com/emerg/topic218.htm
12. Z, Aust N. Ocular Trauma Epidemiology & Prevention. In: International
Ophthalmology,American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D Association; 2003-2004
13. Roper M.J, Hall. Traumatic surgery. In : Stallards Eye Surgery 7
th
Edition. Wright. London
Boston Singapore Sydney Toronto Wellington.
14. Anonymous. Orbit, Eyelids and Lacrimal System. In: International
Ophthalmology,American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D Association; 2006-2007

Anda mungkin juga menyukai