2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6. Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.
3. Pola fan
Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang yang dapat lebih dari
dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan pengolahan. Biasanya
digunakan untuk sistem terpisah.
4. Pola radial
Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari tengah
kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan pengolahan.
Bentuk Saluran
Tabel 2
Bentuk dan fungsi saluran tertutup (sewerage)
No Bentuk Saluran Fungsi
1
Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan maupun limbah air bekas (air
limbah) rumah tangga atau keduanya.
Konstruksi sistem saluran ini cocok dipakai untuk pertokoan yang sangat padat dan
lahan yang tersedia telah terbatas.
2
Berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah air bekas dimana fluktuasi
debitnya besar.
Bentuk yang panjang mengecil ini berfungsi untuk mendapatkan kedalaman air
yang cukup untu dapat menghanyutkan endapan padat dan tinja walaupun
debitnya kecil.
3
Berfungsi untuk mengalirkan air hujan dalam jumlah besar dimana bagian atasnya
terdapat bangunan. Walaupun daya alirannya tidak sebaik yang berbentu bulat
telur, namun pelaksanaannya relative lebih mudah.
Tabel 3
Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya
No Bentuk Saluran Fungsi
1
Trapesium
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit
yang besar.
Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuas kecil.
Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan .
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit
yang besar dan kecil.
Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit minimumnya measih
cukup besar.
3 Kombinasi trapezium dengan setengah lingkaran
Fungsinya sama dengan bentuk (2), sifat alirannya terus menerus dan berfluktuasi
besar dengan debit minimum keil. Fungsi bentuk setengah lingkaran ini adalah
untuk menampung dan mengalirkan debit minimum tersebut.
4 Segi empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit
yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil.
5
Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran
Bentuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak
mempunyai lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2&3)
6
Setengah lingkaran
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk
saluran ini umum digunakan untuk saluran-saluran ruah penduduk dan pada sisi
jalan perumahan padat.
Kriteria/Standar Teknis Yang Digunakan
Kriteria yang digunakan sebagai acuan agar suatu kawasan memenuhi syarat
terhadap keparahan genangan/banjir ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel
Periode Ulang Saluran Drainase
No. Jenis kawasan Saluran primer Saluran sekunder Saluran tersier
1. Permukiman
Kota sedang
Kota kecil
5-10 tahun
10-20 tahun
2-5 tahun
2-5 tahun
2-5 tahun
2-5 tahun
2. Industri 2-5 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun
3. Perumahan 5-20 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun
Sumber : Strategi Pengembangan Kota
Kriteria penilaian tingkat genangan
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi antara lain:
1. Dimensi saluran yang tidak sesuai.
2. Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit
banjir di suatu daerah aliran sistem drainase.
3. Elevasi saluran tidak memadai.
4. Lokasi merupakan daerah cekungan.
5. Lokasi merupakan tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi
permukiman. Ketika berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan belum dihuni
adanya genangan tidak menjadi masalah. Problem timbul ketika daerah tersebut
dihuni.
6. Tanggul kurang tinggi.
7. Kapasitas tampungan kurang besar.
8. Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga aliran balik.
9. Adanya penyempitan saluran.
10. Tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah.
Perencanaan sistem drainase
1. Landasan Perencanaan
Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan
sebagai parasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan sumberdaya air,
yang ada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya banyak meresap
dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran, antara lain membuat :
bagunan resapan buatan, kolam tandon, penataan landscape dan sempadan.
2. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan drainase perkotaan meliputi :
a. Tahapan dilakukan melalui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan
perencanaan detail dengan penjelasan :
Studi kelayakan dapat dibuat sebagai kelanjutan dari pembuatan rencana induk.
Perencanaan detail perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase
dilaksanakan.
b. Drainase perkotaan di kota raya dan kota besar perlu direncanakan secara
menyeluruh melalui tahapan rencana induk.
c. Drainase perkotaan di kota sedang dan kota kecil dapat direncanakan melalui
tahapan rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk.
2. Data dan Persyaratan
Sistem drainase perkotaan data dan persyaratan untuk perencanaannya sebagai
berikut :
a. Data primer merupakan data dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan yang
diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :
Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan atau banjir
yang meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi genangan.
Data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran
1. Data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi,
morfologi sungai, sifat tanah, tata guna tanah dan sebagainya. Data prasarana dan
fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan.
b. Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan
drainase perkotaan yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer, terdiri
atas :
Rencana Pengembangan Kota
Geoteknik
Pembiayaan
Kependudukan
Institusi/kelembagaan
Sosial ekonomi
Peran serta masyarakat
Keadaan kesehatan lingkungan permukiman
Masalah dalam Sistem Drainase
Terjadi Endapan
Terdapat timbunan Sampah
Tumbuhnya tanaman liar
Penyumbatan, kerusakan, penyalah-gunaan saluran dan bangunan
Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan
Sudah bukan rahasia lagi kalau tiba musim hujan pasti banyak orang yang merasa
khawatir akan terjadinya banjir, apalagi bagi mereka yang tinggal di wilayah yang
rentan banjir atau menjadi langganan banjir. Penyebab utama genangan atau banjir
memang ada banyak faktor, makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena
meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan, dengan meningkatnya
pembangunan permukiman dapat mengakibatkan waktu berkumpulnya air (time of
concentration) menjadi jauh lebih pendek, sehingga akumulasi air hujan yang
terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada sehingga air meluap dari
saluran drainase.
Untuk mengalirkan air hujan, dari suatu tempat ketempat lain, misalnya dari daerah
permukiman kedaerah pembuanganseperti saluran utama, sungai, danau, laut,
dll, dibutuhkan sarana atau prasarana di permukiman berupa drainase permukiman.
Saluran air hujan didesain untuk digunakan atau dipakai hanya untuk dilingkungan
permukiman. Pada umumnya, bebean hidup adalah orang, bila dilalui kendaraan
roda dua (motor) atau roda 4 (mobil) maka saluran tersebut harus ditutup dengan
plat beton bertulang tebal 10-12cm. Pada lokasi pinggir jalan raya yang dapat
dilewati oleh kendaraan berat seperti truk, dll, saluran air hujan tidak
direkomendasikan ditempat tersebut. Pada saluran air hujan, air hujan yang masuk
kesaluran adalah air hujan yang tidak tercemar dan bukan air limbah.