Gerakan Berbinar (Berbahasa Indonesia dengan Benar)
Sebagai Peran Pemuda dalam Mempertahankan dan Melestarikan Bahasa Indonesia
Oleh: Sunarti BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa indonesai selain telah ditetapkan sebagai bahasa nasional juga telah ditetapkan sebagai bahasa resmi dalam kegiatan resmi kenegaraan maupun dalam proses belajar mengajar dari berbagai jenjang pendidikan. Bahkan dalam upaya pelestariannya pemerintah juga menetapkan adanya tes uji kemahiran berbahasa Indonesai untuk menjadi pegawai negeri sipil. Selain hal itu, dukungan dari pers nasional juga memegang peran penting dalam upaya pelestarian dan penyebarluasan bahasa Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut belum cukup sebagai upaya mempertahankan dan melestarikan bahasa Indonesia di ere globalisasi saat ini. Tuntutan pengusaan bahasa asing sering kali menjadi dalih untuk tidak menggunakan bahasa Indonesia. Mulai dari media masa baik elektonik maupun cetak dan cara public figure negara ini berbicara, mereka menggunakan bahasa gauk dan bahkan muncul fenomene sok ke-inggrisan. Maka dari itu, pentinya peran pemuda untuk mempertahankan dan melestararikan bahasa Indonesai. Pemuda lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan pendidikan. Menumbuhkan kesadaran di lingkungan masyarakat, serta perlunya gerakan berbahasa Indonesia dengan benar dalam segala aspek akan membiasakan penuturnya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. 2. Rumusan Masalah a. Apa yang mejadi penyebab Bahasa Indonesia mengalami kemerosotan di kalangan penuturnya terutama di Indonesia? b. Bagaimana peran pemuda untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa Indonesia? 3. Tujuan Penulisan a. Mendiskripsikan penyebab kemerosotan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan penuturnya. b. Memaparkan peran pemuda untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa Indonesia. BAB II PEMBAHASAN Bahasa Indonesia seolah kehilangan jati dirinya di negaranya sendiri. Semunya pengunaan bahasa Indonesia menjadikan bahasa itu sendiri, semakin semu pula pengunaannya. Melihat hal ini tentunya pemerintah tidak tinggal diam, sejak diadakannya kongres bahasa pertama hingga ke delapan tentunya membuahkan beberapa keputusan yang membahas tentang masa depan bahasa Indonesia. Di antaranya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan benar di kegiatan belajar mengajar dan ujian kemahiran berbahasa Indoensia saat di adakannya penerimaan calon pegawai negeri sipil. Akan tetapi faktanya hal tersebut tidak cukup membuat penutur bahasa Indonesia kembali menggunakan tuturan bahasa Indonesia dengan benar. Perlu di ketahui bahwa seorang anak antara porsi belajar dan porsi bersama orang tua jauh lebih sedikit jika di bandingkan dengan porsinya menonton televisi. Dan televisi inilah yang menjadi media paling ampuh dalam penyebarluasan bahasa Indonesai atau justru menjadi media yang melebahkan bahasa Indonesia itu sendiri. Saat ini banyak sinetron yang dengan bebasnya mengumbar bahasa-bahasa yang tidak mendidik dan salah kaprah. Munculnya fenomena sok-keinggrisan merebak dikalangan pemuda dan anak-anak, bukan hanya mereka saja, para petinggi negara yang menjadi public figure negeri ini pun tidak luput dari fenomena tersebut. Penggunaan bahasa asing tidak ada salahnya, bagaimana pun bahasa asing terutama bahasa Inggris adalah bahasa ilmu pengetahuan global, akan tetapi jika pemakaiannya tidak sesuai dengan konteks, pun akan menjadi masalah. Salah satu penyebab kemerosotan bahasa Indonesai di kalangan penuturnya adalah karena pengaruh dari media masa yang saat itu tidak jelas dengan arah pemakaian bahasanya. Kata-kata kotor, kasar, dan pekaian bahasa asing yang tidak diserap terlebih dahulu menjadi sajian sehari-hari tiap pasang mata di seluruh penjuru negeri. Tidak bisa di pungkiri pula bahwa bahasa Indoensia juga banyak menyerap kosa kata bahasa asing. Alur penyerapan bahasa sendiri tidak bisa di lakukan sesuka hati. Saat muncul istilah asing yang dalam ragam bahasa Indonesia tidak di ketemukan, maka akan mengambil bahasa dari bahasa daerah, jika bahasa daerah tidak di ketemukan baru menambil bahasa asing yang kemudia dimatikan atau istilahnya di bawa ke ejaan bahasa Indonesia, misal istilah management dari bahas inggris kemudian dimatikan menjadi manajemen tidak memakai g dan tidak memakai akhiran t. Menggunkan bahasa Indonesia mendengar hal ini pertama yang terlintas adalah cara bertutur yang formal dan terikat dalam kebakuan yang menjemukan. Dalam makalah ini di singgung menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Kata benar perlu di garis bawahi, benar di sini berbeda dengan forlmal atau baku. Gerakan berbahasa Indonesia yang benar di sini akan mengacu pada macam ragam bahasa Indonesai. Pada dasarnya bahasa Indonesia tidak hanya terdiri dari ragam formal (baku) saja, melainkan masih ada ragam konsultatif, ragam santai, dan ragam akrab. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban pemuda, karena pemuda adalah tonggak bangsa ini untuk kembali dengan jati diri bahasa Indonesia. Mereka yang menjadi public figure bangsa ini, gunkan bahasa Indonesia dengan benar, mulai dari diri sendiri. Begitu juga media masa, ada saat-saatnya menggunakan ragam-ragam tersebut, karena ragam tersebut ada untuk kenyamanan penutur bahasa Indonesia itu sendiri. Bahasa negara ini sepenuhnya menyadari bahwa media masa selain menjadi media informasi juga menjadi media hiburan. Maka dari itu ada ragam santai dan ragam akrab dalam bahasa Indonesia. Mengaca pada 3 negera yang memperkenalkan bahasanya dengan baik yaitu Malaysia, Korea, dan Jepang. Malaysia sebut saja kartun upin-ipin. Kartun tersebut selain mendidik sopan santun, juga sebagai ajang pengenalan bahasa melayu Malaysia dengan baik. Jepang dengan film dan kartunnya. Seperti yang di ketahui bahwa bahasa Jepang hampir seperti bahasa indoensia yang terdiri dari ragam baku atau formal dan santai, dari kartun mereka jelas di tergambar bagaimana bicara sesama teman, pembantu dengan majikan, dan orang yang lebih tua. Semuanya di kemas dengan baik dan tidak membosankan. Adalah Korea, negara ini sempat menjadi sangat populer bahkan sampai sekarang dengan k-popnya dan film-filmnya. Dari media inilah mereka mengenalkan Korea, dan menggunakan bahasa mereka sendiri dengan baik dan angun. Oleh sebab itu, dimulai dari di gerakan para pemuda untuk bersedia bertutur dalam bahasa Indonesai dengan benar, maka bukan menajadi hal tidak mungkin, bahasa Indoensia akan hidup dengan baik di negaranya sendiri, tanpa takut tergerus arus globalisasi.
BAB III PENUTUP SIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa, upaya mempertahankan dan melestarikan bahasa Indonesia di Indonesia sendiri memrlukan komitmen dari berbagai unsur di negara ini. Terutama adalah pemuda, pemuda selaku tonggak bangsa yang besar ini harus memulai sebuah gerakan atau membiasakan untuk selalu bertutur dengan benar, terutama menggunakan bahasa Indonesia. Pemuda adalah unsur yang paling penting dalam komponen negeri. Masa depan negeri ini ada di tanggan para pemudanya kelak, maka dari itu membiasakan diri bertututr dengan tuturan yang benar dan mencintai bahasa negara sendiri adalah keharusan. Pada dasarnya antara bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa Indonesia. Masing-masing memiliki perannya sendiri-sendiri. Bahasa daerah atau bahasa ibu yang di gukan sebagai tutran awal seorang anak di negeri ini, menjadi aset kekayaan bahasa dan menjadi pendukung atau pengantar bahasa Indonesia. Demikian pula dengan bahas asing, tidak bisa di pungkiri bangsa ini mengadopsi bahasa asing yang jumlahnya pun tidak sedikit, baik dari Arab, Belanda, dan Inggis. Bahasa asing dalam hal ini memiliki peran sebagai penambah kosa kata bahasa Indonesia bukan pengganti bahasa Indonesia. Munculnya fenomena sok-keinggisan dan munculnya ragam bahasa gaul yang tidak terbendung, menimbulkan masalah terhadap kedudukan bahasa Indoensia di negaranya sendiri. Terlebih lagi media masa seolah membiarkan hal tersebut terjadi begitu saja. Sebagian besar mereka menganggap bahasa Indonesia itu kuno jika di gunakan dalam acara misal sinetron atau drama jika tidak di bumbuhi dengan bahasa alay atau bahasa Inggris. Padahal bahasa Indonesia telah menyediakan berbagai ragam bahasa yang bisa digunakan dalam bergai hal.
DAFTAR PUSTAKA Maryani, Yeyen dan Sitanggang. 2011. Pemberdayaan Bahasa Indoensai Memperkukuh Budaya Bahasa dalam Era Globalisasi (Risalah Kongres Bahasa VIII). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. Warsiman. 2013. Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Nasional. http://mediawidya.blogspot.com/2013/01/kebijaksanaan-pemerintah-dalam-upaya.html. (Diunduh pada 2 September 2015, pukul 9.52).