Anda di halaman 1dari 8

Nama: Sunarti

NIM

: 13010112130089

Kelas : B
Tugas Teknik Penulisan Ilmiah
Pengaruh Bahasa Sinetro Indonesia Terhadap Tindak Tutur
Remaja
Beberapa tahun terakhir ini sinetro Indonesia seolah berada di angginanggin. Setiap tahunnya penggemar sinetron semakin banyak, dan
sebagian besar dari para penggemar maupun penontonnya merupakan
remaja, maka dari itu dari tahun ke tahun temanya pun cenderung sama
yaitu seputar percintaan remaja. Terlebih tahun 5 tahun terakhir, sinetron
di Indonesia begitu di dominasi oleh sinetron yang temanya seputar
percintaan remaja SMA dan

dengan seputar kehidupanya yang penuh

dengan hedonisme.
Dengan maraknya sinetron di Indonesia tentu saja juga membawa
pengaruh bagi para penontonnya, termasuk para remaja. Dampak yang
timbul dari sinetron sendiri bukan hanya seputar masalah karakter dan
fashion saja, akan tetapi juga memiliki pengaruh terhadap perubahan
tindak tutur penonton terutama remaja. Masa remaja, ditinjau dari segi
perkembangannya, merupakan masa kehidupan yang paling menarik dan
mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan,
pengelompokan (klik), kenakalan. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa
mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan
mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsono, 2013:150).
Remaja seringkali menciptakan bahasa rahasia dalam komunitas
mereka, namun salah satu sifat remaja yang lainnya adalah meniru yang
digemari atau yang disukai, termasuk bahasa sinetron. Dalam seminar
memperingati Hut RI ke-60 Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr Bambang
Sudibyo, M.BA. mengungkapkan keprihatinannya terhadap perkembangan
bahasa Indonesia yang digunakan dalam film Sinetron, televisi, dan iklan

di media luar ruang karena menggambarkan kegandrungan masyarakat


terhadap budaya pop yang cendering hedonis dan globalistis. Bahkan
Menteri meminta Pusat Bahasa mempersiapkan rancangan undangundang bahasa sebagai upaya melestarikan warisan budaya dan demi
ketertiban penggunaan bahasa di masyarakat. Tidak hanya menteri
pendidikan yang berpandangan dan mengkhawatirkan

hal tersebut,

banyak dari artikel dan juga skripsi yang membahasa bahaya bahasa
sinetron Indonesia saat ini.
Bahasa Sinetron Indonesia memiliki dua kecenderungan. Pertama
cenderung ke bahasa sastra yaitu bahasa dipoles dengan emotif dan
cenderung bersifat konotatif. Selain itu bahasa sastra seringkali disebut
sebagai bahasa yang puitis dan cenderung hiperbola, maka dari itu
kecenderungan ini memiliki ciri
digunakan dalam dunia sastra.

menyerupai bahasa-bahasa yang

Jadi tidaklah heran jika semakin tahun

kosa kata alay dan ragam bahasa gaul semakin bertambah.

Bahasa sastra menurut kaum Formalis Rusia, adalah bahasa


yang mempunyai ciri deotomatisasi, penyimpangan dari cara
penuturan yang telah bersifat otomatis, rutin, biasa, dan wajar.
Penuturan dalam sastra selalu diusahakan dengan cara lain, cara
baru, cara yang belum (pernah) dipergunakan orang. Sastra
mengutamakan keaslian pengucapan, dan untuk memperoleh cara
itu menungkinkan sampai pada penggunaan berbagai bentuk
penyimpangan, deviasi (deviation) kebahasaan (Teeuw,dalam
Nurgiyantoro, 2010: 274) .

Bahasa sastra dalam sinetron pun selalu muncul dengan cara lain,
cara baru, dan cenderung baru atau belum ada sebelumnya. Misalnya
ungkapan Kontroversi Hati, ungkapan yang salah kaprah tersebut juga
masuk dalam dunia sinetron pula dan menjadi tuturan yang biasa di
kalangan remaja. Selain ungkapan tersebut, sinetron sekarang yang
cenderung menyajikan kisah percintaan remaja sering kali menyajikan
kata-kata puitis, atau hanya sekedar ungkapan gombal saja.

Kedua

kecenderungan

bahasa

sinetron

adalah

menuju

ke

ketidaksopanan dan kasar. Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh


Aswin Rakhmansyah. Dalam penelitiannya yang berjudul Pemunculan Kata
Kasar dalam Sinetron Indonesia (Analisis isi sineteron Si Entong TPI
menunjukan hasil yang cukup mencengangkan. Dari katagori ruang
lingkup penelitian meliputi : Umpatan, Makian, Cemoohan, Hardikan, dan
Ejekan diperoleh data sebagai berikut:

Dari hasil analisa terhadap kata kasar yang terdapay pada


sinetron Si Entong sesuai dengan kategori yang telah ditentukan,
maka kategori kata kasar dengan cara makian dengan jumlah 44
kali kemunculan (67,7 %), sedangkan kata kasar dengan cara
cemooh menmpati urutan kedua dengan frekwensi 11 kali
kemunculan (16,92%) urutan ketuga adalah kata kasar dengan
umpatan dengan frekwensi 5 kali kemunculan (7,7%), keempat
ditempati oleh kata kasar dengan cara ejekan sebanyak 3 kali
(4,61%) dan yang terakhir adalah kata kasar dengan cara hardikan
dengan frekwensi kemunculan sebanyak 2 kali (3,07%). Dari
keseluruhan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa frekwensi dan prosentase didominasi
oleh kategori kata kasar dengan cara makian (Rakhmansyah, 2008:
1).

Ketidaksantunan dan kekerasan bahasa sinetron ini juga pernah


singgung

dalam

seminar

nasional

Ketidaksantunan

Berbahasa

dan

Dampaknya dalam Pembentukan Karakter dengan sub pembahasan


Ketidaksantunan Berbahasa: Penggunaan Bahasa Kekerasan di Sinetron
Bertemakan Remaja. Dari prosiding yang ditulis oleh Agus Wijayanto di
peroleh kesimpulan bahwa bahasa kekerasan banyak digunakan oleh tokoh-tokoh
dalam sinetron remaja. Mereka sering menggunakan makian untuk menyerang mitra tutur.
Bahasa kekerasan juga berupa ujaran untuk menghina mitra tutur. Mereka juga menggunakan
bahasa tidak santun dengan cara menghubungkan mitra tutur dengan hal-hal negatif atau
penyebab terjadinya hal-hal yang negatif. Ketidaksantunan pada umumnya terjadi jika strata
sosial penutur berbeda. Hal ini bisa dilihat pada dialog antara majikan dan pembantu maupun
bos dan anak buah. Ketidaksantunan juga dilakukan oleh penutur dengan status sosial sejajar.

Karena penutur memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan ketidaksantunan, mereka
cenderung saling menyerang muka masing-masing dengan ketidaksantunan.
Dari ketidaksantunan dan kekerasan dalam tutur inilah yang sering
kali ditiru oleh remaja, mereka seringkali menggunakan bahasa-bahasa
tersebut kepada teman sebaya, orang tua, maupun guru mereka. Jadi
tidak heran jika tindak tutur remaja menjadi kurang sopan bahkan
cenderung kasar, karena setiap harinya mereka disajikan dengan sinetronsinetron yang memiliki kekurangan dalam tindak tuturnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Sholihah. 2008.Tinda Direktif Bahasa Indonesia dalam Percakapan
para Tokoh

Sinetron Komedi Office Boy di RCTI . Skripsi Program

Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastar Indonesia Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan

Ilmu

Pendidikan

Universitas Jember. Jember.


Laksono, Kisyani. 2014. Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya
dalam Pembentukan

Karakter, Kesantunan Berbahasa di Lingkunagn

Pendidikan dan Dampakanya

dalam

Surakarta: Prosiding Seminar Nasional.

Pembentukan

Karakter.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah


Mada University

Press.

Rakhmansyah,Aswin.2008. Pemunculan Kata Kasar dalam Sinetron


Indonesia

(Analisis Isi Sinetron Si Entong di TPI).

http://scholar.google.com/scholar?
hl=id&q=bahasa+sinetron&btnG=

(Diunduh, 23 Mei 2014).

Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Wicaksono, Hendro.2012. Semianar Penggunaan Bahasa dalam Film,
Sinetron, Televisi, dan

Media

Luar Ruang. Jakarta. Seminar Badan

Bahasa Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Wijayanto, Agus. 2014. Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya


dalam Pembentukan

Karakter,

Ketidaksantunan

Penggunaan Bahasa Kekerasan di Sinetron

Berbahasa:

Bertema

Kehidupan

Remaja. Surakarta: Prosiding Seminar Nasional.


Wurianto, Eko. 2009. Sinetron Mengancam Bahasa Indonesia.
http://skuul.wordpress.com/2009/11/19/sinetronmengancam-bahasa-indonesia/

(Diunduh, 23 Mei 2014).

Yogisworo, Brahmantyo.2010. Resume Penerimaan Pemirsa Mengenai


Tayangan Sinetron

Religi Rahasia Illahi dan Para Pencari Tuhan.

Tesis. Jurusan Ilmu Komunikasi


Politik Universitas Diponegoro. Semarang.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Contoh Daftar Pustaka


1. Buku yang ditulis dengan seorang pengarang.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada
University Press.
2. Buku dengan dua atau tiga pengarang.
Lakoff, Geoffrey N. dan Michhael H. Short. 1981. Style in Fiction, A
Linguistic

Introduction to English Fictional Prose. London:

Longman.
3. Buku dengan banyak pengarang.

Jenus, Umar, dkk. 1978. Sejarah Perkembangan ke Arah Bahasa


Indonesia. Jakarta.
Barata.
4. Edisi berikutnya mengalami perubahan.
Genette, Gerald. 1980. Narrative Discourse Rev.ed. Oxford: Cornell
University Press.
5. Buku terdiri dari dua jilid atau lebih.
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. 1 Vols. New York:
Holt, Rinehart
and Winston.
6. Edisi dari karya seorang pengarang atau lebih.
Halim, Amran (ed). 1984. Politik Bahasa Nasional i.

Jakarta: Balai

Pustaka.
7. Kumpulan bunga rampai atau antologi.
Rosidi.ed. 2001. Wajah Bias Wanita, Wanita dan Iklan. 3 Jld. Jakarta:
Balai Pustaka.
8. Buku terjemahan
9. Luxemburg, Jan Van,

Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1989.

Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa (Terjemahan Akhadiati Ikram).


atau
Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1989.
Tentang Sastra, trj. Akhadiati Ikram, Jakarta: Intermasa.
10.
Artikel dalam himpunan.
Ray, Aurum. 2010. Menilik Meja Kuliah, Organisasi dan Prestasi.
eds. Santi L.
Dita. Yogyakarta: Yayasan Obor.
11.
Artikel dalam ensiklopedi
Thoumsen, J.J. 2001. Atom Movement, Encyclopaedia

of

chemistry, hlm. 21-39.


12.
Artikel Majalah
Susanti. Semua Wanita Memiliki Kemungkinan Terserang Kanker
Payudara, Majalah Femina, April 2011, hlm. 5.6.
13.
Artikel atau bahan harian
Arif. 2014. KPK Geledah Paksa Seluruh Anggota Komisi VII,
Kompas, 12 Mei 2014, hlm. 1.
14.
Tesis atau disertasi yang belum terbit.
Yogisworo, Brahmantyo.2010. Resume
Mengenai Tayangan

Penerimaan

Pemirsa

Sinetron Religi Rahasia Illahi dan Para

Pencari Tuhan. Tesis. Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

Semarang.

Anda mungkin juga menyukai