Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DIALEK SOSIAL PADA ACARA TV BOCAH NGAPAK YA

TRANS7
Devi Nursa’adah (190110201006)
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No.37, Tegal Boto Sumbersari, Jember
Telepon 0331 337188, Faks 0331 332738
devinurs2828@gmail.com
2022

Abstract
Language is the only communication tool owned by humans and is never separated from all
human behavior and movements throughout human existence, as social and social beings. In
language there are communication activities carried out between two or more people. The
communication carried out has various variations. These language variations are usually
studied in the field of dialectology studies. Dialectology is a branch of science that
specifically studies language variations in certain groups of people. As was done in the TV
program Boy Ngapak Ya Trans7. Communication is carried out using the Ngapak language,
Central Java. This study aims to analyze the social dialect on the TV show Bocah Ngapak Ya
Trans7. By using qualitative methods.
Key words : language, dialectology, social

Abstrak
Bahasa merupakan satu-satunya alat komunikasi yang dimiliki oleh manusia dan tidak pernah
lepas dari segala tingkah laku dan gerak gerik manusia sepanjang keberadaan manusia itu,
sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat. Dalam berbahasa terdapat kegiatan komunikasi
yang dilakukan antara dua orang atau lebih. Komunikasi yang dilakukan memiliki berbagai
variasi. Variasi bahasa tersebut biasanya dipelajari dalam bidang kajian dialektologi.
Dialektologi merupakan cabang ilmu yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam
kelompok masyarakat tertentu. Seperti yang dilakukan dalam program TV Bocah Ngapak Ya
Trans7. Komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa ngapak, Jawa Tengah. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dialek sosial pada acara TV Bocah Ngapak Ya Trans7.
Dengan menggunakan metode kualitatif.
Kata kunci : bahasa, dialektologi, sosial
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa tidak hanya sekedar alat komunikasi manusia namun bahasa juga merupakan
satu instrumen untuk melakukan tindakan-tindakan, tindakan yang dapat mempengaruhi
lawan tutur bicara dan pendengar, bahasa memiliki kuasa dan kekuatan. Anderson (dalam
Tarigan, 2015:2-3) mendefinisikan bahwa terdapat delapan prinsip dasar dalam bahasa yaitu:
bahasa merupakan suatu sistem, bahasa merupakan vokal (bunyi ujaran), bahasa tersusun dari
lambang-lambang mana suka (arbitary symbols), setiap bahasa bersifat unik dan bersifat
khas, bahasa terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan, bahasa merupakan alat komunikasi, bahasa
berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada, dan bahasa dapat berubah-ubah
(Anderson, 1972:35-6). Dalam kehidupan bersosial kita tidak pernah lepas dengan bahasa,
karena bahasa memiliki peran sebagai penghubung antar manusia. Hal tersebut dapat
dijumpai dalam acara TV Bocah Ngapak Ya Trans7. Dalam program TV tersebut dapat
dilihat aktivitas dialek sosial.
Dialektologi merupakan cabang ilmu dari linguistik (bahasa) yang terkhusus
mempelajari variasi bahasa dalam satu golongan atau kelompok masyarakat tertentu,
contohnya pada tayangan TV acara Bocah Ngapak Ya Trans7 yang menggunakan bahasa
ngapak Banyumas, eks-keresidenan Jawa Tengah. Dialektologi memiliki dua cabang ilmu
yaitu geografi dialek dan sosiolinguistik. Geografi dialek yang khusus mengenai ilmu-ilmu
variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa. Sedangkan
sosiolinguistik khusus mempelajari variasi bahasa menurut pola-pola masyarakatnya.
Menurut Kridalaksana (2001: 42) dialek merupakan variasi bahasa yang memiliki perbedaan
tergantung pemakainya, variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat
tertentu (dialek regional), atau golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan (dialek
sosial), atau oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu (dialek temporal).
Bocah Ngapa(k) Ya merupakan program televisi swasta Indonesia yang bergenre
komedi, situasi acara yang ditayangkan realitas oleh stasiun televisi Trans7 sejak 16 Februari
2019. Program acara ini merupakan pengembangan dari film pendek YouTube Polapike yang
menjadi perbincangan masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya pada akhir tahun 2018. Acara
ini dibintangi oleh tiga anak-anak asli Desa Sadangwetan, Sadang, Kebumen, yakni Ahmad
Azkal Fuadi, Fadli Dwi Ramadan, dan Ilham Dwi Ramadan. Program komedi anak-anak
tersebut khusus dibuat untuk menghibur penonton, dengan suguhan sederhana, sesuai dengan
suasana desa Jawa Tengah. Meskipun dialek ngapak tidak digunakan pada keseluruhan dialog
acara tersebut, namun acara tersebut tidak kehilangan daya tarik penontonnya. Hal
tersebutlah yang menjadi daya pikat penulis untuk meneliti dialek sosial pada acara TV bocah
ngapak ya Trans7.
Pada penelitian-penelitan sebelumnya atau penelitian terdahulu, sudah banyak
ditemukan penelitian dengan topik dialek sosial. Namun, dalam penelitian-penelitian tersebut
masih jarang ditemukan penelitian mengenai dialek sosial pada acara TV Bocah Ngapak Ya
Trans7, sehingga penelitian dengan judul Analisis Dialek Sosial Pada Acara TV Bocah
Ngapak Ya Trans7 menarik untuk dilakukan. Untuk itu, peneliti mengambil topik ini untuk
diteliti.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan
masalah pada penulisan ini yaitu, bagaimana dialek sosial pada acara TV Bocah Ngapak Ya
Trans7.

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan penelitian penulisan
ini untuk menganalisis dialek sosial pada acara TV Bocah Ngapak Ya Trans7.

4. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat disimpulkan manfaat dari penulisan ini
antara lain :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam dunia penulisan
khususnya kajian Dialektologi dalam menganalisis dialek sosial pada acara TV Bocah
Ngapak Ya Trans7.
2. Sebagai bahan referensi bacaan.

METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam penyusunan artikel jurnal ini adalah metode deskripsi
kualitatif. Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2015: hlm.14) metode penelitian merupakan
cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan
maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan
dan mengendalikan keadaan. Penelitian kualitatif menurut Koentjaraningrat (1993: 89)
mengartikan bahwa penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang memiliki tiga
bentuk. Ketiga bentuk tersebut meliputi penelitian deskriptif, verifikasi dan format Grounded
research. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Moeleong, 2017)
dalam (Supriyono, 2018). Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data
yang dikumpulkan berupa kalimat-kalimat dan bukan angka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dialek sosial pada acara TV Bocah Ngapak Ya trans7. Kesimpulan inilah yang
menjadi hasil dan pembahasan pada artikel jurnal ini. Pada artikel ini data dan referensi
berupa teori-teori dari berbagai sumber terkait dialektologi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam linguistik, sosiolek atau dialek sosial merupakan varietas bahasa yang terikat dengan
suatu kelompok sosial tertentu. Sosiolek antara lain terjadi pada berbagai kelompok
masyarakat menurut kelas sosial, usia, serta pekerjaan. Pada acara TV Bocah Ngapak Ya
Trans7 terdapat kegiatan dialek sosial, data berapa di kanal youtube official Trans7 yang di
unggah pada tangga 4 Juli 2020.
No Nama pemain Dialog
1 Ilham “Soal le kata mak inyong gebuk kasur iku melatih otot
tangan.”
2 Azkal “Wih…sepatune mbk aunty pasti larang koe, wuh duwur re”
3 Lik Husno “Wah nek seketewu gajiku kui lu”
4 Lik Husno “Kesuwun banget aunty Gomez, nah terus tambah piye
kiye?”
5 Ilham “Aha..kita ada cara mbk, enteni kene kae yak. Nah, lek kaya
iki kan sepatune mbk aunty ora bakal kotor.”
6 Azkal “Pak ustadz, Lik Ganjang mengendi?”
7 Pak Ustadz “Lik ganjar agi mang kota, mulane warunge dititipno nang
inyong.”

Bahasa ngapak memiliki perbedaan dari bahasa jawa yang ada di pulau jawa, tidak seperti
bahasa jawa di daerah Jawa Timur seperti Banyuwangi, Jember, Surabaya, Pasuruan, Blitar,
dan juga tidak seperti bahasa Jawa Tengah lainnya, seperti Solo, Yogyakarta, Demak. Seperti
tabel diatas merupakan contoh dari bahasa ngapak Banyumas, Jawa Tengah.
Data 1
“Soal le kata mak inyong gebuk kasur iku melatih otot tangan.”
Data diatas diucapkan oleh tokoh Ilham, seorang bocah SD yang tengah diberi pertanyaan
oleh gurunya, lalu kemudian ia menjawab demikian. Dialog yang dilontarkan oleh Ilham
memiliki makna yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “soalnya kata
ibu saya, memukul kasur itu melatih otot tangan.” Kata “inyong” memiliki makna
“aku”, jika di daerah lain kata “aku” biasanya berbunyi aku, kulo, kulonipun, dan lain
sebagainya. Lalu kata “gebuk” yang memiliki makna “pukul”. Namun di daerah jawa
lainnya menggunakan kata “gepuk”.

Data 2
“Wih…sepatune mbk aunty pasti larang koe, wuh duwur re”
Data kedua diucapkan oleh tokoh Azkal, Azkal merupakan teman main Ilham. Saat
mengucapkan dialog tersebut Azkal sedang bertanya kepada Aunty Gomez mengenai sepatu
baru yang mencolok. Dialog tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
“Wah..sepatunya mbk aunty pasti mahal itu, wah tingginya”. Kata “sepatune” memiliki
makna “sepatunya”, sedangkan kata “larang” memiliki makna “mahal”, kata “koe”
memiliki makna “itu”, kata “duwur” memiliki makna “tinggi”. Dari data dua kita sudah
dapat melihat bahwa bahasa ngapak memiliki keunikan dialek dari bahasa Jawa di daerah
Jawa lainnya.

Data 3
“Wah nek seketewu gajiku kui lu”
Data ketiga diucapkan oleh Lik Husno. Lik Husno merupakan tokoh yang berperan sebagai
bodyguard dari aunty Gomez. Ia sedang menyambar dari pernyataan Ilham sebelumnya yang
berbunyi “mesti regane seketewu”, lalu Lik Husno mengatakan bahwa kalua seketewu
adalah gajinya. Dalam dialog “Wah nek seketewu gajiku kui lu” memiliki arti yang mana
jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia yaitu “wah kalua lima puluh ribu gajiku itu
loh”. Inilah letak keunikan dari bahasa ngapak, imbuhan di akhir dialog, kata “kui luh”
memiliki makna yaitu “itu loh”, yang menjadi ciri khas dari bahasa ngapak.

Data 4
“Kesuwun banget aunty Gomez, nah terus tambah piye kiye?”
Data keempat diucapkan oleh Lik Husno. Lik Husno merupakan salah satu karakter tokoh di
program bocah ngapak ya. Ia berperan sebagai bodyguard aunty Gomez. Jika dialog diatas
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “Terima kasih banyak aunty Gomez,
nah terus tambah berapa ini?”. Kata “piye kiye” merupakan ciri khas imbuhan bahasa
ngapak, jika dalam bahasa jawa timuran imbuhannya “nah terus tambah piro iki?”, maka
lain halnya dengan bahasa ngapak. Sedangkan dalam bahasa jawa tengahan menjadi “nah
terus ditambah pinten niki?”.
Data 5
“Aha..kita ada cara mbk, enteni kene kae yak. Nah, lek kaya iki kan sepatune mbk
aunty ora bakal kotor.”
Data kelima diucapkan oleh Ilham. Situasi pada saat itu adalah Ilham sedang mencari ide
untuk permasalahan yang dihadapi mbk aunty Gomez. Dialog yang dilontarkan Ilham jika
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “Aha…kita ada cara mbk, tunggu disini
dulu ya. Nah, kalua seperti ini kan sepatunya mbk aunty tidak akan kotor.” Dialog di
atas tidak sepenuhnya diucapkan kedalam bahasa jawa ngapak, terdapat bahasa Indonesia di
dalamnya. Namun seperti biasanya terdapat imbuhan yang menjadi ciri khas dari bahasa
ngapak, seperti “kae yak”.

Data 6
“Pak Ustadz, Lik Ganjang mengendi?”
Data keenam diucapkan oleh Azkal. Situasi pada saat pengucapan dialog Azkal sedang
bertanya pada Pak Ustadz, mengapa tokoh Lik Ganjar di jaga oleh Pak Ustadz. Dialog diatas
jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “Pak Ustadz, Pak De Ganjar
dimana?”. Kata “mengendi” memiliki makna dimana. Jika di bandingkan dengan bahasa
jawa timuran menjadi “nang ndi?/dok endi?”. Namun jika di bandingkan dengan bahasa
jawa tengahan menjadi “teng pundi?”.

Data 7
“Lik Ganjar agi mang kota, mulane warunge dititipno nang inyong.”
Data ketujuh diucapkan oleh Pak Ustadz. Pak ustadz merupakan salah satu tokoh yang ada
pada program acara Bocah Ngapak Ya Trans7. Dalam dialog yang ia lontarkan, adegan
terjadi saat di sebuah warung klontong, ia sedang dimintai tolong oleh Lik Ganjar untuk
menjaga warungnya. Pada adegan sebelumnya Azkal bertanya kepada pak ustadz yang mana
nantinya pak ustadz menjawab sesuai dengan data 7 diatas. Jika diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menjadi “Pak Ganjar sedang ada di kota, jadi warungnya dititipkan
kepada saya”. Kata “Lik” pada bahasa ngapak memiliki makna pak de atau om. Kata “agi
mang” memiliki makna sedang ada di. Kata “mulane” memiliki makna jadi. Dan kata
“inyong” memiliki makna saya atau aku. Bahasa ngapak memang unik, jika bukan orang asli
ngapak mungkin akan kebingungan mengenai makna dialog diatas, meskipun satu daratan
pulau Jawa, namun tidak semua orang Jawa memahami bahasa ngapak, karena bahasa ngapak
memiliki perbedaan dari bahasa Jawa lainnya.

KESIMPULAN
Bahasa memiliki daya pikat yang tinggi dan memiliki kekuatan atau kuasa. Hal tersebut
dapat digunakan dalam berbagai hal dari berbagai bidang, seperti ekonomi, industri hiburan,
politik, edukasi, budaya, sosial, dan yang lainnya. Bahasa bersifat unik dan memiliki
perbedaan disetiap tempat. Berdasrkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam bahasa ngapak terdapat perbedaan dari bahasa Jawa lainnya. Hal tersebut di pengaruhi
oleh keadaan sosial dari daerah tersebut. Dari ketujuh data diatas dapat dilihat bahwa dialek
sosial dari bahasa ngapak sangatlah memiliki perbedaan. Tidak seperti bahasa jawa pada
umunya yang memiliki tingkatan terhadap lawan tutur. Jika bahasa Jawa pada umumnya
memiliki tingkatan krama, madya, ngoko. Sedangkan dalam program acara bocah ngapak ya
tidak terlihat demikian. Saat Azkal bertanya kepada Pak Ustadz tidak ditemukannya tingkatan
pada bahasanya. Sama seperti saat Azkal bertanya pada Ilham teman sebayanya.

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Principles of Linguistic Change. Malden: Blackwell.

Anderson, R. C. 1972. Language Skills in Elementary Education.

NewYork:Macmillan Publishing Co, Inc.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (Ed.), Sejarah

Nasional Indonesia ll, Jakarta, Balai Pustaka, 1984

Sudaryanto. 2015.. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University.

AR, Syamsudin dan Damaianti. (2011). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung:
remaja rosdakarya.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

Moleong, L.J.(2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


https://id.wikipedia.org/wiki/Dialektologi

Anda mungkin juga menyukai