Anda di halaman 1dari 17

1

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. AP
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kampung Ambon, Jakarta

II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien
pada tanggal 18 September 2014, pukul 10.30 di Poliklinik Psikiatri RSUP
Persahabatan.

A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan dengan diantar oleh
ibunya untuk kontrol rutin setiap bulan dan dikarenakan obat habis.
Pasien saat ini mengeluh merasa ketakutan saat belajar mengendarai motor.
Pasien merasa mengebut, namun sebenarnya tidak mengebut. Selain itu, pasien
juga melihat bayangan-bayangan. Bayangan berupa sosok seseorang, laki-laki,
berbadan besar, namun hanya diam saat pasien melihatnya. Sosok tersebut tidak
bersuara sama sekali. Biasanya pasien hanya membiarkannya dan tertidur. Saat
pasien bertanya kepada orang lain apakah melihat sosok bayangan juga, tidak
ada yang mengaku melihat sosok tersebut selain pasien. Pasien juga mendengar
suara bisikan-bisikan. Pasien mendengarnya pertama kali sejak 2 tahun yang
lalu. Suara bisikan tersebut merupakan suara laki-laki. Pasien mendengarnya
saat malam hari. Bisikan tersebut mengatakan akan menculik pasien saat pasien
sedang sendiri di dalam rumah atau saat pasien keluar rumah, dan pasien akan
dibawa ke China. Selain itu, saat sedang tertidur pasien juga pernah mendengar
2

bisikan suara tetangga meminta tolong karena akan diracuni. Setelah itu, pasien
merasa bahwa pasien menolong tetangganya. Namun, ibu pasien menyangkal
bahwa ada suara tetangga meminta tolong. Biasanya pasien hanya
membiarkannya, membaca doa-doa, dan tertidur. Saat pasien bertanya kepada
orang lain apakah mendengar suara bisikan juga, tidak ada yang mengaku
mendengar suara tersebut selain pasien. Pasien menyangkal pernah merasa
mencium bau-bau aneh yang tidak nyata, mengecap rasa-rasa aneh yang tidak
nyata di lidahnya, ataupun merasakan sensasi rabaan atau sentuhan atau sesuatu
menjalar di kulitnya. Saat menonton televisi, pasien tidak pernah merasa
tersindir atau terledeki oleh penyiar televisi.
Pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga, karena pasien takut penyakitnya
akan kambuh kembali dan tidak ada yang bisa menolong pasien. Pasien juga
merasa takut ketika dipandangi orang lain. Pasien pernah suatu hari pergi
sendiri ke pasar, lalu rasa takut akan penyakitnya kambuh muncul secara tiba-
tiba, dan pasien hanya bisa duduk sendiri di parkiran. Pasien juga mengaku
pernah tiba-tiba air matanya menetes sendiri. Suatu hari, pasien pernah melihat
banyak laki-laki yang berkumpul di depan rumahnya. Pasien beranggapan para
laki-laki tersebut ingin merebut rumahnya dan menelanjangi ibunya. Pasien lalu
berteriak minta tolong. Hal tersebut disangkal oleh ibu pasien. Saat malam hari,
pasien sering merasa takut keluar karena takut diculik oleh tetangga. Pasien
mengaku sering tidak bisa tidur malam jika sudah tidur saat siang, jika sudah
tidak bisa tidur seperti itu, rasa takut pasien akan muncul kembali. Suatu malam
saat sedang tertidur, pasien pernah terbangun dan ruangan dalam keadaan gelap
karena lampu dimatikan. Pasien lalu membangunkan ibunya karena minta
ditemani ke dapur.
Ketika pemeriksa pertama kali bertanya apakah pasien pernah merasa
pikirannya dikendalilkan, disedot, disisipi, ataupun tersiar, pasien
menyangkalnya. Namun ketika ditanya untuk kedua kalinya, jawaban pasien
kali ini berbeda dengan jawaban sebelumnya. Pasien pernah merasa pikirannya
dikendalikan dan diperintah untuk melakukan sesuatu, namun pasien tidak tahu
siapa yang mengendalikan pikirannya tersebut. Pasien juga merasa pikirannya
tersiar ke luar kepala dan orang-orang menjadi tahu apa yang akan dilakukan
pasien sebelum pasien melakukannya. Pasien pernah merasa pikirannya disedot,
3

sehingga pikiran pasien tiba-tiba menjadi kosong dan pasien menjadi bingung.
Saat bercermin, pasien merasa sosok di cermin memang dirinya yang
sebenarnya. Pasien menyangkal perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya
ataupun perasaan bahwa lingkungannya berubah.
Menurut ibu pasien, dahulu pasien dilahirkan secara normal, namun ada
penyulit berupa tangan pasien yang keluar terlebih dahulu. Saat usia 3 bulan,
pasien pernah mengalami benturan kepala. Saat itu, pasien ditinggal tidur
sendiri di tempat tidur sedangkan ibunya sedang memasak di dapur, pasien lalu
jatuh merosot ke bawah tempat tidur. Saat dihampiri oleh ibunya, pasien masih
dalam keadaan tertidur. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sejak masa
bayi, kanak-kanak, hingga menjadi dewasa normal seperti biasa. Pasien
terdiagnosis epilepsi sejak usia 4 tahun.
Pasien merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara. Kakak pertamanya laki-laki,
kakak kedua perempuan, kakak ketiga laki-laki-laki, dan adik terakhirnya laki-
laki. Kakak ketiga dan adik pasien sudah meninggal. Kakak kedua pasien
menderita penyakit ginjal, dan hubungannya tidak harmonis dengan pasien.
Kakak keduanya tersebut sering memarahi pasien. Sedangkan, hubungan pasien
dengan kakak pertamanya cukup baik. Ayah pasien sudah meninggal.
Saat pasien menempuh jenjang pendidikan SD dan SMP, pasien sebenarnya
sempat beberapa kali tidak naik kelas. Namun, karena pasien memiliki
hubungan saudara dengan salah satu staf sekolah, nilai sekolah pasien dapat
dikatrol hingga pasien akhirnya bisa menamatkan SD dan SMP. Setelah itu,
pasien melanjutkan bersekolah di SMALB hingga lulus. Pasien tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Selama bersekolah
dahulu, pasien adalah orang yang pandai bersosialisasi sehingga memiliki
banyak teman.
Pasien saat ini tinggal di rumah milik sendiri di Kampung Ambon, Jakarta
Timur. Pasien tinggal bersama ibunya. Hubungan pasien dengan ibu pasien
sangat dekat. Ibu pasien selalu memberikan dukungan dalam mengatasi
penyakit pasien, yaitu seperti mengawasi pasien minum obat dan menemani
pasien kontrol rutin tiap bulan.
4

Pasien hingga saat ini belum pernah bekerja. Pasien pernah meminta tolong
salah satu sanak saudaranya agar dapat dipekerjakan sebagai polisi. Namun, hal
tersebut tidak terwujud karena pasien memiliki penyakit epilepsi. Saat siang
hari, pasien biasanya hanya di rumah saja dengan ibunya. Aktivitas pasien
sehari-hari membantu ibunya masak, menyapu, dan mencuci baju, serta
membuat kerajinan tangan. Kebutuhan ekonomi pasien sehari-hari tercukupi
dari penghasilan ibu pasien.
Pasien mengaku beragama Islam, dan rutin dalam melaksanakan ibadah sholat 5
waktu.
Pada saat diberikan pertanyaan mengenai pengetahuan umum, yaitu siapa
presiden Indonesia terpilih?, pasien menjawab Jokowi. Pada saat diberikan
pertanyaan mengenai kecerdasan berhitung, yaitu berapa 100 7?, pasien
menjawab 93, lalu diberikan kembali pertanyaan berapa 93 5?, pasien
menjawab 82. Pada saat diberikan pertanyaan mengenai orientasi waktu
yaitu saat ini pagi, siang, atau malam hari?, pasien menjawab siang hari.
Pada saat diberikan pertanyaan mengenai orientasi tempat yaitu saat ini sedang
berada dimana?, pasien menjawab di RSUP Persahabatan. Pada saat
diberikan pertanyaan mengenai orientasi orang yaitu saya siapa?, pasien
menjawab dokter. Pada saat diberikan pertanyaan mengenai orientasi situasi
yaitu apa yang sedang kita lakukan?, pasien menjawab kita sedang
melakukan tanya jawab. Pada saat diberikan pertanyaan untuk menilai daya
ingat jangka panjang, yaitu dimana anda bersekolah SD dahulu?, pasien
menjawab saya bersekolah SD di Cisanggiri. Pada saat diberikan pertanyaan
untuk menilai daya ingat jangka pendek, yaitu tadi berangkat ke sini
menggunakan apa?, pasien menjawab naik bajaj. Pada saat diberikan
pertanyaan untuk menilai daya ingat segera, yaitu coba ulang kembali 5 nama
kota berikut, Jakarta, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya, pasien
tidak dapat menyebutkan kembali 5 nama kota yang disebutkan oleh pemeriksa,
Pasien tidak dapat menyebutkannya dengan lengkap, walaupun pemeriksa telah
memberikan 3 kali kesempatan. Pada saat diberikan pertanyaan untuk menilai
pikiran abstrak, yaitu apa makna peribahasa tong kosong nyaring bunyinya
dan air susu dibalas air tuba?, pasien menjawab tidak tahu. Pada saat
diberikan pertanyaan untuk menilai uji daya nilai, yaitu jika saat di pinggir
5

jalan anda melihat seorang anak kecil ingin menyeberang, apa yang akan anda
lakukan?, pasien menjawab akan membantu menyeberang.
Pasien memiliki hobi memasak. Keinginan pasien saat ini adalah ingin bekerja
tetapi tidak bisa karena pasien menyadari dirinya sakit, ingin memiliki mobil
mewah, dan ingin belajar masak.
Pasien belum menikah, namun hingga saat ini belum memiliki keinginan untuk
memiliki hubungan dengan lawan jenis.
Pasien memiliki pemahaman bahwa dirinya sakit epilepsi, namun pasien tidak
mengetahui bahwa pasien memiliki penyakit kejiwaan. Pasien ada keinginan
untuk sembuh dari penyakitnya dan berjanji akan rutin meminum obat.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat gangguan psikiatri
Tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya.

2. Riwayat gangguan medis
Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak usia 4 tahun dan mengonsumsi obat
dengan rutin.

3. Riwayat gangguan zat psikoaktif/alkohol
Pasien tidak pernah merokok ataupun mengonsumsi zat psikoaktif atau
alkohol dalam 1 tahun terakhir. Pasien pernah merokok saat usia masih
anak-anak/remaja, namun pasien lupa saat usia berapa.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat prenatal
Menurut ibu pasien, pasien dilahirkan dalam proses persalinan secara
normal dengan posisi tangan keluar terlebih dahulu.

2. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien pernah mengalami benturan kepala saat usia 3 bulan. Saat itu, pasien
ditinggal tidur sendiri di tempat tidur oleh ibunya, lalu jatuh merosot ke
bawah tempat tidur. Saat dihampiri oleh ibunya, pasien masih dalam
6

keadaan tertidur. Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia sebagaimana
anak seusianya, sehingga tidak terdapat ganggguan pertumbuhan maupun
perkembangan pada pasien.

3. Riwayat pendidikan
Saat pasien menempuh jenjang pendidikan SD dan SMP, pasien sebenarnya
sempat beberapa kali tidak naik kelas, namun nilai selalu dikatrol hingga
pasien akhirnya bisa menamatkan SD dan SMP. Setelah itu, pasien
melanjutkan bersekolah di SMALB. Pasien pandai bersosialisasi sehingga
memiliki banyak teman saat bersekolah.

4. Riwayat pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja. Pasien ada keinginan untuk bekerja menjadi
polisi, namun pasien sadar bahwa dirinya sakit sehingga tidak bisa
mewujudkan keinginannya tersebut.

5. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah, dan belum memiliki keinginan untuk menikah saat
ini.

6. Riwayat agama
Pasien beragama Islam dan rutin dalam melaksanakan ibadah sholat 5
waktu.

7. Aktivitas sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitar karena pasien takut
diculik oleh tetangga. Selain itu, pasien juga sangat jarang keluar rumah
karena takut saat penyakitnya kambuh, tidak ada yang menolong pasien.

E. HUBUNGAN DENGAN KELUARGA
Hubungan pasien dengan ibunya sangat harmonis. Pasien hanya tinggal berdua
dengan ibunya. Hubungan pasien dengan kakak pertamanya cukup baik, namun
dengan kakak keduanya kurang baik.

7

F. RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan psikiatri yang sama
dengan pasien.

G. RIWAYAT SITUASI SOSIAL SEKARANG
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 42 tahun, dan merupakan anak ke-4
dari 5 bersaudara. Pasien saat ini belum menikah. Pasien tinggal berdua dengan
ibunya di rumah milik sendiri. Hubungan pasien dengan ibunya sangat
harmonis. Pasien jarang keluar rumah dan jarang bersosialisasi dengan
tetangga. Pasien tidak bekerja. Biaya hidup pasien sehari-hari berasal dari
penghasilan ibunya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain kurang
harmonis.

H. PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRINYA
Pasien saat ini memiliki tiga keinginan, yaitu ingin bekerja tetapi tidak bisa
karena pasien menyadari dirinya sakit, ingin memiliki mobil mewah, dan ingin
belajar masak.

III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan berusia 42 tahun, penampilan tampak sesuai dengan
usianya, berpakaian cukup rapi, perawatan diri baik, ekspresi tenang,
proporsi tubuh agak gemuk, dan warna kulit sawo matang.

2. Kesadaran
Kesadaran umum : compos mentis
Kontak psikis : dapat dilakukan dan mampu berkomunikasi dengan
baik

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cara berjalan : baik
8

Aktivitas psikomotor : pasien kooperatif, fokus, tenang, kontak mata baik,
tidak terdapat gerakan involunter, dan mampu
menjawab pertanyaan dengan baik.

4. Pembicaraan
Kuantitas : baik, pasien mampu menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
baik dan mampu mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
Kualitas : bicara kurang spontan, artikulasi jelas, volume bicara cukup
kencang, pembicaraan kurang terarah namun dapat dimengerti.

5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif dan bisa diajak berkomunikasi.

B. KEADAAN AFEKTIF
Mood : biasa saja
Afek : luas
Keserasian : mood dan afek serasi
Empati : pemeriksan tidak dapat merasakan perasaan pasien saat ini

C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
a. Taraf pendidikan
Riwayat pendidikan pasien buruk, yang ditandai dengan nilai harus
dikatrol agar dapat menyelesaikan jenjang SD dan SMP. Setelah itu,
pasien melanjutkan bersekolah di SMALB.

b. Pengetahuan umum
Baik, pasien mampu menjawab dengan tepat saat ditanya mengenai
siapa presiden Indonesia yang terpilih.

c. Kecerdasan
Buruk, pasien gagal menjawab dengan tepat saat ditanya mengenai soal
berhitung.

9

2. Daya konsentrasi
Kurang baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal
hingga selesai, namun pasien tidak bisa menjawab dengan benar pertanyaan
soal berhitung.

3. Orientasi
a. Waktu
Baik, pasien mengetahui waktu berobat saat siang hari.

b. Tempat
Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya sedang berada di RSUP
Persahabatan.

c. Orang
Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter.

d. Situasi
Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa sedang melakukan tanya
jawab mengenai penyakitnya kepada dirinya.

4. Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengingat bahwa dahulu pasien bersekolah SD di
daerah Cisanggiri dan SMP di Sunan Giri.

b. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat bahwa pasien berangkat ke RSUP
Persahabatan dengan menggunakan bajaj.

c. Daya ingat segera
Buruk, pasien tidak dapat menyebutkan kembali 5 nama kota yang
disebutkan oleh pemeriksa, yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang,
Yogyakarta, dan Surabaya. Pasien tidak dapat menyebutkannya dengan
lengkap, walaupun pemeriksa telah memberikan 3 kali kesempatan.
10


d. Akibat hendaya daya ingat
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien.

5. Pikiran abstrak
Buruk, pasien tidak mengerti makna peribahasa tong kosong nyaring
bunyinya dan air susu dibalas dengan air tuba.

6. Bakat kreatif
Pasien memiliki hobi memasak.

7. Kemampuan menolong sendiri
Baik, pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu
mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : terdapat halusinasi visual dan halusinasi auditorik, pasien
melihat bayangan seseorang dan mendengar suara-suara
bisikan
Ilusi : tidak terdapat ilusi

2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : tidak terdapat depersonalisasi
Derealisasi : tidak terdapat derealisasi

E. PROSES BERPIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas : kurang baik, pasien tidak mampu menjawab spontan
saat diajukan pertanyaan oleh pemeriksa.
Kontinuitas : kurang baik, pembicaraan dengan pasien tidak
sampai ke tujuan, pasien tidak menjawab pertanyaan
dengan cukup jelas dan koheren.
Hendaya : tidak terdapat hendaya berbahasa pada pasien.
11


2. Isi pikiran
Preokupasi : tidak ada.
Gangguan pikiran : terdapat waham kejar (persekutorik), waham rujuk
(delusion of reference), thought broadcasting,
thought withdrawal dan thought control pada pasien.

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, pasien mampu mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara
dengan baik.

G. DAYA NILAI
1. Norma sosial
Norma sosial pada pasien kurang baik, pasien kurang mampu bersosialisasi
dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Uji daya nilai
Uji daya nilai pada pasien baik, ketika pasien diberikan pertanyaan
perumpamaan jika saat di pinggir jalan anda melihat seorang anak kecil
ingin menyeberang, apa yang akan anda lakukan?, pasien menjawab akan
membantu menyeberang.

3. Penilaian realitas
Terdapat gangguan penilaian realitas pada pasien, yaitu adanya waham kejar
(persekutorik), waham rujuk (delusion of reference), thought broadcasting,
thought withdrawal dan thought control pada pasien.

H. PERSEPSI PEMERIKSA TERHADAP PASIEN
Pasien saat ini sadar bahwa dirinya sakit epilepsi, namun tidak sadar bahwa
sedang mengalami gangguan jiwa.

I. TILIKAN/I NSI GHT
Tilikan derajat 1, dimana pasien tidak menyadari dirinya sakit.

12

J. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat
dipercaya, karena tidak ada usaha untuk membohongi pemeriksa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik, compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi nadi : 92 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : afebris
Bentuk badan : kesan dalam batas normal
Sistem kardiovaskular : kesan dalam batas normal
Sistem respiratorius : kesan dalam batas normal
Sistem muskuloskeletal : kesan dalam batas normal
Sistem gastrointestinal : kesan dalam batas normal
Sistem urogenital : kesan dalam batas normal
Gangguan khusus : kesan dalam batas normal

B. STATUS NEUROLOGIS
Saraf kranial : kesan dalam batas normal
Saraf motorik : kesan dalam batas normal
Sensibilitas : kesan dalam batas normal
Susunan saraf vegetatif : kesan dalam batas normal
Fungsi luhur : kesan dalam batas normal
Gangguan khusus : kesan dalam batas normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah seorang perempuan berusia 42 tahun, datang ke Poliklinik
Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin tiap bulan dan karena obat
habis.
Pasien melihat bayangan-bayangan. Bayangan berupa sosok seseorang, laki-
laki, berbadan besar, namun hanya diam saat pasien melihatnya. Sosok tersebut
13

tidak bersuara sama sekali. Biasanya pasien hanya membiarkannya dan
tertidur.
Pasien mendengar suara bisikan-bisikan. Pasien mendengarnya pertama kali
sejak 2 tahun yang lalu. Suara bisikan tersebut merupakan suara laki-laki.
Pasien mendengarnya saat malam hari. Bisikan tersebut mengatakan akan
menculik pasien saat pasien sedang sendiri di dalam rumah atau saat pasien
keluar rumah, dan pasien akan dibawa ke China. Selain itu, saat sedang tertidur
pasien juga pernah mendengar bisikan suara tetangga meminta tolong karena
akan diracuni. Setelah itu, pasien merasa bahwa pasien menolong tetangganya.
Namun, ibu pasien menyangkal bahwa ada suara tetangga meminta tolong.
Biasanya pasien hanya membiarkannya, membaca doa-doa, dan tertidur.
Pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga, karena pasien takut penyakitnya
akan kambuh kembali dan tidak ada yang bisa menolong pasien. Pasien juga
merasa takut ketika dipandangi orang lain.
Suatu hari, pasien pernah melihat banyak laki-laki yang berkumpul di depan
rumahnya. Pasien beranggapan para laki-laki tersebut ingin merebut rumahnya
dan menelanjangi ibunya. Pasien lalu berteriak minta tolong. Hal tersebut
disangkal oleh ibu pasien. Saat malam hari, pasien sering merasa takut keluar
karena takut diculik oleh tetangga.
Pasien mengaku sering tidak bisa tidur malam jika sudah tidur saat siang, jika
sudah tidak bisa tidur seperti itu, rasa takut pasien akan muncul kembali. Suatu
malam saat sedang tertidur, pasien pernah terbangun dan ruangan dalam
keadaan gelap karena lampu dimatikan. Pasien lalu membangunkan ibunya
karena minta ditemani ke dapur.
Saat anamnesis, kontak mata baik dan afek luas.
Status mentalis, terdapat waham kejar (persekutorik), waham rujuk (delusion of
reference), thought broadcasting, thought withdrawal dan thought control.
Pada pasien juga terdapat halusinasi auditorik dan visual, namun tidak ada
ilusi.
Fungsi kognitif kurang baik dan pengendalian impuls baik. Orientasi waktu,
tempat, orang, dan situasi baik. Daya ingat jangka panjang dan jangka pendek
baik, namun daya ingat segera buruk..
Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien terdiagnosis epilepsi sejak usia 4 tahun.
14

Pasien mengenyam jenjang pendidikan SD dan SMP dengan prestasi buruk,
lalu melanjutkan ke SMALB. Selama bersekolah pasien memiliki banyak
teman.
Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, dengan tekanan darah
130/90 mmHg, frekuensi nadi 92 kali/menit, frekuensi pernafasan 20
kali/menit, dan suhu afebris.
Pasien belum menikah dan saat ini belum mau menjalin hubungan dengan
lawan jenis.
Pasien sulit bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan hanya memiliki
sedikit teman.
Pasien saat ini tinggal berdua dengan ibunya di rumah milik sendiri. Ayah
pasien sudah meninggal.
Pasien tidak bekerja, kebutuhannya sehari-hari terpenuhi dari penghasilan
ibunya.
Pasien beragama Islam, dan rutin melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.
Pada pasien ini didapatkan gejala sedang dengan disabilitas sedang.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien,
terdapat sekelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna
sehingga menyebabkan penderitaan (distress) dan terganggunya fungsi
(disfungsi/hendaya). Oleh karena itu, pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.

Diagnosis aksis I
Pada pasien ini, terdapat penyakit atau gangguan fisik atau kondisi medis yang
dapat menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari penilaian kecerdasan,
daya konsentrasi, daya ingat segera, dan pikiran abstrak yang buruk, walaupun
tingkat kesadaran, orientasi, serta daya ingat jangka panjang dan pendek pasien
masih baik, sehingga pasien tergolong penderita gangguan mental organik (F.0).
Pada pasien ini, ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita yang berupa
waham kejar (persekutorik), waham rujuk (delusion of reference), thought
broadcasting, thought withdrawal, dan thought control. Selain itu, ditemukan pula
halusinasi visual dan halusinasi auditorik. Kesadaran dan daya ingat pasien masih
15

baik. Jadi, karena ditemukan waham dan halusinasi, namun kesadaran dan daya
ingat masih baik, pasien tergolong penderita gangguan waham organik (F.06.2).

Diagnosis aksis II
Pada pasien ini, tumbuh kembangnya normal. Sebelum sakit, pasien masih dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, sehingga dikatakan tidak terdapat
gangguan kepribadian. Fungsi kognitif pasien kurang baik dan pasien memiliki
riwayat pernah bersekolah di SMALB, sehingga dikatakan terdapat retardasi
mental. Oleh karena itu, pasien tergolong penderita retardasi mental (F.7).

Diagnosis aksis III
Pada pasien ini didapatkan gangguan medis berupa epilepsi yang terdiagnosis
sejak usia 4 tahun.

Diagnosis aksis IV
Pasien kurang dapat bersosialisasi dengan tetangga di lingkungan sekitar, karena
ketakutan dan kecurigaan pasien akan diculik oleh tetangganya. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa pasien memiliki masalah bersosialisasi.

Diagnosis aksis V
Pada pasien ini didapatkan beberapa gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga
dinilai GAF scale60-51 pada pasien.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan waham organik
Aksis II : Retardasi mental
Aksis III : Epilepsi
Aksis IV : Masalah sosial (sulit bersosialisasi dengan lingkungan sekitar)
Aksis V : GAF scale 60-51

VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologis : Pasien pernah mengalami trauma kepala saat usia 3 bulan, dan
terdiagnosis epilepsi saat usia 4 tahun.
16

Psikologis : Pasien merasa takut dan curiga akan diculik oleh tetangganya,
sehingga pasien tidak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Sosioekonomi : Tidak ada

IX. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik:
1. Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.
2. Pasien memiliki kepatuhan minum obat yang sangat baik.
3. Ibu pasien sangat mendukung dalam usaha penyembuhan pasien.
4. Pasien rutin dalam melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.

Prognosis ke arah buruk:
1. Pasien memiliki gangguan medis penyerta yaitu epilepsi.
2. Pasien belum menikah dan tidak memiliki keinginan untuk menikah.

Berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien:
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : ad malam

X. TERAPI
Psikofarmaka:
1. Risperidon 2 x 2 mg
2. Trihexyphenydil 2 x 2 mg

Psikoterapi:
1. Menyarankan agar pasien lebih banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menyarankan agar pasien bercerita dengan keluarga mengenai unek-unek
ataupun hal-hal yang menakutkan pasien.
3. Menyarankan agar pasien meminta ditemani keluarga ataupun teman dekat saat
merasa ketakutan.
4. Menyarankan agar pasien mengembangkan hobinya di bidang memasak untuk
menjadi sumber penghasilan, seperti berjualan bakso, soto, dan lain-lain.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, S.D. dan Hadisukanto G. (2013) Buku Ajar Psikiatri, ed. 2, Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Maslim, R. (2001) Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, ed. 1, Jakarta: PT Nuh Jaya
3. Maslim, R. (2007) Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, ed. 3,
Jakarta: PT Nuh Jaya

Anda mungkin juga menyukai