PENDAHULUAN
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium,
industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan yang
memakai bahan kimia di abad modern1.Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada
mata dapat dibedakan dalam
keparahan cedera kimia berhubungan langsung dengan volume, pH, durasi pajanan, dan derajat
penetrasi dari zat kimia.Bahan asam akan segera mengadakan presipitasi dan koagulasi dengan
protein jaringan kemudian nekrosis. Biasanya hanya terbatas konjungtiva atau lapisan kornea
yang superfisial1.
Bahan basa atau alkali dapat menembus kornea masuk ke dalam kamera okuli anterior
terus sampai ke retina dalam waktu yang singkat. Bahan alkali bersifat koagulasi sel-sel dan
terjadi proses saponifikasi, dehidrasi serta eksfoliasi. Akibat daya penetrasi tinggi dari bahan
alkali, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih dalam dan lebih banyak, dan setelah sembuh akan
meninggalkan komplikasi seperti simblefaron, kekeruhan kornea yang menetap, penutupan
saluran air mata yang menetap1. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat
dapat merusak dan menembus kornea1,.
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.Irigasi daerah yang terkena
merupakan tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih
berat.Prognosis tegantung pada sejauh mana bahan kimia itu menembus sampai ke dalam mata3.
Umumnya berhubungan juga dengan beratnya trauma kimia pada mata dan struktur adneksa
yang muncul3,4.
BAB II
TRAUMA KIMIA
1.1 EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 60% dari trauma kimia terjadi dalam kecelakaan kerja, 30% di rumah, dan
10% akibat kekerasan4. Sebanyak 20% trauma kimia secara signifikan mengakibatkan cacat
visual dan kosmetik.Hanya 15% dari pasien dengan trauma kimia berat yang mencapai perbaikan
visual yang fungsional. Secara global, predileksi ras tidak bisa dipastikan, akan tetapi pria muda
berkulit hitam lebih cenderung berpotensi tinggi. Pria 3 kali lebih cenderung mengalami trauma
kimia daripada wanita10. Trauma kima dapat menyerang setiap umur, akan tetapi, trauma paling
banyak terjadi pada pasien berusia 16 45 tahun4,10.
1.2 ETIOLOGI
Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia
yang diserap, dan hebatnya ruda paksa pada jaringan mata sendiri.Banyak bahan kimia yang
digunakan di rumah-rumah dan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan trauma kimia.
1. Bahan Asam
Umumnya asam menyebabkan cedera (trauma) ocular termasuk asam sulfat, asam
hidroklorik, asam nitrat, asam asetat, asam khromik, dan asam hidrofluorat.Ledakan accu
mobil, yang menyebabkan luka bakar (cedera) asam sulfat, mungkin merupakan asam
yang paling sering mencederai mata.Asam hidrofluorat dapat ditemukan pada pembersih
karat di rumah, pengkilat alumunium, dan petugas pembersihan.Industri tertentu yang
menggunakan asam hidrofluorat untuk membersihkan batu bata, pengikisan kaca,
electropolishing, tanning kulit.Asam hidrofluorat juga digunakan untuk fermentasi
control di pabrik.Toksisitas hidrofluorat okuler dapat terjadi dari paparan gas dan cairan.3
hidroksida,
kalsium
hidroksida,
dan
magnesium
hidroksida.Zat
yang
2
mengandung seperti senyawa tersebut dan dapat ditemukan di rumah seperti larutan
alkali, semen, kapur, dan ammonia.Semprotan balon udara dengan sodium hidroklorida
pada pemompaan dan mungkin dapat menyebabkan keratitis alkali. Selain itu, bunga api
dan percikan api mengandung magnesium hidroksida dan fosfor3,.
1.3 PATOFISIOLOGI
Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata baik diakibatkan oleh
zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat dengan pH > 7) yang dapat menyebabkan
kerusakan struktur bola mata tersebut.Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan volume, pH ,
lama pajanan, dan derajat penetrasi dari za kimia10.Mekanisme cedera antara asam dan basa
sedikit berbeda4,7.
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea.Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion
merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya
mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass
dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang
disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh
zat kimia basa4.
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi
dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan
asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam
yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang
seluruh epitel kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.2
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea
yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak
akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial
saja.Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi
protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.2,5
Asam hidrofluorik adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk
insoluble complexes.Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion
kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium.Fluorinosis akut
bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala
pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologic3.
Bahan kimia asam
Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah
kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina
sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita1.
Bahan kimia alkali
Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel
penetrasi lebih lanjut
Edema terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai masuknya
pemb.darah (Neovaskularisasi)
Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam, merusak retina
Kebutaan
1.4 DIAGNOSIS
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan pemeriksaan
fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada
mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.6
Anamnesis.
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot
gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya zat
kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan
dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut.6
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.
Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba.Nyeri,
lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya
benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat
ledakan.3,6,7
Gejala Klinis.
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat.Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera
terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.Sedangkan pada trauma basa,
kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya
kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.(6)
Terlepas dari mekanisme tertentu cedera, keluhan pasien sering berhubungan dengan
tingkat keparahan paparan. Menimbulkan keluhan umum adalah sebagai berikut :
Nyeri
Penglihatan kabur
Fotopobia
Mata merah
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah
terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.Obat anestesi topikal atau lokal
sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan
pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk
memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular,
konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang
menetap dan berulang.6
Kekeruhan kornea
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola
mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH
normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui
lokasi luka dan perluasan dari trauma kimia 10. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga
dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui
tekanan intraokular.6
Slit Lamp
Ophtalmoskopi
Tonometri Schiotz
1.5 KLASIFIKASI
Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :1
1. Derajat 1
2. Derajat 2
3. Derajat 3
4. Derajat 4
Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4
1.6 PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan trauma kimia pada mata adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan arsitektur mata , mencegah sekuele jangka panjang(7.3).
Trauma Asam
Irigasi jaringan yang terkena secepat mungkin setelah terpajan cairan kimia, dilakukan
selama mungkin untuk meyakinkan cairan yang mengakibatkan trauma benar benar bersih dari
mata. Irigasi dapat dilakukan denan menggunakan garam fisiologis atau air selama 15 30
menit. Trauma asam pada dasarnya akan kembali normal , namun jika perlu dapat diberikan
anastesi topikal, penetralisir natrium bikarbonat 3% dan antibiotika.
10
Trauma Basa
Secepat mungkin setelah terpajan, dilakukan irigasi selama 15 30 menit dengan air atau
larutan fisiologis agar bahan yang dapat menyebabkan trauma benar benar larut dan
farmakologi dasar seperti pada trauma asam. Penatalaksanaan lanjutan berdasarkan pemeriksaan
lanjutan. Untuk mengetahui telah terjadinya netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengan
kertas lakmus . pH normal air mata 7,3 (7,8) .
EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir
kolagenase yang terbentuk pada hari ke 71.
Tatalaksana Emergensi.5
1.Irigasi
Merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan
kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera
mungkin.Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata
selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3).Pada trauma basa hendaknya
dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik.Jika
perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.
Dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata.Selain itu tindakan
ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi,
dan konjungtiva forniks.
3. Debridemen
Pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi
pada kornea.Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan
11
seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada
trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu
regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.
4. Medikamentosa
Trauma kimia ringan dapat diterapi dengan pemberian obat obatan seperti steroid
topikal , siklopegik, dan antibiotika profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia
berat, pemberian obat obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerai epitrl
dan mencegah terjadinya ulkus kornea9.
Steroid
Mediator inflamasi dilepaskan pada saat cedera yang menyebabkan nekrosis jaringan dan
mengikat reaktan inflamasi lebih lanjut. Respon inflamasi yang kuat tidak hanya menghambat
repitelisasi tetapi juga meningkatkan resiko ulserasi dan perforasi kornea. Steroid topikal
digunakan untuk mengurangi inflamasi dan menstabilkan leukosit PMN, sitoplasma dan
membran lisosom setelah epitel kornea telah sembuh10.Beberapa dokter tidak mau menggunakan
kortikosteroid karena dapat menggangu perbaikan luka stroma
migrasi ke daerah trauma dan mencegah sintesis kolagen1 .Namun, fase perbaikan biasanya
puncaknya 10 14 hari setelah terjadinya trauma kimia10. Dengan demikian, kunci keberhasilan
penggunaan kortikosteroid adalah untuk memaksimalkan proses antiinflamasi10.Lalu dilakukan
tappering off dan akhirnya menghentikan pemberian untuk mencegah penipisan kornea 10.
Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari.
Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg.
Sikloplegik
13
Asam askorbat
Bertujuan untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya
glaukoma sekunder.Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.
Antibiotik profilaksis
Artificial tears
Setelah pemicu kimia telah sepenuhnya dihapus, penyembuhan epitel bisa dimulai. Mata
terluka kimia cenderung memiliki kecenderungan untuk kurang menghasilkan air mata yang
,memadai, sehingga air mata buatan tambahan memaikan peran penting dalan penyembuhan4.
Pembedahan.3,5
Pembedahan Segera:
mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut
dapat digunakan untuk pembedahan:
14
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor
(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan simblefaron.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk
memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil
dari graft konvensional sangat buruk.
1.7 KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis
trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara
lain:
1. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea
dan penglihatan terganggu.
15
Ptisis Bulbi.
16
1.8 PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma
tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu
indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada
pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk.Bentuk paling berat
pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah
yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.
Prognosis baik
Sedang
Prognosis baik
Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci
Berat
Prognosis buruk
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidharta. Trauma Kimia. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2009; h 271 273.
2. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.
Diunduh tanggal 18 Maret 2014 dari http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
3. Weaver, C. N. M., Rosen, C. L., Burns, Ocular ., eMedicine Journal. 2012.
4. Randleman, J.B., Bansal, A. S., Burns, Chemical., eMedicine Journal. 2011.
5. Kanski, Jack J. Chemical Conjunctivitis. Clinical Ophthalmology. Butterworth
Heinemann; page 89 90.
6. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface burns, 85:
1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 18 maret 2014, dari
http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.
7. Lestari,I.C.,et al.,Trauma Basa Pada Mata., http://cintalestari,wordpress.com. 2010
8. Guyton,A.C., Hall, J. E., 2006, Fisiologi Kedokteran ,Edisi 11 ,EGC,Jakarta
9. Erhard K. Lang.Opthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd.Stuttgart.New York.2006.
10. American Journal of Clinical Medicine.Chemical Ocular Burns.Diunduh pada tanggal 07
September 2014 dari http:// www.aapsus.org/articles/29.pdf
18