DISUSUN OLEH :
MARISA FEBBY ARYANNI NABABAN
D1D011048
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo
: Ciconiiformes
Famili : Ardeidae
Genus : Ardea
Spesies : A. purpurea
Deskripsi
Merupakan burung yang berdarah panas dan merupakan salah satu jenis burung
Kuntul-kuntulan. Berukuran besar (80cm), berwarna abu-abu, coklat berangan dan
hitam. Topi hitam dengan jambul menjuntai. Terdapat strip hitam menurun
sepanjang leher yang merah karat khas. Punggung dan penutup sayap abu abu, bulu
terbang hitam. Bulu lainnya coklat kemerahan. Burung betina tidak berwarna cerah
seperti burung jantan, dengan bulu yang lebih pendek memanjang pada tengkuk
(Robinson & Chasen 1936).
Burung muda berwarna lebih pucat, denga mahkota keabu-abuan. Mereka tidak
memiliki bulu mahkota yang panjang, bulu memanjang pada tulang belikat (scapula)
dan dada, serta garis-garis pada sisi kepala dan leher (Oates & Blanford 1898, Baker
1929, Robinson & Chasen 1936). Paruh dan kaki berwarna coklat kusam, dengan
kuning pucat daripada burung dewasa. Dengan musim gugur pertama, tulang belikat
pendek dan bulu dada memanjang beberapa kembang (Kushlan & Hancock 2005).
Habitat dan Penyebaran
Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl. Afrika, Erasia, Filipina, Sunda Besar.
Di Indonesia, terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa
Tenggara. Penyebaran lokal di Sumatera yaitu di Simalungun dan Bungo.
Di negara yang mempunyai 4 musim, burung ini dikenal sebagai burung
pengembara. Namun untuk negara yang mempunyai iklim tropis seperti Indonesia
burung ini tidak akan mengembara dan hanya akan tinggal secara menetap di suatu
kawasan.
Perkembangbiakan
1. 2. Tujuan Studi
Untuk mempelajari kondisi dan perilaku burung Cangak Merah pada lokasi eksitu.
BAB II
METODOLOGI
2. 1. Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal
Pukul
Tempat
Objek
2. 3. Prosedur Praktikum
Observasi
Pengamatan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1. Hasil
Keadaan burung Cangak Merah didalam kandang Taman Rimba, Jambi.
3. 2. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan di lokasi eksitu, Taman Rimba, Jambi untuk mengetahui
bagaimana perilaku satwa diluar habitat aslinya. Dalam praktikum ini satwa yang menjadi
objek pengamatan adalah Cangak Merah (Ardea purpurea).
Untuk mendapatkan informasi tentang Cangak Merah tersebut, maka kami
mewawancarai Kepala Seksi Konservasi, Bapak Ahmad Alfian. Beliau menyatakan luas
Taman Rimba Jambi yang sudah dimanfaatkan sebesar 2,6 ha dengan berbagai macam
satwa yang dilindungi maupun tidak dilindungi terdapat didalamnya.
Cangak Merah yang terdapat di taman Rimba Jambi ini didapat dari masyarakat.
Kemudian oleh pengelola Taman Rimba Jambi, burung ini ditempatkan dalam kandang
berukuran 4m x 6m di areal burung. Ukuran kandang ini dianggap cukup karena kandang
dibuat sesuai ketersediaan ruang serta dana. Selain itu, terdapat 2 ekor burunng cangak
Merah yang dilepaskan di arena burung air. Cangak Merah diberi makan pada pagi dan
sore hari, tergantung petugas. Makanan yang diberikan antara lain adalah kacangkacangan, padi-padian dan ikan-ikan kecil.
Perawatan Cangak Merah dilakukan dengan pemberian vaksin setiap 6 bulan sekali.
Penyemprotan kandang juga dilakukan setiap perubahan musim untuk mencegah satwa
sakit. Bila ada yang sakit, biasanya karena umur yang tua, satwa segera dibawa ke Klinik
Satwa di Taman Rimba Jambi. Selain itu, dokter hewan juga akan berkeliling ke setiap
kandang untuk mengecek dan memeriksa satwa.
BAB IV
PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
Cangak Merah merupakan burung yang berdarah panas dan merupakan salah satu
jenis burung Kuntul-kuntulan.
Burung ini suka mengendap-endap sendirian di sepanjang perairan dangkal yang
penuh gulma, dengan kepala merendah ke bawah dan ke samping untuk menangkap
mangsa. Burung ini terbang dengan kepakan sayap yang santai, kaki panjang yang
mencuat di balik sayap dan melampaui batas ekor, dengan kepala terselip ke
bahunya.
Cangak Merah adalah pemburu pemalu dan soliter, dan tampaknya sebagian besar
berburu di malam hingga pagi hari (senja hingga fajar). Cangak Merah menjadi lebih
pemalu selama musim kawin, lebih memilih untuk berburu dekat cover/tempat
berlindung.
Menurut UU RI burung ini termasuk burung yang tidak dilindungi (TD). Menurut
CITES, burung ini termasuk jenis yang belum terdaftar dalam penggolongan satwa
genting ataupun terancam dan yang perdagangannya diatur atau Non-apendiks (NA).
Menurut IUCN Red List, burung ini berstatus Least Concern (LC).
Populasi Cangak Merah dipengaruhi oleh hilangnya habitat dan polusi air. Mereka
juga terganggu dalam koloni dan mungkin terjadi penembakan ilegal.
Cangak Merah di Taman Rimba Jambi dikelola di dalam kandang dan juga ada yang
dilepas di arena burung air. Perawatan burung Cangak Merah dilakukan di Klinik
Satwa untuk mencegah burung ini terserang penyakit.
Ukuran kandang kebanyakan ditentukan oleh ketersediaan ruang serta dana, dan
bukan pada kebutuhan biologi dan perilaku satwa itu sendiri. Oleh karena itu, kebun
binatang menyediakan ruang yang cenderung sempit daripada yang seharusnya.
4. 2. Saran
Kebun binatang sebagai lokasi penangkaran eksitu berfungsi sebagai tempat
pemeliharaan atau pengembangbiakan satwa liar di luar habitatnya agar satwa
tersebut tidak punah. Oleh karena itu, pengelolaan satwa juga harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan satwa bukan hanya untuk sekedar
memenjarakan satwa di balik kandang dan memperoleh keuntungan.
Kandang harus didesain sesuai dengan kebutuhan biologis dan perilaku satwa
sehingga dapat membuat satwa merasa nyaman, aman dan tidak membuat satwa
merasa stress.
Kandang harus dipastikan mempunyai daerah dimana satwa dapat melarikan diri dari
pandangan penonton dan berlindung. Satwa akan merasa sangat stress hingga tidak
dapat ditangani ketika kandangnya memungkinkan pengunjung untuk melihat secara
dekat dari daerah untuk menonton satwa yang tinggi atau ketika pengunjung yang
menonton dimungkinkan untuk mengamati satwa dari segala arah, apalagi yang
berada disekitar mereka.
Ukuran kandang disesuaikan pada kebutuhan biologi dan perilaku satwa itu sendiri.
Tinggi kandang sebenarnya tidak ada batasan. Lebih baik kandang memiliki ruang
yang lebih luas dari yang diinginkan, namun kandang kosong luas juga tidak baik
bagi satwa.
Pemberian makanan kepada satwa harus dilakukan sesering mungkin untuk
merangsang pengenalan makanan terhadap satwa, menjaga agar satwa tidak bosan
dan tetap aktif, bukan hanya diberi makan sekali atau dua kali dalam sehari sesuai
jadwal yang telah ditetapkan. Makanan yang diberikan kepada satwa juga harus
bervariasi.
Papan peringatan seharusnya dibuat di setiap kandang satwa, dimana menyediakan
informasi akurat tentang biologi satwa, perilaku, gaya alaminya dan status
konservasinya.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. & Ripley, D. S. 1968. Handbook of the Birds of India and Pakistan. Vol. 1.
Oxford University Press, London.
Baker, E.C.S. 1929. Fauna of British India: Birds. Vol. 6. Taylor & Francis, London.
Holden, P & Cleeves, T. (2002). RSPB Handbook of British Birds.
http://www.oiseaux-birds.com/card-purple-heron.html diakses pada 5 Juni 2014
http://www.naturia.per.sg/buloh/birds/Ardea_purpurea.htm diakses pada 5 Juni 2014
Kushlan, J.A. & Hancock, J. 2005. The Herons: Ardeidae (Bird Families of the World).
Oxford University Press, USA.
Oates, E.W. & Blanford, W.T. 1898. Fauna of British India, Birds. Vol. 3. Taylor &
Francis, London.
Robinson, H.C. & Chasen, F.N. 1936.