Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Geologi Regional
Pembahasan geologi regional daerah penelitian mencakup kondisi
Geomorfologi Regional
Dari Peta Rupa Bumi skala 1:50.000 (Bakosurtanal, 1991) menunjukkan
bahwa wilayah Tana Toraja merupakan dataran tinggi yang dikelilingi oleh
pegunungan tinggi. Gunung yang terkenal antara lain G. Rantemario (3440 mdpl),
G. Tondok (1209 mdpl). Beberapa sungai mengalir sepanjang tahun dan umumnya
bermuara di S. Saddang di sebelah barat wilayah studi.
Morfologi daerah penelitian umumnya didominasi oleh morfologi
pegunungan dan perbukitan. Morfologi pegunungan menempati bagian selatan,
sedangkan bagian timur, barat hingga bagian utara merupakan perbukitan
bergelombang. Ketinggian pegunungan ini melebihi 500 m dengan puncak
tertinggi adalah Gunung Moladewe yang terletak pada rangkaian pegunungan
Latimojong, Sulawesi Selatan (Sukamto, 1975)
Morfologinya Kecamatan Sangalla dikelilingi oleh bukit-bukit kars (buntu
dalam bahasa Toraja) dan yang terkenal ada 8 buah bukit yaitu Buntu Tongko,
Buntu Kote, Buntu Batubakka, Buntu Burake, Buntu Tipodang, Buntu Kandora,
Buntu Issong dan Buntu Kaero. Pada dasar bukit-bukit inilah muncul mata air
13
yang mengalir kearah lembah Sangalla dan menjadi sumber air baik bagi
kehidupan sehari-hari maupun untuk persawahan. Air yang bersumber dari kaki
bukit tersebut mengalir secara gravitasi dari persawahan yang lebih tinggi ke
persawahan di bawahnya melalui saluran yang dikelola secara sederhana oleh
masyarakat setempat.
Sebagian pegunungan ini terbentuk oleh batuan gunung api dengan
ketinggian rata-rata 1500 m dari permukaan laut ke arah timur rangkaian
pegunungan ini relatif menyempit dan lebih rendah dengan morfologi
bergelombang lemah sampai kuat
3.1.2 Stratigrafi Regional
Daerah penelitian termasuk dalam Peta Geologi Lembar Majene dan
Palopo Bagian Barat (Djuri dan Sudjatmiko, 1974), dimana berdasarkan urutan
stratigrafinya batuan tertua yang dijumpai di daerah adalah Formasi Latimojong
(Tkl) yang berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi
ini telah termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit
dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock maupun
berupa retas-retas.Pada bagian atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi
Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja (Tet) dan Tersier Eosen Toraja
Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri dari serpih, batugamping dan
batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan kuat.
Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya berumur Eosen
Tengah sampai Miosen Tengah. (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Pada bagian atas
formasi ini dijumpai batuan vulkanik Lamasi (Tolv) yang berumur Oligosen,
14
terdiri dari aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik,
batupasir dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan
batuan terkersikkan dan terkloritisasi. Satuan batuan berikutnya adalah satuan
Tmb dan Tmpss yang terdiri dari napal dan sisipan batugamping yang setempatsetempat mengandung batupasir gampingan, konglomerat dan breksi yang
berumur Miosen Bawah hingga Miosen Tengah, di tempat lain diendapkan satuan
batuan Tmc yang terdiri dari konglomerat, meliputi sedikit batupasir glaukonit dan
serpih. Ketebalan satuan batuan ini antara 100 400 meter dan berumur Miosen
Tengah hingga Pliosen.
Ketiga satuan batuan di atas mempunyai hubungan menjemari dengan
satuan batuan Tmpl yang terdiri dari lava yang bersusunan andesit sampai basal,
pada beberapa tempat terdapat breksi andesit, piroksin dan andesit trakit serta
felspatoid. Kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal hingga Pliosen dan
mempunyai ketebalan 500 1000 meter. Pada beberapa tempat dijumpai pula
satuan batuan Tmpa, yang merupakan Molasa Sulawesi yang terdiri dari
konglomerat, batupasir, batulempung dan napal dengan selingan batugamping dan
lignit. Foraminifera menandakan umur Miosen Akhir hingga Pliosen.
Batuan-batuan tersebut di atas terangkat ke permukaan hingga
membentuk dataran tinggi akibat adanya pengangkatan oleh gaya-gaya tektonik.
Kegiatan tektonik tersebut menyisakan beberapa struktur yang dapat dijumpai di
wilayah studi daerah penelitian antara lain patahan naik (trust fault), patahan
normal (normal fault) dan struktur perlipatan berupa sinklin. Setidaknya ada
empat tahapan yang menyebabkan terjadinya gaya-gaya tektonik tersebut.
15
Satuan Batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri
dari lempung, lanau, pasir kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat
119o 45
BT
120o 05
BT
03o 00 LS
03o 00 LS
03o 20 LS
03o 20 LS
Lokasi
Penelitian
0 37.5 75
150
225
300
Kilometers
Gambar 3.1 Peta Geologi Regional Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar
Palopo, Sulawesi . P3G, Bandung (Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan
Sukido, 1998)
3.1.3 Struktur Geologi Regional
Struktur yang terdapat di Pulau Sulawesi khususnya daerah penelitian
memperlihatkan keadaan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena Pulau
Sulawesi banyak mendapat pengaruh pertemuan berbagai lempeng benua dan
samudera. Kerumitan tektonik Pulau Sulawesi ini ditafsirkan
sebagai hasil pemekaran kerak bumi yang disebabkan oleh gerak lempeng
Australia dan Hindia ke utara dan lempeng Pasifik ke Barat yang kedua
membentur lempeng Eurasia.
16
17
aktif, arah gerak sesar Palu-Koro memperlihatkan kesamaan gerak dari jalur Sesar
Matano dan jalur Sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah
yang konsekwen terhadap Mandala Banggai-Sula. Kemudian akibat dari lempeng
Asia yang bergerak dari arah baratlaut menyebabkan terbentuknya jalur
penunjaman Sulawesi Utara hingga pergerakan dari Sesar Palu-Koro masih aktif.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Maka pada Mandala Sulawesi
Barat bagian tengah termasuk daerah penelitian berkembang sesar-sesar mendatar
yang berarah baratlaut-selatan tenggara dan sesar-sesar anjak yang berarah
timurlaut-baratdaya. Sesar-sesar mendatar yang dimaksud adalah Sesar Mendatar
Malimbo di bagian utara daerah penelitian, Sesar Walanae Barat di baratdaya
daerah penelitian dan sesar naik yang paling dominan adalah Sesar Naik Makale
di bagian baratdaya dan Sesar Anjak Latimojong disebelah baratdaya daerah
penelitian (Djury dan Sudjatmiko, 1974).
3.2 Panas Bumi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi. Panas
bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, berpotensi besar serta
sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi. (Pasal
1.UU RI No. 27, 2003)
Panas Bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami
di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan
dan air bersama unsur-unsur lain yang dikandung Panas Bumi yang tersimpan di
18
dalam
kerak
bumi.
Untuk
pemanfaatannya,
perlu
dilakukan
kegiatan
yang telah ada sejak bumi terbentuk. Asal dari panas tersebut telah banyak
dihipotesiskan para ahli, baik itu hipotesis panas yang merupakan warisan abadi
sejak sebuah bola gas pijar terlepas dari matahari yang kemudian membeku
bagian luarnya menjadi bumi, hipotesis panas akibat proses isotermis dan
pandangan terakhir yang lebih maju yaitu bahwa panas tersebut sebagian
disebabkan oleh proses peluruhan bahan radioaktif yang terkandung dalam bumi.
Di alam suhu tersebut membentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem panas
bumi. Sistem mencakup sistem hidrotermal, yang merupakan sistem mataair,
proses pemanasan dan kondisi sistem di mana air yang terpanasi terkumpul,
sehingga sistem panas bumi mempunyai persyaratan seperti harus tersedianya air,
batuan pemanas, batuan sarang dan batuan penutup. Air di sini umumnya berasal
dari air tanah meteorik. Jenis jenis air (Diadaptasikan dari White, 1956), sebagai
berikut :
Air juvenile (juvenile water), yaitu air yang berasal dari magma (primer)
yang kemudian menjadi bagian dari hidrosfer. Air magmatik (magmatic
19
water), yaitu air yang berasal dari magma (dapat air juvenile) sejak magma
tersebut bersatu denga air meteorik atau air yang berasal dari sedimen.
Air purba (connate water), yaitu air yang terpisah dari atmosfer selama
waktu geologi yang panjang. Air yang tedapat dalam cekungan sedimen dan
tertutup oleh lapisan tebal batuan diatasnya ini hampir sejenis dengan air di
dalam lapisan minyak bumi yang umumnya merupakan air laut yang telah
mengalami perubahan karena proses fisika dan kimia.
Air metamorfik (metamorphic water), yaitu bentuk tersendiri dari air purba
yang berasal dari mineral yang mengandung air (hidrous mineral), di mana air
akan terperas keluar selama proses kristalisasi atau metamorfosa.
Batuan pemanas akan berfungsi sebagai sumber pemanasan air yang dapat
20
Batuan
penutup
Batuan
sarang
Batuan
pemanas
Gambar 3.2
21
hidrotermal panas bumi. Kadang - kadang di sekitar mataair panas dijumpai sinter
silikaan yang merupakan endapan silika yang larut dalam air panas atau tufa
gampingan karena ikut terlarut CaCO3.
Solfatar adalah hembusan gas belerang yang berasal magma maupun
terdapat di alam sedimen, endapan belerang yang merupakan sublimasi gas H 2S di
sekitar daerah solfatar kadang - kadang mempunyai arti ekonomi. Fumarol
merupakan hembusan gas dan uap air, di mana uap air umumnya lebih banyak.
Konstituen gas umumnya terdiri dari CO 2, H2S, HCl, CO, HF, Asam Borak,
H3PO3, NH3, Hidrogen Bebas dan sejumlah kecil gas - gas tak reaktif sepeti
Argon. Kadang ditemukan pula unsur Hidrogen, Cl dan F, di mana umumnya
berasal dari alterasi batuan sekitar. Beberapa jenis sulfat seperti anhidrit, gypsum,
alunit, alum dan garam epsomkadang dijumpai pada uap fumarol. Gas SO 2 yang
ada berasal dari oksidasi gas H2S setelah mencapai permukaan, sedang belerang
yang berbentuk kristal - kristal jarum merupakan hasil sublimasi.
3.4
Gradien Geothermal
Secara universal, setiap penurunan 1 km (kedalaman) ke perut bumi
temperatur naik sebesar 25 - 30C. Atau setiap kedalaman bertambah 100 meter
temperatur naik sekitar 2,5 sampai 3C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi
suhu batuan akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27C maka
untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 29,5C. Untuk kedalaman
1 km suhu batuan dapat mencapai 52-60C. Pertambahan panas tersebut dikenal
sebagai gradien geotermal. Untuk tempat-tempat tertentu di sekitar daerah
22
volkanik gradien geotermal dapat lebih besar lagi, variasinya 1 - 25C / 100m,
diakses pada http://www.geothermal/html.
3.5
adalah studi sistem panas bumi itu sendiri, terutama karakteristik sumber panas
bumi sebagai bagian penting dalam sistem, di antaranya yang berkaitan dengan :
Dapur magma sebagai sumber panas bumi,
Kondisi hidrologi,
Manifestasi panas bumi,
Reservoir,
Umur (lifetime) sumber panas bumi.
3.5.1
mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah
satu karakteristik penunjang pemanfaatan panas bumi adalah letak dapur
magmanya di bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source).Terutama di
daerah - daerah yang terletak di jalur vulkanik - magmatik, ukuran dapur magma
itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisme. Saat menuju
permukaan, magma akan mengalami proses diferensiasi dan berevolusi
menghasilkan susunan kimiawi yang berbeda sesuai kedalaman. Dapur magma
yang terbentuk pada kedalaman menengah kemungkinan terkontaminasi oleh
bahan - bahan kerak bumi yang kaya akan silika dan gas, sehingga bersifat lebih
23
eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari ciri fisik berupa ukuran kaldera,
distribusi lubang kepundan, pola rekahan, pengangkatan topografi dan hasil erupsi
gunungapi atau melalui cara identifikasi dengan metoda geofisika.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam batuan
pembentuk kerak bumi, makin besar ukuran dapur magma maka semakin besar
pula sumber daya panasnya, di mana secara ekonomis menjadi ukuran jumlah
energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.
3.5.2
Kondisi Hidrologi
Pada busur kepulauan dengan kegiatan vulkanisme/magmatisme masih
24
25
Reservoir
Reservoir adalah suatu volume batuan di bawah permukaan bumi yang
26
Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125 225oC dengan rapat daya
spekulatif 12,5 MW/km2 dan konversi energi 10%.
Tidak langsung dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur
dengan cara ini dilakukan melalui studi banding umur relatif mineral mineral
ubahan proses hidrotermal terhadap umur batuan reservoir,
b.
3.6
27
Mataair panas merupakan mataair yang mempunyai suhu yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan suhu udaranya. Pada daerah yang beriklim tropis
seperti di Indonesia suhu mataair panas dibandingkan dengan suhu udara di mana
mataair panas itu berada (Suharyadi, 1984).
Komposisi kimia unsur unsur yang terlarut dalam airtanah dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu mayor elemen dan minor elemen. Kelompok
mayor elemen terdiri dari kation Ca2+, Mg2+, Na+ dan K+ serta anion HCO3-, CO3-,
SO42-, Cl- dan NO3-, sementara kelompok minor elemen umumnya terdiri dari Fe,
Al, Cu, Hg, PO4, NO2 dan lain-lain.
Sumber panas dari suatu mataair panas dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
Letak dari massa air tersebut yang berada dekat dengan massa batuan
vukanik yang masih aktif,
Keberadaan dari air yang berada jauh didalam bumi sehingga massa air
tersebut akan mengalami pemanasan selaras dengan pertambahan kedalaman
(geothermal),
Adanya proses proses kimia yang terjadi pada air sehingga mengalami
peningkatan suhu,
sebab yaitu oleh aktivitas tektonik aktif dan vulkanisme (Nicholson, 1993) :
28
a.
b.
3.7
temperatur tinggi yaitu sekitar 180oC, dengan kedalaman sekitar 1 sampai dengan
2 kilometer dari permukaan bumi.air panas memiliki beberapa sifat kimia seperti
tipe air panas dan geothermometer larutan (Ellis, J. A & Mahon J. A. W,1977).
3.7.1
temperature tinggi pada pH asam netral dan klor sebagai anion yang dominant.
Tipe dari fluida dapat ditentukan berdasarkan kandungan unsur kimia yang paling
dominant dijumpai didalam air panas tersebut serta proses proses fisika yang
terjadi. Berikut ini adalah beberapa tipe fluida dari air panas (Ellis, J. A & Mahon
J. A. W, 1977), yaitu :
Klorida
Tipe air panas ini disebut juga alkali Clorida atau neutrai Clorida, yaitu
tipe pada air fluida pada sistem dengan temperature tinggi. Daerah yang
29
reservoir yang dalam serta pada sona yang permeable. Klorida merupakan anion
yang paling dominan. Unsur lain yang terkandung didalamnya adalah Sodium dan
potassium (dalam rasio 10 : 1), sebagai kation utama dengan konsentrasi silika
(konsentrasi lebih tinggi pada kenaikan temperature di kedalaman), boron dan
konsentrasi sulfat dan bikarbonat bervariasi. Kandungan gas yang terkandung
adalah hidrogen sulfide, dengan pH relatif netral yang berkisar antar pH 5- 9.
Sulfat
Tipe air ini disebut juga acid sulfat water, yaitu terbentuk akibat
kondensasi gas gas geothermal dekat permukaan. Gas gas bersamaan dengan
uap air dan unsur unsur volatile lainnya terbentuk dalam fluida secara terpisah
dengan tipe air klorida mlalui proses pemanasan. Meskipun selalu dijumpai
dipermukaan ( <100 meter). Air sulfat dapat terpenestrasi lebih dari akibat sesar
memasuki sistem panas bumi, kemudian dipanaskan mengakibatkan alterasi pada
batuan dan bercampur dengan fluida fluorid. Tipe ini sering dijumpai pada air
yang keruh atau berlumpur. Karena terpisah dari tipe fluida lainnya maka air
dipanaskan pada water table. Sulfat merupakan anion utama yang terbentuk akibat
oksidasi dari hydrogen sulfide, menghasilkan pH sekitar 2,8.
Bikarbonat
Tipe air ini merupakan tipe kaya fluida CO2 rich fluida atau disebut juga
netral bicarbonate water yang dihasilkan oleh kondensasi uap air dan gas ke
dalam poorly oksigenated sub Surface. Tipe ini merupakan non vulkanogenik
dan sistem temperature tinggi dengan pH mendekati netral akibat reaksi dengan
30
batuan sekitarnya. Sulfat dihasilkan dalam jumlah tertentu dan sedikit klorid. Tipe
ini dapat terbentuk akibat beberapa proses, yaitu :
-
Air keluar dekat permukaan dan oksidasi dari H2S dalam air kloride,
Kondensasi dari gas gas vulkanik dekat permukaan menjadi air meteorik,
tipe ini adalah pH 2 5 dengan kandungan sulfat dan klorid yang seimbang.
bikarbonat mengikuti aliran, biasanya dijumpai pada major upflow zone atau pada
sistem panas bumi bertemperatur tinggi. Kloride merupakan anion yang dominan
dan bikarbonat dalam jumlah tertentu serta pH air 6 8.
Dari hasil analisis kimia, kemudian menjadi parameter di dalam penentuan
tipe mataair panas berdasarkan klasifikasi dari diagram Trilinier, modifikasi dari
(Giggenbach, 1988 dalam Kusumayudha, 2005).
31
Tidak ada pencampuran atau dilusi pada fluida yang dalam (asumsi
ini dapat diabaikan apabila tingat dari dilusi atau pencampuran dapat
dievaluasi).
32
tempertaur yang tnggi di bawah permukaan dengan melihat elemen sodium dan
potassium. Persamaan yang dapat digunakan dalam mengitung temperatur dari
perbandingan Na - K (Giggenbach, 1988 dalam Nicholson,1993) adalah sebagai
berikut :
ToC =
273
1390
log Na / K 1.750 -
33
Mg
perbandingan nilai nilai dari setiap elemen dengan jumlah total keseluruhan
elemen yang kemudian diplot pada diagram Ternary. (Giggenbach, 1988 dalam
Nicholson,1993)
Perkiraan temperature bawah permukaan juga dipengaruhi dari persentase
elemen elemen Na-K-Mg yang dapat dihitung dengan menggunakan
perbandingan daripada nilai nilai dari setiap elemen dengan jumlah total
keseluruhan elemen.
Rumus jumlah elemen Na-K-Mg sebagai berikut:
Na + K + Mg = ot
34