Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat menyebabkan, dapat merupakan nyeri lokal maupun
nyeri radikuler maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran
nyeri ke arah tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.
Struktur Punggung dan Organ Lain Yang Berdekatan
Garis besar struktur punggung bawah adalah : a.) Kolumna vertebralis dengan jaringan
ikatnya, termasuk discus intervertebralis dan nucleus pulposus, b.) Jaringan saraf yang meliputi
konus medularis, filum terminalis, duramater dan arakhnoid, radiks dengan saraf spinalnya, c.)
Pembuluh darah, d.) muskulus atau otot skelet1.
Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut. Tiap ruas tulang
belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan
anatomik dan fisiologik. Bagian depan berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang
berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya.
Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nukleus pulposus.
Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis vertebralis yang didalamnya terdapat
medula spinalis yang membujur ke bawah sampai L 2. Melalui foramen intervertebralis setiap
segmen medula spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi. Di tingkat
servikal dan torakal, berkas serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara horizontal.
Namun di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba di
tingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan medula spinalis
membujur hanya sampai L 2 saja.
Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio pada
prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas kolumna vertebrale dijamin oleh
ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh otot-otot tersebut. Ujung-ujung serabut penghantar
impuls nyeri terdapat di ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia
artikulus posterior.
10

Fisiologi Nyeri
Ransangan nyeri yang dapat berupa ransangan mekanik, suhu, kimiawi dan campuran,
diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas yang mempunyai spesifikasi. Disini
terjadi aksi potensial dan impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri.
Serabut saraf yang dari reseptor ke gangglion masuk ke kornu posterior dan berganti
neuron. Di sini ada dua kelompok neuron, yaitu :
1. Yang berganti neuron di lamina I dan kemudian menyilang linea mediana membentuk
jaras anterolateral yang langsung ke talamus. Sistem ini disebut sistem neospinotalamik
yang mengantarkan rangsangan nyeri secara cepat.
2. Bersinaps di lamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras anterolateral
dan bersinapsis di substansia retikularis batang otak dan di talamus. Sistem ini disebut
sistem paleospinotalamik yang mengantarkan perasaan nyeri yang kronik dan yang
kurang terlokalisasi.
Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
11

mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.
Etiologi
Keadaan-keadaan yang sering menimbulkan keluhan low back pain dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Nyeri spondilogenik
1.1 Proses degeneratif
1. degenerasi diskus
Gejala awal biasanya dibatasi dengan nyeri akut pada regio lumbal. penyakit degenerasi pada
diskus ini dapat menyebabkan entrapment pada akhiran syaraf pada keadaan keadaan tertentu
seperti herniasi diskus, kompresi pada tulang vertebra dan sebagainya.
2. osteoarthrosis dan spondylosis
Kedua keadaan ini biasanya muncul dengan gambaran klinis yang hampir sama, meskipun
spondilosis mengarah

pada proses degenerasi dari diskus intervertebralis sedangkan

osteoarthrosis pada penyakit di apophyseal joint.


3. ankylosing hyperostosis
Dikenal juga sebagai Forestier`s disease. Penyebab pastinya belum diketahui.Merupakan bentuk
spondylosis yang berlebihan, terjadi pada usia tua dan lebih sering pada penderita Diabetes
Melitus.
1.2 Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis sering muncul pada awal tahapan proses pertumbuhan ( pada laki
laki).
1.3 Infeksi
Proses infeksi ini termasuk infeksi pyogenik, osteomyelitis tuberkulosa pada vertebra,
typhoid , brucelosis, dan infeksi parasit. Sulitnya mengetahui onset dan kurangnya informasi
dari foto X-ray dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis 8 10 minggu. Dengan
progresivitas dari penyakit, nyeri pinggang belakang dapat dirasa semakin meningkat
intensitasnya, menetap dan terasa saat tidur.
1.4 Osteokhondritis
Osteokhondritis pada vertebra ( Scheuermann`s disease) sama seperti osteokhondritis
pada bagian selain vertebra. Ia mempengaruhi epiphyse pada bagian bawah dan bagian atas dari
12

vertebra lumbal.Gambaran radiologi menunjukan permukaan vertebra yang ireguler, jarak antar
diskus yang menyempit dan bentuk baji pada vertebra.
1.5 Proses metabolik
Penyakit metabolik pada tulang yang sering menimbulkan gejala nyeri pinggang
belakang adalah osteoporosis. Nyeri bersifat kronik,dapat bertambah buruk dengan adanya crush
fracture .Gambaran radiologi terlihat adanya typical porosity dengan pencilled outlines pada
vertebra.
1.6 Neoplasma
Sakit pinggang sebagai gejala dini tumor intraspinal berlaku untuk tumor ekstradural di
bagian lumbal. 70 % merupakan metastase dan 30 % adalah primer atau penjalaran
perkontinuitatum neoplasma non osteogenik. Jenis tumor ganas yang cenderung untuk
bermetastase ke tulang sesuai dengan urutan frekuensinya adalah adenocarsinoma mammae,
prostat, paru, ginjal dan tiroid. Keluhan mula-mula adalah pegal di pinggang yang lambat laun
secara berangsur-angsur menjadi nyeri pinggang yang lambat laun secara berangsur-angsur
menjadi nyeri pinggang yang tidak tertahankan oleh penderita. Kadang metastase yang masih
kecil mendasari fraktur tulang lumbal oleh trauma yang tidak berarti sehingga pada kasus-kasus
dimana didapatkan ketidaksesuaian antara intensitas trauma dan derajat fraktur maka kecurigaan
ke arah keganasan perlu dipikirkan.
1.7 Kelainan struktur

Kongenital

Kelainan kongenital yang menimbulkan keluhan low back pain adalah :


1. Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terdapat pergeseran ke depan dan suatu ruas vertebra. Biasanya sering
mengenai L5. Keadaan ini banyak terjadi pada masa intra uterin. Keluhan baru timbul pada usia
menjelang 35 tahun disebabkan oleh kelainan sekunder yang terjadi pada masa itu, bersifat pegal
difus. Tapi spondilolistesis juga dapat terjadi oleh karena trauma.
2. Spondilolisis
Ialah suatu keadaan dimana bagian posterior ruas tulang belakang terputus sehingga terdapat
diskontinuitas antara prosesus artikularis superior dan inferior. Kelainan ini terjadi oleh karena
arcus neuralis putus tidak lama setelah neonatus dilahirkan. Sering juga terapat bersama dengan
13

spondilolistesis. Sama halnya dengan spondilolistesis, keluhan juga baru timbul pada umur 35
tahun karena alasan yang sama.
3. Spina bifida
Adalah defek pada arcus spinosus lumbal/sakral akibat gangguan proses pembentukan sehingga
tidak terdapat ligamen interspinosus yang menguatkan daerah tersebut. Hal ini menyebabkan
mudah timbulnya lumbosacral strain yang bermanifestasis sebagai sakit pinggang.
Ketiga kelainan di atas didiagnosis dari pemeriksaan rontgenologis.

Akuisita

1. sakit pinggang akibat sikap tubuh yang salah


2. sakit pinggang akibat trauma
-

Trauma besar
(i)

Terbedolnya insersi otot erector trunci

Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah yang nyeri tekan pada darah tersebut. (udem
setempat dan hematom)
(ii)

Ruptur ligamen interspinosum secara mutlak atau parsial mengakibatkan nyeri

tajam pada tempat ruptur yang makin berat jika pasien membungkuk. Lokalisasi dan nyeri tekan
(+).
(iii) Fraktur corpus vertebra lumbal
Pada saat fraktur, penderita merasakan nyeri setempat yang kemudian dapat disertai radiasi ke
tungkai (referred pain). Diagnosa dapat ditegakkan dari photo rontgen dengan menentukan sifat
dan derajatnya. Gejala-gejala NPB sesuai dengan tempat yang patah.
-

Trauma kecil.

Terdiri dari sakroiliak strain dan lumbosakral strain. Hal ini disebabkan daerah tersebut
merupakan penunjang utama dari tubuh dan aktivitas fisiknya. Kelainan terjadi karena daerah
tersebut bekerja terus-menerus. Keluhan utama berupa sakit pinggang yang bersifat pegal, ngilu,
panas pada bagian bawah pinggang. Tidak didapatkan nyeri tekan dan mobilitas tulang
belakang masih baik.
1. Spondilosis : spondiloartrosis deformans lumbal
Merupakan penyakit degenerasi dimana didapatkan rarefikasi korteks tulang, osteofit,
penyempitan/ pelebaran, osteolisis, osteosklerosis, penyempitan jarak antar corpus vertebra dan
kadang fraktur kompresi. Penyebabnya multifaktorial dengan faktor herediter memegang
14

peranan penting. Pada umumnya terjadi pada orang dengan umur 50 tahun ke atas dengan
keluhan pegal, ngilu, kaku, capek di seluruh daerah pinggang. Keluhan bertambah berat pada
gerakan pinggang terlebih setelah duduk atau berbaring.
2. Spinal stenosis
Adalah perubahan sekunder pada canalis vertebra dimana terjadi penyempitan ruang
canalis vertebra yang bermanifestasi sebagai nyeri radikuler pada waktu berjalan dengan sikap
tegak sehingga penderita berusaha meringankan sakitnya dengan membungkuk.
3. Nyeri viserogenik
Nyeri ini dapat muncul akibat gangguan pada ginjal, bagian viscera dari pelvis dan tumor
tumor peritoneum
4. Nyeri vaskulogenik
Aneurisma dan penyakit pembuluh darah perifer dapat memunculkan gejala nyeri. Nyeri pada
aneurisma abdominal tidak ada hubungannya dengan aktivitas dan nyerinya dijalarkan ke kaki.
Sedang pada penyakit pembuluh darah perifer, penderita sering mengeluh nyeri dan lemah pada
kaki yang juga diinisiasi dengan berjalan pada jarak dekat.
5. Nyeri neurogenik
Misal pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor tumor pada spinal duramater
dapat menyebabkan nyeri belakang.
6. Nyeri psikogenik
Pada ansietas, neurosis, peningkatan emosi , nyeri ini dapat muncul.
Nyeri punggung bawah dapat dibedakan berdasarkan penyebab mekanik, non-mekanik,
maupun sebab visceral seperti di bagan berikut. Pada nyeri punggung bawah perlu diwaspadai
adanya Red Flag, yaitu tanda dan gejala yang menandai adanya kelainan serius yang mendasari
nyeri. Red flags dapat diketahui melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kelainan
Kanker atau infeksi

Red Flags
Usia <20 tahun atau > 50 tahun
-

Riwayat kanker

Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

Terapi imunosupresan

Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam, menggigil


15

Fraktur vertebra

Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat


Riwayat trauma bermakna

Penggunaan steroid jangka panjang

Sindroma kauda ekuina-

Usia > 70 tahun


Retensi urin akut atau inkontinensia overflow

atau defisit neurologik-

Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani

berat

Saddle anesthesia

Paraparesis progresif atau paraplegia

Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya NPB adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o),
obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik),
getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
Diagnosis Klinis Nyeri Punggung Bawah
Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta
pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:

Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi

mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.

Lama dan frekuensi serangan


NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi

diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Lokasi dan penyebaran

16

Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke
iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi
sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.

Faktor yang memperberat/memperingan


Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada

penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava
akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan

berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.
Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang sudah lama dan intermiten,
diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara
mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri,
dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti
adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :
17

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan
juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang
sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai


bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.

Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan
jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).

Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.

Nyeri NPB pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.

Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu

keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).


Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan
pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus
spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari
jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

18

Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini
dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang
mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik
lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
Tanda-tanda perangsangan meningeal :
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau
S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan
ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri
akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat
tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque
yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi
diskus.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang
terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui

19

bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita
yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang
positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque
dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri
Tes Diagnostik
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb,
jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu
EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga
pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi
20

lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi
adanya suatu tumor.
Penatalaksanaan
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan modalitas.
pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu pendek
disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan
penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan. Namun pada pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk
pengobatan simptomatis lainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
antiinflamasi,OAINS, dan penenang
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas
yang keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Modalitas dapat
berupa kompres es, semprotan etil klorida, dan fluorimetan.
Tidak semua nyeri dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan tindakan
injeksi anestetik atau antiinflamasi steroid pada tempat-tempat seperti pada faset, radiks saraf,
epidural, intradural. Bahkan untuk beberapa kasus LBP dibutuhkan pembedahan.
Setelah fase akut teratasi dilakukan beberapa pencegahan kekambuhan diantaranya
pelatihan peregangan dan pemakaian korset atau braching.

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
21

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
: Ny. A / Perempuan/ 45 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan
: Wiraswasta
c. Alamat
: Kuranji, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Menikah
b. Jumlah Anak
: 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup , penghasilan Rp.2.000.000/ bulan
d. KB
: Tidak ada
e. Kondisi Rumah
:
Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 80 m2
Listrik ada
Sumber air : PDAM
Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
Sampah di angkut petugas
Jumlah penghuni 4 orang, pasien, suami, 2 orang anak
Kesan : higine dan sanitasi baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
3. Aspek Psikologis di keluarga
Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya
Hubungan dengan keluarga baik
Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
-

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti pasien.

5. Keluhan Utama
Nyeri pinggang bawah sejak 1 bulan yang lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri pinggang bawah sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri awalnya dirasakan di
pinggang kanan lalu menjalar ke tungkai kanan. Nyeri dirasakan meningkat saat

22

pasien berjalan, batuk maupun saat mengejan. Pasien merasa lebih enak ketika
berbaring telentang.

Sebelumnya, 2 bulan yang lalu pasien pernah terpeleset di kamar mandi dan
jatuh terduduk. Setelah jatuh pasien dapat berdiri dan berjalan kembali seperti
biasa. Sebulan kemudian pasien mulai merasa pinggangnya sering pegal-pegal. 1
minggu yang lalu, pasien bawa anggota keluarga untuk di urut, tapi pinggangnya
dirasakan semakin nyeri. Karena nyeri tidak sembuh, pasien datang berobat ke
Puskesmas.

Kelemahan anggota gerak tidak ada

Riwayat sakit kepala hebat tidak ada

Demam tidak ada

Riwayat mendapat penyinaran tidak ada

Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.

Kebiasaan mengangkat beban berat disangkal.

7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
TD
Suhu
BB
TB
Mata
Kulit

: Sedang
: CMC
: 78x/ menit
: 20x/menit
: 120/70 mmHg
: 36,8 0C
: 62 Kg
: 172 cm
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
: Turgor kulit baik

Dada

23

Paru
Inspeksi

: simetris ki=ka

Palpasi

: fremitus ki=ka

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Inspeksi

: iktus tidak terlihat

Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

Jantung

Kiri

: 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD
Atas

: RIC II

Auskultasi

: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Perut tidak tampak membuncit


: Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
: Timpani
: BU (+) N

Abdomen

Corpus Vertebrae :
Inspeksi

: Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)

Palpasi

: Nyeri tekan pada otot-otot samping vertebra L5 (+)

Anggota gerak

: Status Neurologis

Status Neurologis :
24

1. GCS 15 : E4 M6 V5
2. Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- muntah proyektil (-)
- sakit kepala progresif (-)

4. Nn Kranialis :
-NI

penciuman baik

- N II

reflek cahaya +/+

- N III, IV, VI

pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola mata bebas ke segala arah

-NV

bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan

- N VII

bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris

- N VIII

fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

- N IX, X

arcus faring simetris, uvula di tengah.

25

5.

- N XI

bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan

- N XII

lidah ,deviasi (-)

Motorik : 5 5 5 5 5 5
555

555

Tungkai kanan : Laseque (+), Cross Laseque (+), Naffziger (+), Patrick (+),
Kontra Patrick (+)
Sensorik
- Eksteroseptif : rasa raba, tekan dan nyeri baik
- Proprioseptif : rasa getar dan posisi sendi baik
Fungsi otonom : BAK dan BAB normal
Reflek fisiologis : Reflek biseps +/+, Reflek triceps +/+, Reflek KPR +/+, Reflek APR +/
+
Reflek patologis : Reflek Hoffman Trommer -/-, Reflek Babinsky Group -/-

8. Laboratorium
: Tidak Dilakukan
9. Pemeriksaan anjuran : Rontgen foto lumbo-sakral
10. Diagnosis Kerja
Ischialgia dextra
11. Diagnosis Banding : HNP
12. Manajemen
a. Preventif :
Menjelaskan kepada pasien agar tidak mengangkat beban yang berat. Jika kan
menjangkau benda yang dibawah, harus dengan posisi jongkok dan punggung
-

tetap diluruskan.
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
26

b. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan
-

tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat


Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pemberian kompres dengan cara

yang benar.
c. Kuratif
:
Umum:
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian kompres pada otot-otot pinggang.
c. Lakukan peregangan tulang punggung dengan berbaring di lantai yang datar,
duduk dengan kaki diluruskan dan tangan berusaha menjangkau ujung-ujung
jari, duduk bersidekap kelutut dan tempelkan pipi masing-masing lutut,
dilakukan pagi hari sebelum memulai aktifitas dan malam hari setelah
beraktifitas seharian.
d. Menggunakan korset lumbosakral untuk aktifitas sehari-hari.
Khusus

e. Piroxicam tablet 1x 20mg


f. Bioneuron 2x1 tablet
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk menilai efek pengobatan yang diberikan.

27

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Kuranji Padang

Dokter

: Micelia Amalia Sari

Tanggal

: 28 Januari 2014

R/ Piroxicam tab 20 mg

No. VII

S1 dd tab I
R/ Bioneuroan

tab

No. X

S 2dd tab I

_____________________________________

Pro

: Ny. Aminah

Umur : 45 tahun
Alamat

: Kuranji

28

Anda mungkin juga menyukai