Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENCEMARAN UDARA

BERBAGAI TIPE PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA BEBERAPA


AKTIVITAS DI PERKOTAAN

Kelompok 1
Mufridatur Rohmah (G24110001)
Gigih Bangun W

(G24110002)

Alvin Gustomy

(G24110065)

Ikrom Mustofa

(G24110066)

Nihayatuz Zulfa

(G24110067)

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah perkotaan memiliki perkembangan jumlah kendaraan bermotor yang
semakin pesat dengan peningkatan sebesar 9.29% setiap tahun (BPS 2012).
Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, akan semakin menambah
beban lalu lintas dan menimbulkan berbagai permasalahan. Masalah yang
ditimbulkan sebagai contoh adalah masalah kebisingan akibat lalu lintas. Selain
itu, sumber kebisingan daerah perkotaan meliputi kawasan industri. Pada
pelaksanaan operasinya, industri menggunakan mesin-mesin dan peralatan yang
menimbulkan intensitas kebisingan yang tinggi.
Menurut Menlh (2007), kebisingan adalah bunyi yag tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Apabila kebisingan
tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama dan terus-menerus,
dapat mengakibatkan gangguan fisiologis dan psikologis pada manusia. Gangguan
fisiologis, seperti bergesernya ambang pendengaran dan dapat mempengaruhi
kerja organ-organ tubuh. Sedangkan gangguan psikologis seperti sifat mudah
marah, sulit tidur dan berkurangnya produktivitas kerja.
Berdasarkan uraian di atas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kebisingan kendaraan bermotor dan kawasan industri sehingga diperoleh
masukan guna mengendalikan kebisingan pada beberapa aktivitas di perkotaan.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
aktivitas di Perkotaan yang dapat menimbulkan kebisingan dan cara
pengendaliannya.

PEMBAHASAN
Kebisingan
Menurut Leslie (1993), kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan
perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi kesehatan sehari-hari dan segala
bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima. Harris (1979) menyatakan bahwa
kebisingan merupaka bunti yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan
ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan
kesehatan manusia.
Tabel 1 Baku tingkat kebisingan

Tabel 2 Kriteria bising latar belakang yang direkomndasikan untuk rumah tinggal

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang


kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah
dalam empat zona.
1. Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat
perawatan kesehatan atau sosial dengan tingkat keisingan berkisar 35-45
dB.

2. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan dan rekreasi dengan tingkat


keisingan berkisar 45-55 dB.
3. Zona C untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dengan tingkat
keisingan berkisar 50-60 dB.
4. Zona D untuk lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bus
dengan tingkat keisingan berkisar 60-70 dB.
Kebisingan dibagi mjadi tiga macam berdasarkan asal sumbernya yaitu
(Setiawan 2010) :
1. Kebisingan impulsif yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara terusmenerus akan tetapi sepotong-potong.
2. Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan yang datang secara teru-menerus
dalam waktu yang cukup lama.
3. Kebisingan semi kontinyu yaitu kebisingan kontinyu yang hanya sekejap
kemudian hilang dan mungkin akan datang lagi.

Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap


mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan,
pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah
tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu (Setiawan 2010).
1. Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi, kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin.
Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lainlain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan
udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Bermacam-macam sumber kebisingan yang merupakan dampak dari
aktivitas berbagai proyek pembangunan dapat dibagi ke dalam empat tipe
pembangunan yaitu:
1. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan pemukiman
2. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan gedung bukan untuk tempat
tinggal tetap, misalnya untuk perkantoran, gedung umum, hotel, rumah
sakit, sekolah dan lain sebagainya

3. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan industri


4. Sumber kebisingan dari tipe pekerjaan umum, misalnya jalan, saluran
induk air, selokan induk air, dan lainnya.
Berdasarkan sifat sumber, kebisingan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan lainnya
2. Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut,
dan lainnya.
Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang
dikeluarkannya ada dua:
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran.
Contohnya sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak
bergerak
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contohnya kebisingan
yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.
Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi:
1. Bising Interior. Merupakan bising yang berasal dari manusia, alat-alat
rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh
radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor
kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
2. Bising Eksterior. Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat,
laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
Kebisingan di Perkotaan
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di
perkotaan besar. Beberapa sumber kebisingan di perkotaan adalah lalu lintas jalan,
industri, dan kegiatan lainnya. Lalu lintas jalan merupakan sumber utama
kebisingan yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Tingkat
kebisingan jalan raya dapat mencapai 70-80 dB(A) (Fathoni 2010). Sumber
kebisingan di jalan raya umumnya berupa kendaraan bermotor baik dari suara
knalpot paupun suara klaksonnya. Selain itu, kebisingan akibat lalu lintas juga
tergantung pada volume lalu lintas dan kecepatan kendaraan. Baku mutu
kebisingan untuk tempat-tempat seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah
adalah 55 dB(A). Oleh karena itu, tempat-tempat tersebut sebaiknya dibangun
dengan jarak yang cukup jauh dari jalan raya.
Kebisingan pada industri seringkali terjadi pada industri yang memakai
alat berat atau mesin dengan suara yang kencang. Nilai ambang batas kebisingan
di lingkungan kerja maksimum sebesar 85 dB(A) untuk 8 jam kerja perhari
(Bachtiar et al 2008). Hubungan antara faktor kebisingan dan faktor tingkat

kesulitan kerja terhadap produktivitas diantaranya yaitu efek dari kebisingan


secara fisiologis terbukti dapat mempengaruhi konsentrasi secara mental,
meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung, dapat menutup
pembuluh darah pada kulit, meningkatkan metabolisme, menyebabkan gangguan
pencernaan, serta meningkatkan ketegangan pada otot.
Kawasan lain yang juga terkena dampak kebisingan di daerah perkotaan
adalah perumahan, perkantoran, ruang terbuka hijau, sarana pemerintahan, dan
faslitas umum lainnya. Baku mutu kebisingan untuk wilayah perumahan
maksimum adalah 55 dB(A), tetapi nilai tersebut sudah sering terlampaui karena
banyak pemukiman yang letaknya dekat dengan jalan raya sehingga terpengaruh
kebisingan lalu lintas. Baku mutu kebisingan untuk wilayah perkantoran dan
sarana pemerintahan berkisar antara 60-65 dB(A), tetapi nilai tersebut juga sudah
sering terlampaui karena banyak perkantoran yang dibangun dekat dengan jalan
raya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kebisingan dominan di
wilayah perkotaan adalah lalu lintas.
Pengendalian Kebisingan
Secara umum upaya pengendalian kebisingan dilakukan melalui pengurangan dan
pengendalian tingkat bising menjadi 3 aspek yaitu :
1. Pengendalian pada sumber.
Pengendalian kebisingan pada sumber meliputi;
a). Perlindungan pada peralatan, struktur, dan pekerja dari dampak bising.
b). Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.
Reduksi kebisingan pada sumber biasanya memerlukan modifikasi atau mereduksi
gaya-gaya penyebab getaran sebagai sumber kebisingan dan mereduksi
komponen-komponen peralatan. Pengendalian kebisingan pada sumber relatif
lebih efisien dan praktis dibandingkan dengan pengendalian pada
lintasan/rambatan dan penerima.
2. Pengendalian pada media rambatan.
Pengendalian pada media rambatan dilakukan di antara sumber dan penerima
kebisingan. Prinsip pengendaliannya adalah melemahkan intensitas kebisingan
yang merambat dari sumber ke penerima dengan cara membuat hambatanhambatan. Ada dua cara pengendalian kebisingan pada media rambatan yaitu
outdoor noise control dan indoor noise control. Seperti pada tempat karaoke,
setiap ruangannya memiliki dinding yang dilapisi karpet dan spons yang berfungsi
menyerap bunyi yang kencang sehingga tidak memantul kembali.
3. Pengendalian kebisingan pada manusia.
Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi tingkat
kebisingan yang diterima setiap hari. Pengendalian ini terutama ditujukan pada
orang yang setiap harinya menerima kebisingan, seperti operator pesawat terbang
dan orang lain yang menerima kebisingan. Pada manusia kerusakan akibat
kebisingan diterima oleh pendengaran (telinga bagian dalam) sehingga metode

pengendaliannya memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat


kebisingan yang masuk ke telinga.
KESIMPULAN
Jenis aktivitas di perkotaan yang dapat menimbulkan kebisingan
diantaranya adalah sistem lalu lintas dengan volume kendaraan yang sangat padat,
industri (pabrik dan perkantoran), serta pemukiman padat penduduk.
Pengendalian kebisingan dilakukan dengan memperhatikan masing-masing
kondisi. Pengendalian kebisingan pada perkotaan umumnya memperhatikan
sumber, rambatan, dan kondisi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Vera Surtia , Yommi Dewilda dan BerlindaVaniake Wemas. 2008.
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit
Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam. Jurnal Teknik Lingkungan
UNAND 10 (2) : 85-93.
[BPS]. 2012. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun
1987-2012.
WWW
BPS
(terhubung
berkala)
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=12 (22 November
2014).
Chaeran, Mochamad. 2008. Kajian Kebisingan Akibat Aktifitas Di Bandara (Studi
Kasus Bandara Ahmad Yani Semarang). Tesis. Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro Semarang.
Fathoni, Moch Setiawan. 2010. Tingkat Kebisingan pada Perumahan di
Perkotaan. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan No. 2 Vol. 12 Hal. 191200.
Harris, C.M. 1979. Handbook Of Noise Control. New York : Mc. Graw-Hill Book
Company.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48. 1996. Baku Tingkat
Kebisingan. Jakarta : KLH.
Leslie, L.D. 1993. Akustik Lingkungan. Jakarta (ID) : Erlangga.
[Menlh]. 2007. Memperkirakan Damapak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta
(ID) : Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementrian Negara Lingkungan
Hidup.
Setiawan, Fathoni. 2010. Tingkat kebisingan pada perumahan di perkotaan. J.
Teknik Sipil. Vol XII(2): 191-200.
Setiawan, M.F. 2010. Tingkat Kebisingan Pada Perumahan di Perkotaan. Jurnal
Tekni Sipil dan Perencanaan, Nomor 2 Volume 12.

Anda mungkin juga menyukai