Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Ke-3 M.K.

Analisis Meteorologi

Hari, tanggal : Selasa, 25 Februari 2014 Asisten : 1. Edyanto (G24100019) 2. Deti Triani (G24100026)

PEMBUATAN DAN ANALISIS PETA ISOPLET DENGAN METODE DIGITAL (SURFER 10) KELOMPOK 14

Alvin Gustomy

(G24110065)

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3 Latar Belakang .............................................................................................................. 3 Tujuan ............................................................................................................................ 3 METODOLOGI .................................................................................................................. 3 Waktu dan Tempat Praktikum ................................................................................... 3 Alat dan Bahan.............................................................................................................. 3 Langkah Kerja .............................................................................................................. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 4 KESIMPULAN ................................................................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam bidang meteorologi memprediksi cuaca yang akan datang merupakan hal penting untuk menganalisis fenomena cuaca yang ada di suatu wilayah. Dengan menganalisis unsur-unsur cuaca, seperti tekanan udara, suhu, titik embun, arah angin, dan kecepatan angin dapat membantu dalam memprediksi cuaca yang akan datang. Untuk mempermudah prediksi cuaca digunakan suatu gambaran unsur-unsur cuaca yang dapat dilihat dan dianalisis melalui peta isoplet. Peta isoplet adalah peta dengan garis-garis yang menghubungkan tempattempat dengan densitas atau nilai distribusi yang sama. Praktikum akan membuat peta isoplet unsur-unsur cuaca, seperti peta isobar, isoterm, isodrosoterm, isogon, dan isotach dengan menggunakan aplikasi Surfer. Aplikasi Surfer (Surface Mapping System) merupakan salah satu aplikasi yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan peta tiga dimensi spasial darat maupun lautan berdasarkan pada grid (Burrough 1986). Aplikasi surfer memiliki beberapa versi, diantaranya versi 8.0 dan 9.0, namun yang kini berkembang adalah versi 10.0 yang akan digunakan di praktikum. Tujuan 1. Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja aplikasi surfer. 2. Praktikan dapat dapat mengolah dalam pembuatan dan analisis peta isoplet dengan surfer. METODOLOGI Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilakukan pada tanggal 25 Februari 2014 di RKX 2.03. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum menggunakan Laptop dengan software surfer10 Langkah Kerja Langkah Pembuatan (Isoterm, Isobar, dan Isodrosoterm) 1. Import Base map pada plot. 2. Digitasi base map dan letak stasiun. 3. Buka worksheet data, dan ubah nilai pada kolom Z sesuai parameter yang ingin dibuat (suhu/ tekanan/ titik embun). 4. Grid data. 5. Tampilkan kontur (contour map). 6. Tambahkan kelengkapan dasar peta (arah mata angin, tahun pembuatan, dsb).

1. 2. 3. 4.

Langkah pembuatan Isogon dan Isotach Membuka peta dasar yang telah dilengkapi dengan posisi dan nomor stasiun. Membuka worksheet data posisi stasiun, dimana kolom Z berisikan nilai arah angin tiap stasiun (arah angin dalam bentuk derajat). Melakukan griding data. Menampilkan peta (vector-map).

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis fenomena cuaca di suatu wilayah merupakan hal yang penting dalam bidang meteorologi. Peta isoplet digunakan sebagai suatu gambaran unsurunsur cuaca yang dapat dilihat dan dianalisis, sehingga dapat dilakukan prediksi cuaca. Pembuatan peta isoplet dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan menggunakan aplikasi. Aplikasi Surfer digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan peta tiga dimensi spasial darat maupun lautan. Dengan aplikasi surfer dilakukan digitasi pada peta dan letak stasiun, kemudian kontur dibuat sesuai dengan unsur-unsur cuaca. Unsur cuaca yang digunakan dalam praktikum, meliputi peta isobar, isoterm, isodrosoterm, isogon, dan isotach.

Gambar 1. Peta Isobar

Peta isobar adalah peta dengan garis-garis yang menghubungkan tempat dengan nilai tekanan yang sama. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai isobar yang semakin rendah ditunjukkan dengan warna putih, sedangkan nilai isobar yang semakin tinggi ditunjukkan dengan warna coklat. Pada gambar diketahui bahwa, terdapat wilayah bertekanan rendah yang berada ditengah-tengah dan ditunjukkan oleh warna wilayah yang semakin putih atau wilayah siklon (tekanan rendah) yang berupa daratan. Namun, semakin melebar perubahan warna semakin berubah mendekati warna coklat yang menunjukkan wilayah tersebut memiliki tekanan tinggi atau disebut sebagai anti siklon (tekanan tinggi) yang berupa wilayah lautan. Wilayah dengan tekanan rendah (siklon) menjadi tempat berkumpulnya massa udara yang membawa uap air sehingga wilayah tersebut menjadi tempat terbentuknya awan dan hujan, maka wilayah tersebut dapat

diketahui sebagai wilayah daratan. Sebaliknya, untuk wilayah tekanan tinggi (anti siklon) memiliki wilayah dengan cuaca yang cerah disebabkan terjadinya pergerakan massa udara yang menjauhi wilayah anti siklon dan membawa uap air ke daerah tekanan rendah (siklon) (Irianto 2003).

Gambar 2. Peta Isoterm

Peta isoterm adalah peta dengan garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki suhu yang sama. Berdasarkan hasil yang diperoleh, gambar menunjukkan semakin lebar luasan wilayah kontur maka suhu akan semakin meningkat. Pada wilayah daratan terjadi penumpukan perbedaan suhu dengan selang perbedaan suhu antara 50-61 oF. Hal ini disebabkan oleh adanya wilayah pusat tekanan rendah (siklon) yang mengakibatkan terjadinya pengumpulan massa udara yang membawa uap air, sehingga menciptakan adanya awan dan hujan (Rafii 1995). Oleh sebab itu, wilayah tersebut memiliki suhu yang tidak terlalu berbeda dengan wilayah yang memiliki pusat tekanan tinggi (anti siklon). Dimana wilayah dengan tekanan tinggi memiliki cuaca cerah tanpa adanya halangan awan, sehingga radiasi surya yang masuk ke atmosfer dapat menyebabkan peningkatan suhu yang tinggi hingga 73 oF.

Gambar 3. Peta Isodrosoterm

Peta isodrosoterm adalah peta berupa kontur yang menghubungkan tempat yang memiliki nilai titik embun yang sama. Berdasarkan hasil peta isodrosoterm,

diketahui bahwa daerah semakin berwarna hitam memiliki titik embun yang rendah yaitu 30 oF, sedangkan jika mendekati warna putih akan memiliki titik embun yang tinggi yaitu 68 oF. Pada gambar menunjukkan, bagian tengah daratan memiliki nilai titik embun yang lebih rendah ditandai dengan warna biru. Hal ini disebabkan terdapatnya pusat tekanan rendah (siklon) di bagian tengah daratan, sehingga banyak awan dan hujan yang menghalang radiasi matahari yang masuk ke bumi. Selain itu, karena selisih antara suhu udara dengan titik embun kecil maka daerah tersebut dapat menciptakan bentukan awan yang besar. Sedangkan untuk wilayah lautan atau pusat tekanan tinggi (anti siklon), nilai titik embun akan mencapai nilai tertinggi. Hal ini disebabkan, selisih antara suhu udara dengan nilai titik embun yang besar, kemudian mengakibatkan cuaca di daerah tersebut lebih cerah sehingga radiasi matahari yang masuk lebih besar tanpa terhalangi oleh awan (Rafii 1995).

Gambar 4. Peta Isotach dan Isogon

Peta isotach merupakan peta yang menghubungkan garis-garis wilayah dengan kecepatan angin yang sama, sedangkan peta isogon yaitu peta yang menghubungkan wilayah dengan arah angin yang sama. Berdasarkan hasil peta isotach, menunjukkan berbagai wilayah dengan tingkat kecepatan angin yang sama. Diketahui bahwa hampir seluruh wilayah di daratan memiliki kecepatan angin yang bervariasi mulai dari yang rendah yaitu 5 knot hingga 20 knot. Hal ini disebabkan wilayah daratan memiliki banyak bentukan permukaan yang tidak rata, sehingga dapat menyebabkan adanya variasi kecepatan angin di wilayah daratan. Sedangkan untuk wilayah lautan, memiliki kecepatan angin yang tidak terlalu bervariasi sekitar 5 knot sampai 12 knot. Gabungan peta isotach dan isogon menunjukkan adanya pergerakan angin serta kecepatan angin yang mengarah ke satu titik yang berada di tengah-tengah wilayah daratan. Hal ini menjadi indikasi bahwa daerah tersebut memiliki pusat tekanan yang rendah karena arah angin bergerak dari tekanan tinggi ke rendah (Tjasyono 2004). Selain itu, angin yang berhembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah membawa massa udara yang besar, sehingga di tengah-tengah daratan tersebut akan terjadi penumpukan massa udara yang dapat memicu pembentukan awan dan hujan. Peta isoplet dapat dibuat dengan manual dan digital. Peta isoplet dengan manual dapat dilakukan dengan interpolasi. Interpolasi adalah metode atau cara mencari sebuah nilai yang berada diantara dua buah titik yang berbeda angkanya

untuk menghubungkan garis-garis dengan kontur yang sama pada peta. Dengan cara manual, sebuah kontur memiliki beberapa syarat yaitu garis-garis tidak boleh saling berpotongan dengan kontur atau garis lain, garis-garis tidak boleh membentuk sudut, dan garis-garis tidak boleh putus. Selain itu, terdapat cara digital untuk memudahkan dalam membuat peta isoplet yaitu dengan menggunakan aplikasi surfer. Aplikasi surfer digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi. Aplikasi ini melakukan digitasi pada peta dan letak stasiun, kemudian kontur dibuat sesuai dengan parameter yang diinginkan. Metode manual dan digital memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dengan cara manual kontur dapat dibuat dengan interpolasi, kemudian titik-titik hasil interpolasi dihubungkan dengan sebuah garis. Sedangkan jika menggunakan aplikasi surfer, kontur dibuat dengan melakukan digitasi yang butuh ketelitian lebih. Namun kekurangan dengan cara manual, peta kontur yang dihasilkan memiliki informasi yang terbatas. Sedangkan dengan menggunakan aplikasi surfer informasi yang disajikan dapat lebih lengkap, seperti perbedaan warna yang menginterpretasikan besaran suatu parameter, overlay untuk mengetahui berbagai unsur, dan dapat disajikan dalam bentuk tiga dimensi untuk memudahkan dalam interpretasi gambar. Metode manual amupun digital memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga dapat digunakan sesuai kebutuhan dan kemampuan. Terdapat sebuah metode yang digunakan pada saat penggunaan aplikasi surfer yaitu metode interpolasi kriging. Metode interpolasi kriging adalah metode interpolasi yang menimbang nilai yang terukur di sekitarnya untuk mengestimasi suatu nilai dari sebuah titik pada tiap-tiap grid. Asumsi dari metode ini adalah jarak dan orientasi antara sampel data menunjukkan korelasi spasial yang penting dalam hasil (Burrough 1986). Tidak seperti metode interpolasi lain, kriging memilih metode estimasi yang terbaik untuk menghasilkan output permukaan. Pada bidang meteorologi, metode kriging digunakan untuk menimbang nilai yang diukur di sekitarnya untuk memperoleh nilai prediksi di lokasi yang tidak terukur. Sehingga suatu wilayah tanpa stasiun pengamatan, nilai unsur cuacanya dapat diestimasi dengan menggunakan metode kriging.

KESIMPULAN Praktikum dengan menggunakan aplikasi surfer dapat memudahkan dalam pembuatan peta isoplet. Aplikasi surfer digunakan mulai dari proses pembuatan base map (peta dasar), digitasi, hingga hasil kontur pada peta isoplet. Hal ini memberikan kemudahan untuk memahami dan menganalisis gambar tersebut. Selain itu, dengan menggunakan aplikasi surfer dapat mempermudah prediksi cuaca yang digunakan pada peta isoplet, sehingga dapat diperoleh gambaran unsur-unsur cuaca yang dapat dilihat dan dianalisis.

DAFTAR PUSTAKA Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographical Information Systems for Land Resources Assessment. New York: Oxford University Press. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta : Pustaka Jaya. Irianto, Gatot. 2003. Implikasi Penyimpangan Iklim Terhadap Tataguna Lahan. Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Rafii, Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung. Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai