HACCP merupakan akronim yang digunakan untuk mewakili satu sistem analisis
hazard dan titik kendali kritis (Hazard Analysis and Critical Control Point). Konsep
HACCP merupakan suatu metode manajemen keamanan makanan yang sistematis
dan didasarkan pada prinsip-prinsip yang sudah dikenal, yang ditujukan untuk
mengidentifikasi hazard (bahaya) yang kemungkinan dapat terjadi pada setiap
tahapan dalam rantai persediaan makanan, dan tindakan pengendalian ditempatkan
untuk mencegah munculnya hazard tersebut. Metode ini sangat logis dan mengkaji
semua tahapan di dalam produksi makanan mulai dari tahap penanaman sampai
konsumen, termasuk semua proses di antaranya dan akyivitas pendistribusian.
Bagaimana cara kerja HACCP
Singkatnya, HACCP merupakan sebuah logis terstruktur yang diterapkan dengan
mengikuti langkah-langkah sederhana berikut :
1. Mengkaji bagaimana produk dibuat-dari awal sampai akhir, langkah demi
langkah, mengidentifikasi hazard yang mungkin timbul, memutuskan pada
langkah mana di dalam proses yang mungkin akan memunculkan hazard,
dan melakukan tindakan pengendalian untuk mencegah munculnya hazard
tersebut.
2. Putuskan tindakan pengendalian tersebut yang memang sangat menentukan
(kritis) keamanan makanan.
3. Buat batasan keamanan untuk pelaksanaan tindakan pengendalian kritis itu.
4. Pantau tindakan pengendalian itu, jangan sampai melebihi batasan
keamanan.
5. Identifikasi kemungkinan tindakan perbaikan jika terjadi kesalahan.
6. Dokumentasikan persyaratan dan catat semua temuan ketika produk di
hasilkan.
7. Pastikan bahwa sistem bekerja secara efektif melalui pelaksanaan kajian
kinerja dan audit secara teratur.
Langkah-langkah logis ini membentuk dasar yang kemudian dikenal sebagai tujuh
prinsip HACCP yang sudah diterima dunia internasional. Prinsip-prinsip tersebut
dipublikasikan oleh Codex Alimentarius Comission (Codex 1993, 1997b)-kode
makanan yang disusun oleh Badan Pangan Sedunia (FAO) dan WHO serta oleh
National advisory Comitte on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF, 1992,
1997) di AS. Prinsip-prinsip tersebut menguraikan cara-cara untuk menyusun,
menerapkan dan memelihara sistem HACCP.
Ketujuh Prinsip HACCP
Berikut prinsip-prinsip HACCP (Codex 1997b).
Prinsip 1
: lakukan analisis hazard
Prinsip 2
: tentukan titik kendali kritis (critical control point/CCP)
Prinsip 3
Prinsip 4
Prinsip 5
Prinsip 6
Prinsip 7
Tahap 1
Tahap 3
Persiapan dan
perencanaan
Penerapan rancangan
HACCP
Tahap 4
Verifikasi dan pemeliharaan
sistem HACCP
Rancangan HACCP : hasil kajian HACCP. Rencana ini merupakan dokumen yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip HACCP untuk memastikan pengendalian
terhadap hazard yang signifikan di dalam keamanan makanan.
Tim HACCP : mereka yang melaksanakan kajian HACCP, biasanya empat sampai
enam orang akan membentuk sebuah tim multidisipliner. Pegawai dari bagian
jaminan mutu, mesin, dan produksi biasanya akan berada pada tim tersebut.
Sistem HACCP : sistem HACCP adalah apa yang anda dapatkan saat rancangan
HACCP diterapkan di tempat kerja.
Dokumentasi dan catatan HACCP : digunakan sebagai bukti bahwa sistem memang
dilakukan dan berfungsi.
Persiapan
dan
perencanaan
Prinsip 1
Lakukan analisis hazard
Prinsip 2
Tentukan titik kendali kritis
Prinsip 3
Tetapkan batasan kritis
Prinsip 4
Bentuk sistem CCP
Prinsip 5
tetapkan
tindakan
perbaikan
yang
akan
dilakukan
saat
hasil
pemantauan menunjukkan
bahwa
CCP
tertentu
berada di luar kendali.
Prinsip 6
bentuk prosedur verifikasi
untuk memastikan bahwa
sistem HACCP bekerja
dengan efektif
Prinsip 7
dokumentasikan semua prosedur
dan catatan yang berkaitan dengan
prinsip tersebut dan penerapannya
RANCANGAN
HACCP
Catatan pemantauan
Audit
CATATAN
HACCP
Persiapan dan perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting dan dapat menjadi
unsur kunci di dalam memastikan bahwa proses penyusunan sistem HACCP berlangsung
dengan upaya yang sesedikit mungkin.
Kajian HACCP itu sendiri pada dasarnya mencakup lima prinsip pertama dari ketujuh prinsip
HACCP. Sebuah tim HACCP akan memulai kegiatannya dengan menerapkan prinsip
pertama dan untuk melakukannya mereka akan memetakan pengolahan makanan tahap
demi tahap. Berikut kajian HACCP :
2
Isi panci dengan air dingin
3
Panaskan air sampai
mencapai titik didih
4
Masukkan telur ke panci
5
Rebus selama 8 menit
6
Pindahkan telur dari panci
dan hidangkan
Pada masing-masing langkah yang teridentifikasi di dalam proses, tim HACCP akan
mengkaji ada atau tidaknya hazard keamanan makanan yang dapat menimbulkan
masalah (prinsip 1). Dengan demikian, pada langkah 1 tim akan mengidentifikasi
Salmonella sebagai masalah yang potensial.
Kemudian, tim akan mempertimbangkan apakah langkah mengeluarkan telur dari
lemari es merupakan sebuah langkah yang kritis (prinsip 2) jika dihubungkan dengan
pengendalian hazard terkait, dalam hal ini Salmonella. Tim kemungkinan akan
menyimpulkan bahwa langkah tersebut nukan langkah yang kritis, mengingat
nantinya telur akan direbus dalam air. Pada langkah 5 (saat telur direbus), titik
tempat prinsip 2 diterapkan, tim akan menyimpulkan bahwa langkah perebusan
merupakan langkah yang sangat menentukan (sebuah titik kendali kritis) untuk
mengidentifikasi Salmonella.
Tim akan membutuhkan waktu yang dibutuhkan (batasan kritis) untuk merebus telur
guna memastikan bahwa semua Salmonella sudah dihancurkan (prinsip 3). Pada
perusahaan makanan, waktu tersebut biasanya ditentukan melalui berbagai
pengujian dan pengukuran misalnya, untuk mengukur suhu bagian tengah telur
selama waktu pemasakan dalam kaitannya dengan informasi bahwa panas dapat
menghancurkan Salmonella, dengan demikian waktu perebusan yang dipilih sudah
mencukupi untuk mencapai suhu bagian tengah yang disyaratkan.
Setelah membuktikan hubungan antara waktu dan suhu, tim HACCP harus
menentukan frekuensi pemantauan terhadap waktu perebusan dan suhu air (prinsip
4) dan apa yang akan dilakukan jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi (prinsip 5).
Semua informasi ini akan didokumentasikan pada sebuah formulir yang sering
disebut sebagai bagan kendali HACCP atau lembar kerja yang ada di dalam
rancangan HACCP. Misalnya rincian tentang siapa saja anggota tim HACCP,
deskripsi produk yang dikaji, dan catatan yang disusun selama analisis hazard.
Begitu studi selesai dilakukan, tim perlu melakukan validasi untuk memastikan
bahwa semua unsur di dalam rancangan HACCP dapat berjalan efektif.
Contoh : perebusan sebuah telur
Validasi :pembuktian bahwa merebus sebuah telur selama 8 menit akan
menghancurkan Salmonella.
Verifikasi (prinsip 6) biasanya mencakup pengujian, pengambilan sampel secara
acak dan analisis, pengkajian terhadap catatan pemantauan dan audit semua
didesain untuk memastika apakah sistem HACCP dapat berjalan dengan efektif
begitu diterapkan dalam pelaksanaan produksi. Verifikasi mencakup pengkajian
terhadap catatan pemantauan yang menunjukkan bahwa telur direbus selama 8
menit. Sebenarnya, verifikasi merupakan suatu aktivitas yang pada dasarnya
mengacu pada penyusunan sejumlah dokumen dan catatan yang merupakan
persyaratan lainnya (prinsip 7).