BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN MATA
I.
II.
Nama Pasien
: Tn. S
Usia Pasien
: 27 tahun
Nama Dokter Muda : Afridayanti
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 27 tahun
Alamat
: Jakarta
: 30 Oktober 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan pada kelopak atas mata kanan sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan benjolan pada
kelopak atas mata kanan sejak 3 hari yang lalu. Pasien merasakan nyeri pada kelopak
atas mata kanannya. Nyeri dirasakan terus menerus, dan terasa ada yang mengganjal
di matanya. Pasien juga merasa gatal pada kelopak mata atas kanan. Sedangkan pada
mata kiri tidak ada kelainan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Paien mengatakan tidak pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada keluarga pasien tidak ada yang menderita seperti ini.
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengatakan belom pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap obat obatan (-), makanan (-), cuaca (-).
case_hordeolum |1
III.
Okuli Dekstra
Orthophoria
Okuli Sinistra
Kedudukan
Orthophoria
Baik ke segala arah
nyeri (+),
Palpebra
dan ekstropion.
Inferior : massa (-), edema (-),
ekstropion.
dan ekstropion.
Konj. Bulbi : Inj. Konjungtiva (-),
inj. Siliar (-), inj. Episklera (-).
Konj. Tarsal : folikel (-), papil (-),
sikatriks (-).
Kornea
Kedalaman sedang.
Kedalaman sedang
Iris
Pupil
Lensa
Vitreus
Visus
case_hordeolum |2
IV.
RESUME
Laki-laki usia 27 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata
kanan atas sejak 3 hari yang lalu. Benjolan tersebut dirasa nyeri, gatal, bengkak dan
kemerahan.
V.
DIAGNOSA KERJA
VI.
VII.
DIAGNOSA BANDING
Kalazion
Blefaritis
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Antibiotik topical
Antiinflamasi topical
Edukasi
case_hordeolum |3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Palpebra1
Palpera adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebral sangat mudah digerakkan karena
kulit disini paling tipis diantara kulit bagian tubuh lain. Palpebral superior dan inferior adalah
modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
Berkedip membantu menyebarkan lapis tipis air mata, yang melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebral superior berakhir pada alis mata; palpebral inferior
menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri dari lima jaringan. Dari superfisial ke dalam lapisan kulit, lapis otot
rangka (orbicularis okuli), jaringan, jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membrane mukosa (konjungtiva palpebra).
case_hordeolum |4
Struktur Palpebra
A.
Lapis Kulit: kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
B.
C.
D.
Tarsus: struktur penyokong utama dari palpebra adalah jaringan lapis fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastis disebut tarsus superior dan
inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian
orbita oleh ligamen palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior
juga tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepian atas dan bawah orbita.
Fascia tipis ini membentuk septum orbitale.
E.
Tepian Palpebra
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh
garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepi anterior dan posterior.
A.
Tepi Anterior
a.
Bulu mata: bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak
teratur.
b. Glandula Zeis: ini adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara
ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
case_hordeolum |5
c.
B. Tepi Posterior: tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsal)
C. Punctum Lacrimale: pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat
elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior
dan inferior. Punctum ini berfungsi untuk menghantar air mata ke bawah
melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fissura Palpebra
Fisura palpebra adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang dibuka. Fisura
ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis.
Dua struktur yang terdapat pada lakuna lakrimalis: karankula lakrimalis yang
mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea besar-besar yang
bermuara ke dalam folikel rambut; dan plika semilunaris.
Kelainan yang Dapat Terjadi pada Palpebra 1
Tabel 1. Kelainan yang dapat terjadi pada palpebra
Infeksi dan Radang dari Palpebra
Hordeolum
Chalazion
Blepharitis anterior
Blepharitis posterior
Entropion
Ektropion
Koloboma
Epicanthus
Telecanthus
Blepharochalasis
Dermochalasis
Blepharospasme
Blepharoptosis
case_hordeolum |6
HORDEOLUM
Definisi
Hordeolum merupakan infeksi stafilokokus pada kelenjar palpebra; biasanya berbetuk abses
dengan pus; menimbulkan gejala bengkak, kemerahan serta nyeri.2 Infeksi ini menyebabkan
terjadinya inflamasi akut pada palpebra yang dikarakterisasi dengan pembengkakan interna
atau eksterna.3
Infeksi ini merupakan salah satu kelainan tersering pada kelopak mata dan biasanya
dapat sembuh sendiri.4,5
Epidemiologi 2
Tidak terdapat bukti bahwa hordeolum menyerang ras dan jenis kelamin tertentu.
Infeksi ini lebih sering mengenai orang dewasa. Apabila ditemukan pada anak, lesi tersebut
cenderung sukar diobati.
Klasifikasi 4,5,6
Hordeolum diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hordeolum interna dan
hordeolum eksterna. Hordeolum interna relatif berukuran lebih besar, melibatkan kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus sehingga tipe ini memberikan penonjolan terutama
ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum ini dapat memecah ke arah kulit atau permukaan
konjungtiva.
case_hordeolum |7
Tipe hordeolum yang kedua adalah hordeolum eksterna yang juga dikenal sebagai
"sty". Tipe ini berukuran lebih kecil dan superfisial, melibatkan kelenjar Moll atau Zeiss.
Penonjolan pada tipe ini terutama ke daerah kulit palpebra. Nanah dapat keluar dari
pangkal rambut. Hordeolum eksterna selalu pecah ke arah kulit.
Etiologi
Penyebab tersering dari infeksi kelopak mata adalah stafilokokus biasanya
Staphylococus aureus, walaupun organisme lain dapat menjadi penyebab. Seborhea dapat
merupakan predisposisi untuk terjadinya hordeolum.
Hordeolum ditemukan lebih sering pada pasien dengan diabetes, sakit berat,
blefaritis kronik, seborea, lipid serum yang tinggi (kadar lipid yang tinggi meningkatkan
sumbatan pada kelenjar sebasea, akan tetapi dengan menurunkan kadar lipid serum pada
pasien ini tidak menurunkan frekuensi rekurensi).7
Patofisiologi
Staphylokcocus aureus merupakan agen infeksius pada 90-95% kasus hordeolum. Pada
hordeolum eksterna terjadi sumbatan pada infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum interna merupakan infeksi sekunder dari kelenjar meibom pada lempeng tarsal.
Kedua tipe ini dapat merupakan komplikasi dari blefaritis.
case_hordeolum |8
Pada kasus yang tidak ditangani, hordeolum dapat sembuh secara spontan atau
dapat pula berlanjut menjadi granulasi kronik membentuk chalazion.
Patologi
Terdapat lesi fokal, kronis, gronuloma nodular pada palpebra sebagai akibat dari
obstruksi yang terjadi pada kelenjar Zeiss atau Meibom. Kelenjar Meibom merupakan
kelenjar sebaseus yang terletak di tarsus palpebra. Obstruksi kelenjar Meibom ini
menyebabkan sebum menumpuk di tarsus dan jaringan sekitarnya lalu terjadilah reaksi
benda asing.2
Tanda dan gejala4,5,2
Gejalanya berupa pembengkakan palpebra disertai rasa sakit dan mengganjal,
merah, dan nyeri bila ditekan. Selain itu, terdapat rasa tidak nyaman dan sensasi terbakar
pada mata. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya palpebra
sehingga palpebra sukar diangkat. Kelenjar preaurikel biasanya turut membesar.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan reaksi inflamasi akut pada palpebra. Bisa terdapat
ocular rosacea. Terjadi selulitis di sekitar jaringan lunak mata. Pada pemeriksaan kelenjar
preaurikular dalat menolong untuk identifikasi penyebaran penyakit. Pada hordeolum
sederhana kelenjar tidak membesar.
Pada pemeriksaan slit lamp, terdapat inflamasi di tepi palpebra pada pasien dengan
blefaritis dan riwayat multipel kalazia.
case_hordeolum |9
Faktor Resiko 8
Predisposing blefaritis
Diagnosis banding 2, 4
Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus,
granuloma pyogenik, karsinoma sel basal palpebra, kalazion, karsinoma kelenjar sebaseus,
karsinoma sel skuamosa palpebra.
Pemeriksaan penunjang 2
Apabila dilakukan pemeriksaan histologi, akan ditemukan abses atau kumpulan
leukosit polimorfonuklear dan jaringan nekrotik. Secara histopatologi, kalazia menunjukkan
perubahan inflamasi kronik lipogranulomatosa. Dapat juga ditemukan sel benda asing
raksasa, sel epiteloid, leukosit polimorfonuklear, makrofag, limfosit, dan sel plasma.
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
sel basal atau karsinoma kelenjar sebasea pada palpebra dan terutama dilakukan pada
pasien dengan lesi berulang atau persisten.
Tata laksana 2,4,5,7,9
Edukasi Pasien
Pasien diinstruksikan untuk membersihkan kelopak matanya dengan air bersih dan
pembersih hipoalergenik secara berkala. Pasien diperingatkan agat tidak menggosok
matanya.
Tatalaksana Umum
Pengobatan hordeolum dapat dilakukan dengan kompres hangat, menjaga higiene
palpebra, dan obat antiinflamasi topikal untuk inflamasi akut.
Kompres hangat dilakukan 3-4 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah keluar.
Antibiotik dapat diberikan untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder. Salap antibiotik
c a s e _ h o r d e o l u m | 10
(seperti eritromisin) dapat diberikan pada sakus konjungtiva setiap 3 jam, terutama bila
berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel; sedangkan
antibiotik sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis. Beberapa literatur mengatakan karena
infeksi berada dalam jaringan kelopak mata, maka pemberian antibiotik topikal biasanya
tidak efektif. Namun pada beberapa literatur lainnya dikatakan antibiotik topikal masih
dapat dipakai. Antibiotik sistemik yang diberikan ialah eritromisin 250 mg atau dikloksasilin
125-250 mg 4 kali sehari. Dapat juga diberikan tetrasiklin. Apabila terdapat infeksi
stafilokokus di bagian tubuh yang lain sebaiknya diobati juga bersama-sama.
Jika keadaan tidak membaik dalam waktu 48 jam setelah dilakukan kompres hangat
dan pemberian antibiotik, dilakukan injeksi steroid intralesi atau insisi dan drainase bahan
purulen. Namun, pemberian injeksi triamsinolon intralesi (40 mg/ml; 0,2 ml) tidak selalu
direkomendasikan karena dapat menyebabkan depigmentasi, oklusi pembuluh darah, atau
kehilangan penglihatan.
Tatalaksana Bedah
Sebaiknya, diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata sebelum
dilakukan insisi hordeolum. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum. Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk
menghindari terpotongnya kelenjar Meibom. Jika hordeolum mengarah ke luar, dibuat
sayatan horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut. Lalu, sayatan tersebut dipencet
untuk mengeluarkan sisa nanah (ekskohleasi atau kuretase) dan diberi salap antibiotik.
Setelah didrainase hordeolum biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Pencegahan 7,8
Higiene palpebra yang baik dapat mencegah untuk terkena hordeolum.
Komplikasi 7,8
Komplikasi jarang terjadi. Namun pada hordeolum internum apabila tidak diterapi dengan
baik dapat menyebabkan selulitis yang menyeluruh pada kelopak mata.
c a s e _ h o r d e o l u m | 11
Prognosis 2
Proses inflamasi pada hordeolum biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari
setelah didrainase. Higiene palpebra dan kompres hangat dapat membantu proses
penyembuhan.
c a s e _ h o r d e o l u m | 12
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan Eva P. Anatomi dan embriologi mata. Dalam: Vaughan DF, Asbury T, Eva PR.
Oftalmologi umum. Edisi ke 14. Jakarta : Widya Medika, 2000. Hal 17-8
2. Alexandrakis G. Hordeolum 2005. [diunduh tanggal 21 April 2013]. Tersedia di:
http://www.emedicine.com
3. Berson FG, editor. Basic ophthalmology for medical students and primary care
residents. Edisi ke-6. American Academy of Ophthalmology. Hal 68-70
4. Kelaianan kelopak dan kelainan jaringan orbita. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.
Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005.
Hal 92-4
5. Sullivan JH. Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan DF, Asbury T, Eva PR.
Oftalmologi umum. Edisi ke 14. Jakarta : Widya Medika, 2000. Hal 81-2
6. Hordeolum. [diunduh tanggal: 21 April 2013]. Tersedia di : http://www.spedex.com
7. Bessette M. Hordeolum and stye. 2006. [diunduh tanggal 21 April 2013]. Tersedia di:
http://www.medscape.com/files/emedicine/stye/
8. Kershner RM. Hordeolum (stye). 2002. Dambro Griffiths 5-minute clinal consult.
Available from: CD-ROM.
9. Marinopaolus S. Hordeolum (stye)/chalazion. 2007. [diunduh tanggal : 21 April
2013]. Tersedia di: http://www.hopkins-hivguide.org
c a s e _ h o r d e o l u m | 13