Anda di halaman 1dari 23

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL UNYSEF 2012

STUDI PEMANFAATAN HISTOGRAM CITRA KEABUAN


IRIS MATA DALAM DIAGNOSIS IRIDOLOGI

BIDANG KESEHATAN

Diusulkan oleh:

Lintang Wisesa Atissalam

10/300414/PA/13247

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

LEMBAR PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL UNYSEF 2012

1. Judul Karya Tulis:


STUDI PEMANFAATAN HISTOGRAM CITRA KEABUAN IRIS MATA
DALAM DIAGNOSIS IRIDOLOGI
2. Penulis
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan / Fakultas
d. Universitas
e. Alamat Rumah
f. Nomor Telepon
g. Alamat Email
3. Nama Anggota
4. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah
d. Nomor Telepon

: Lintang Wisesa Atissalam


: 10/300414/PA/13247
: Fisika / FMIPA
: UGM
: Kr. Tengah 02/VI Ngadirejo, Kartasura,
Sukoharjo, Jawa Tengah 57163
: 0888 671 9327
: lintangwisesa@ymail.com
:-

: Dr. Guntur Maruto


: 195108061976031003
: RT 21/RW 06 Kebondalem Lor,
Prambanan, Klaten, Jawa Tengah
: 0856 4377 9111
Yogyakarta, 5 September 2012

Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan FMIPA UGM

(Drs. Pekik Nurwantoro, M.S., Ph.D)


NIP. 196304221988031001

Direktur Kemahasiswaan
Universitas Gadjah Mada

(Dr. Drs. Senawi, M.P.)


NIP. 196403101990031001

Penulis

(Lintang Wisesa Atissalam)


NIM. 10/300414/PA/13247

Dosen Pembimbing

(Dr. Guntur Maruto)


NIP. 195108061976031003
ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA


LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL UNYSEF 2012
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul STUDI
PEMANFAATAN HISTOGRAM CITRA KEABUAN IRIS MATA DALAM
DIAGNOSIS IRIDOLOGI adalah benar hasil karya saya:
Nama

: Lintang Wisesa Atissalam

NIM

: 10/300414/PA/13247

Jurusan : Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada


Karya tulis ini belum pernah menjadi juara dalam perlombaan semisal,
baik di tingkat regional maupun nasional, serta belum pernah dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah manapun. Seluruh sumber data dan informasi yang dikutip
dari karya penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka karya tulis ini.

Yogyakarta, 5 September 2012


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Dr. Guntur Maruto)


NIP. 195108061976031003

Penulis

(Lintang Wisesa Atissalam)


NIM. 10/300414/PA/13247

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah atas limpahan karunia-Nya,


sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan lancar tanpa suatu hambatan
berarti. Tak lupa shalawat serta salam kami haturkan kepada Rasulullah
Muhammad S.A.W. yang telah memberikan teladan mulia bagi seluruh umat
manusia di dunia.
Kesehatan adalah salah satu karunia Tuhan yang wajib dijaga dan
disyukuri. Kondisi kesehatan seseorang dapat dipantau melalui beragam metode
dan indikator, salah satunya metode iridologi. Iridologi dapat menunjukkan
keadaan fisik organ dalam tubuh manusia. Adanya gangguan atau penurunan
fungsi organ tubuh direfleksikan pada iris mata dalam bentuk perubahan struktur
anyaman serabut saraf iris mata.
Karya tulis ini akan menyajikan studi diagnosis iridologi digital berbasis
histogram citra keabuan iris mata. Korelasi antara diagnosis iridologi dengan
bentuk histogram citra iris mata akan membantu mempermudah dan
mempermurah proses pemeriksaan iridologi.
Ungkapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Kedua orangtua penulis yang senantiasa menyertai langkah penulis.
2. Drs. Haryanto, M.Si selaku Direktur Kemahasiswaan UGM.
3. Dr. Chairil Anwar selaku Dekan FMIPA UGM.
4. Dr. Guntur Maruto selaku dosen pembimbing.
5. Staf bagian iridologi Rumah Sakit Mata Dr. YAP Yogyakarta.
Semoga karya tulis ini mampu berkontribusi dalam perkembangan
penelitian

fisika

citra,

terutama

aplikasinya

dalam

bidang

kesehatan.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi terwujudnya karya yang lebih
baik. Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada.

Yogyakarta, 5 September 2012


Penulis

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA.......................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL..................................................................... vi
RINGKASAN........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Permasalahan...........................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 3
2.1 Iridologi................................................................................................... 3
2.2 Histogram Citra Keabuan........................................................................ 4
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 6
3.1 Metode Penelitian.................................................................................... 6
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 6
3.3 Peralatan Penelitian................................................................................. 6
3.4 Prosedur Penelitian.................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 8
4.1 Analisis Citra Iris Mata Utuh.................................................................. 8
4.2 Analisis Citra Iris Mata ROI................................................................... 9
4.3 Interpretasi Histogram............................................................................. 13
BAB V PENUTUP................................................................................................ 14
5.1 Simpulan..................................................................................................14
5.2 Saran........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
DAFTAR RIWAYAT PENULIS.......................................................................... 16

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Diagram iridologi Bernard Jensen..................................................... 4


Gambar 2. Histogram citra keabuan (grayscale) ................................................ 5
Gambar 3. Sampel citra keabuan iris mata utuh.................................................. 7
Gambar 4. Aplikasi penyaji histogram citra berbasis Delphi 7........................... 7
Gambar 5. Area pupil dan iris mata dalam histogram......................................... 13
Gambar 6. Proyeksi ideal histogram untuk diagnosis normal iridologi...............13
Tabel 1. Analisis citra iris mata utuh.................................................................... 8
Tabel 2. Analisis citra iris mata ROI paru............................................................ 9
Tabel 3. Analisis citra iris mata ROI ginjal.......................................................... 10
Tabel 4. Analisis citra iris mata ROI hati............................................................. 11
Tabel 5. Analisis citra iris mata ROI sistem pencernaan...................................... 12

vi

RINGKASAN

Kondisi kesehatan seseorang dapat dipantau melalui beragam metode dan


indikator, salah satunya iridologi. Iridologi adalah ilmu yang mempelajari pola
dan susunan serat pada iris mata sebagai diagnosis kondisi organ dalam tubuh
manusia. Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah merumuskan korelasi
pemanfaatan histogram citra keabuan iris mata dalam diagnosis iridologi digital,
sehingga proses pemeriksaan iridologi menjadi lebih murah dan mudah.
Iridologi adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda struktur jaringan iris
mata, yakni area berwarna di sekitar pupil. Citra beraras keabuan (grayscale) yaitu
citra atau gambar yang hanya menggunakan tingkatan warna dari abu-abu.
Histogram citra merupakan grafik yang menyatakan frekuensi kemunculan setiap
nilai gradasi warna. Sumbu-x menunjukkan intensitas warna, sedangkan sumbu-y
menunjukkan frekuensi kemunculan warna.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen komparatif. Yakni
membandingkan dan mencocokkan metode standar iridologi dengan metode yang
digagas peneliti, yaitu metode histogram citra keabuan iris mata. Penelitian
dilakukan pada akhir Juli 2012 sampai akhir Agustus 2012. Prosedur penelitian
melalui beberapa tahapan, yakni pengambilan sampel citra iris mata, analisis citra
menurut iridologi standar, analisis histogram citra, dan pengambilan kesimpulan.
Analisis citra iris menurut metode iridologi standar dan histogram citra
diperbandingkan untuk mendapatkan korelasi antara frekuensi, intensitas, dan
histogram citra iris mata dalam diagnosis iridologi. Analisis dilakukan berturutturut untuk citra iris mata utuh, citra iris ROI paru, ginjal, hati, dan sistem
pencernaan. Interpretasi histogram didapatkan bahwa pada diagnosis normal,
frekuensi intensitas warna akan berangsur meningkat hingga akhirnya pada
frekuensi tertentu nilainya terdistribusi merata. Nilai frekuensi tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai warna dominan (pigmen) pada iris mata.
Hasil penelitian didapatkan bahwa rentang nilai frekuensi intensitas citra
iris mata untuk diagnosis normal adalah sebagai berikut: (1) frekuensi iris mata
utuh 30-50, (2) frekuensi ROI paru normal 10-50, (3) frekuensi ROI ginjal normal
20-60, (4) frekuensi ROI hati normal 10-50, dan (5) frekuensi ROI sistem
pencernaan normal 30-70 (nilai ralat 5). Proyeksi ideal histogram citra yang
didapatkan dapat dijadikan pedoman sebagai dasar diagnosis iridologi digital.
Kata Kunci: citra, diagnosis, histogram, iridologi.

vii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah salah satu karunia Tuhan yang wajib dijaga dan
disyukuri. Namun masih banyak manusia yang kurang peduli akan kesehatan
dan gaya hidup yang dijalaninya. Padahal sejatinya kondisi kesehatan yang
prima merupakan dambaan setiap insan di dunia.
Kondisi kesehatan seseorang dapat dipantau melalui beragam metode
dan indikator. Melalui serangkaian tes laboratorium, urine dan darah manusia
mampu menjadi indikator utama dalam diagnosis kondisi kesehatan
seseorang. Selain urine dan darah, penampakan fisik iris mata pun ternyata
mampu menjadi indikator kondisi organ dalam tubuh manusia.
Iridologi adalah ilmu yang mempelajari pola dan susunan serat pada
iris mata sebagai diagnosis kondisi organ dalam tubuh manusia. Ilmu yang
mulai dikembangkan Theodore Kriege pada tahun 1670 ini memang memicu
pro dan kontra. Validitas diagnosis iridologi masih diperdebatkan. Namun
melalui pengamatan dan observasi secara empiris, para ahli mendapatkan
bukti adanya struktur beraturan pada iris mata yang mengindikasikan kondisi
fisik seseorang. Hal ini diketahui lantaran adanya ekuivalensi permasalahan
kesehatan pada orang-orang yang memiliki struktur iris mata yang sama
(Andrews, 2005).
Iridologi dapat menunjukkan keadaan fisik organ dalam tubuh
manusia. Adanya gangguan atau penurunan fungsi organ tubuh direfleksikan
pada iris mata dalam bentuk perubahan struktur anyaman serabut saraf iris
mata. Fakta ini menginspirasi Bernard Jensen untuk mengembangkan
diagram iridologi (chart of iridology). Diagram Bernard Jensen ini menjadi
pedoman dasar diagnosis iridologi modern sejak tahun 1981 (DHiru, 2005).
Pemeriksaan iridologi sederhana (inspeksi manual) hanya dapat
dilakukan oleh pakar iridologi. Orang awam yang ingin melakukan
pemeriksaan iridologi mandiri bisa memanfaatkan teknologi iridologi digital
yang telah berkembang saat ini, tentunya dengan biaya yang cukup tinggi.

2
Hal ini disebabkan teknologi iridologi digital menuntut fasilitas kamera
beresolusi tinggi serta aplikasi diagnosis iridologi digital.
Penelitian ini akan merumuskan diagnosis iridologi digital berbasis
histogram citra keabuan iris mata, sehingga diharapkan proses pemeriksaan
menjadi lebih murah dan mudah. Lebih murah karena hanya membutuhkan
citra keabuan iris mata dengan resolusi standar. Serta lebih mudah lantaran
pemeriksaan hanya melalui pengamatan histogram citra keabuan iris mata.

1.2 Rumusan Permasalahan


Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan
menjadi fokus pembahasan dalam penulisan karya tulis ini adalah bagaimana
korelasi pemanfaatan histogram citra keabuan iris mata dalam diagnosis
iridologi digital.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah merumuskan korelasi
pemanfaatan histogram citra keabuan iris mata dalam diagnosis iridologi
digital, sehingga proses pemeriksaan iridologi menjadi lebih murah dan
mudah.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan tercapai dari penulisan karya tulis ini di
antaranya sebagai berikut:
(1) Metode iridologi digital semakin berkembang, sehingga diharapkan
pemeriksaan akan berlangsung lebih cepat dan akurat.
(2) Pemeriksaan iridologi mampu dilakukan oleh kalangan awam secara
lebih mudah dan murah.
(3) Memacu perkembangan penelitian fisika citra untuk diaplikasikan di
berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Iridologi
Iridologi adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda struktur jaringan
iris mata, yakni area berwarna di sekitar pupil. Iridologi diyakini mampu
menjadi indikator diagnosis kondisi organ dalam tubuh manusia. Ilmu ini pada
awalnya mulai dikembangkan Theodore Kriege sejak tahun 1670. Validitas
diagnosis iridologi masih diperdebatkan. Sebagian ahli kedokteran barat
menolak metode ini karena menurut mereka kondisi iris mata selalu berubahubah. Namun melalui pengamatan dan observasi empiris, para ahli
mendapatkan bukti adanya struktur beraturan pada iris mata yang
mengindikasikan kondisi fisik seseorang. Hal ini diketahui lantaran adanya
ekuivalensi permasalahan kesehatan pada orang-orang yang memiliki struktur
iris mata yang sama (Andrews, 2005).
Penelitian para ahli iridologi menunjukkan bahwa perubahan kondisi
struktur jaringan iris mata memiliki makna tersendiri. Pada tahun 1800-an, Dr.
Ignatz von Peczely melihat guratan hitam di bagian mata burung hantu yang
terluka parah kakinya. Seiring dengan pulihnya kaki sang burung hantu,
guratan hitam di bagian mata pun berangsur pudar. Sejak itulah ahli otopsi
asal Hungaria ini mulai mendalami iridologi. Di tahun 1981, Bernard Jensen
berhasil mengembangkan diagram iridologi (chart of iridology), yang
sekaligus mengantarkan dirinya meraih julukan sebagai Bapak Iridologi
Modern (DHiru, 2005).
Diagram yang dikembangkan Jensen hingga kini menjadi patokan para
praktisi iridologi dalam memberikan diagnosis kesehatan pada pasiennya.
Jensen membagi iris mata menjadi tujuh topografi region of interest (ROI)
yang menggambarkan kondisi organ dalam tubuh manusia. Tujuh topografi
iris mata tersebut masing-masing merefleksikan kondisi organ dalam: (1)
lambung, (2) usus, (3) jantung dan pankreas, (4) prostat dan uterus, (5) otak,
paru, hati, limpa, dan ginjal, (6) otot dan saraf motorik, serta (7) saraf sensorik
(Sugandi, 2007). Kesemuanya terangkum secara sederhana dalam diagram

4
iridologi Bernard Jensen yang direfleksikan oleh iris mata kanan dan kiri
seperti pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Diagram iridologi Bernard Jensen.


Sumber: Andrews (2005)
Penelitian praktisi kesehatan asal Jerman, Dr. Gunter Lindermann,
terhadap 640 pasiennya membuktikan bahwa akurasi diagnosis iridologi
diagram Bernard Jensen mencapai 74,4% lebih baik dibandingkan diagnosis
konvensional lainnya (Andrews, 2005). Fakta ini semakin meneguhkan posisi
iridologi sebagai salah satu metode dalam diagnosis kondisi kesehatan,
walaupun sebenarnya iridologi pun memiliki beberapa kelemahan dalam
memberikan diagnosis. Salah satu kelemahan diagnosis iridologi adalah tidak
mampu memberikan secara spesifik penyakit apa yang diderita suatu organ
(Sri Astutik, 2006). Perlu pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyakit
yang diderita secara spesifik.

2.2 Histogram Citra Keabuan


Citra beraras keabuan (grayscale) yaitu citra atau gambar yang hanya
menggunakan tingkatan warna dari abu-abu. Warna abu-abu adalah satusatunya warna pada ruang RGB (Red Green Blue) dengan intensitas
komponen merah, hijau, dan biru yang sama. Pada citra beraras keabuan
hanya perlu menyatakan nilai intensitas untuk tiap piksel sebagai nilai
tunggal, sedangkan pada citra berwarna (RGB) perlu tiga nilai intensitas

5
untuk tiap pikselnya. Intensitas citra beraras keabuan disimpan sebagai
integer 8 bit sehingga memberikan 28 tingkat (256 tingkat) keabuan dari
intensitas 0 hingga 255, yaitu dari warna hitam sampai putih. Inilah sebab
citra beraras keabuan membutuhkan ruang memori dan waktu pengolahan
yang jauh lebih sedikit daripada citra RGB (Ibrahim, 2007).
Histogram citra merupakan grafik yang menyatakan frekuensi
kemunculan setiap nilai gradasi warna. Sumbu-x menunjukkan intensitas
warna, yakni dari intensitas warna 0 (hitam) hingga 255 (putih). Sedangkan
sumbu-y menunjukkan frekuensi kemunculan warna. Histogram pada citra
keabuan menyatakan tingkat distribusi dari derajat keabuan (gelap-terang)
suatu citra (Hendry, 2012). Citra yang didominasi warna gelap akan
menghasilkan histogram dengan frekuensi tinggi pada intensitas rendah.
Sementara histogram citra dominan terang akan memiliki frekuensi tinggi
pada intensitas tinggi.

Gambar 2. Histogram citra keabuan (grayscale).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen komparatif. Yakni
membandingkan dan mencocokkan metode standar iridologi dengan metode
yang digagas peneliti, yaitu metode histogram citra keabuan iris mata. Data
didapatkan dari citra iris mata yang diambil dari tujuh relawan dengan
menggunakan kamera digital. Citra yang didapat kemudian diolah untuk
ditampilkan histogram citra keabuannya, lalu dibandingkan dan dicocokkan
dengan diagnosis standar iridologi. Hasilnya digunakan untuk membuat
korelasi histogram citra keabuan dalam diagnosis iridologi digital.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di dua tempat berbeda, yakni di bagian
iridologi Rumah Sakit Mata Dr. YAP Yogyakarta dan di studio Manajemen
Qolbu 92.3 FM Graha STMIK AMIKOM Yogyakarta. Penelitian dilakukan
pada akhir Juli 2012 sampai akhir Agustus 2012.

3.3 Peralatan Penelitian


Peralatan yang digunakan berupa satu unit kamera digital Fuji FinePix
A202 dengan spesifikasi jari-jari lensa 12 1 mm, fokus lensa 29 1 mm, dan
indek bias lensa 1,4 0,5. Perangkat lunak Delphi 7 dipakai untuk membuat
aplikasi penyaji histogram citra keabuan.

3.4 Prosedur Penelitian


Penelitian dilaksanakan melalui serangkaian tahapan berikut.
(1) Pengambilan sampel citra iris mata utuh. Tahapan ini dilakukan dengan
menggunakan kamera digital pada 7 relawan berbeda. Sampel citra iris
mata yang diambil adalah citra iris mata kanan dengan jarak pengambilan
25 mm dari kamera dengan pencahayaan normal. Masing-masing citra
dibuat dalam aras keabuan (grayscale) kemudian diberi nomor urut.

Gambar 3. Sampel citra keabuan iris mata utuh.


Kriteria relawan yang diambil citra iris matanya berturut-turut mulai dari
urutan pertama adalah sebagai berikut: pria 24 tahun, pria 26 tahun,
wanita 29 tahun, wanita 27 tahun, pria 33 tahun, wanita 31 tahun, dan
wanita 32 tahun.
(2) Citra keabuan iris mata dianalisis menurut prosedur standar iridologi.
Analisis dilakukan pada citra utuh dan citra region of interest (ROI). ROI
yang dianalisis adalah bagian iris mata yang merefleksikan kondisi paru,
ginjal, hati, dan sistem pencernaan. Analisis standar iridologi dilakukan di
bagian iridologi Rumah Sakit Mata Dr. YAP Yogyakarta.
(3) Citra keabuan iris mata (citra utuh dan citra ROI) kemudian dianalisis
histogramnya. Analisis histogram citra dilakukan dengan membuat
aplikasi penyaji histogram citra berbasis Delphi 7.

Gambar 4. Aplikasi penyaji histogram citra berbasis Delphi 7.


(4) Hasil kedua analisis kemudian dibandingkan dan dicocokkan untuk
mendapatkan kesimpulan korelasi pemanfaatan histogram citra keabuan
dalam diagnosis iridologi digital.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Citra Iris Mata Utuh


Hasil analisis citra iris mata utuh menurut metode iridologi standar
beserta histogram citranya ditampilkan pada Tabel 1. Interpretasi histogram
menunjukkan terdapat kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan
diagnosis yang sama.
Tabel 1. Analisis citra iris mata utuh.
No.

Citra Iris

Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal

Pria 26 tahun
Normal

Wanita 29 tahun
Normal

Wanita 27 tahun
Normal

Pria 33 tahun
Abnormal

Wanita 31 tahun
Abnormal

Wanita 32 tahun
Abnormal

Histogram

9
4.2 Analisis Citra Iris Mata ROI
Bagian citra iris atau region of interest (ROI) yang dianalisis dalam
karya ini di antaranya ROI paru, ginjal, hati, dan sistem pencernaan. ROI paru
berada pada bagian pie (juring) iris mata sudut 0 -30 . Hasil analisis citra iris
mata ROI paru menurut iridologi standar beserta histogram citranya
ditampilkan pada Tabel 2. Interpretasi histogram menunjukkan terdapat
kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan diagnosis yang sama.
Tabel 2. Analisis citra iris mata ROI paru.
No.

Citra Iris

Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Abnormal

Pria 26 tahun
Abnormal

Wanita 29 tahun
Normal

Wanita 27 tahun
Normal

Pria 33 tahun
Abnormal

Wanita 31 tahun
Abnormal

Wanita 32 tahun
Abnormal

Histogram

10
ROI ginjal berada pada bagian juring iris mata sudut 240 -270 . Hasil
analisis citra iris mata ROI ginjal menurut iridologi standar beserta histogram
citranya ditampilkan pada Tabel 3. Interpretasi histogram menunjukkan
terdapat kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan diagnosis yang
sama.
Tabel 3. Analisis citra iris mata ROI ginjal.
No.

Citra Iris

Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal

Pria 26 tahun
Normal

Wanita 29 tahun
Normal

Wanita 27 tahun
Normal

Pria 33 tahun
Abnormal

Wanita 31 tahun
Abnormal

Wanita 32 tahun
Abnormal

Histogram

11
ROI hati berada pada sudut 210 -240 . Hasil analisis citra iris mata
ROI hati menurut iridologi standar beserta histogram citranya ditampilkan
pada Tabel 4. Interpretasi histogram menunjukkan terdapat kesamaan
frekuensi dan intensitas dari citra dengan diagnosis yang sama.
Tabel 4. Analisis citra iris mata ROI hati.
No.

Citra Iris

Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal

Pria 26 tahun
Normal

Wanita 29 tahun
Normal

Wanita 27 tahun
Abnormal

Pria 33 tahun
Abnormal

Wanita 31 tahun
Abnormal

Wanita 32 tahun
Abnormal

Histogram

12
ROI sistem pencernaan berada di sekitar keliling busur pupil. Hasil
analisis citra iris mata ROI sistem pencernaan menurut iridologi standar
beserta histogram citranya ditampilkan pada Tabel 5. Interpretasi histogram
menunjukkan terdapat kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan
diagnosis yang sama.
Tabel 5. Analisis citra iris mata ROI sistem pencernaan.
No.

Citra Iris

Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal

Pria 26 tahun
Normal

Wanita 29 tahun
Normal

Wanita 27 tahun
Normal

Pria 33 tahun
Abnormal

Wanita 31 tahun
Abnormal

Wanita 32 tahun
Abnormal

Histogram

13
4.3 Interpretasi Histogram
Intensitas rendah pada histogram citra keabuan iris mata dapat
diidentifikasikan sebagai area pupil, lantaran pada intensitas rendah
didominasi warna gelap yang tak lain adalah area pupil. Sementara intensitas
menengah ke atas merupakan area iris mata yang berwarna.

Gambar 5. Area pupil dan iris mata dalam histogram.


Pada iris mata normal, dapat dianalisis bahwa frekuensi intensitas
warna akan berangsur meningkat hingga akhirnya pada frekuensi tertentu
nilainya terdistribusi merata. Nilai frekuensi tersebut dapat diidentifikasikan
sebagai warna dominan (pigmen) pada iris mata. Berdasarkan analisis
terhadap diagnosis iridologi dan histogram citra iris mata yang diteliti,
didapatkan rentang nilai frekuensi intensitas citra untuk kondisi normal
sebagai berikut: (1) frekuensi iris mata utuh 30-50, (2) frekuensi ROI paru
normal 10-50, (3) frekuensi ROI ginjal normal 20-60, (4) frekuensi ROI hati
normal 10-50, dan (5) frekuensi ROI sistem pencernaan normal 30-70 (nilai
ralat

5). Proyeksi ideal histogram citra untuk kondisi normal ditampilkan

pada Gambar 6. Gambaran ini dapat dikaji lebih lanjut sebagai pedoman
histogram dalam diagnosis iridologi.

Gambar 6. Proyeksi ideal histogram untuk diagnosis normal iridologi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah:
(1) Frekuensi intensitas warna iris mata utuh dengan diagnosis normal
berkisar 30-50 (nilai ralat

5).

(2) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI paru dengan diagnosis normal
berkisar 10-50 (nilai ralat

5).

(3) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI ginjal dengan diagnosis normal
berkisar 20-60 (nilai ralat

5).

(4) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI hati dengan diagnosis normal
berkisar 10-50 (nilai ralat

5).

(5) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI sistem pencernaan dengan
diagnosis normal berkisar 30-70 (nilai ralat

5).

(6) Proyeksi ideal histogram citra yang didapatkan dapat dijadikan pedoman
sebagai dasar diagnosis iridologi digital.

5.2 Saran
Berdasarkan analisis dan simpulan dalam karya tulis ini maka
dirumuskanlah beberapa saran:
(1) Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan histogram citra
keabuan maupun histogram citra RGB dalam diagnosis iridologi.
(2) Perlu adanya penelitian mengenai pengaruh warna iris mata terhadap
frekuensi, intensitas, dan histogram citra.
(3) Perlu adanya penelitian mengenai pengaruh usia dan jenis kelamin pasien
terhadap frekuensi, intensitas, dan histogram citra.
(4) Perlu

adanya

penelitian

mengenai

pengaruh

pencahayaan

pengambilan citra terhadap frekuensi, intensitas, dan histogram citra.

saat

15
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, John. 2005. Iridology in the 21st Century. East Yorkshire: Holistics.
DHiru. 2005. Iridologi, Mendeteksi Penyakit Hanya dengan Mengintip Mata.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hendry, Jans. 2012. Histogram of Color Images. Yogyakarta: EE & IT UGM.
Ibrahim, Danny. 2007. Pengaturan Kecerahan dan Kontras Citra Otomatis
dengan Teknik Pemodelan Histogram. Semarang: TE UNDIP.
Sri Astutik, Wahyu. 2006. Pengenalan Osteoporosis Melalui Pengenalan Pola
Iris Mata. Surabaya: PENS ITS.
Sugandi, Dede. 2007. Model Pemantauan Kesehatan Masyarakat Kota dan
Pedesaan dengan Teknik Iridologi dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Bandung: Penelitian Bersaing UPI.
www.johnandrewsiridology.net diakses pada 15 Agustus 2012.
www.joyfullivingservices.com diakses pada 15 Agustus 2012.

16
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Nama Lengkap
Tempat, tanggal lahir
NIM
Jurusan, Universitas
Alamat Rumah

: Lintang Wisesa Atissalam


: Surakarta, 26 November 1991
: 10/300414/PA/13247
: Fisika, UGM
: Karang Tengah 02/VI, Ngadirejo,
Kartasura, Sukoharjo 57163
: 0888 671 9327
: lintangwisesa@ymail.com

Nomor Telepon
Alamat email
Prestasi
Penghargaan PMI Donor Darah Sukarela 10 kali Kategori Pemuda (2011)
Juara Favorit Konferensi Ilmuwan Muda Indonesia, FMIPA UI (2011)
Finalis Airlangga Ideas Competition, UKM Penalaran UNAIR (2011)
Juara 1 English Physics Article Competition, KF Gama UGM (2011)
Penerima Hibah PKM-M didanai DIKTI (2012)
Paper presented on UMTAS, University Malaysia Terengganu (2012)
Karya ilmiah yang dihasilkan
Integrasi Program Sekolah Siaga Bencana dalam Lembaga Kemasyarakatan
Sebagai Manajemen Bencana Mandiri Masyarakat Lokal (2011)
Arabian Scientists, the Beginning of the Flowering of Physics Technology
(2011)
Pembentukan Kelompok Masyarakat Siaga Bencana: Langkah Awal
Pengurangan Risiko Bencana (2011)
Pemanfaatan Limbah Lahar Dingin Merapi sebagai Pembangkit Listrik yang
Ekonomis dan Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Microbial Fuel Cell
(2011)
Destabox: Alat Bantu Pernafasan Buatan Berbasis Reaksi Dekarboksilasi
Sederhana (2012)
The Utilization of Municipal Organic Waste as a Raw Material for RDF
(Refuse Derived Fuel) on its Application for Substitution Material of Coal
in a Steam-Electrical Power Plant (2012)
Sesajen (Sabun Sehat Minyak Jelantah): Upaya Kreatif Pemanfaatan
Limbah Minyak Jelantah (2012)

Anda mungkin juga menyukai