BIDANG KESEHATAN
Diusulkan oleh:
10/300414/PA/13247
LEMBAR PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL UNYSEF 2012
Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan FMIPA UGM
Direktur Kemahasiswaan
Universitas Gadjah Mada
Penulis
Dosen Pembimbing
NIM
: 10/300414/PA/13247
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
fisika
citra,
terutama
aplikasinya
dalam
bidang
kesehatan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi terwujudnya karya yang lebih
baik. Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA.......................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL..................................................................... vi
RINGKASAN........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Permasalahan...........................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 3
2.1 Iridologi................................................................................................... 3
2.2 Histogram Citra Keabuan........................................................................ 4
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 6
3.1 Metode Penelitian.................................................................................... 6
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 6
3.3 Peralatan Penelitian................................................................................. 6
3.4 Prosedur Penelitian.................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 8
4.1 Analisis Citra Iris Mata Utuh.................................................................. 8
4.2 Analisis Citra Iris Mata ROI................................................................... 9
4.3 Interpretasi Histogram............................................................................. 13
BAB V PENUTUP................................................................................................ 14
5.1 Simpulan..................................................................................................14
5.2 Saran........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
DAFTAR RIWAYAT PENULIS.......................................................................... 16
vi
RINGKASAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Hal ini disebabkan teknologi iridologi digital menuntut fasilitas kamera
beresolusi tinggi serta aplikasi diagnosis iridologi digital.
Penelitian ini akan merumuskan diagnosis iridologi digital berbasis
histogram citra keabuan iris mata, sehingga diharapkan proses pemeriksaan
menjadi lebih murah dan mudah. Lebih murah karena hanya membutuhkan
citra keabuan iris mata dengan resolusi standar. Serta lebih mudah lantaran
pemeriksaan hanya melalui pengamatan histogram citra keabuan iris mata.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah merumuskan korelasi
pemanfaatan histogram citra keabuan iris mata dalam diagnosis iridologi
digital, sehingga proses pemeriksaan iridologi menjadi lebih murah dan
mudah.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan tercapai dari penulisan karya tulis ini di
antaranya sebagai berikut:
(1) Metode iridologi digital semakin berkembang, sehingga diharapkan
pemeriksaan akan berlangsung lebih cepat dan akurat.
(2) Pemeriksaan iridologi mampu dilakukan oleh kalangan awam secara
lebih mudah dan murah.
(3) Memacu perkembangan penelitian fisika citra untuk diaplikasikan di
berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Iridologi
Iridologi adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda struktur jaringan
iris mata, yakni area berwarna di sekitar pupil. Iridologi diyakini mampu
menjadi indikator diagnosis kondisi organ dalam tubuh manusia. Ilmu ini pada
awalnya mulai dikembangkan Theodore Kriege sejak tahun 1670. Validitas
diagnosis iridologi masih diperdebatkan. Sebagian ahli kedokteran barat
menolak metode ini karena menurut mereka kondisi iris mata selalu berubahubah. Namun melalui pengamatan dan observasi empiris, para ahli
mendapatkan bukti adanya struktur beraturan pada iris mata yang
mengindikasikan kondisi fisik seseorang. Hal ini diketahui lantaran adanya
ekuivalensi permasalahan kesehatan pada orang-orang yang memiliki struktur
iris mata yang sama (Andrews, 2005).
Penelitian para ahli iridologi menunjukkan bahwa perubahan kondisi
struktur jaringan iris mata memiliki makna tersendiri. Pada tahun 1800-an, Dr.
Ignatz von Peczely melihat guratan hitam di bagian mata burung hantu yang
terluka parah kakinya. Seiring dengan pulihnya kaki sang burung hantu,
guratan hitam di bagian mata pun berangsur pudar. Sejak itulah ahli otopsi
asal Hungaria ini mulai mendalami iridologi. Di tahun 1981, Bernard Jensen
berhasil mengembangkan diagram iridologi (chart of iridology), yang
sekaligus mengantarkan dirinya meraih julukan sebagai Bapak Iridologi
Modern (DHiru, 2005).
Diagram yang dikembangkan Jensen hingga kini menjadi patokan para
praktisi iridologi dalam memberikan diagnosis kesehatan pada pasiennya.
Jensen membagi iris mata menjadi tujuh topografi region of interest (ROI)
yang menggambarkan kondisi organ dalam tubuh manusia. Tujuh topografi
iris mata tersebut masing-masing merefleksikan kondisi organ dalam: (1)
lambung, (2) usus, (3) jantung dan pankreas, (4) prostat dan uterus, (5) otak,
paru, hati, limpa, dan ginjal, (6) otot dan saraf motorik, serta (7) saraf sensorik
(Sugandi, 2007). Kesemuanya terangkum secara sederhana dalam diagram
4
iridologi Bernard Jensen yang direfleksikan oleh iris mata kanan dan kiri
seperti pada Gambar 1 berikut.
5
untuk tiap pikselnya. Intensitas citra beraras keabuan disimpan sebagai
integer 8 bit sehingga memberikan 28 tingkat (256 tingkat) keabuan dari
intensitas 0 hingga 255, yaitu dari warna hitam sampai putih. Inilah sebab
citra beraras keabuan membutuhkan ruang memori dan waktu pengolahan
yang jauh lebih sedikit daripada citra RGB (Ibrahim, 2007).
Histogram citra merupakan grafik yang menyatakan frekuensi
kemunculan setiap nilai gradasi warna. Sumbu-x menunjukkan intensitas
warna, yakni dari intensitas warna 0 (hitam) hingga 255 (putih). Sedangkan
sumbu-y menunjukkan frekuensi kemunculan warna. Histogram pada citra
keabuan menyatakan tingkat distribusi dari derajat keabuan (gelap-terang)
suatu citra (Hendry, 2012). Citra yang didominasi warna gelap akan
menghasilkan histogram dengan frekuensi tinggi pada intensitas rendah.
Sementara histogram citra dominan terang akan memiliki frekuensi tinggi
pada intensitas tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra Iris
Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal
Pria 26 tahun
Normal
Wanita 29 tahun
Normal
Wanita 27 tahun
Normal
Pria 33 tahun
Abnormal
Wanita 31 tahun
Abnormal
Wanita 32 tahun
Abnormal
Histogram
9
4.2 Analisis Citra Iris Mata ROI
Bagian citra iris atau region of interest (ROI) yang dianalisis dalam
karya ini di antaranya ROI paru, ginjal, hati, dan sistem pencernaan. ROI paru
berada pada bagian pie (juring) iris mata sudut 0 -30 . Hasil analisis citra iris
mata ROI paru menurut iridologi standar beserta histogram citranya
ditampilkan pada Tabel 2. Interpretasi histogram menunjukkan terdapat
kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan diagnosis yang sama.
Tabel 2. Analisis citra iris mata ROI paru.
No.
Citra Iris
Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Abnormal
Pria 26 tahun
Abnormal
Wanita 29 tahun
Normal
Wanita 27 tahun
Normal
Pria 33 tahun
Abnormal
Wanita 31 tahun
Abnormal
Wanita 32 tahun
Abnormal
Histogram
10
ROI ginjal berada pada bagian juring iris mata sudut 240 -270 . Hasil
analisis citra iris mata ROI ginjal menurut iridologi standar beserta histogram
citranya ditampilkan pada Tabel 3. Interpretasi histogram menunjukkan
terdapat kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan diagnosis yang
sama.
Tabel 3. Analisis citra iris mata ROI ginjal.
No.
Citra Iris
Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal
Pria 26 tahun
Normal
Wanita 29 tahun
Normal
Wanita 27 tahun
Normal
Pria 33 tahun
Abnormal
Wanita 31 tahun
Abnormal
Wanita 32 tahun
Abnormal
Histogram
11
ROI hati berada pada sudut 210 -240 . Hasil analisis citra iris mata
ROI hati menurut iridologi standar beserta histogram citranya ditampilkan
pada Tabel 4. Interpretasi histogram menunjukkan terdapat kesamaan
frekuensi dan intensitas dari citra dengan diagnosis yang sama.
Tabel 4. Analisis citra iris mata ROI hati.
No.
Citra Iris
Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal
Pria 26 tahun
Normal
Wanita 29 tahun
Normal
Wanita 27 tahun
Abnormal
Pria 33 tahun
Abnormal
Wanita 31 tahun
Abnormal
Wanita 32 tahun
Abnormal
Histogram
12
ROI sistem pencernaan berada di sekitar keliling busur pupil. Hasil
analisis citra iris mata ROI sistem pencernaan menurut iridologi standar
beserta histogram citranya ditampilkan pada Tabel 5. Interpretasi histogram
menunjukkan terdapat kesamaan frekuensi dan intensitas dari citra dengan
diagnosis yang sama.
Tabel 5. Analisis citra iris mata ROI sistem pencernaan.
No.
Citra Iris
Diagnosis Iridologi
Pria 24 tahun
Normal
Pria 26 tahun
Normal
Wanita 29 tahun
Normal
Wanita 27 tahun
Normal
Pria 33 tahun
Abnormal
Wanita 31 tahun
Abnormal
Wanita 32 tahun
Abnormal
Histogram
13
4.3 Interpretasi Histogram
Intensitas rendah pada histogram citra keabuan iris mata dapat
diidentifikasikan sebagai area pupil, lantaran pada intensitas rendah
didominasi warna gelap yang tak lain adalah area pupil. Sementara intensitas
menengah ke atas merupakan area iris mata yang berwarna.
pada Gambar 6. Gambaran ini dapat dikaji lebih lanjut sebagai pedoman
histogram dalam diagnosis iridologi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah:
(1) Frekuensi intensitas warna iris mata utuh dengan diagnosis normal
berkisar 30-50 (nilai ralat
5).
(2) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI paru dengan diagnosis normal
berkisar 10-50 (nilai ralat
5).
(3) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI ginjal dengan diagnosis normal
berkisar 20-60 (nilai ralat
5).
(4) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI hati dengan diagnosis normal
berkisar 10-50 (nilai ralat
5).
(5) Frekuensi intensitas warna iris mata ROI sistem pencernaan dengan
diagnosis normal berkisar 30-70 (nilai ralat
5).
(6) Proyeksi ideal histogram citra yang didapatkan dapat dijadikan pedoman
sebagai dasar diagnosis iridologi digital.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis dan simpulan dalam karya tulis ini maka
dirumuskanlah beberapa saran:
(1) Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan histogram citra
keabuan maupun histogram citra RGB dalam diagnosis iridologi.
(2) Perlu adanya penelitian mengenai pengaruh warna iris mata terhadap
frekuensi, intensitas, dan histogram citra.
(3) Perlu adanya penelitian mengenai pengaruh usia dan jenis kelamin pasien
terhadap frekuensi, intensitas, dan histogram citra.
(4) Perlu
adanya
penelitian
mengenai
pengaruh
pencahayaan
saat
15
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, John. 2005. Iridology in the 21st Century. East Yorkshire: Holistics.
DHiru. 2005. Iridologi, Mendeteksi Penyakit Hanya dengan Mengintip Mata.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hendry, Jans. 2012. Histogram of Color Images. Yogyakarta: EE & IT UGM.
Ibrahim, Danny. 2007. Pengaturan Kecerahan dan Kontras Citra Otomatis
dengan Teknik Pemodelan Histogram. Semarang: TE UNDIP.
Sri Astutik, Wahyu. 2006. Pengenalan Osteoporosis Melalui Pengenalan Pola
Iris Mata. Surabaya: PENS ITS.
Sugandi, Dede. 2007. Model Pemantauan Kesehatan Masyarakat Kota dan
Pedesaan dengan Teknik Iridologi dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Bandung: Penelitian Bersaing UPI.
www.johnandrewsiridology.net diakses pada 15 Agustus 2012.
www.joyfullivingservices.com diakses pada 15 Agustus 2012.
16
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Nama Lengkap
Tempat, tanggal lahir
NIM
Jurusan, Universitas
Alamat Rumah
Nomor Telepon
Alamat email
Prestasi
Penghargaan PMI Donor Darah Sukarela 10 kali Kategori Pemuda (2011)
Juara Favorit Konferensi Ilmuwan Muda Indonesia, FMIPA UI (2011)
Finalis Airlangga Ideas Competition, UKM Penalaran UNAIR (2011)
Juara 1 English Physics Article Competition, KF Gama UGM (2011)
Penerima Hibah PKM-M didanai DIKTI (2012)
Paper presented on UMTAS, University Malaysia Terengganu (2012)
Karya ilmiah yang dihasilkan
Integrasi Program Sekolah Siaga Bencana dalam Lembaga Kemasyarakatan
Sebagai Manajemen Bencana Mandiri Masyarakat Lokal (2011)
Arabian Scientists, the Beginning of the Flowering of Physics Technology
(2011)
Pembentukan Kelompok Masyarakat Siaga Bencana: Langkah Awal
Pengurangan Risiko Bencana (2011)
Pemanfaatan Limbah Lahar Dingin Merapi sebagai Pembangkit Listrik yang
Ekonomis dan Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Microbial Fuel Cell
(2011)
Destabox: Alat Bantu Pernafasan Buatan Berbasis Reaksi Dekarboksilasi
Sederhana (2012)
The Utilization of Municipal Organic Waste as a Raw Material for RDF
(Refuse Derived Fuel) on its Application for Substitution Material of Coal
in a Steam-Electrical Power Plant (2012)
Sesajen (Sabun Sehat Minyak Jelantah): Upaya Kreatif Pemanfaatan
Limbah Minyak Jelantah (2012)