Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

TRANSISTOR, OP-AMPLIFIER, IC GERBANG LOGIKA, SEVEN SEGMENT, DAN AKUISISI DATA

Disusun oleh:

Lintang Wisesa Atissalam 10/300414/PA/13247

LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

BAB I TRANSISTOR 1.1 Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai alat yang bekerja berbasis teknologi elektronika. Di zaman sekarang kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari perangkat elektronik atau electronic devices. Elektronika merupakan ilmu dasar yang mempelajari alat listik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran electron atau partikel bermuatan listrik. Ilmu ini merupakan cabang dari fisika. Revolusi besar-besaran dalam dunia elektronika terjadi pada tahun 1960-an saat ditemukannya transistor. Penemuan transistor memungkinkan para ilmuwan dan teknisi untuk membuat perangkat elektronik yang lebih kecil daripada versi sebelumnya, yang menggunakan teknologi tabung vakum berukuran besar. Eksperimen pertama elektronika dasar mengenai transistor bertujuan untuk memperkenalkan transistor dan fungsinya, penggunaan transistor sebagai saklar dan penggunaannya sebagai multivibrator.

1.2 Tinjauan Pustaka Transistor merupakan komponen elektronika yang terdiri dari tiga lapisan semikonduktor, NPN dan atau PNP. Transistor memiliki tiga buah kaki yang dinamakan sebagai emitor (E), collector (C), dan basis (B). Kaki basis dapat diketahui jika saat dipasang, polaritasnya negatif. Jika polaritas positif maka transistor berjenis PNP. Penentuan kaki emitor dan collector diketahui melalui nilai hambatannya, nilai hambatan collector lebih besar dari emitor.

Berdasarkan kaki-kakinya, transistor dibedakan menjadi Uni Junction Transistor (UJT) dan Field Effect Transistor (FET). UJT adalah transistor dengan satu emitor dan dua basis yang berfungsi untuk switch elektronik. FET yakni transistor khusus dengan kaki Gate (G), Drain (D), dan Source (S), yang memiliki penguatan lebih besar dan noise lebih rendah. Secara umum, transistor dapat dipergunakan sebagai penguat, penyearah, mixer, osilator, maupun switch elektronik.

1.3 Metode Eksperimen Alat dan Bahan Breadboard Kabel konektor Kabel Jepit Buaya Power Supply 5 V Power Supply 12 V Multimeter Skema Alat a) Transistor sebagai saklar Transistor FCS9014 Resistor 1 K Resistor 10 K Resistor 470 Push button Motor DC 12 V Relay 12 V LED merah dan hijau Capacitor 47 F Capacitor 100 F Capacitor 220 F Potensiometer 10 K

b) Transistor sebagai multivibrator

Tata Laksana Alat dan bahan dirangkai sesuai skema a terlebih dahulu. Rangkaian dihubungkan ke power supply. Tegangan pada titik 1, 2, dan 3 diukur. Push button ditekan, tegangan pada titik 1, 2, dan 3 diukur kembali. Alat dan bahan dikembalikan seperti semula. Alat dan bahan dirangkai sesuai skema b. Rangkaian dihubungkan ke power supply, LED diperhatikan. Tegangan di titik 1, 2, 3, dan 4 diukur. Kapasitor 100 F keduanya diganti dengan 47 F, LED diperhatikan. Kapasitor 100 F keduanya diganti dengan 220 F, LED diperhatikan. Alat dan bahan dikembalikan seperti semula. Data dianalisa untuk pembuatan laporan.

1.4 Hasil Eksperimen Didapatkan nilai V1 = 0,2 V, nilai V2 = 0,1 V, dan nilai V3 = 13,9 V.

1.5 Pembahasan Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa transistor mampu difungsikan sebagai switch elektronik atau saklar. Tegangan pada saat push button ON dan OFF mengalami perbedaan. Tegangan di titik 1, 2, 3, dan 4 memiliki perbedaan yang mencolok, yakni V1 = 0,2 V, nilai V2 = 0,1 V, dan nilai V3 = 13,9 V. Hal ini menunjukkan adanya pemutusan arus saat push button diatur pada ON atau OFF, yang terkait fungsi adanya transistor.

1.6 Kesimpulan Komponen elektronika, transistor, mampu difungsikan sebagai switch elektronik atau saklar dan multivibrator dalam rangkaian elektronik.

BAB II OP-AMPLIFIER 2.1 Pendahuluan Saat ini banyak dijumpai alat yang bekerja berbasis teknologi elektronika. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari perangkat elektronik atau electronic devices. Elektronika merupakan ilmu dasar yang mempelajari alat listik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik. Revolusi besar dalam elektronika terjadi pada 1960-an saat ditemukannya transistor. 10 tahun kemudian ditemukanlah rangkaian yang lebih hebat, Integrated Circuit atau IC. IC berisi puluhan hingga jutaan transistor berukuran super mini. Teknologi ini memungkinkan terciptanya perangkat yang kecil bentuknya, namun banyak fungsinya. Eksperimen elektronika dasar mengenai Op-Amplifier ini bertujuan untuk memperkenalkan fungsi dan karakteristik Op-Amp, baik yang Inverting Op-Amp maupun Non-inverting Op-Amp.

2.2 Tinjauan Pustaka Operating Amplifier (Op-Amplifier atau Op-Amp) adalah perangkat penguat operasional yang dirancang dalam bentuk IC sehingga dengan menambah sedikit komponen luar dapat melakukan beragam fungsi. Fungsi utama Op-Amp yakni operasi linear matematis, integrasi, dan penguatan arus maupun tegangan.

Op-Amp memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) impedansi masukan amat tinggi sehingga arus masukan dapat diabaikan, 2) penguatan lup terbuka amat tinggi, dan 3) impedansi keluaran amat rendah. Idealnya penguatan Op-Amp tak berhingga, namun kenyataannya terbatas hingga 200.000 kali pada modus lup terbuka. Op-Amp dibedakan menjadi penguat membalik (Inverting Op-Amp) dan penguat tak membalik (Non-inverting Op-Amp). Penguat membalik akan memperkuat sekaligus membalik tegangan masukan, misal 3 V menjadi -30 V. Penguat tak membalik akan memperkuat tegangan tanpa membaliknya, 3 V menjadi 30 V.

2.3 Metode Eksperimen Alat dan Bahan Breadboard Kabel konektor Kabel penjepit buaya Power Supply 5 V Skema Alat a) Inverting Amplifier Power Supply 12 V Multimeter IC LM324 Resistor 10 K Resistor 20 K Potensiometer 10 K

b) Non-inverting Amplifier

Tata Laksana Alat dan bahan dirangkai sesuai skema a. Rangkaian dihubungkan ke power supply. Tegangan masukan dan tegangan keluaran diukur dengan Voltmeter lalu dianalisa. R1 diganti dengan 20 K lalu tegangan in dan out dihitung kembali untuk dianalisa. Alat dan bahan dirapikan lalu dirangkai sesuai skema b. Rangkaian dihubungkan ke power supply. Tegangan masukan dan tegangan keluaran diukur dengan Voltmeter lalu dianalisa. R1 diganti dengan 20 K lalu tegangan in dan out dihitung kembali untuk dianalisa. Alat dan bahan dirapikan seperti semula.

2.4 Hasil Eksperimen Untuk Non-inverting Op-Amp didapatkan hasil eksperimen sebagai berikut. R1 = 10 K Vin (V) 1,04 2,00 3,01 4,00 5,01 Vout (V) 2,08 4,01 6,02 8,01 10,02 R1 = 20 K Vin (V) 1,01 2,00 3,01 4,00 5,03 Vout (V) 1,5 3,02 4,55 6,02 7,56

2.5 Pembahasan Hasil eksperimen Non-Inverting Op-Amp menunjukkan pada saat hambatan yang digunakan sebesar R1 = 10 K nilai tegangan output Vout besarnya dua kali lipat dari tegangan masukan Vin. Pada R1 = 20 K nilai Vout 1,5 kali nilai Vin. Hal ini sesuai teori dalam penguatan Non-inverting Op-Amp yakni bahwa nilai perbandingan tegangan output (Vout) dan input (Vin) berbanding lurus dengan perbandingan hambatan parallel Op-Amp (Rf) dan masukan (Ri). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.

Vout =
2.6 Kesimpulan

Vin

Non-inverting Op-Amp dapat berfungsi sebagai penguat tegangan keluaran. nilai perbandingan tegangan output (Vout) dan input (Vin) berbanding lurus dengan perbandingan hambatan parallel Op-Amp (Rf) dan masukan (Ri). Sehingga untuk menghasilkan tegangan keluaran yang tinggi, maka hambatan parallel diperbesar sedangkan hambatan masukan diperkecil.

BAB III IC GERBANG LOGIKA 3.1 Pendahuluan Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari perangkat elektronik atau electronic devices. Elektronika merupakan ilmu dasar yang mempelajari alat listik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik. Revolusi besar dalam elektronika terjadi pada 1960-an saat ditemukannya transistor. 10 tahun kemudian ditemukanlah rangkaian yang lebih hebat, Integrated Circuit atau IC. IC berisi puluhan hingga jutaan transistor berukuran super mini. Teknologi ini memungkinkan terciptanya perangkat yang kecil bentuknya, namun banyak fungsinya. Eksperimen elektronika dasar mengenai IC gerbang logika ini bertujuan untuk memperkenalkan fungsi dan karakteristik IC gerbang logika dan Aljabar Boolean, meliputi ekspresi AND, OR, EXOR, dan NOT.

3.2 Tinjauan Pustaka Integrated Circuit (IC) merupakan kesatuan dari beberapa komponen elektronika. Beberapa rangkaian besar dirangkai dan diintegrasikan menjadi satu dan dikemas dalam kemasan IC yang mini. Suatu IC yang kecil dapat memuat ratusan hingga ribuan komponen. Bentuk IC beragam, ada yang berkai tiga, berkaki banyak, bulat, segiempat dengan kaki di keempat sisi, bentuk sisir (single in line), dan yang paling banyak adalah IC dengan kaki di kedua sisi (dual in line).

Setiap IC ditandai dengan nomor tertentu. Nomor ini menunjukkan jenis, fungsi, dan pabrikan pembuat IC. Misalnya Op-Amp tipe 741 dapat muncul dengan beragam kode produsen, misal uA741, LM741, MC741, RM741, atau SN72741. Kode 741 merupakan kode fungsi, kode lain adalah kode dari produsen. Contoh, IC L293D berfungsi sebagai driver motor pada robotika, yang mampu memperkuat arus lemah dari Arduino sehingga menggerakkan motor robot.

3.3 Metode Eksperimen Alat dan Bahan Breadboard Kabel konektor Kabel jepit buaya Power supply 5 V Skema Alat a) Gerbang AND Resistor 1 K LED merah IC 7408 (AND) IC 7432 (OR) IC 7486 (EXOR) IC 7404 (NOT)

b) Gerbang OR

c) Gerbang EXOR

d) Gerbang NOT

Tata Laksana Alat dan bahan dirangkai sesuai skema. Rangkaian dihubungkan ke power supply. Logika pada titik A dan B diatur, yakni logika 1 = vcc dan logika 0 = gnd. Kondisi output LED dianalisa, yakni LED nyala = 1 dan LED padam = 0. Eksperimen dilakukan kembali untuk gerbang AND, OR, EXOR, dan NOT. Alat dan bahan dirapikan ke tempat semula.

3.4 Hasil Eksperimen


AND A 0 0 1 1 B 0 1 0 1 Y 0 0 0 1 A 0 0 1 1 OR B 0 1 0 1 Y 0 1 1 1 A 0 0 1 1 EXOR B 0 1 0 1 Y 0 1 1 0 NOT A 0 1 Y 1 0

3.5 Pembahasan Gerbang logika yang dihasilkan sesuai dengan teori dalam logika matematika. Untuk logika AND didapatkan akan bernilai 1 jika kedua gerbang bernilai 1. Logika OR bernilai 1 jika salah satu atau kedua gerbang logika bernilai 1. Logika EXOR bernilai 1 hanya jika salah satu gerbang bernilai 1 dan yang lainnya 0. Sementara NOT layaknya negasi yang mampu membalik gerbang masukan. Hasil ini sesuai teori logika matematis.

3.6 Kesimpulan Gerbang logika dalam elektronika dapat difungsikan sebagai dasar pemrograman dan setting perangkat elektronik, sehingga mampu mengerjakan suatu perintah dengan lebih terinci. Beberapa gerbang logika dasar dalam elektronika yakni AND, OR, EXOR, dan NOT.

BAB IV SEVEN SEGMENT 4.1 Pendahuluan Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari perangkat elektronik atau electronic devices. Elektronika merupakan ilmu dasar yang mempelajari alat listik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik. Termasuk dalam beragam perangkat elektronik, terdapat display visual yang menampilkan informasi dalam bentuk angka maupun alphabet. Misalnya dalam lampu lalu lintas terdapat angka penghitung mundur tanda bergantinya warna lampu. Teknologi tersebut memanfaatkan LED yang tersusun sebagai seven segment. Praktikum elektronika seven segment kali ini bertujuan untuk mengetahui konfigurasi dan proses pembuatan symbol (angka) dalam seven segment.

4.2 Tinjauan Pustaka Seven segment merupakan perangkat elektronika sebagai penampil (display visual) yang tersusun atas tujuh buah LED yang membentuk angka delapan. Setiap LED diberi label a sampai h dengan salah satu kaki sebagai common. Seven segment dapat menampilkan angka desimal melalui kombinasi aktif tidaknya LED penyusun dalam seven segment. Untuk memudahkan penggunaan seven segment biasanya digunakan sebuah decoder atau seven segment driver yang akan mengatur seven segment menyala sesuai bilangan biner yang diberikan.

Common anoda merupakan pin yang terhubung dengan semua kaki anoda LED dalam seven segment. Sedangkan common katoda merupakan pin yang terhubung dengan semua kaki katoda LED dalam seven segment. Common katoda akan digroundkan sehingga seven segment dengan common katoda akan aktif apabila diberi logika tinggi atau disebut aktif high. Kaki anoda dengan label a sampai h sebgai pin aktifasi yang menentukan nyala LED.

4.3 Metode Eksperimen Alat dan Bahan Breadboard Kabel konektor Kabel jepit buaya Skema Alat Power supply 5 V Multimeter Seven segment Resistor 1 K

Tata Laksana Seven segment dicek termasuk CC atau CA. Konfigurasi kaki pin pada seven segment dicek dari a sampai h. Alat dan bahan dirangkai sesuai skema. Logika segment divariasikan sehingga konfigurasi membentuk angka 1 sampai 9. Data dicatat dan dianalisis. Alat dan bahan dirapikan seperti semula.

4.4 Hasil Eksperimen

Konfigurasi Angka

Logika segment

a
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1

b
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1

c
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

d
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1

e
1 0 1 0 0 0 1 0 1 0

f
1 0 0 0 1 1 1 0 1 1

g
0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

4.5 Pembahasan Didapatkan hasil kaitan lampu LED dalam seven segment dengan kaki konektornya seperti gambar di sub-bab 4.4 di atas. Masing-masing LED dalam seven segment akan menyala atau mati jika kaki konektornya terhubung dengan arus listrik. Untuk pembentukan konfigurasi angka 0 hingga 9 dalam seven segment, ditunjukkan pada tabel di sub-bab 4.4 di atas.

4.6 Kesimpulan Seven segment merupakan konfigurasi LED yang disusun membentuk angka delapan. Pemanfaatan seven segment telah diaplikasikan di berbagai perangkat elektronik, misal lampu lalu lintas (traffic light), counter, SCA (single channel analyzer), dan perangkat lainnya sebagai penunjuk visual.

BAB V AKUISISI DATA 5.1 Pendahuluan Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari perangkat elektronik atau electronic devices. Elektronika merupakan ilmu dasar yang mempelajari alat listik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik. Revolusi besar dalam elektronika terjadi pada 1960-an saat ditemukannya transistor. 10 tahun kemudian ditemukanlah rangkaian yang lebih hebat, Integrated Circuit atau IC. IC berisi puluhan hingga jutaan transistor berukuran super mini. Teknologi ini memungkinkan terciptanya perangkat yang kecil bentuknya, namun banyak fungsinya. Termasuk dalam penggunaan perangkat Analog to Digital Converter. Eksperimen elektronika dasar ini bertujuan untuk mengetahui teori dasar akuisisi data pada perangkat elektronik via ADC (Analog to Digital Converter).

5.2 Tinjauan Pustaka Analog to Digital Converter (ADC) merupakan perangkat elektronik yang mampu mengkonversi atau mengubah besaran analog menjadi besaran digital. Parameter ADC yakni resolusi dan kecepatan konversinya. Resolusi yang dimaksud adalah jumlah bit (dalam kode digital) pada keluaran (output) ADC yang menyatakan nilai tegangan analog pada masukan (input) ADC. ADC 8 bit memiliki 255 keadaan kode digital (dari 0000 0000 sampai 1111 1111) yang menyatakan besaran analog dari 0 hingga 5 V, yang berarti resolusinya adalah 5 V per 255, yakni sekitar 19,6 mV per step.

ADC berdasarkan proses konversinya dibedakan menjadi lima macam, yakni: Voltage Controlled Oscillator (VCO), Successive Approximation Register (SAR), Flash ADC, Dual slope ADC, dan Parallel conversion.

5.3 Metode Eksperimen Alat dan Bahan Breadboard Kabel konektor Kabel jepit buaya Power supply 5 V Multimeter IC ADC0804 Resistor 10 K Skema Alat Push button Kapasitor 100 nF Kapasitor 150 nF Kapasitor 10 F Potensiometer 10 K LED merah 8 buah

Tata Laksana Alat dan bahan dirangkai seperti skema kemudian dihubungkan ke power supply. Tegangan pada VReff diukur dan potensiometer R3 diatur pada 2,5 V pada VReff dengan Voltmeter. Tombol start ditekan, potensiometer R2 diatur, lalu tegangan pada pin 6 diukur. Perilaku LED diamati dan dicatat, LED nyala = 0 dan LED padam = 1. Alat dan bahan dirapikan ke tempat semula.

5.4 Hasil Eksperimen


Konversi LED (LED nyala = 0 dan LED padam = 1) V pin 6 0V 0,5 V 1V 1,5 V 2V 2,5 V 3V 3,5 V 4V 5V
Pin 11 DB7 Pin 12 DB6 Pin 13 DB5 Pin 14 DB4 Pin 15 DB3 Pin 16 DB2 Pin 17 DB1 Pin 18 DB0

1 1 1 1 1 0 0 0 0 0

1 1 1 0 0 1 1 1 0 1

1 0 0 1 0 1 0 0 1 1

1 1 0 0 1 1 1 0 0 1

1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 1 1 1 0 0 1 1 1 1

5.5 Pembahasan Konversi bilangan biner disajikan tabel berikut. Biner 1111 1110 1101 1111 1100 1011 1010 1111 1001 0110 0111 1110 0101 1111 0100 1111 0010 1111 0111 1111
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2

Konversi

Hasil
5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7

0 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 2 +2 +2 +2 +2 +2 +0 +2 2 +2 +2 +0 +2 +0 +0 +2 2 +2 +2 +2 +2 +0 +2 +0 0 +2 +2 +2 +0 +2 +0 +0 0 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 2 +2 +2 +2 +2 +2 +0 +2
0 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4

254 223 203 175 150 126 95 79 47 127

20 + 21 + 22 + 23 + 24 + 05 + 06 + 27 2 +2 +2 +2 +2 +0 +2 +0 2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2
7 7

5.6 Kesimpulan Bilangan biner yakni bilangan yang hanya dinyatakan dalam dua keadaan, yakni 1 dan 0 atau benar dan salah. Akuisisi data dalam konversi bilangan biner ke bilangan decimal yang berbanjar, setiap kelompok banjarnya disebut byte. Inilah dasar pengukuran dalam kapasitas penyimpanan data.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2011. Keterampilan Kejuruan Teknik Elektronika. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Fadillah, Kismet. 2000. Penerapan Dasar Listrik dan Elektronika. Bandung: Angkasa. Tim Instrumentasi. 2012. Modul Praktikum Elektronika Dasar. Yogyakarta: Laboratorium Fisika Material dan Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada. Wollard, Barry. 1999. Elektronika Praktis. Jakarta: Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai