Anda di halaman 1dari 66

DINAMIKA

KARYA TULIS
Disusun dan diajukan guna melengkapi dan memenuhi sebagian syarat mengikuti
Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) SMA AL-ISLAM 1
Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Oleh :
Nama : Lintang Wisesa Atissalam
No. Induk : 07200
Kelas : XII IPA 1



SEKOLAH MENENGAH ATAS AL-ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009 / 2010

DINAMIKA




KARYA TULIS
Disusun dan diajukan guna melengkapi dan memenuhi sebagian syarat mengikuti
Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) SMA AL-ISLAM 1
Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Oleh :
Nama : Lintang Wisesa Atissalam
No. Induk : 07200
Kelas : XII IPA 1



SEKOLAH MENENGAH ATAS AL-ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009 / 2010

PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat
mengikuti Ujian Akhir Nasional dan Ujian Akhir Sekolah SMA Al Islam 1
Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010


Hari :
Tanggal :







Kepala Sekolah Pembimbing



Drs. Riyanto Drs. Muhammad Ali
NIP. 19570901 198803 1 004 NIP. 195910055 198602 1 004


MOTTO
| _. .`-l . _ | _. .`-l . _
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Insyirah : 5-6)

:| _:!. >, _l `.: >.., _l , | _.s .,.:l
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S.
Ibrahim : 7)

. . . !> !. ,. >l !. `.,. . . .
Baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan. (Q.S.
Al-Baqarah : 141)

A winner is a person who isnt hope to be the best but hope to do the best.
( Sang pemenang adalah seseorang yang tidak berharap untuk menjadi
yang terbaik, namun berharap untuk dapat melakukan yang terbaik. )
To be a winner, all you need is to give all you have.
( Untuk menjadi seorang pemenang, semua yang Anda butuhkan adalah
memberikan semua yang Anda punya. )
Siamo Tutti Fratelli.
( Kita semua bersaudara semboyan Palang Merah Remaja Indonesia )

PERSEMBAHAN





Karya tulis ini penulis persembahkan kepada
1. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas
segalanya yang telah kalian berikan.
2. Teman-teman XII IPA I tahun ajaran
2009/2010 yang turut memberi saran-saran
dalam penyelesaian karya tulis ini.
3. Keluarga Besar Relawan PMR WIRA
SMALSA yang turut memberikan asupan
semangat juang bagi penulis.
4. Keluarga Besar Relawan PMI Cabang Kota
Surakarta yang telah memberi banyak
pelajaran dan pengalaman hidup pada penulis.
5. Pembaca yang budiman.




KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-
Nya penulis telah menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari syarat-
syarat mengikuti Ujian Nasional serta Ujian Akhir Sekolah SMA Al Islam 1
Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ini mendapatkan bantuan,
dukungan, maupun bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Riyanto selaku Kepala SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah
memberikan kesempatan dalam pembuatan karya tulis ini.
2. Bapak Drs. Muhammad Ali selaku pembimbing yang senantiasa
bersabar memberi arahan pada penulis dalam proses penulisan ini.
3. Bapak Drs. Muhammad Syukur selaku wali kelas XII IPA I yang selalu
membimbing dan memberi motivasi pada penulis hingga saat ini.
4. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberi dukungan pada
penulis dalam proses penyelesaian karya tulis ini.
5. Bapak/Ibu guru yang telah bersedia membantu demi lancarnya
pembuatan karya tulis ini.
6. Saudara-saudara Relawan PMI Cabang Surakarta maupun relawan PMR
WIRA SMALSA yang telah memberi semangat, dukungan, serta
membantu penyelesaian karya tulis ini.

7. Semua pihak yang membantu penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari karya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat digunakan penulis
sebagai masukan dan perbaikan. Semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi
semua pihak.

Penulis

















DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN.. II
MOTTO III
PERSEMBAHAN. V
KATA PENGANTAR.. VI
DAFTAR ISI VIII
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul 1
1.2 Tujuan Penulisan.. 1
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Metode Pengumpulan Data.. 2
1.5 Sistematika Penulisan... 2
BAB II DINAMIKA DAN FORMULASI NEWTON 4
BAB III GAYA GESEKAN... 9
3.1 GAYA GESEKAN KINETIK (
k
f ).. 10
3.2 GAYA GESEKAN STATIS (
s
f ) 12
3.3 GAYA GESEKAN STATIS MAKSIMUM (
s
f
maks
).. 15
BAB IV GAYA GRAVITASI 18
4.1 HUKUM GRAVITASI NEWTON...18
4.2 PERCEPATAN GRAVITASI.. 20
4.3 HUKUM KEPPLER. 23


BAB V GAYA PEGAS. 29
5.1 ELASTISITAS BAHAN.. 29
5.2 HUKUM HOOKE 33
5.3 GETARAN HARMONIK.37
5.4 PERIODE DAN FREKUENSI GETARAN. 39
5.5 SIMPANGAN DAN AMPLITUDO GETARAN 42
5.6 PERSAMAAN GETARAN HARMONIK... 44
BAB VI PENUTUP. 50
6.1 KESIMPULAN. 50
6.2 SARAN. 54
DAFTAR PUSTAKA... 55












BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul
Penulis tertarik terhadap materi Dinamika dan memilihnya sebagai judul
karya tulis ini dengan alasan sebagai berikut :
1.1.1 Dinamika membahas tentang konsep-konsep gaya, pengertian
gaya, macam-macam gaya hingga aplikasi dalam kehidupan.
1.1.2 Dinamika merupakan materi yang memerlukan pemahaman
tentang jenis gaya, arah gaya, bahkan diperlukan imajinasi dan
visualisasi untuk menentukan gaya-gaya yang berlaku pada suatu
sistem.
1.1.3 Konsep Dinamika banyak terjadi dan diterapkan dalam kehidupan
manusia sehari-hari, sehingga dengan mempelajarinya akan
menambah wawasan serta memberi kemudahan dalam kehidupan
manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk :
1.2.1. Memberikan wacana kepada pembaca tentang teori-teori dasar
Dinamika serta hukum yang berlaku tentang gerak.
1.2.2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang aplikasi
penggunaan teori dan hukum Dinamika sehingga benar-benar
terasa manfaat mempelajari materi Dinamika.

1.3. Pembatasan Masalah
Dalam karya tulis ini penulis membatasi masalah yang dibahas pada
materi Dinamika. Materi yang akan dibahas dalam karya tulis ini meliputi
formulasi Hukum Newton, konsep gaya gesekan statis, konsep gaya
gesekan kinetis, konsep gaya gravitasi, konsep gaya pegas, dan gerak
harmonis.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode literatur
atau kepustakaan, yakni menyelidiki dan mencari data dengan jalan
membaca, mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Dinamika,
serta mencari data melalui media elektronik dan internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Karya tulis ini dibahas dalam enam bab utama. Bab I adalah Pendahuluan,
dalam bab ini dikemukakan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan,
pembatasan masalah, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan. Bab II adalah Dinamika dan Formulasi Newton yang akan
membahas prolog tentang Dinamika dan teori Newton yang merupakan
pilar dasar Dinamika. Bab III dengan judul Gaya Gesekan berisi tentang
teori dan konsep-konsep gaya antara dua permukaan benda yang
bersentuhan atau bergesekan. Bab IV Gaya Gravitasi mengemukakan gaya
yang terjadi antara dua benda bermassa, hukum Gravitasi Newton, hukum
Keppler, beserta aplikasi-aplikasinya. Bab V dengan judul Gaya Pegas
akan menguak beragam teori dan hukum yang berlaku pada pegas serta

kaitannya dengan gerak harmonis benda akibat pengaruh gaya pegas.
Terakhir adalah bab VI yakni Penutup. Dalam bab ini akan disajikan
kesimpulan materi serta saran-saran bagi penulis selanjutnya, sehingga
dalam penulisan selanjutnya tidak terjadi kesalahan yang sama dengan
penulis karya tulis ini.



















BAB II
DINAMIKA DAN FORMULASI NEWTON
Dinamika merupakan salah satu cabang dari mekanika yang mempelajari
gerak dengan memperhatikan penyebabnya, yakni gaya (F dengan satuan
Newton). Dinamika merupakan penerapan dari hukum-hukum Sir Isaac Newton
tentang gaya dan gerak. Sehingga tak heran bila hukum-hukum Newton adalah
pilar-pilar dasar dinamika.
Hukum I Newton menyatakan bahwa jika resultan gaya suatu benda
sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam, sedangkan benda yang
mula-mula bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap atau percepatan
sama dengan nol. Secara matematis hukum I Newton dapat dirumuskan
=

0 F untuk benda diam atau bergerak lurus beraturan


Hukum II Newton menyatakan bahwa percepatan yang dihasilkan oleh
resultan gaya yang bekerja pada benda berbanding lurus dengan resultan gaya,
searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Secara matematis hukum II Newton dinyatakan sebagai
m

=
F
a atau

= a F m
Contoh Soal
Mesin sepeda motor balap mampu menghasilkan gaya 10000 N. Berapakah
percepatan motor tersebut jika massa motor dan ridernya (pembalap) 900 kg serta
gaya hambatan angin dan jalan 1000 N?


J awab
Gaya mesin dan gaya hambatan merupakan gaya yang berlawanan sehingga
resultan gaya dapat dicari. Misalkan gaya mesin adalah P dan gaya hambatan
adalah Q, maka penyelesaian soal dengan hukum II Newton adalah
=

= =

kg m m 900
1000 10000 N N Q P
F
a 10
2
s
m

Hukum III Newton mengungkap tentang peristiwa aksi dan reaksi.
Hukum ini menyatakan bahwa untuk setiap aksi, akan ada suatu resksi yang sama
besar tetapi arahnya berlawanan. Secara matematis dinyatakan
Aksi = -Reaksi
Contoh kasus aksi-reaksi dalam kehidupan sehari-hari:
1. Berjalan kaki.
Aksi : Kaki mendorong lantai ke belakang.
Reaksi : Lantai mendorong kaki ke depan.
2. Berenang.
Aksi : Tangan dan kaki perenang mendorong air mengalir berlawanan dengan
arah yang dituju perenang ( ke belakang )..
Reaksi : Arus air mendorong tubuh perenang melesat ke depan.
3. Menembak dengan senapan.
Aksi : Peluru mendorong senapan ke belakang.
Reaksi : Senapan mendorong peluru meluncur ke depan.


4. Aplikasi teknologi roket.
Aksi : Gas panas roket menyembur keluar dalam arah vertikal ke bawah.
Reaksi : Roket terdorong dalam arah vertikal ke atas.
Ketiga formulasi Newton inilah yang akan menjadi dasar dalam materi
dinamika pada karya tulis ini. Dalam materi dinamika akan dibahas tentang tiga
macam gaya, yakni gaya gesekan, gaya gravitasi, serta gaya pegas. Gaya gesekan
melibatkan tentang gaya gesek statis, gaya gesek kinetik, serta perhitungan
kuantitatifnya. Kemudian pada pembahasan gaya gravitasi akan dibahas pula
Hukum Gravitasi Newton yang menjelaskan tentang gaya tarik-menarik antara
dua benda bermassa. Terakhir akan dibicarakan konsep gaya pegas, kaitannya
dengan sifat elastisitas bahan, serta analisis gerak di bawah pengaruh gaya pegas.
Dalam mempelajari ketiga gaya tersebut, harus diingat dan dipahami
materi tentang resultan gaya kaitannya dengan formulasi hukum Newton yang
telah dibahas, serta jenis gaya yang biasa bekerja pada benda. Resultan gaya
adalah suatu gaya tunggal yang ekivalen dengan semua gaya yang bekerja pada
suatu benda atau suatu sistem yang ditinjau. Ada empat jenis gaya yang biasa
bekerja pada suatu benda, yakni gaya berat, gaya normal, gaya gesekan, serta gaya
tegangan tali.
Gaya berat sering disebut saja dengan berat. Berat berbeda dengan massa.
Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung suatu benda dengan
satuan kilogram dalam SI. Massa merupakan besaran pokok yang nilainya tetap di
lokasi manapun. Misalkan sebuah apel 2 kg dibawa seorang astronout dari Bumi
ke Bulan, maka massa apel di Bulan tetaplah 2 kg.

Sedangkan gaya berat (w) adalah gaya tarik Bumi yang bekerja pada suatu
benda, yang mana arah gerak dari gaya berat selalu tegak lurus pada permukaan
Bumi menuju ke pusat bumi (vertikal ke bawah). Perhatikan gambar berikut.





Arah gaya berat selalu menuju pusat Bumi. Dengan memanfaatkan hukum
Newton II serta memahami bahwa percepatan (a) yang berlaku pada gaya berat
adalah percepatan gravitasi (g), maka secara matematis gaya berat dirumuskan
w = mg
Besarnya berbeda di setiap lokasi karena nilainya bergantung pada
percepatan gravitasi. Misalkan massa apel di Bumi 2 kg dan beratnya 20 Newton.
Jika apel tersebut dibawa oleh seorang astronout ke Bulan, maka massa apel tetap
2 kg, namun beratnya berubah karena percepatan gravitasi Bulan berbeda dengan
percepatan gravitasi Bumi.





w
w
w

Gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua
permukaan yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus terhadap bidang
sentuh. Perhatikan gambar berikut.





Gaya gesekan (f) adalah gaya sentuh yang muncul jika permukaan dua
benda bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan selalu berlawanan
dengan arah kecenderungan gerak benda. Gaya gesekan terbagi menjadi dua yakni
gaya gesekan statis dan gaya gesekan kinetis. Pembahasan lebih rinci tentang gaya
gesekan akan ditampilkan tersendiri pada bab selanjutnya.
Gaya tegangan tali (T) adalah gaya tegang yang bekerja pada ujung-ujung
tali karena tali tersebut tegang, sebagai reaksi dari gaya luar yang bekerja
padanya. Keempat gaya inilah yang menjadi gaya-gaya utama yang bekerja pada
sebuah benda dan merupakan materi dasar yang harus dipahami dalam dinamika.






N
N
N

BAB III
GAYA GESEKAN
Seorang anak mendorong sebuah peti besar yang ada di hadapannya
dengan gaya yang relatif kecil untuk mendorong sebuah peti besar. Tentu saja peti
tersebut tetap diam di tempatnya. Saat sang anak memperbesar gaya yang
diberikannya, peti itu tetap tak bergeming. Barulah setelah anak itu memberikan
gaya yang lebih besar lagi hingga melewati ambang batas tertentu, peti tersebut
bergeser. Dan anehnya setelah peti bergeser maka pekerjaan sang anak
mendorong peti terasa semakin ringan dibandingkan saat mencoba menggerakkan
peti pertama kali.
Dari simulasi inilah penjelasan tentang gaya gesekan diawali. Gaya
gesekan dapat dibagi menjadi dua, yakni gaya gasekan kinetik (f
k
) dan gaya
gesekan statis (f
s
). Saat peti masih dalam keadaan diam ketika didorong, yang
bekerja pada alas peti adalah gaya gesekan statis (f
s
). Harga f
s
bergantung pada
harga gaya dorong yang diberikan namun arahnya berlawanan dengan arah gaya
dorong. Jika gaya dorongnya mencapai 200 N, maka harga f
s
pun mencapai 200 N
sehingga dengan arah yang berlawanan, terjadilah kesetimbangan gaya yang
menyebabkan benda tetap diam di posisinya. Ketika peti mulai bergeser maka
gaya yang bekerja bukan lagi gaya gesekan statis, tetapi gaya gasekan kinetik (f
k
)
yang besar harganya tidak bergantung pada gaya dorong ataupun percepatan gerak
benda.



3.1 GAYA GESEKAN KINETIK (f
k
)
Gaya gesekan kinetik adalah gaya gesekan antara dua permukaan yang
bergerak relatif satu terhadap lainnya. Lebih mudahnya didefinisikan sebagai
gaya yang dikerjakan permukaan pada benda sewaktu benda tersebut
bergerak. Berdasarkan percobaan para ahli diketahui bahwa ketika gaya
normal antara kedua permukaan diperbesar, daerah kontak yang benar-benar
bersentuhan akan bertambah, sehingga gaya gesekan yang timbul juga
bertambah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besar gaya gesekan
dipengaruhi oleh gaya normal. Secara matematis dirumuskan
f
k = k
N


k
merupakan koefisien gesekan kinetik yang bergantung pada sifat
dari kedua permukaan yang bersentuhan. Semakin kasar permukaan, semakin
besar harga
k
. Nilai
k
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Adapun arah
gaya gesekan kinetik selalu berlawanan dengan arah kecenderungan gerak
benda terhadap bidang, yang berarti juga tegak lurus dengan gaya normal.
Contoh Soal
1. Balok bermassa 2 kg didorong oleh gaya horizontal sehingga bergerak
dengan kecepatan konstan 4
s
m
serta koefisien gaya gesekan kinetik
antara balok dan lantai adalah 0,6. Hitung gaya pendorong yang bekerja!
J awab
Diket. N = w = mg = 2 x 10 = 20 N
v = konstan sehingga a = 0,

Maka ma F
x
=

0 =
x
F
Fp fk = 0
Fp = fk
Fp =
k
N

Fp = 0,6 x 20
Fp =12 N

2. Sebuah peti 10 kg didorong oleh gaya horizontal 40 N sehingga bergerak
dengan percepatan 2
2
s
m
. Berapakah koefisien gesekan kinetik antara
peti dan lantai?
J awab
Diket. N = w = 100 N

= ma Fx
Fp fk = ma
40 -
k
(100) = 10 x 2
k
= 2 0,
100
20
=

3. Sebuah drum ditendang di atas lantai datar sehingga bergerak dengan
kelajuan awal 6
s
m
. Drum tersebut bergerak menempuh jarak 10 m
sebelum akhirnya berhenti. Hitung koefisien gesekan kinetik antara drum
dan lantai!


fk
Fp
N
w
v
kg 2
fk
Fp
N
w
2
2
s
m
a =
kg 10



J awab
Diket.N = w
Vt
2
= V
0
2
+ 2aS
0 = (6)
2
+ 2 a 10m
-20 a = 36
a = -1,8
2
s
m

= ma F
x

(tidak ada Fp pada sumbu x)
- fk = -1,8 m
k
N = 1,8 m
k
m g = 1,8 m
k
g = 1,8
k
= 0,18

3.2 GAYA GESEKAN STATIS (f
s
)
Gaya gesekan statis adalah gaya yg dikerjakan oleh permukaan terhadap
suatu benda sewaktu benda tersebut tidak bergerak. Jika dihubungkan dengan
gaya gesekan kinetik dan gaya normal, maka gaya gesekan statis secara
matematis dapat dirumuskan
f
s s s
N


fk
w
meter 10
s
m
V 6
0
=

Sama halnya dengan
k
, nilai
s
bergantung pada keadaan permukaan
tapi harga
s
umumnya lebih besar dari
k.

Contoh Soal
Hitunglah besar gaya gesekan yang bekerja pada balok-balok yang masih
dalam keadaan diam berikut ini!
a.





c.


b.





d.




J awab
a.

= 0
x
F
Fp fs = 0
Fp = fs
fs = 2 N

b.

= 0
x
F
Fp cos 60 fs = 0
fs = Fp cos 60
fs = 20 N x
2
1

fs = 10 N
kg 2 N 2

30
kg 2
N 20
kg 2
N 20

30
N 20

60
kg 2
kg 2
N 2
Fp
fs
N 20
fs
Fp
Fp

60 cos
kg 2

c.

= 0
x
F
Fp - ( wsin30 + fs ) = 0
Fp wsin30 = fs
fs = 20N (20 x
2
1
)
fs = 10 N


d. Perkirakan ke mana arah gerak relatif benda
dengan membandingkan nilai
Fpsin30 dengan w.
* Fpsin30 = 20N x
2
1
= 10 N
* w = mg = 2 x 10 = 20 N
w Fp <

30 sin

sehingga benda akan cenderung
bergerak vertikal ke bawah.
Otomatis arah fs vertikal ke atas.
Sehingga

= 0
y
F
w = Fpsin30 + fs
fs = w Fpsin30
fs = 20N 10N
fs = 10 N



kg 2
w

30
N 20

30 cos w

30 sin w
N
fs
Fp
Fp

30

30 sin Fp
N
w
kg 2
N 20
fs

3.3 GAYA GESEKAN STATIS MAKSIMUM (f
s maks
)
Jika gaya penggerak pada suatu benda relatif kecil dan benda tidak
mengalami pergerakan, maka gaya gesekan yang timbul adalah gaya gesekan
statis. Gaya gesekan statis ini memiliki harga maksimum yang disebut sebagai
gaya gesekan statis maksimum (f
s maks
). Nilai f
s maks
dapat dianggap sebagai
nilai ambang batas yang menentukan apakah benda akan bergeser atau tidak.
Bila gaya penggerak yang diberikan nilainya sudah melampaui harga f
s maks

maka benda akan bergeser. Namun jika gaya penggerak belum mampu
melampaui nilai ambang batas, maka benda masih tetap diam. Sehingga dari
penjabaran ini dapat diambil tiga kasus utama dalam hal gesekan.
3.3.1 GAYA PENGGERAK BELUM MELAMPAUI f
s maks
Pada kasus ini diketahui bahwa harga gaya penggerak (F
p
) kurang
dari harga f
s maks
sehingga dapat dipastikan benda masih tetap diam
relatif terhadap bidang. Otomatis dapat diketahui bahwa gaya gesekan
yang berlaku adalah gaya gesekan statis.
3.3.2 GAYA PENGGERAK TEPAT SAMA DENGAN f
s maks
Pada kasus ini diketahui bahwa harga gaya penggerak (F
p
) sama
dengan harga f
s maks
. Pada keadaan ini benda dapat dikatakan tepat akan
bergerak, dan gaya gesekan yang bekerja adalah f
s maks
.
f = f
s maks
=
s
N




3.3.3 GAYA PENGGERAK MELAMPAUI f
s maks
Pada kasus ini diketahui bahwa harga gaya penggerak (F
p
)
melampaui harga f
s maks
. Sehingga benda akan bergeser dan gaya
gesekan yang bekerja adalah gaya gesekan kinetik.
f =f
k
=
k
N
Contoh Soal
Sebuah balok 8 kg terletak di atas lantai datar ditarik oleh gaya luar yang
membentuk sudut

53 terhadap bidang horizontal. Jika koefisien gesekan


statik dan kinetik antara balok dan lantai berturut-turut adalah 0,4 dan 0,2;
Hitunglah gaya gesekan yang timbul bila gaya tariknya sebesar 50 N!




J awab
Langkah pertama yakni menguraikan berbagai macam gaya yang bekerja
pada sumbu x dan y serta mencari nilai gaya normal.
Di samping adalah uraian gaya-gaya yang bekerja
pada sumbu x dan diketahui bahwa
N N Fp Fx 30 )
5
3
( 50 30 cos = = =



N 50
kg 8

53
N 50
kg 8
f
Fp
Fx

53 cos Fp

Di samping adalah uraian gaya-gaya yang bekerja
pada sumbu y dan diketahui bahwa
N N Fp Fy 40 )
5
4
( 50 53 sin = = =




w
N 50
kg 8

53
N

53 sin Fp


Langkah selanjutnya menentukan
besar gaya normal (N)

= 0 Fy
w Fp N = +

53 sin

53 sin Fp mg N =
N = 80 40
N =40 N

Kemudian hitung fs
maks
sebagai ambang batas
fs
maks
=
s
N = 0,4 x 40 = 16 N
Bandingkan fs
maks
dengan gaya pendorong yang bekerja, yakni Fx, untuk
mengetahui apakah benda akan bergeser atau belum.
Fx = Fp cos 53 = 30 N
Maka diketahui bahwa Fp > fs
maks
Sehingga otomatis benda akan bergeser dan gaya gesekan yang berlaku
adalah gaya gesekan kinetik (f
k
)
f = f
k
=
k
N = 0,2 x 40 = 8 N




BAB IV
GAYA GRAVITASI
Sekitar abad XVI dunia Fisika tengah disibukkan dengan barbagai
penemuan dan teori tentang benda-banda langit. Dimulai dari teori Heliosentris
dari Copernicus yang menyatakan bahwa Matahari adalah pusat tata surya,
hingga Johannes Keppler berhasil merumuskan hukum-hukum tentang gerak
planet mengelilingi matahari. Sampai saat itu teori-teori mengenai gerak planet
mengelilingi matahari serta bulan mengelilingi bumi telah banyak terkuak. Namun
masalah utama yang belum terkuak adalah penyebab utama yang menyebabkan
benda-benda langit tersebut tetap beredar pada orbitnya.
Sir Isaac Newton pun tersita perhatiannya untuk menemukan jawaban dari
permasalahan utama tersebut. Setelah bertahun-tahun berekspedisi akhirnya
Newton menyadari bahwa gerak orbit planet yang berbentuk lingkaran
menunjukkan bahwa ada gaya yang bekerja pada planet-planet tersebut. Gaya
inilah yang kemudian diidentifikasikan Newton sebagai gaya gravitasi, yang
bekerja sebagai hasil interaksi antarbenda-benda akibat massa benda-benda
tersebut. Pada tahun 1686 Newton mempublikasikan hukum ini melalui bukunya
yang berjudul Principia.
4.1 HUKUM GRAVITASI NEWTON
Newton menjelaskan bahwa apabila ada dua buah benda berdekatan
maka akan timbul gaya tarik-menarik pada kedua benda tersebut. Gaya tarik-
menarik (gravitasi) ini sebanding dengan massa masing-masing benda.
Semakin besar massa masing-masing benda semakin besar pula gaya gravitasi

2
2 1
r
m m
G F =
yang timbul. Sebaliknya, gaya gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antarkedua benda. Semakin jauh jarak kedua benda, semakin kecil gaya
gravitasi yang timbul. Newton dalam Hukum Gravitasinya menyatakan bahwa
Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang
berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya. Hal ini secara matematis
dapat dirumuskan


F adalah gaya gravitasi yang timbul (Newton); G adalah konstanta
gravitasi dengan satuan Nm
2
/kg
2
; m
1
dan m
2
adalah massa benda 1 dan 2 (kg);
dan r adalah jarak antara dua benda (m).
Nilai konstanta gravitasi (G) pada awalnya diselidiki oleh seorang
ilmuwan bernama Sir Henry Cavendish dengan menggunakan 2 bola yang
berbeda massa, kawat logam, serta berbagai alat optik pengukur sudut
simpangan. Pada tahun 1798, melalui alat peraganya tersebut, beliau berhasil
menganalisis bahwa nilai G adalah 6,75 x 10
-11
Nm
2
/kg
2
. Hasil menakjubkan
Cavendish ini kemudian disempurnakan oleh rekanan ilmuwan Fisika modern,
Boys dan Pointing yang menetapkan nilai tetapan lebih akurat, yakni G =
6,672 x 10
-11
Nm
2
/kg
2
. Dengan diketahuinya nilai tetapan gravitasi ini, maka
kita dapat menghitung secara eksak gaya gravitasi antar dua benda. Bahkan
kita mampu menghitung massa benda-benda langit, termasuk massa planet
Bumi.

4.2 PERCEPATAN GRAVITASI
Dengan ditetapkannya hukum Gravitasi Newton dan nilai akurat konstanta
gravitasi maka para ilmuwan Fisika pun akhirnya memperdalam kajian
tentang gravitasi. Mereka menghubungkan antara gaya berat dengan gaya
gravitasi, bahwa nilai gaya berat suatu benda sama dengan nilai gaya gravitasi
yang bekerja pada benda. Dari hubungan ini akan didapatkan nilai besaran
yang dinamakan percepatan gravitasi.
gravitasi
w F =
sehingga

2
r
Mm
G mg = atau
2
r
M
G g =


Berdasarkan persamaan tersebut dapat dibuktikan bahwa besarnya
percepatan gravitasi bergantung pada massa Bumi (planet) dan jarak yang
diukur dari posisi benda hingga pusat Bumi (planet). Sehingga secara otomatis
semakin jauh jarak suatu tempat atau benda dari pusat Bumi maka percepatan
gravitasi tempat atau benda tersebut semakin kecil.
Menurut pengamatan para ahli, nilai percepatan gravitasi suatu daratan,
tempat atau benda yang ketinggiannya 0 hingga 10 km dari pusat bumi
memiliki rentang nilai antara 9,83 hingga 9,80 m/s
2
. Untuk mempermudah
perhitungan, seringkali nilai g dianggap 10 m/s
2
.



Contoh Soal dan Pembahasan
1. Dua buah benda didekatkan sehingga bekerja gaya gravitasi sebesar 4 x 10
-8

N. Hitung gaya interaksi keduanya jika jarak keduanya diperkecil hingga
menjadi setengah kali mula-mula!
J awab

2 2 1
2
1
F r r = =..?

2
1
2
2
1 2
: :
r
m m
G
r
m m
G
b a b a
= F F

2
1
2
1
8
2
1
:
)
2
1
(
1
10 4 :
r
r
x =

F
N x
x
8
10 16 F
F

=
=
2
8
2
) 10 4 ( 4

2. Sebuah benda mempunyai berat 24 N di permukaan bumi. Jika benda tersebut
ditempatkan pada ketinggian R dari permukaan bumi, (R=jari-jari bumi)
Berapa massa benda sekarang?
J awab










Dalam kasus ini jarak benda
selalu diukur dari pusat bumi.
Sehingga
2
1
2
2
1 2
: :
r
Mm
G
r
Mm
G = F F
2 2
2
:
) 2 (
24 :
R
Mm
G
R
Mm
G N = F
N N x 6 F = = 24
4
1
2



M
M
m
m
R
R
R
=
1
r
N 24
1
= F
R r 2
2
=

3. Perbandingan jari-jari planet X dengan bumi adalah 3:1 sedangkan
perbandingan massa planet X dengan bumi adalah 4:1. Berat seorang anak di
muka bumi adalah 360 N. Berapa berat anak tersebut di permukaan planet X?
J awab
Diket. r
x
: r
bumi
= 3 : 1. m
x
: m
bumi
= 4 : 1. F
di bumi
= 360 N. F
di x
..?
N
N
r
m M
G
r
m M
G N
r
m M
G
r
m M
G
x
x
bumi
anak bumi
bumi
anak bumi
x
bumi
anak bumi
x
anak x
bumi x
160 F
360 F
480 F
F F
=
=
=
=
1
1
:
9
4
:
:
) 3 (
4
:
: :
2 2
2 2

4. Jari-jari Bumi (R) 6400 km. Hitung massa dan percepatan gravitasi pada
ketinggian R dari permukaan Bumi! ( g = 10 m/s
2
)
J awab
Diket. R = 6,4 x 10
6
m. G = 6,67 x 10
-11
Nm
2
/kg
2
. g = 10 m/s
2
.
Massa Bumi . . .?

kg x M
x
x
M
x
xM x
r
GM
g
24
10 14 6,
10 67 , 6
10 ) 10 96 , 40 (
) 10 4 , 6 (
10 67 , 6
10
11
12
2 6
11
2
=
=
=
=



g pada ketinggian R dari bumi. . .?
2
2
2 2
2
2 2
1
2
2
1
2
2
1
2
/ , 10
4
1
1
:
4
1
10
1
:
) 2 (
1
/
/
s m x g
R R
g
R R g
g
r GM
r GM
g
g
5 2 = =
=
=
=





4.3 HUKUM KEPPLER
Nicholas Copernicus menggemparkan dunia dengan menentang teori
Geosetris yang menyatakan Bumi adalah pusat tata surya. Copernicus
mempublikasikan teori Heliosentris yang menyatakan pusat tata surya
bukanlah Bumi, namun Matahari. Namun ia masih keliru dengan menganggap
bahwa bentuk orbit planet adalah lingkaran sempurna.
Pada tahun 1576 seorang astronom Denmark, Ticho Brache,
membangun sebuah observatorium raksasa dan berhasil mengabadikan
berbagai data serta pengamatan tentang gerak planet. Data-data inilah yang
kemudian dicermati dan dipelajari oleh matematikawan Praha, Johannes
Keppler, yang kemudian memunculkan tiga buah hukum tentang gerak
planet.
4.3.1 HUKUM I KEPPLER
Hukum I Keppler berbunyi Semua planet bergerak dalam lintasan
berbentuk elips dengan matahari terletak pada salah satu titik
fokusnya. Oleh karena bentuk orbit adalah elips, maka jarak antara
planet dengan matahari berubah-ubah sesuai dengan kedudukannya.
Jarak planet paling dekat dengan Matahari disebut perihelium.
Sedangkan jarak planet saat kedudukannya terjauh dengan Matahari
disebut aphelium. Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa memang
orbit planet berbentuk elips. Hasil pengamatan menunjukkan juga bahwa
tingkat kelonjongan bentuk orbit planet pun berbeda-beda. Namun

Matahari
Aphelium
Perihelium
1 Luas 2 Luas
A
B
C
D
secara umum bentuk orbit planet adalah elips yang mendekati bentuk
lingkaran. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.





4.3.2 HUKUM II KEPPLER
Hukum II Keppler berbunyi Garis hubung planet dengan
matahari akan membentuk luasan yang sama dalam waktu yang sama.
Dari hukum ini dapat dibuktikan bahwa semakin dekat jarak planet ke
matahari, maka semakin cepat kelajuan gerak revolusinya. Begitu pula
sebaliknya, makin jauh jarak planet dari matahari maka kelajuan gerak
revolusinya semakin lambat. Berarti gerak planet paling cepat ketika
berada di titik perihelium, dan gerak planet paling lambat ketika berada
di titik aphelium. Perhatikan ilustrasi berikut.






Misal Luas1 adalah daerah yg disapu oleh garis hubung planet
dengan Matahari saat planet bergerak dari titik A ke B. Sedangkan Luas2
adalah luasan yang disebabkan garis hubung planet dengan Matahari saat
planet bergerak dari titik C ke D. Luas1 dan Luas2 memiliki luas yang
sama. Sehingga waktu yang dibutuhkan planet untuk bergerak dari A ke
B sama dengan waktu tempuh C ke D. Padahal lintasan A-B lebih
panjang dari C-D, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelajuan planet
pada lintasan A-B lebih besar dari kelajuan pada C-D.
4.3.3 HUKUM III KEPPLER
Hukum ketiga Keppler berbunyi Kuadrat periode planet
mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-
ratanya ke matahari.
3 2
R T ~ atau konstan =
3
2
R
T

Bentuk di atas menunjukkan bahwa semakin jauh jarak planet dari
matahari maka semakin lama waktu untuk mengelilingi matahari satu
putaran penuh. Sehingga berdasarkan hukum ini berlaku hubungan
3
2
3
2
B
B
A
A
R
T
R
T
=
Jarak Bumi ke Matahari adalah satu satuan astronomi (SA) yakni
149 juta km, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi
matahari 1 putaran penuh (kala revolusi) adalah satu tahun atau 365 hari.

Jika hukum III Keppler dihubungkan dengan hukum Newton
melalui analisis gaya gravitasi, percepatan sentripetal serta hubungan
dalam hukum III Keppler maka akan didapatkan kesesuaian antara
Hukum Newton dengan Hukum Keppler. Karena orbit planet mendekati
lingkaran maka percepatan yang berlaku adalah percepatan sentripetal.
R
v
a
sp
2
=
karena
T
R
v
t 2
= maka
2
2
2
4
)
2
(
T
R
R
T
R
a
sp
t
t
= =
sp sp
ma F =
)
4
(
2
2
2
T
R
m
R
m m
G
planet
matahari planet
t
=
sehingga
matahari
Gm R
T
2
3
2
4t
=
dengan
T = periode revolusi planet
G = konstanta gravitasi
R = jarak planet ke matahari
m
matahari
= massa matahari
Persamaan terakhir membuktikan kesesuaian antara hukum Newton
dengan Hukum Keppler.




Contoh Soal dan Pembahasan
1. Jarak planet Y terhadap Matahari adalah 4 SA. Hitung kala revolusinya!
J awab
Diket, R
y
= 4 SA. R
Bumi
= 1 SA. T
Bumi
= 1 tahun, T
y
. . . ?

tahun T
T
T
R
T
R
T
y
y
y
y
y
Bumi
Bumi
8 =
=
=
=
64
) 4 ( ) 1 (
) 1 (
2
3
2
3
2
3
2
3
2

2. Jarak planet M ke Matahari 16 kali lebih besar dari jarak planet N ke
Matahari. Hitunglah perbandingan kala revolusi planet M dan N!
J awab
Diket. R
M
: R
N
= 16 : 1. Tentukan T
M
: T
N
. . . ?

1 64 T T : :
1
4096
1
4096
) 1 (
) 16 (
2
3
3
2
2
3
3
2
2
3
2
3
2
=
=
=
|
|
.
|

\
|
=
=
=
N M
N
M
N
M
N
M
N
M
N
M
N
N
M
M
T
T
T
T
T
T
R
R
T
T
R
T
R
T



3. Dua buah planet, A dan B masing-masing bermassa 5x10
24
kg dan 2x10
27
kg,
terpisah sejauh 4,01x10
24
m. Sebuah asteroida terletak di antara dua planet
tersebut tepat pada titik Z yang medan gravitasinya nol. Tentukan letak titik
tersebut dari planet A!
J awab





Agar medan gravitasi di titik Z = 0 maka kuat medan akibat A harus sama
besar dengan kuat medan akibat B. Sehingga
meter x
x x
x
x x
x
x
x
x x
x x
x
x
x
R
GM
R
GM
g g
Z B
B
Z A
A
B A
22
10 =
=
=


=
=
=

401 10 01 , 4
400
10 01 , 4
10 5
10 2 ) 10 01 , 4 (
) 10 01 , 4 (
10 2 10 5
24
24
24
27
2
2 24
2 24
27
2
24
2 2




x
Z
A B
m x
24
10 01 , 4
x m x
24
10 01 , 4

BAB V
GAYA PEGAS
Pegas meupakan komponen dasar yang banyak dimanfaatkan manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Shock breaker dan peer bolpoint adalah contoh
penggunaan pegas yang dapat kita jumpai sehari-hari.
Pegas dikatakan dalam keadaan setimbang jika tidak diganggu oleh gaya
luar. Ketika diganggu oleh gaya luar, pegas akan memberikan gaya balik agar
dapat kembali dalam kesetimbangannya. Gaya balik pada pegas inilah yang
disebut sebagai gaya pegas.
5.1 ELASTISITAS BAHAN
Gaya pegas berkaitan erat dengan sifat elastisitas bahan, yakni
kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya luar
yang diberikan pada bahan itu dihilangkan. Berdasarkan pengertian elastisitas
ini, para ahli membagi benda menjadi benda elastis dan benda plastis. Benda
yang sifat elastisitasnya tinggi seperti busa spons, karet gelang, peer bolpoint,
dan pegas baja merupakan contoh benda elastis. Jika kita meremas atau
memberikan gaya pada benda elastis, maka benda tersebut hanya akan
berubah bentuk sementara, kemudian akan kembali ke bentuk semula.
Sedangkan benda yang elastisitasnya rendah seperti kertas, besi, tanah liat dan
plastisin adalah contoh benda plastis, yang tentu saja jika kita beri gaya akan
berubah bentuknya sesuai besar dan jenis gaya yang kita berikan.

Berkaitan dengan elastisitas pula para ahli menemukan konsep regangan
dan tegangan. Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya yang
dialami kawat dan luas penampangnya.

A
F
= o
dengan
o = tegangan yang dialami kawat (N/m
2
)
F = gaya yang bekerja pada kawat (N)
A = luas penampang kawat (m
2
)
Tegangan dapat dianggap sebagai gangguan dari luar yang memberikan
dampak pada kawat. Dampaknya adalah meregangnya kawat atau dapat juga
berdampak kawat putus apabila melampaui batas tertentu.
Sedangkan regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan
panjang dengan panjang awal.

L
L
e
A
=
dengan
e = regangan
AL = pertambahan panjang kawat atau bahan elastis (m)
L = panjang mula-mula (m)
Regangan dapat dipandang sebagai akibat yang ditimbulkan oleh adanya
tegangan. Maka dapat disimpulkan semakin besar tegangan yang diberikan
pada kawat, maka semakin besar pula regangan yang ditimbulkannya.

Perbandingan antara tegangan dan regangan pada kawat yang terbuat dari
bahan yang sama akan menghasilkan angka yang sama walaupun ukuran
kedua kawat berbeda. Namun perbandingan tegangan dan regangan pada
kawat yang berbeda bahan akan memberikan hasil yang berbeda. Dapat
disimpulkan bahwa nilai perbandingan tegangan dan regangan merupakan
karakteristik bahan pembuat kawat tersebut. Karakteristik inilah yang disebut
modulus elastisitas yang dipopulerkan oleh Young dengan perumusan

|
.
|

\
| A
|
.
|

\
|
=
=
L
x
A
F
E
e
E
o


x A
FL
E
A
=
dengan
E = modulus elastisitas (N/m
2
)
o = tegangan (N/m
2
)
e = regangan
F = gaya tarik (N)
L = panjang awal kawat (m)
A = Luas penampang kawat (m)
x A = pertambahan panjang
kawat


Contoh Soal
1. Seutas kawat dengan panjang 1 meter dan luas penampang 2mm
2
ditarik
dengan gaya 20 N sehingga bertambah panjang 0,4 mm. Hitung tegangan yang
diberikan, regangan yang timbul, serta modulus elastisitas bahan pembuat
pegas!
J awab
Diket. L = 1 m; A = 2 mm
2
= 2x10
-6
m
2
; F = 20 N; A L = 4x10
-4
.
Tegangan =
7
10 = = =
6
10 2
20
x A
F
o Nm
-2

Regangan =
4
4x10

= =
A
=
1
10 4
4
x
L
L
e
Modulus Young =
10
5x10 2

= = = ,
10 4
10
4
7
x e
E
o
Nm
-2

2. Dua kawat dengan bahan sama memiliki panjang masing-masing 2 m dan 1 m
serta jari-jari 1,5 mm dan 2 mm. Pada kedua kawat ditarik dengan gaya
sedemikian sehingga kedua kawat bertambah 1 mm.Hitung perbandingan
antara gaya yang diberikan pada kawat 1 dan kawat 2!
J awab
Diket. L
1
= 2 m; L
2
= 1 m; r
1
= 1,5x10
-3
m; r
2
= 2x10
-3
m; E
1
= E
2
;
m x L L
3
10 1 2 1

= A = A ; ditanya F
1
: F
2
. . . ?



8
25 , 2
10 4 10 25 , 2
. 2
) 10 2 (
1 .
) 10 5 , 1 (
2 .
2 1
2
1
6
2
6
1
2 3
2
2 3
1
2 2
2 2
1 1
1 1
=
=
=
=
A = A


F
F
x
F
x
F
x
m F
x
m F
E A
L F
E A
L F
L L
t t

5.2 HUKUM HOOKE
Pada abad ke-17 seorang arsitek Inggris yang bernama Robert Hooke
menyelidiki hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas dan
pertambahan panjang pegas tersebut. Hooke menemukan bahwa pertambahan
panjang pegas berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Hooke juga
menemukan bahwa pertambahan panjang pegas sangat bergantung pada
karakteristik dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang akan mengalami
pertambahan panjang yang besar walaupun gaya yang diberikan kecil.
Sebaliknya, pegas yang sukar teregang akan mengalami pertambahan panjang
yang sedikit saja meskipun gaya yang diberikan besar. Karakteristik pegas ini
dinyatakan sebagai tetapan gaya pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang
memiliki tetapan gaya yang kecil, sebaliknya pegas yang sulit teregang tetapan
gayanya besar. Secara umum Hooke merumuskan bahwa Jika gaya yang
diberikan belum melampaui batas elastisitas pegas maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya. Secara matematis
dirumuskan
x k F A =


dengan
F = gaya yang diberikan pada pegas (N)
k = tetapan gaya pegas (N/m)
x A = pertambaan panjang pegas (m)
Tetapan gaya pegas berbeda dengan modulus elastisitas. Modulus
elastisitas hanya bergantung pada jenis bahan kawat. Sedangkan tetapan gaya
pegas juga bergantung pada bentuk dan ukuran bahan. Sehingga tetapan gaya
pegas bukanlah merupakan modulus elastisistas. Hubungan eksplisit antara
modulus elastisitas dengan tetapan gaya adalah sebagai berikut

x
L
AE
F
x A
FL
E
A
|
.
|

\
|
=
A
=

menurut Hukum Hooke
x k F A =
sehingga jika dihubungkan

L
AE
k =
Sejauh ini kita telah mempelajari pertambahan panjang sebuah pegas saat
diberi gaya tarik. Permasalahan saat ini, bagaimanakah pertambahan
panjang suatu rangkaian pegas saat diberi gaya tarik? Permasalahan ini
dapat dipecahkan dengan mengganti rangkaian pegas tersebut dengan sebuah
pegas yang memiliki nilai tetapan gaya sama dengan nilai tetapan gaya suatu


rangkaian tersebut. Suatu rangkaian pegas biasanya disusun secara seri dan
atau dirangkai secara paralel.
Pada susunan pegas secara seri, pertambahan panjang total (
total
x A )
merupakan jumlah dari pertambahan masing-masing pegas penyusunnya.
Misal suatu rangkaian pegas seri tersusun atas 2 buah pegas, pegas A dan
pegas B. Maka pertambahan panjang totalnya adalah pertambahan panjang
pegas A dijumlahkan dengan pertambahan panjang pegas B. Padahal menurut
hukum Hooke pertambahan panjang total pegas berbanding lurus dengan gaya
yang berlaku serta berbanding terbalik dengan tetapan gaya pegasnya.
Sehingga dari penjabaran teoritis ini mampu ditemukan formula yang berlaku
pada rangkaian seri pegas.
B A pegas pegas total
x x x A + A = A
Berdasarkan hukum Hooke x k F A = , sehingga
total
total total total
k
F
x x k F
k
F
x x k F
k
F
x x k F
= A A =
= A A =
= A A =
B
B
B B B B
A
A
A A A A

sehingga
B A
B A
k
F
k
F
k
F
x x x
total
total
+ =
A + A = A



Persamaan terakhir menyatakan hubungan antara nilai tetapan total gaya
pada dua pegas yang tersusun seri. Secara umum jika terdapat sejumlah n
pegas pada suatu rangkaian seri pegas, maka berlaku hubungan

n total
k k k k
1
....
1 1 1
2 1
+ + + =
Sedangkan pada susunan pegas secara paralel berlaku hubungan bahwa
pertambahan panjang total dari rangkaian pegas paralel adalah ekivalen
dengan pertambahan masing-masing pegas komponennya. Sedangkan gaya
pegas dari rangkaian paralel tersebut adalah resultan dari masing-masing gaya
pegas yang dialami oleh tiap komponen pegas.
Dengan penerapan hukum Hooke hal ini dapat dinyatakan dalam formula
matematis sebagai berikut
2 2 1 1
2 1
2 1
x k x k x k
F F F
x x x
total total
total
total
A + A = A
+ =
A = A = A

Karena
2 1
x x x
total
A = A = A maka persamaan terakhir yang merupakan
hubungan yang berlaku pada susunan paralel pegas dapat dirumuskan

n total
k k k k + + + = ....
2 1

Contoh Soal
1. Sebuah pegas bertambah panjang sebesar 2 cm ketika diberi beban 100 gram.
Hitung tetapan gaya pegasnya, serta hitung berapa pertambahan panjang pegas
bila beban diganti dengan bermassa 300 gram!
J awab


Diket. m x cm x
2
10 2 2

= = A ; massa beban = 100 gram; ditanya Tetapan gaya
pegas dan x A jika massa beban 300 gram . . . ?
Tetapan gaya = k = 50 = = =
A
=
A 02 , 0
1
02 , 0
10 . 1 , 0
. 2
s
m
kg
x
g m
x
F
N/m



2. Terdapat dua buah pegas, pegas kedua diberi beban dua kali beban pada massa
pertama. Ternyata pertambahan panjang pegas kedua 6 kali pegas pertama.
Hitung perbandingan tetapan gaya pegas pertama dan kedua!
J awab
Diket m
2
= 2 m
1
;
1 2
6 x x A = A ; ditanya k
1
: k
2
. . . ?
1 3 :
3
1
: 1
. 6
. . 2
:
.
.
:
.
:
:
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2 1

A A

A A

A A

x
g m
x
g m
x
g m
x
g m
x
F
x
F
k k

5.3 GETARAN HARMONIK
Jika kita mengantungkan sebuah pegas yang ujungnya dikaitkan pada
sebuah beban, kemudian kita tarik beban ke arah bawah, maka setelah dilepas
beban akan bergerak turun-naik secara berulang-ulang. Gerak dari beban ini
cm m
kg
k
g m
k
F
x
s
m
6 = = = = = = A 06 , 0
50
3
50
10 . 3 , 0
. 2
2 2
2


dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika beban menyimpang ke bawah dari
titik setimbangnya, pegas akan teregang. Akibatnya pada pegas timbul gaya
dengan arah ke atas. Begitu pula sebaliknya jika beban menyimpang ke atas
dari titik setimbangnya, maka pegas akan muncul gaya dengan arah ke atas.
Akibatnya terjadilah gerak naik-turun beban secara berulang-ulang. Gerakan
bolak-balik atau naik-turun akibat pegas inilah yang dinamakan getaran
harmonik. Getaran harmonik memiliki 3 ciri utama, yakni terjadi gerak bolak-
balik, melalui titik kesetimbangan, dan berlangsung secara periodik.
Getaran harmonik bergerak secara bolak-balik atau naik turun yakni beban
yang digantung pada pegas mengalami gerakan bolak-balik misalkan dari titik
A ke titik B, ke A lagi, ke B lagi, dan seterusnya. Gerakan bolak-balik tersebut
melalui sebuah titik kesetimbangan yang berada pada lintasan A-B. Pada
umumnya titik kesetimbangan berada di tengah-tengah A-B. Titik
kesetimbangan merupakan titik di mana gaya pada beban adalah setimbang
atau sama dengan nol. Gerakan ini juga berlangsung secara periodik,
maksudnya kondisi yang ada akan berulang secara teratur setiap selang waktu
tertentu. Misalkan beban X berada di titik P dan sedang bergerak dengan
kecepatan v., maka setelah selang waktu tertentu beban X akan kembali
berada di titik P dengan kecepatan v pula. Inilah tanda bahwa suatu gerakan
berlangsung secara periodik.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.










Beban mengalami getaran harmonik jika bergerak bolak-balik, melalui
titik kesetimbangan, serta berlangsung secara periodik. Gambar di atas
menunjukkan sebuah beban mengalami gerak harmonis dengan posisi dari
titik A (nomor 1) hingga kembali lagi ke posisi di titik A (nomor 5), dengan
melalui titik kesetimbangan (titik O). Dinamakan melakukan 1 getaran penuh
jika suatu benda bergerak dari satu titik kembali ke titik yang sama dengan
kondisi yang sama. Lihat pada gambar. Beban mengalami 1 getaran penuh
jika mengalami gerakan dengan lintasan A-O-B-O-A atau O-B-O-A-O atau
lintasan lain yang sejenis, semisal dan ekivalen dengan lintasan tersebut. Dari
pengertian dasar ini akan ditemukan besaran-besaran yang turut berperan
dalam fenomena getaran harmonik ini, yakni periode, frekuensi, simpangan
getaran, dan amplitudo.
5.4 PERIODE DAN FREKUENSI GETARAN
Berkaitan dengan pengertian getaran harmonik yang telah dijabarkan
dalam subbab sebelumnya, maka periode getaran dapat didefinisikan sebagai
waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 getaran penuh. Jika dalam 2 sekon
benda melakukan 1 kali getaran maka dapat dikatakan bahwa periode getarnya
B
O
A
1 2 3 4 5


adalah 2 sekon. Jika dalam waktu t sekon benda mampu melakukan n kali
getaran maka secara matematis periode getaran dapat dirumuskan sebagai

n
t
T =
dengan
T = periode getaran (s)
t = waktu benda bergetar (s).
n = banyaknya getaran selama selang waktu t.
Sedangkan yang dimaksud dengan frekuensi getaran adalah banyaknya
getaran yang dapat dilakukan dalam satuan waktu. Frekuensi secara matematis
dapat dirumuskan sebagai

t
n
f =
dengan
f = frekuensi getaran (Hz)
Secara teoritis dan matematis frekuensi merupakan kebalikan dari periode,
sehingga hubungan antara frekuensi dan periode dapat dituliskan sebagai

f
T
1
= atau
T
f
1
=
Jika pada suatu sistem pegas beban diganti dengan beban yang massanya
lebih berat, maka terlihat getaran pegas menjadi lebih besar pula. Hal ini
menunjukkan bahwa periode berbanding lurus dengan massa benda, semakin
besar massa beban semakin besar periode getarannya. Selain bergantung pada
massa beban, periode getaran juga bergantung pada karakteristik pegas yang
dirumuskan dalam tetapan gaya pegas. Pegas dengan tetapan gaya yang besar


(misal besi baja) akan menghasilkan periode getaran yang kecil, namun
sebaliknya pada pegas dengan tetapan gaya kecil (misal karet gelang) akan
menghasilkan periode yang besar. Secara umum peristiwa ini dapat
dirumuskan bahwa besarnya periode adalah

k
m
T t 2 =

dengan
T = periode getaran pegas (s)
m = massa beban (kg)
k = tetapan gaya pegas (N/m)
Oleh karena besarnya periode getaran merupakan kebalikan dari frekuensi
maka frekuensi dapat dirumuskan sebagai

m
k
f
t 2
1
=
Contoh Soal
1. Pada ujung bawah pegas digantungkan sebuah beban, kemudian beban
ditarik ke bawah dan dilepaskan hingga bergerak naik-turun. Ternyata dalam 2
jam pegas mengalami 3600 getaran. Tentukan frekuensi dan periodenya!
J awab
Diket. t = 2 jam = 7200 s; n = 3600; ditanya f dan T . . . ?
5 0,
7200
3600
= = =
t
n
f Hz
2 = = =
3600
7200
n
t
T sekon


2. Hitung periode dan frekuensi getaran pegas yang memiliki tetapan pegas
200 N/m dan beban bermassa 500 gram!
J awab
Diket. k = 200 N/m; m = 500 gram = 0,5 kg. ditanya T dan f . . . ?
t t t t 1 0,
20
1
. 2
200
5 , 0
2 2 = = = =
k
m
T sekon
10 = = =
1 , 0
1 1
T
f Hz
3. Ketika benda bermassa m
1
digetarkan pada ujung pegas, periodenya T.
Jika benda m
1
diganti dengan benda m
2
pada ujung pegas maka periodenya
menjadi 3T. Berapakah perbandingan m
1
dan m
2
?
J awab
2
2
4
.
t
k T
m = maka perbandingan m
1
: m
2


9 1:
4
9
:
4
4
. ) 3 (
:
4
.
2 2
2
2
2
2

T T
k T k T
t t


5.5 SIMPANGAN DAN AMPLITUDO GETARAN
Besaran lain yang turut berperan adalah simpangan getaran, yakni
jarak benda yang bergetar ke titik kesetimbangan. Oleh karena posisi benda
bergetar selalu berubah, maka simpangan getaran senantiasa berubah
mengikuti posisi benda. Saat benda berada di titik P simpangan getaran benda
adalah y. Simpangan benda bernilai minimum (nol) jika benda berada di titik


kesetimbangan (titik O). Sedangkan simpangan benda bernilai maksimum jika
benda berada di titik A atau di titik B. Nilai simpangan maksimum benda
(dalam hal ini adalah OA atau OB) disebut sebagai amplitudo getaran.
Perhatikan gambar berikut.
Sebuah pegas dikaitkan dengan beban dan diberi gaya tarik ke bawah,
maka beban akan mengalami penyimpangan dari titik setimbangnya di O.
Beban akan mengalami gerak naik-turun yang disebut getaran harmonik.
Beban dikatakan mengalami 1 kali getaran harmonik bila melalui lintasan O-
A-O-B-O atau yang semisalnya. Simpangan terjauh dari titik setimbang (OA
dan OB) disebut sebagai Amplitudo (A). Dengan konsep kesimetrisan gerak
maka disimpulkan bahwa OA=OB.
Karena OA=OB maka dapat dijabarkan pula bahwa
waktu yang digunakan untuk bergerak melalui lintasan
OA atau OB adalah sama. Misalkan suatu beban dalam
sistem pegas bergerak naik-turun dengan periode 2
sekon. Berarti dalam 2 sekon benda mengalami 1 kali
getaran. 1 kali getaran maksudnya benda bergerak
melintasi O-A-O-B-O. Sehingga berdasarkan konsep
kesimetrisan gerak dapat disimpulkan bahwa waktu
yang dipakai untuk melintasi amplitudo adalah sama. 1
kali getaran mencakup 4 amplitudo, dalam hal ini yakni
OA, AO, OB, dan BO. Sehingga waktu yang digunakan
B
O
A
A
A


untuk menuju ke titik terjauh dari titik setimbang adalah
5 , 0
4
2
= =
s
t maka berlaku
5 0, = = = =
BO OB AO OA
t t t t sekon
Sehingga akan didapatkan data hubungan waktu dan kedudukan sebagai
berikut
Waktu (s) 0 0,5 1 1,5 2
Kedudukan O A O B O

Berdasarkan data tabel di atas maka dapat dibuat suatu grafik hubungan
antara kedudukan beban terhadap waktu.









Semua jenis getaran harmonik akan menghasilkan grafik simpangan
terhadap waktu seperti grafik tersebut. Dengan adanya grafik hubungan
O
B
A
) (m simpangan
) (s waktu
5 , 0 1 5 , 1 2 5 , 2 3
getaran 1


simpangan terhadap waktu, kita dapat memprediksi posisi suatu benda yang
bergetar pada saat tertentu. Grafik inilah yang mengilhami para fisikawan saat
itu meneliti formulasi dalam besaran simpangan, meliputi persamaan
simpangan getar, kecepatan getar, percepatan getar, hingga energi getaran.

5.6 PERSAMAAN GETARAN HARMONIK
Berdasarkan penelitian dan grafik simpangan terhadap waktu, para
fisikawan saat itu menyimpulkan bahwa posisi suatu benda yang bergetar pada
suatu waktu dapat ditentukan dengan sebuah formulasi sederhana. Namun
permasalahannya, pada getaran harmonik benda senantiasa bergerak naik-
turun sehingga kedudukan dan simpangannya senantiasa berubah dan sukar
untuk diteliti. Ditambah lagi pada getaran harmonik benda tidak bergerak
secara GLB (Gerak Lurus Beraturan) ataupun GLBB (Gerak Lurus Berubah
Beraturan) karena kecepatan dan percepatan geraknya senantiasa berubah.
Akhirnya seiring berjalannya waktu para ilmuwan menemukan suatu
hubungan perbandingan antara getaran harmonik pada gaya pegas dengan
GMB (Gerak Melingkar Beraturan). Suatu pegas dengan beban digetarkan
dengan gaya tarik tertentu, kemudian dihitung periode getarnya. Di samping
pegas diletakkan sebuah roda yang salah satu sisinya ditandai dengan sebuah
titik acuan. Kemudian roda yang jari-jarinya sama dengan panjang amplitudo
pegas ini diputar (mengalami GMB) dengan periode yang sama dengan pegas
tadi. Setelah dicermati ternyata gerak titik acuan pada roda sama dengan gerak
beban yang dikaitkan pada pegas. Penemuan besar ini akhirnya membuka


jalan para fisikawan dalam mencari formulasi dalam simpangan getaran. Para
fisikawan pun menyimpulkan bahwa gerak harmonis dapat disamakan dengan
proyeksi suatu benda yang mengalami GMB. Perhatikan gambar berikut.






Gambar di atas menunjukkan pembuktian bahwa gerak harmonis dapat
disamakan dengan gerak proyeksi sebuah benda yang melingkar beraturan.
Sehingga simpangan benda (y) dapat ditentukan. Pada lingkaran diketahui
bahwa
u u sin sin R y
R
y
= =
Karena R merupakan y maksimum (Amplitudo) maka persamaan simpangan
getarnya (y) dapat ditulis
u sin A y =
Karena kecepatan sudut t
t
e u
u
e = = sehingga ) sin( t A y e =
Karena f
T
t e
t
e 2
2
= = atau maka ft A y t
T
A y t
t
2 sin , ,
2
sin = = atau
B
O
A
cahaya
layar
roda
R
y
u


) sin(
2
t A a e e =
Bila sudut fase mula-mula adalah u (bukan 0) maka persamaan getarnya
dapat dituliskan bahwa ) sin(
0
u e + = t A y .
dengan
y = simpangan getaran (m)
A = Amplitudo (m)
u = sudut fase (derajat)
e = kecepatan sudut
t = waktu lamanya bergetar.
Dari persamaan simpangan tersebut maka dapat dicari juga persamaan
kecepatan dan percepatan pada getaran harmonik. Secara matematis kecepatan
adalah turunan pertama dari posisi, dalam hal ini adalah simpangan. Sehingga
dt
A d
dt
dy
v
) sin ( u
= = maka ) cos(
o
t A v u e e + = atau ) cos(
2
0
u e
t
+ = t
T
A
v
Sementara itu percepatan merupakan turunan kedua dari persamaan
simpangan atau dapat dinyatakan sebagai turunan pertama dari persamaan
kecepatan, yakni =
dt
dv
a
atau

t
T
A
a
y a
e
t
e
sin
4
2
2
2
=
=

Contoh soal
1. Pada ujung bawah sebuah pegas digantung beban 100 gram. Ternyata pegas
bertambah panjang 10 cm. Jika pegas ditarik ke bawah sejauh 8 cm, tentukan
amplitudo, periode dan frekuensi getaran!


J awab
Diket. m = 100 gram = 0,1 kg; x A = 10 cm = 0,1 m
dari gambar di samping kita mengetahui bahwa Amplitudo = OA = 8 cm.
Diket. bahwa gaya pegas yang terjadi setimbang dengan gaya berat beban.
m N
x
g m
k
g m x k
w F
p
/
1 , 0
10 . 1 , 0 .
. .
10 = =
A
=
= A
=

5 10
1 , 0
2 2
t
t t = = =
k
m
T sekon

t
t
5
)
5
(
1 1
= = =
T
f Hz

2. Perhatikan grafik di bawah ini!





Tentukan amplitudo, periode, dan frekuensi getaran!
J awab
Amplitudo = 8 m
Periode = 2,4 sekon
Frekuensi = 41 0,
4 , 2
1
= sekon
) (m simpangan
) (s waktu
O
6 , 0 2 , 1 8 , 1 4 , 2 3 6 , 3
8
8
B
O
A
cm 8
w
pegas F


3. Sebuah benda melakukan gerak harmonik dengan persamaan simpangan
)
6
4 sin( 2 , 0
t
t + = y dalam satuan SI. Tentukanlah periode, frekuensi, serta
simpangan benda saat t = 1 sekon!
J awab
Persamaan )
6
. 4 sin( 2 , 0
t
t + = t y kita samakan dengan persamaan umum
) . sin(
0
u e + = t A y sehingga kita ketahui bahwa
A = 0,2 m; s rad / . 4t e = ;
6
0
t
u = . Ditanya T , f, dan y (t = 1 s) . . . ?

sekon
2
1
4
2
4
=
=
=
T
T
t
t
t e

maka f = 2 Hz
y (t = 1)
= 0,2 sin (4t (1)+
6
t
)
= 0,2 sin (4t +
6
t
)
= 0,2 sin )
6
(
t

= 0,2 sin 30
= 0,1 m






BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dinamika merupakan cabang mekanika yang mempelajari gerak dengan
memperhatikan penyebabnya, yakni gaya. Formulasi hukum Newton
merupakan pilar dasar dalam mempelajari Dinamika. Dalam karya tulis ini
dibahas tiga macam gaya, yakni gaya gesekan, gaya gravitasi, serta gaya
pegas.
Gaya gesekan merupakan gaya yang timbul karena dua buah benda
bersentuhan, arah gaya selalu berlawanan dengan arah kecenderungan gerak
benda. Gaya gesekan kinetik (f
k
) adalah gaya yang dikerjakan permukaan
pada benda sewaktu benda tersebut bergerak.
f
k = k
N


Sedangkan gaya gesekan statis (f
s
) adalah gaya yg dikerjakan oleh
permukaan terhadap suatu benda sewaktu benda tersebut tidak bergerak.
f
s s s
N


Hubungan gaya gesekan dan gaya penggerak (Fp) dalam beberapa kasus
Fp < f
s maks
benda diam, gaya yang berlaku adalah f
s
.
Fp = f
s maks
benda tepat akan bergerak, gaya yang terjadi f
s maks
=
s
N.
Fp > f
s maks
benda bergerak, gaya yang terjadi f
k
=
k
N.




2
2 1
r
m m
G F =
Gaya gravitasi adalah gaya tarik-menarik antara dua buah benda yang
berbanding lurus dengan massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antarbenda.

Percepatan gravitasi adalah gaya gravitasi per satuan massa benda.
2
r
M
G g =
Kesesuaian antara Hukum Newton dan Hukum Keppler (Hukum III
Keppler) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
3
2
3
2
B
B
A
A
R
T
R
T
= dan
matahari
Gm R
T
2
3
2
4t
=
Dalam konsep gaya pegas dikenal adanya elastisitas, tegangan, regangan,
serta modulus elastisitas. Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara
gaya yang dialami kawat dan luas penampangnya.

A
F
= o
Sedangkan regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan
panjang pegas dengan panjang pegas mula-mula.

L
L
e
A
=
Nilai perbandingan tegangan dan regangan merupakan karakteristik bahan
pembuat kawat tersebut. Karakteristik inilah yang disebut modulus elastisitas
yang dipopulerkan oleh Young dengan perumusan
x A
FL
E
A
=



Hukum Hooke menjelaskan bahwa Jika gaya yang diberikan belum
melampaui batas elastisitas pegas maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus dengan gaya tariknya. Secara matematis dirumuskan
x k F A =
Tetapan gaya pegas berbeda dengan modulus elastisitas. Modulus
elastisitas hanya bergantung pada jenis bahan kawat. Sedangkan tetapan gaya
pegas juga bergantung pada bentuk dan ukuran bahan. Sehingga tetapan gaya
pegas bukanlah merupakan modulus elastisistas. Hubungan eksplisit antara
modulus elastisitas dengan tetapan gaya adalah sebagai berikut.
L
AE
k =
Jika terdapat sejumlah n pegas pada suatu rangkaian seri pegas, maka berlaku

n total
k k k k
1
....
1 1 1
2 1
+ + + =
Jika terdapat sejumlah n pegas pada suatu rangkaian paralel pegas, maka

n total
k k k k + + + = ....
2 1

Getaran harmonik adalah gerakan bolak-balik atau naik-turun akibat
pegas dinamakan. Getaran harmonik memiliki 3 ciri utama, yakni terjadi gerak
bolak-balik, melalui titik kesetimbangan, dan berlangsung secara periodik.
Besaran yang dibahas berkaitan dengan getaran harmonik antara lain periode,
frekuensi, amplitudo, dan simpangan getaran.




Periode getaran dapat didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
melakukan 1 getaran penuh. Sedangkan frekuensi getaran adalah banyaknya
getaran yang dapat dilakukan dalam satuan waktu. Hubungan antara frekuensi
dan periode secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
n
t
T = dan
t
n
f =
maka
f
T
1
= atau
T
f
1
=

Hubungan antara frekuensi, periode dengan massa benda dirumuskan
k
m
T t 2 =
atau
m
k
f
t 2
1
=
Getaran harmonik pada pegas.
O adalah titik kesetimbangan,
OA dan OB adalah amplitudo getaran.
Benda tersebut mengalami getaran jika mengalami
pergerakan dengan lintasan:
O-A-O-B-O atau O-B-O-A-O
atau pola lain yang semisal dan ekivalen dengan pola
tersebut.



B
O
A


Formulasi persamaan simpangan getaran pada getaran harmonik.
1. u sin A y =
2. ) sin( t A y e =
3. ) sin(
0
u e + = t A y
4. t
T
A y
t 2
sin =
5. ft A y t 2 sin =
Formulasi persamaan kecepatan getaran pada getaran harmonik.
1. ) cos(
o
t A v u e e + =
2. ) cos(
2
0
u e
t
+ = t
T
A
v
Formulasi persamaan percepatan getaran pada getaran harmonik.
1. y a
2
e =
2. t
T
A
a e
t
sin
4
2
2
=










6.2 SARAN
Berdasarkan pengalaman dan pembahasan materi oleh penulis, maka
penulis memberikan beberapa saran dan himbauan khususnya kepada
pembaca dan penulis selanjutnya. Diharapkan dengan saran dari penulis,
para pembaca mampu memahami dan mendalami materi Dinamika secara
menyeluruh. Diharapkan pula bagi para calon penulis selanjutnya agar tidak
mengulang kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh penulis
dalam proses penulisan karya tulis ini.
Bagi para pembaca, untuk memahami materi Dinamika Anda harus
terlebih dahulu menguasai benar Formulasi Hukum Newton serta mengenal
berbagai jenis gaya dasar yang telah dibahas penulis secara singkat pada Bab
II karya tulis ini. Kemudian pahami pula definisi-definisi yang ada pada
materi Dinamika, di samping Anda juga harus mengetahui rumus-rumus
yang berlaku. Agar lebih memudahkan Anda memahami penggunaan rumus,
perhatikan contoh-contoh soal dan pembahasan yang ada dalam materi.
Bagi penulis selanjutnya, penulis menghimbau gunakanlah waktu
sebaik-baiknya untuk memahami materi sebelum melakukan proses
penulisan karya tulis, dan gunakan pula waktu sebaik mungkin pada saat
proses penulisan. Pahami pula konsep-konsep dasar berhubungan dengan
arah gaya, gaya yang berlaku pada sistem, cara penggambaran gaya dengan
benar dan penulisan rumus. Dengan memahami materi yang akan Anda tulis,
insya Allah proses penulisan karya tulis akan lebih mudah dan lebih akurat
kebenarannya.


DAFTAR PUSTAKA

Astra, I Made. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XI . Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama.
Kanginan, Marthen. 1996. Fisika SMA. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk Kelas X Semester 1. Jakarta: Erlangga.
Setiawan, Hilman. 2002. Fisika untuk SMU Kelas 2B. Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama.
Setiawan, Hilman. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI . Jakarta: Piranti
Darma Kalokatama.
www.wikipedia.com
www.encarta.com

Anda mungkin juga menyukai