PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
Kedudukan
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
Kewenangan
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu)
Kewajiban
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
hak
konstitusional
warga
negara
citizens constitutional rights) dan hak asasi manusia (the protector of human
rights).
Produk
hukum
di bawah
adalah
UUD
1945
undang-undang
yang
menjabarkan
yang
dibuat oleh
pembuat
undang-undang,
yaitu
dimohonkan
pengujian
kepada
MK
undang-undang
yang berdasarkan
Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa putusannya bersifat final dan
mengikat, maka penafsiran MK lah yang merupakan penafsiran akhir dan harus
dilaksanakan. Oleh karena itu MK merupaka penafsir final konstitusi (the final
intepreter of the constitution).
Dalam menjalankan wewenang memutus pengujian undang-undang
terhadap UUD 1945 MK juga menjalankan peran sebagai penjaga konstitusi (the
guardian of the constitution). Selain itu, karena pelaksanaan kewenangan
MK yang lain juga dilakukan berdasarkan pada ketentuan UUD 1945
kewenangan
perselisihan
lembaga
hasil pemilu,
negara, pembubaran
maupun
partai politik,
pemberhentian Presiden
dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya maka dalam konteks tersebut juga
melekat peran MK sebagai pengawal konstitusi (the guardian of the constitution)
dan penafsir konstitusi (the sole interpreter of the constitution).
2.5.
Struktur Organisasi MK
Ketua MK
Wakil Ketua MK
Sekretaris Jenderal
: Janedjri M. Gaffar
Panitera
2.6.
1) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamad dipilih dari dan oleh haik untuk masa
jabaran selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
pengangkatan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah.
2) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah yang terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.
3) Setiap hakim yang hadir dalam Rapat Pleno Hakim berhak untuk memilih
dan dipilih sebagai Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah.
4) Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah dilaksanakan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah masa jabatan Ketua atau Wakil Ketua Mahkamah
berkahir.
5) Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah dilaksanakan secara terpisah
6) Pada saat berakhirnya masa jabatan Ketua atau Wakil Ketua Mahkamah
sebagai Hakim, berakhir pula masa jabatan sebagai Ketua atau Wakil Ketua
Mahkamah.
2.7.
Cara Kerja MK
Cara Kerja Mahkamah Konstitusi secara garis besar dapat dilihat pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi, Pasal 10.
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
a.
b.
c.
d.
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
a.
b.
c.
tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
d.
e.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Adapun pemecahan masalah yang terjadi pada kasus Mahkamah
Konstitusi yang menyeret ketua Mahkamah Konstitusi dalam peradilan ialah
dengan berbagai pendekatan, seperti Ilmu Hukum, Ilmu Politik, Ilmu Sosial,
sosiologi hukum. Karena kedudukan suatu Ketua Mahkamah Konstitusi sangat
mempengaruhi pengambilan suara. Yang terjadi dekat-dekat ini, ialah kasus Akil
Muchtar, yang menjadi fokus utama dalam berbagai pemberitaan di berbagai
media. Akil Muchtar menyalahgunakan jabatannya sebagai ketua MK yang
semestinya menjalankan amanat sebagai ketua yang patut ditiru dan dihormati.
Karena tidak lain, Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang cukup tinggi dalam
pengesahan atau pengambulan suatu partai (kasus Partai Dinasti Ratu Atut). Akil
Muchtar tertangkap bahwa ia telah menerima gratifikasi dalam suatu persidangan.
Yang mana ia, mampu meloloskan beberapa partai. Karena jabatannya yang tinggi
yaitu sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.
Maka dari itu, penulis memiliki pandangan tersendiri bagaimana
mengembalikan proses hukum Mahkamah Konstitusi kembali pada jalurnya,
karena cukup butuh waktu yang lama untuk menyakinkan masyarakat akan
peradilan Mahkamah Konstitusi ini. Berikut beberapa penjelasan yang penulis
rangkum.
3.1.
Ilmu Hukum
Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
Dasar
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 24 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945 menyatakan
bahwa :
1. kekuasaan
kehakiman
merupakan
kekuasaan
yang
merdeka
untuk
Kehakiman
adalah
kekuasaan
yang
merdeka
untuk
Mahkamah
Konstitusi
dapat
dilihat
Ilmu Politik
Ilmu Politik adalah ilmu yang mengkaji tentang politik. Ilmu Politik
terdapat 5 pandangan tentang politik :
1. Klasik: Politik dalam pandangan klasik dikemukakan oleh Arsitoteles, adalah
usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau kepentingan umum.
2. Kelembagaan: Pandangan politik kelembagaan menurut Weber berarti politik
berkaitan dengan penyelenggaraan negara.
3. Kekuasaan: Pandangan ini dikemukakan oleh Robson, menurutnya politik
adalah usaha untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.
Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai
dengan kehendak yang mempengaruhi. Kelemahan pandangan ini tidak
membedakan aspek politik dengan aspek lain, seperti tokoh agama yang punya
pengaruh tidak berarti dia sedang berpolitik.
4. Fungsionalisme: Politik dalam pandangan ini berarti merumuskan dan
melaksanakan kebijakan umum. Kelemahan pandangan ini menganggap
pemerintah sebagai wasit kepentingan masyarakat, padahal pemerintah sendiri
memiliki kepentingan tersendiri.
5. Konflik: Dalam mendapatkan kekuasaan selalu terjadi perbedaan pendapat,
perdebatan, persaingan bahkan pertentangan maka lahirlah konflik.
Dari 5 pandangan politik diatas dapat dinyatakan bahwa Ketua MK (Akil
Mochtar) sebagai penegak hukum dan keadilan bertentangan dengan pandangan
politik tersebut.
3.3.
Ilmu Sosial
Ditinjau dari sosial budaya masyarakat dari setiap daerah yang ada di
negara ini bahwa tindakan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut tidak ada bisa
memberi toleransi, semua lapisan masyarakat memandang bahwa tindakan
tersebut tidak punya etika karena telah merugikan negara dan menurunkan
kepercayaan masyarakat akan penegakan hukum.
3.4.
Sosiologi Hukum
Pada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu,
yaitu filsafat hukum, ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang
hukum.
Filsafat hukum
Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu stufenbau
des recht atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :
-
Konstitusi
Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosilogi hukum, diantaranya yaitu
1. Mazhab sejarah, tokohnya Carl Von Savigny (hukum itu tidak dibuat, akan
tetapi tumbuh dan berkembang bersama-sama masyarakat). Hal tersebut
merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan
dalam
masyarakat
yang
sedang
mengalami
pergolakan
dan
3.
Wibawa Hukum
Melemahnya wibawa hukum menurut O. Notohamidjoyo, diantaranya
Norma norma hukum tidak batau belum sesuai dengan norma norma sosial
yang bukan hukum, hukum yang dibentuk terlalu progresif sehingga
dirasakan sebagai norma norma asing bagi rakyat
Pejabat pejabat hukum tidak sadar akan kewajibannya yang mulia untuk
memelihara hukum negara, lalu mengkorupsikan, merusak hukum negara
itu
4.
dalam arti hukum tersebut harus mencerminkan rasa keadilan bagi para pihak
yang terlibat/diatur oleh hukum tersebut. Hukum tersebut harus sesuai dengan
kondisi masyarakat yang diaturnya. Hukum tersebut harus dibuat sesuai dengan
prosedur yang ditentukan. Hukum yang baik harus dapat dimengerti atau
dipahami oleh para pihak yang diaturnya.
Ciri ciri hukum modern :
-
Rasional
Rasional
Jujur
Tepat waktu
Efisien
Secara filosofis
3.6.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
www.mahkamahkonstitusi.go.id
www.sarjanaku.com
www.metrotvnews.com