Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Seperti yang kita ketahui, setiap suatu bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari
para orang-orang terdahulu yang dinama terdapat banyak nilai-nilai nasionalis,
patriolis dan lain sebagainya yang pada saat itu menempel erat pada setiap jiwa warga
negaranya. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang makin pesat,
nilai-nilai tersebut makin lama makin hilang dari diri seseorang di dalam suatu
bangsa, oleh karena itu perlu adanya pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai
tersebut agar terus menyatu dalam setiap warga negara agar setip warga negara tahu
hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan berbangasa dan bernegara.

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan


pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di
kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang
di harapkan. Karena di nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini
di setiap jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi
agar menghasikan penerus –penerus bangsa yang berompeten dan siap menjalankan
hidup berbangsa dan bernegara.

TUJUAN

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan


kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para
calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu
pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang
berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung
jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang


cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan , warga negara Republik indonesia diharapkan


mampu “memahami”, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi
oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam
cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan akan pentingnya suatu pendidikan
berbangsa dan bernegara agar terciptanya keseimbangan antara hak dan kewajiban
bagi setiap warga negra dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan berbegara . Dan
menjadi suatu penjelasan, bahwa sesuatu hal yang mungkin sebagian besar orang
menganggapnya tidak penting pada hakikatnya memiliki peranan yang menentukan
kelangsungan hidup kita di masa yang akan datang. Dan perlu kita ketahui dan pahami
ketika hal itu terjadi, maka ketahuilah bahwa nilai-nilia terkandung dari hal tersebut
sudah mulai menghilang dari diri kita,dan perlu kita pelajari kembali.

Semoga penjelasan di atas dapat bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kta untuk
menjadi warga negara yang baik dnan berbudi luhur

(http://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/03/01/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-
kewarganegaraan-pegertian/)
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Landasan Pendidikan Pancasila

a. Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai
bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat
hidup, di dalamnya tersimpul cirri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh
para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang
meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan
menjadi dasar Negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri, atau
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

b. Landasan Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara
pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual
seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari
nilai-nilai cultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri Negara.

c. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur dalam UU No.2
tahun 1998 tentang system Pendidikan Nasional,pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis,jalur
dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan.

Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut,Dirjen Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK


No.38/DIKTI/Kep/2002,tentang rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK). Pengembangan tersebut dengan harapan agar Mahasiswa mampu mengambil sikap sesuai
dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup terutama kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta
mampu memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.

d. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah
merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah sebagai yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan YME.
Setiap aspek penyelenggaraan Negara harus bersumber pada nilai-nilai pancasila termasuk system
peraturan UU di Indonesia.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/landasan-pendidikan-pancasila-3/.

1. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai Zaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang
untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu
prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh
para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun
mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar
pada sejarah bangsa. Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara
obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai
Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa
dipisahkan dengan nilai-nilai pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis
inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan
pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta
wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
Materi inilah yang dalam kurikilum internasional disebut civic education, yaitu mata
kuliah yang membahas tentang national philosophy bangsa Indonesia. Hal ini harus
difahami oleh seluruh generasi penerus bangsa, karena bangsa Indonesia secara
historis memiliki nilai-nilai kebudayaan, adat istiadat serta nilai-nilai keagamaan
yang secara historis melekat pada bangsa.
Kebenaran Nilai-nilai Pancasila diyakini tinggi. Penafsiran Pancasila di setiap masa
berbeda. Pada masa orde lama Pancasila ditafsirkan dengan nasakom (nasionalis-
agama-komunis) yang disebut trisila yang kemudian diperas menjadi ekasila (gotong
royong). Kemudian pada masa orde baru, Pancasila harus dihayati dan diamalkan
dengan berpedoman kepada butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui Tap MPR
no. II/MPR/1978 tentang P4 dan pada masa reformasi, MPR melalui Tap MPR
no.XVIII/MPR/1998 tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara yang
mengandung makna ideologi nasional sebagai cita-cita dan tujuan negara.

1. Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara
senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar
tidak terombang ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Setiap
bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
Negara komunisme dan liberalisme meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu
konsep ideologi tertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu
konsep pemikiran.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan


hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas cultural
yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukanlah hanya
merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis pada pendiri
Negara seprti Soekarno, M. Yamin, M. Hatta, Sepomo serta para tokoh pendiri Negara
lainnya.

Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya besar bangsa
lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan Negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yag tertuang dalam sila-sila
pancasila. Oleh karena itu para generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis dalam arti
mengembangkan sesuai dengan tuntutan zaman.

1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39
menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, PendidikanKewarganegaraan.

Pada UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) dan (3) tentang pendidikan dan kebudayaan yang
berbunyi :

(1)Setiap warga berhak mendapat pendidikan


(3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang

Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman


Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa,
pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang
terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan.

Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi mengeluarkan Surat


Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi
kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasai kemampuan berfikir, bersikap
rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagaimanusia intelektual. Adapun rambu-
rambu mata kuliah MPK Pancasila adalah terdiri atas segi historis, filosofis,
ketatanegaraan, kehidupan berbangsa dan bernegara serta etika politik.
Pengembangan tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu mengambil sikap
sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup terutama kehidupan rakyat,
mengenali perubahan serta mampu memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya
demi persatuan bangsa.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka secara material melalui pendidikan


kewarganegaraan materi pancasila bahkan filsafat pancasila adalah wajib diberikan
di pendidikan tinggi, dan secara eksplisit terdapat dalam rambu-rambu pendidikan
kepribadian.

1. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia,
oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah sebagai


bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan
objektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Secara mutlak suatu
Negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat (merupakan
unsure pokok Negara), sehingga secara filosofis Negara berpersatuan dan
berkerakyatan. Konsekwensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologism
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara.

Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai
pancasila merupakan dasar filsafat Negara. Konsekwensinya alam setiap aspek
penyelenggaraan Negara harus bersumber pada nilai-nilai pancasila termasuk
system peraturan perundag-undangan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam realisasi
kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupkan suatu keharusan
bahwa pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik
dalam pe,bangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya maupun
pertahanan dan keamanan.

http://ulfadesi.wordpress.com/2012/04/14/landasan-dan-tujuan-pendidikan-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai