Anda di halaman 1dari 9

Luka Akibat Senapan Gentel (Shotgun)

Apabila tembakan senapan dentel atau shotgun dilepaskan, keluar bola timah (lead) sebagai satu
massa dan akan terus menyimpang secara progresif dalam bentuk keruncut (cone) apabila jarak
peluru dengan senapan menjauh. Pellet yang keluar selalunya disertai dengan partikel bubuk yang
tidak terbakar, api, asap, dan gumpalan, yang hal ini semua akan mempengaruhi penampilan luka
tembak masuk yang terjadi dan tergantung dari jarak tembakan dilakukan. Kedua kisaran
perkiraan dan lokasi luka adalah faktor penting dalam menentukan
apakah luka tersebut merupakan luka yang dilakukan terhadap diri sendiri atau sebaliknya.
Jika luka yang didapatkan melewati pakaian, maka adalah penting sisa-sisa yang didapatkan pada
pakaian tersebut dikirim untuk pemeriksaan forensik. Hal ini penting untuk mendapatkan saran
dari tim forensik dan penyidik ketika proses pengambilan bahan bukti. Apabila pakaian di proses di
rumah sakit, sebarang lubang yang terdapat pada pakaian tidak boleh dipotong.
Luka temple adalah luka akibat muncung senjata dirapatkan pada kulit. Luka masuk pada luka
tembak ini biasanya seperti lubang yang melingkar rapi , bagian tepi luka bias tampak memar
akibat tempelan dengan muncung senjata. Pada kasus senjata api dengan laras ganda, jejas abrasi
yang melingkar dari muncung laras yang tidak menembak dapat jelas dilihat disamping luka masuk.
Pada daerah tepi luka dan jaringan pada dasar luka biasanya berwarna kehitaman akibat asap dan
juga daerah yang terbakar akibat api dari tembakan tersebut. Akibat dari gas dari tembakan
dipakasa masuk ke dalam luka, akn terbentuk laserasi pada sekitar tepi-tepi luka memberikan
bentuk seperti bintang ( stellate sign). Luka tembak seperti ini biasa dapat dilihat apabila muncung
senjata ditempel pada daerah kulit yang melapisi daerah tulang, contohnya kulit kepala. Karbon
Monoksida yang terhasil dari gas dari tembakan menyebabkan jarinagan dan kulit sekitar berubah
menjadi warna pink hasil dari terbentuknya karboksihemoglobin. Luka kontak pada daerah kepala
adalah luka yang sangat parah, biasanya berupa ledakan pada kulit kepala dan muka, fraktur
multipel pada tengkorak dan ektrusi atau ektrusi parsial jaringan otak. Kebanyakan luka kontak
pada daerah kepala adalah luka kaibat bunuh diri, dengan daerah jidat, mulut, dan dibawah dagu
merupakan daerah yang biasanya menjadi pilihan. Pada luka tipe ini, biasanya berakhir fatal dan
jaringan otak dapat tersebar luas.
Pada luka jarak dekat, tidak ada kontak dengan muncung senjata dengan jarak sekitar 15 cm
daripada kulit, luka masuk akibat tembakan tersebyt biasanya dengan lubang melingkar atau
lubang lonjong denagn kemungkinan disertai sisa terbakar dan kehitaman pada tepi luka akibat api
tembakan, asap dan bubuk senjata yang tidak terbakar. Daerah kehitaman pada kulit akibat dari
asap dari tembakan jarang sekali didapatkan diluar kira-kira 20cm, dan tato daripada bubuk mesiu

biasanya tersebar sekitar 1 m, gumapalan dari serpihan peluru biasanya tidak tersebar lebih dari
2m.
Seiring dengan peningkatan jarak, pelet dari peluru tembakan mulai menyimpang, sehingga jarak 1
m, pelet tersebut masih meluncur sebagai satu massa kompak, tetapi apabila pada jarak meluncur
sekitar 1-3m,pelet peluru mulai menyebar dan menyebabkan berbagai luka masuk yang tersendiri
berupa tusukan di sekitar lubang masuh di pusat. Pada jarak lebih dari 8-10m, tidak didapatkan
lubang sentral, dan hanya didapatkan lubang tusukan kecil, memberikan gambaran seperti kulit
dibumbui (peppered appearance).
Luka keluar jarang ditemukan pada luka tembak dengan senapan gentel (shotgun) karena cidera
yang dihasilkan biasanya tersebar dalam jaringan. Walaubagaimanapun, pelet dari peluru masih
bisa tembus daerah leher, atau lengan, dan juga pada luka tembak jarak dekat pada daerah kepala,
seluruh daerah cranium mungkin bisa tersebar.
4.4 Luka akibat Senapan Serbu ( Assault rifle)
Peluru secara utuh menembus kulit dimana hujung peluru tegak, biasanya menyebabkan lubang
yang rapi denagn diameter sekitar 3-10mm. Pemeriksaan rapi dapat menunjukkan tepi luka
biasanya cukup halus dan teratur dan dibatasi oleh zona abrasi berwarna merah merah muda. Luka
tembakan masuk dengan ujung peluru masuk tidak secara orthogonal biasanya tampak abrasi yang
eksentrik, sisi terluas luka pada daerah dimana peluru diarahkan.

Figure 10: Luka masuk tembakan secara tegak lurus (A) dan luka tembakan masuk sudut miring (B)
Luka tembakan masuk yang atipikal akan tampilan dari luka tembakan jarak dekat pada daerah
kepala dimana tulang keras berdekatan dengan kulit menghalang masuknya gas, yang
berakumulasi dibawah kulit dan menyebabkan laserasi pada tepi luka, meninggalkan tampilan

laserasi seperti bentuk bintang (stellate). Luka tembakan kontak pada daerah lain mungkin dibatasi
oleh kesan muncung dan tepi yang abrasi akibat serakan api tembakan. Belang abrasi dan jelaga
biasanya tidak didapatkan pada permukaan kulit, tetapi pada jaringan subkutan diantara
kedalaman luka biasanya miningglakan jejas. Kesan daripada api tembakan jarang ditemukan lebih
dari 10 cm, dengan jelaga yang memanjang sehingga sekitar 20 cm.
Belang lecet keluar yang mungkin akibat aminisi sejata revolver lama, sering sekali terjadi pada
jarak sekitar 50 cm. adalah penting untuk mengetahui bahwa kesan jelaga pada kulit di sekitar luka
mudah untuk di hilangkan dengan cucian oleh petugas terlibat. Kesan pada luka masuk tembakan
jarak dekat bisa tidak ditemukan jika pakaian atau bahan lainnya berada diantara permukaan kulit
dan muncung dari senjata yang digunakan.
Luka keluar peluru tembakan biasanya lebih besar dari luka masuk dan sering berupa laserasi yang
tidak teratur atau lubang terkoyak, tanpa lecet, dan memar pada tepi luka. Apabila kulit berada
pada tempat masuknya peluru tembakan dilapisi pakaian yang ketat, luka biasanya didukung oleh
pakaian yang ketat, jejas pada tepi luka bisa tidak ada, meskipun tidak teratur tetapi lebih sukar
dalam mennetukan luka masuk.
Luka masuk tembakan akibat peluru yang pecah biasanya atipikal dan sukar untuk menentukan
sifat dari luka tersebut, dan tidak boleh menyimpulkan sesuatu luka dari, saebuah revolver, pistol,
atau rifle Cuma dengan berdasarkan karakterisktik luka.
5.0 Luka Mempertahan Diri
Beberapa tipe luka dapat dideskripsikan sebagai luka mempertahankan diri. Luka biasanya
ditemukan apabila seorang individu mencoba untuk mempertahankan dirinya terhadap serangan
dan merupakan hasil naluriah terhadap serangan tersebut. Beberapa individu, sebagai contoh,
seseorang yang terlalu muda atau tua, kurang mampu untuk memberi pertahanan terhadapa
serangan. Apabila diserang dengan senjata tumpul atau objek tumpul, kebanyakan individu
tersebut akan mencoba untuk melindungi kepala, mata dan leher mereka dengan mengangkat
tangan, memfleksikan siku, dan menutupi kepala. Kesannya. Permukaan tangan yang terpapar
menjadi titik untuk menerima impak serangan tersebut. Permukaan tangan ekstensor {sisi ulnar),
bagian lateral/aspek posterior lengan atas, dan daerah dorsum lengan kemungkinan meneriman
serangan. Demikian pula, aspek luar dan posterior tungkai bawah dan belakang mungkin terluka
ketika sebuah ikal individu menjadi bola , dengan fleksi tulang belakang , lutut ,dan pinggul untuk
melindungi bagian anterior tubuh.

Dalam serangan menggunakan senjata tajam, reaksi alami adalah untuk mencoba melucuti senjata
dari penyerang, biasanya dengan mencoba meraih pisau. Hal ini menyebabkan luka pada telapak
tangan dan daerah ulnar. Kadang-kadang, tangan atau lengan dapat diangkat untuk melindungi
tubuh terhadap gerakan menusuk, sehingga luka tusukan ke daerah pertahanan.
Pada serangan menggunakan senjata tumpul, cidera yang didapat bisanya berupa lebam jika
korban ditinju atau ditendang, tetapi bisa juga terdapat lecet dan laserasi tergantung jenis senjata
yangh dgunakan. Jika korban terbaring di tanah sewaktu diserang, ia akan cenderung untuk
melengkungkan badan untuk melindungi wajah dan daerah depan tubuh biasannya daripada
serangan berupa tendangan. Dalam keadaan ini, lebam akibat mempertahankan diri ini dapat
ditemukan pada permukaan tunuh dan ektrimitas lengan. Tidak adanya cidera mempertahankan
diri pada seseorang yang mampu mempertahankan diri terahadap serangan mungkin sangat
signifikan jika diaykini bahwa luka lain yang ditemukan pada korban bisa saja dengan niat sendiri
atau individu di bawah pengaruh alkohol, narkoba, dan cidera lainnya.
6. Penyiksaan
Deklarasi Asosiasi Medis Dunia Tokyo pada tahun 1975 telah mendefinisikan penyiksaan sebagai
satu penderitaan dari aspek fisik maupun mental yang disengaja dan dirancang oleh satu atau lebih
individu atas kemauan sendiri atau perintah dari orang lain, paksaan untuk membuka informasi,
untuk membuat pengakuan, atau untuk alasan lain. Deklarasi ini juga menetapkan pedoman untuk
dokter ketika dihadapkan dengaan kasus dugaan penyiksaan. Dokter harus melihat kasus
penyiksaan dalam dua konteks utama: pertama, penyiksaan yang dilakukan oleh penjahat dan
teroris dan yang kedua, penyiksaan yang dilakukan, atau diduga dilakukan oleh polisi atau aparat
keamanan lainnya selama penahanan dan interogasi tahanan atau tersangka . keadilan non judisial
pada masa kini dijatuhkan dalam beberapa cara.
Kelompok criminal dan oragnisasi paramiliter mungkin menyiksa tawanan mereka untuk berbagai
alasan. Mungkin untuk mendapatkan informasi dari musuh, untuk mendisiplinkan informan dan
lain-lain yang terlibat dengan aktivitas criminal, atau hanya untuk menanamkan rasa takut dalam
masyarakat. Metode yang digunakan adalah kasar dan ganas, korban biasanya diikat, mata ditutup,
dan mulut disumbat, dan tangan serta kaki biasanya terdapat lebam garis linear sisertai luka lecet
disebabkan oleh ikatan yang kuat pada daerah tersebut. Kejadian korban ditinju adalah biasa,
dengan lebam dan lecet yang banyak tersebar pada daerah kepala, badan, dan daerah ektrimitas.
Lebam kehitaman pada daerah mata, fraktur pada tulang rahang dan hidung, dan dislokasi daripada
batang gigi biasanya dapat ditemukan pada korban. Luka bakar akibat terkena puntung rokok

biasanya terlihat sebagai daerah melingkar berwarna kuning kemerahan. Pola cidera akibat
dipukul dengan gagang pistol atau lebam akibat dipukul dengan tongkat besbol biasa dapat
ditemukan. Di daerah Utara Irlandia, temabkan pada daerah lutut adalah paling sering sebagai
hukuman dalam kalangan paramiliter.
Penyiksaan yang dilakukan secara sistematis oleh individu, biasanya sewaktu interogasi, berkisar
dari ancaman yang halus senhingga bisa terjadi keganasan secara fisik. Menutup muka korban,
dipaksa berdiri untuk waktu yang lama, dan menggunakan suara dengan nada yang tinggi adalah
metode yang sering digunakan menyiksa korban. Penyiksaan seperti pemberian makanan pada
waktu yang tidak menentu,tidur yang kurang, dan dibiarkan di bawah cahaya mentari panas selama
34 jam adalah metode yang sering juga dilakukan. Penyiksaan secara fisik seperti memukul pada
daerah telapak kaki, dimana daerah paling menyakitkan tetapi tidak meninggalkan memar. Metode
dimana kepala korban dicelup berulang ulang air, dapat menyebabkan kematian jika dalam waktu
yang lama. Begitu juga korban bisa asfiksia dengan cara membungkus kepala dengan kantung
plastik.
Penyiksaan dengan elektrik
Penyiksaan menggunakan arus listrik banyak didokumentasikan dan risiko guncangan listrik local
dan eksekusi listrik yang fatal. Telefono, seperti yang dikenal di Amerika Latin, yaitu tamparan pada
daerah sisi kepala secara berulang kalin dengan telapak tangan menyebabkan rupture membrane
timpani. Dokter yang memiliki akses di penjara mempunyai tanggugjawab yang berat untuk
memastikan interogasi para tahanan dilakukan sebaiknya. Pada kasus dimana tahanan dicurigai
terlibat dalam penyiksaan dan peneriksaan head-to-toe dari dokter harus dilakukan dengan teliti.
Semua kesan cidera dan tanda harus di catat dengan baik pada rekam medis dan difoto sebaiknya,
dan pihak berwenang harus diberitahu segera. Ahli forensik yang terlibat dalam penilaian terhadap
pengungsi harus menetukan samaada penyiksaan yang dilakukan (fisik atau psikologi) benarbenar terjadi. Peran ini harus dikembangkan pada masa depan, begitu juga dengan penilaian
independen, dokumentasi dan lain-lain. Penting dalam memastikan bahwa aparat pengadilan
memiliki informasi yang tepat untuk memungkinkan penilaian yang adil untuk keadilan.
7. luka akibat cidera gigitan
7.1 Pengenalan
Istilah tanda gigitan didekskripsikan sebagai tanda yang disebabkan oleh gigitan yang disebabkan
gigi sahaja, atau gigi dengan kombinasi bagian mulut yang lain. Mengigit adalah proses yang

dinamik, dan tanda gigitan adalah cidera yang kompleks. Pengecaman, rekaman, analisis, dan
interpretasi terhadap cidera adalah tantangan yang hebat dalam ilmu forensik pergigian. Mengigit
bisa mengungkap bahwa pernah ada hubungan antara 2 orang- gigi yang digunakan untuk
menyerang dan mempertahankan diri. Apabila gigi seseorang ditemukan sewaktu proses
mengindentifikasi pelaku, dan dicatat dalam rekam tanda gigitan, keperluan penilaian ahli forensic
amatlah dibutuhkan. Penglibatab ahli forensik yang terlatih dalam bidang pergigian, dengan
pengalaman tentang tanda gigitan, amatlah penting untuk memastikan semua bukti gigitan
daripada korban dan suspek lainnya benar-benar dikumpul, disimpan dan dievaluasi sebaiknya.
Bisa kemungkinan terdapat bukti yang kurang mencukupi untuk membandingkan gigitan gigi
seorang individu dengan yang lain.tetapi jika kesan gigitan itu suatu gigitan manusia, ia akan mejadi
suatu yang signifikan untuk penyidikan kasus.adalah penting untuk seorang ahli forensic pergigian
untuk berdiskusi dengan penyidik tentang bukti kesan gigitan untuk memastikan semua maklumat
informasi bisa digunakan. Jelas sekali bahwa kesimpulan dan pendapat yang diberikan oleh alhli
forensic pergigian bisa membantu penyidik dalam pemeriksaan untuk tujuan pengadilan.
Seorang dokter forensic akan banyak terlibat dengan kusus cidera akibat gigitan pada daerah kulit
dan sebarang efek sekunder yang terjadi, termasuk infeksi dan transmisi penyakit, tetapi juga harus
peka bahwa gigitan pada makanan bisa ada di tempat kejadian perkara dan sering kali terlewatkan.
Adalah penting untuk membedakan antara luka gigitan manusia dan luka gigitan hewan. Bagian
berikutnya akan membahas tentang daerah sekitar luka gigtan secara fisik

ada kulit.

Identifikasikan pola cidera gigitan oleh tenaga medis., pelayanan sosial dan agensi lainnya amatlah
penting.
Secara ideal, seorang dokter forensic pergigian harus segera dihubungi jika terdapat kasus kesan
gigtan didapat untuk memastikan semua data dikumpul sebaiknya. Kebanyakann dokter forensic
pergigian dipanggil pada tanggal yang berikutnya dimana kesan gigitan mulai menghilang dan
terganggu serta tidak lagi bisa diliat. Penyatuan semula tanda-tanda dapat diliat dibawah sinar
ultraviolet dan untuk melihat kesan yang telah menghilang. Kesan gigitan dapat ditemukan pada
korban atau penyerang (samaada masih hidup atau sudah meninggal). Hal ini juga diketahui bahwa
tanda gigitan seringkali adalah satu cidera yang tidak disengajakan terhadap anak-anak. Kita harus
peka dengan yang dipanggil gigitan asmara atau kesan gigitan yang sengaja dilakukan. Jika kesan
tanda gigitan ditemukan pada daerah yang bisa dicapai oleh korban, adalah perlu dipertimbnagkan
untuk mengecualikan individu tersebut dari penyidikan.

7.2 Informasi dari Tanda Gigitan.


7.2.1 Pertimbangan awal
1. adakah luka tersebut cidera akibat gigitan?
2. adakahh ggigitan tersebut dari gigitan manusia?
3. apakah yang harus anda lakukan?
Jika jawaban untuk soalan yang pertama adala tidak Tahu, mungkin, atau iya, maka harus
dibutuhkan bantuan dari ahli forensic pergigian. Pastikan bahwa olesan sampel diambil dari tempat
luka dan foto lokasi anatomi. Harus dipastikan bahwa ahli forensic yang tersedia siap siaga di
daerah anda. Ini dapat mengelakkan penundaan terhadap investigasi. Anda juga harus
memastikanahli forensic di tempat anda mempunyai pengalaman dalam analisi tanda gigitan.
Para ahli gigi forensic akan memeriksa tanda dugaan gigitan berdasarkan seperti yang berikut:-

Samaada luka tersebut bulat atau lonjong

Samaada luka tersebut menpunyai perubahan warna pada daerah sentral akibat daya
hisapan serta gigitan diantara sela gigi.

Samaada luka tersebut disebabkan oleh 2 lengkungan gigi. Jika luka ditandai dengan satu
lengkugan sahaja berarti luka tersebut bukanlah luka akibat gigitan.

Adakah tanda yang didapatkan akibat setiap gigi antara lengkugan gigi jelas terlihat

Jika ya, adakah karakterisktik setiap tanda gigitan jelas seperti ukuran gigi, bentuk,
pergeseran, putaran, pemakaian facet, dan lain-lain harus dipertimbangkan.

Adakah penampilan luka gigitan sesuai dengan kerangka waktu terjadinya insiden.

7.2.2 Diagnosa banding


Adalah penting untuk mengetahui luka lain yang hamper kelihatan sama dengan luka akibat
gigitan. Antara luka yang hamper mirip dengan luka akibat gigitan adalah seperti yang berikut:=
-kelaian dermatologi
-tanda akibat elektroda ensefalogram
-tanda penyembuhan
-luka bakar

7.2.3 Jarak Penampilan Luka Bakar.


-eritema
-laserasi
-memar
-avulsi jaringan
-lecet/abrasi
Dalam luka gigtan tunggal, satu atau dua gabungan komponen ini bisa terlihat, atau semua
komponen tersebut dapat ditemukan atau bisa juga tersembunyi dan bertindih dengan yang
lainnya. Tanda kulit terhakis (scrape) disebabkan oleh gigi mungkin terlihat. Namun, situasi
bisa menjadi lebih kompleks jika didapatkan luka gigitan yang multipel pada lokasi luka yang
bertumpang tindih akibat pengigit coba untuk mendapatkan cengkaman gigitan yang lebih kuat.
Kesannya, hasil interpretasi sukar untuk diputuskan.
7.2.4 Informasi yang berguna daripada korban
-kapan insiden gigitan terjadi?
-Berapa kali korban digigit?
-bagaiman posisi korban sewaktu jeadian terjadi?
-bagaimana posisi pengigit?
-adakah luka gigitan sudah dibersihkan?
-adakah pada derah yang didit berlapis pakaian atau tidak?
-adakah korban mengigit individu yang menyerang?
Dalam proses mendapatkan jawaban terhadap soal yang diberikan, gambaran yang lebih jelas
tentang insiden terjadi lebih jelas.
7.2.5 Distribusi luka gigitan secara anatomis
Hal ini dapat dilihat dari distribusi anatomi dari tanda gigitan yang dipelajari oleh penulis (lihat
figure. 11). Graf tersebut tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, anak kecil atau

orang dewasa, atau juga samaada terdapat gigitan multipel terhadap satu individu, tetapi
berfungsi untuk memberi gambaran kepada penyidik untuk memeriksa badan untuk melihat
luka

gigitan

serta

mendokumentasikan

temuan

pemeriksaan.

Walaubagaimanapun,

dokumentasi dalam foto adalah penting untuk menganalis luka gigitan. Dalam kebanyakan
kasus, jika didpatkan banyak luka gigitan pada badan, korban sendiri biasanya tidak menyadari
jumlah luka yang ada. Luka gigitan yang dilakukan oleh pengigit yang sama bisa beragam
tampilannya karena karaterikstiknya berdasarkan beberapa factor termsuklah: lokasi gigitan
pada tubuh, jumlah gigi yang terlibat, ketebalan kulit, elastisitas kulit, tekanan yang diberikan,
dan relative pergerakan diantara korban dan pengigit.

Anda mungkin juga menyukai