Penggunaan tes BERA dalam bidang ilmu audiologi dan neurology sangat
besar manfaatnya dan mempunyai nilai obyektifitas yang tinggi bila dibandingkan
dengan pemeriksaan audiologi konvensional. Penggunaannya yang mudah, tidak
invasive, dan dapat dilakukan pada pasien koma sekalipun; menyebabkan
pemeriksaan BERA ini dapat digunakan secara luas.
BRAIN Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat yang bisa
digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak bayi
baru saja dilahirkan. Istilah lain yang sering digunakan yakni Brainstem Auditory
Evoked Potential (BAEP) atau Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry
(BAER). Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai
dari perifer sampai batang otak.
Tes BERA ini dapat menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak
kooperatif. Yang tidak dapat diperiksa dengan cara konvensionil.
Berbeda dengan audiometry, alat ini bisa digunakan pada pasien yang
kooperatif maupun non-kooperatif seperti pada anak baru lahir, anak kecil, pasien
yang sedang mengalami koma maupun stroke,tidak membutuhkan jawaban atau
respons dari pasien seperti pada audiometry karena pasien harus memencet tombol
jika mendengar stimulus suara. Alat ini juga tidak membutuhkan ruangan kedap suara
khusus.
B.E.R.A
(BRAINSTEM EVOKE RESPONSE AUDIOMETRI)
FISIOLOGI
Gelombang II: gelombang BERA II ditimbulkan oleh nervus VIII proksimal saat
memasuki batang otak.
Gelombang III: gelombang BERA III muncul dari aktivitas aktivitias saraf urutan
kedua arises from (diluar CN VIII) di dalam atau di dekat nukleus cochlearis.
Literatur menyatakan bahwa gelombang III ditimbulkan pada bagian caudal dari pons
auditori. Nukleus cochlearis mengandung hampir 100,000 neuron, kebanykan
dipersarafi oleh sembilan serabut saraf.
Gelombang IV: gelombang BERA IV, yang sering memiliki puncak yang sama
dengan gelombang V, diperkirakan muncul dari neuron urutan ketiga pontine yang
kebanyakan terletak pada kompleks olivary superior, tetapi kontribusi tambahan
untuk terbentuknya gelombang IV dapat datang dari nukleus cochlearis dan nukleus
dari lemniskus lateral.
Gelombang V: pembentukan gelombang V kemungkinan merupakan dari aktivitas
dari struktur auditori anatomik multipel. Gelombang BERA V merupakan komponen
yang paling sering di analisa pada aplikasi klinis BERA. Meskipun terdapat beberapa
database mengenai hal yang tepat dalam pembentukan gelombang V, gelombang V
dipercaya berasal dari sekitar colliculus inferior. Aktivitas neuron urutan kedua
mungkin secara sekunder mempengaruhi beberapa hal dalam pembentukan
gelombang V. Colliculus inferior merupakan sebuah struktur yang komplex, dengan
lebih dari 99% akson dari regio auditori batang otak bawah melewati lemniskus
lateral ke colliculus inferior.
Gelombang VI dan VII: Gelombang VI dan VII dianggap berasal dari thalamus
(medial geniculate body), tetapi tempat pembentukan sebenarnya masih diragukan.
APLI K AS I
Identifikasi Patologi Retrocochlear
Brainstem Evoke Response Audiometri (BERA) dipertimbangkan sebagai alat
screening yang efektif dalam mengevaluasi audiometry kecurigaan patologi
retrocochlear seperti acoustic neuroma atau vestibular schwannoma. Meskipun
demikian, gambaran BERA yang abnormal yang menyarankan adanya patologi
retrocochlear memiliki indikasi untuk perlu dilakukannya pemeriksaan MRI pada
cerebellopontine.
Symptom Pada Patologi Nervus Delapan
Gejala klinis dapat meliputi yang dibawah ini, tapi tidak terbatas hanya pada gejalagejala tersebut saja:
Tinnitus unilateral
Tingkat mengenali kata-kata yang buruk secara unilateral atau bilateral yang
dibandingkan dengan derajat kehilangan pendengaran sensorineural
Latensi absolut dan latensi interval antar puncak gelombang I-III, I-V, III-V
memanjang dibandingkan dengan data normatif
Tidak adanya respon auditori batang otak pada telinga yang dilakukan
pemeriksaan.
Secara umum, pemeriksaan BERA menujukkan sensitivitas lebih dari 90% dan
spesifisitas mendekati 70-90%.
Sensitivitas untuk tumor kecil tidak sebesar nilai tersebut diatas. Karena
alasan tersebut, pasien-pasien yang asimptomatik dengan hasil pemeriksaan BERA
normal sebaiknya menjalani audiogram dalam 6 bulan untuk memonitor perubahan
yang terjadi terhadap sensitivitas pendengaran atau tinnitus. Pemeriksaan BERA
dapat diulangi jika terdapat indikasi. Sebagai alternatif lain, MRI yang diperkuat
dengan gadolinium, dimana telah menjadi patokan standard, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi vestibular schwannoma yang sangat kecil (3-mm).
Sensitivitas BERA sensitivity dalam mendiagnosa tumor CN VIII dengan ukuran
berdasarkan pada beberapa studi berikut ini:
Pada studi tahun 1994 yang dilakukan oleh Dornhoffer, Helms, dan
Hoehmann, sensitivitasnya adalah 93% untuk tumor yang berukuran lebih
kecil dari 1 cm.
Pada tahun 1997, Zappia, O'Connor, Wiet, dan Dinces melaporkan sensitivitas
sebesar 89% untuk tumor yang lebih kecil dari 1 cm, 98% untuk tumor ukuran
sedang 1.1-2 cm, dan 100% untuk tumor yang berukuran lebih dari 2 cm.
sensitivitas keseluruhannya adalah sebesar 95%.
Pada tahun 1995, Gordon dan Cohen melaporkan sensitivitas sebagai berikut:
69% untuk tumor yang berukuran kurang dari 9 mm, 89% untuk tumor
berukuran 1-1.5 cm, 86% untuk tumor berukuran 1.6-2 cm, dan 100% untuk
tumor yang berkuran lebih dari 2 cm.
Pada tahun 2001 dilaporkan oleh Schmidt, Sataloff, Newman, Spiegel, dan
Myers, sensitivitas sebesar 58% untuk tumor berukuran kurang dari 1 cm,
94% untuk tumor berukuran 1.1-1.5 cm, dan 100% untku tumor yang
berukuran lebih dari 1.5 cm. Sensitivitas keseluruhannya adalah 90%.
oral
dan
pendengaran
asimetris
(termasuk
vestibular
schwannoma, tetapi tidak terbatas pada itu saja). Hasil pemeriksaan BERA
memiliki nilai prediktif positif hanya sebesar 23%, sedangkan nilai prediktif
negatif adalah sebesar 96%. Tujuh dari 31 kasus-kasus positif memiliki lesi
lain yang tidak dapat diidentifikasi oleh BERA sebagai penyebab dari
kehilangan pendengaran.
10
pada kelompok yang beresiko tinggi saja. Sebelumnya, rumah sakit di Amerika
Serikat telah mengimplikasikan program screening pendengaran pada bayi yang baru
lahir. Program teresbut dapat dijalankan karena adanya kombinasi dari kemajuan
teknologi dalam metode pengujian BERA dan oto acoustic emissions (OAE) dan
ketersediaan peralatannya, dimana dapat memberikan evaluasi yang akurat dan
dengan biaya yang efektif, pada bayi-bayi yang baru lahir.
OAE dan BERA merupakan pemeriksaan yang efekitf, tidak invasif, tidak
menyakitkan, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta dapat
dilakukan pada bayi berusia mulai 24 jam, sehingga dapat dilakukan di rumah sakit
sebelum bayi pulang. Bila dilakukan secara bersama, kedua pemeriksaan ini akan
memberikan informasi yang saling melengkapi tentang pendengaran. Hasil yang baik
dari pemeriksaan tersebut harus diulang pada usia 1 - 3 bulan bila bayi mempunyai
faktor risiko untuk gangguan pendengaran. Dan selama itu juga orang tua harus
mencatat setiap gangguan kesehatan yang mungkin menyebabkan ketulian seperti
campak, gondongan (parotitis), kejang demam, epilepsi, trauma kepala, keluar cairan
dari telinga, pilek yang sering berulang serta penggunaan obat-obatan.
Beberapa uji coba klinis telah menunjukkan pengujian automated auditory
brainstem response (AABR) (misalnya, Algo-1 Plus) sebagai alat screening yang
efektif dalam mengevaluasi pendengaran pada bayi yang baru lahir, dengan
sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas sebesar 96-98%.
Saat digunakan sebagai ambang untuk menyaring pendengaran normal, setiap
telinga dapat dievaluasi secara terpisah, dengan intensitas rangsangan yang diberikan
sebesar 35-40 dB nHL. BERA yang dirangsang oleh suara kllik sangat berhubungan
dengan sensitivitas pendengaran dalam kisaran frekuensi dari 1000-4000 Hz. Tes
AABRs untuk melihat ada atau tidaknya gelombang V pada tingkat rangsangan yang
ringan. Tidak dibutuhkan interpretasi oleh operator. AABR dapat digunakan dalam
11
kamar perawatan/bangsal dan selama terapi oksigen tanpa gangguan dari suara
lingkungan.
The 2000 Joint Committee on Infant Hearing telah merekomendasikan bahwa
bayi yang memiliki paling kurang 1 dari indikator resiko berikut ini untuk terjadinya
kehilangan pendengaran progresif atau yang onset tertunda yang meskipun telah
melewati screening pendengaran, sebaiknya mendapat monitor audiologik setiap 6
bulan sampai usia 3 tahun:
Adanya Stigmata atau penemuan lainnya yang berkaitan dengan sindom yang
dikenal meliputi kehilangan pendengaran konduktif atau sensorineural atau
disfungsi tuba eustachius
Infeksi
post
natal
yang
berkaitan
dengan
kehilangan
pendengaran
berubungan
dengan
ventilasi
mekanik,
kondisi-kondisi
yang
12
Trauma kepala
Otitis media dengan efusi, berulang atau persisten selama paling kurang 3
bulan
konduksi saraf pada bayi baru lahir. Karena ABRs menggambarkan fungsi saraf
pendengaran dan batang otak, bayi-bayi yang baru lahir tersebut dapat memiliki hasil
screening BERA yang abnormal walaupun pendengaran perifer normal.
Bayi-bayi yang tidak lulus screening pendengaran belum tentu memiliki
masalah pendengaran. Jika dicurigai adanya masalah pendengaran karena hasil
pemeriksaan BERA abnormal, maka dijadwalkan pemeriksaan follow up ambang
diagnostik BERA untuk mengetahui status frekuensi pendengaran spesifik. Penilaian
frekuensi pendengaran spesifik dapat diperoleh dengan menggunakan stimulasi nada
cepat, seperti nada/suara keras.
13
Monitoring Intraoperative
Brainstem Evoke Response Audiometri (BERA), sering digunakan secara
intraoperatif dengan electrocochleography, dapat memberikan identifikasi awal dari
perubahan pada status neurofisiologi dari sistem saraf pusat. Informasi tersebut
berguna untuk mencegah disfungsi neurotologik dan terjadinya kehilangan
pendengaran postoperatif. Untuk banyak pasien dengan tumor pada CN VIII atau
pada daerah cerebellopontine, pendengaran dapat menurun atau hilang sama sekali
postoperatif, meskipun jika nervus auditori masih baik secara anatomis.
Evaluasi ABR
Gelombang I, yang ditimbulkan oleh ujung cochlear CN VIII, memberikan informasi
yang berharga mengenai aliran darah ke cochlea. Karena iskemia merupakan
penyebab kehilangan pendengaran yang berkaitan dengan pembedahan, gelombang I
di monitor secara seksama untuk melihat adanya perubahan pada latensi atau
penurunan amplitudo.
Interval puncak gelombang I-II dan I-III dapat memberikan informasi distal dan
proksimal selama pembedahan CN VIII.
Gelombang V dan latensi interval puncak gelombang I-V dimonitor untuk melihat
adanya perubahan pada latensi dan amplitudo. Latensi gelombang I-V memberikan
informasi mengenai integritas CN VIII terhadap batang otak auditori.
Batasan
14
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Efiaty AS, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
Leher Ed. 5, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2003
2. Henny, BERA, dikutip dari situs: http://hennykartika.wordpress.com, 2008
3. Bhattacharyya, Neil, Auditory Brainstem Response Audiometry, dikutp dari
situs: http://emedicine.medscape.com, 2008
4. Dr. Wijana, Sp.THT, Apakah
http://pr.qiandra.net.id, 2007
Bayiku
Tuli?,
dikutip
dari
situs:
BERA,
dikutip
dari
situs:
16