1)
2)
3)
4)
a)
1)
2)
3)
4)
5)
tangan, penggunaan cairan antiseptik, pemprosesan alat bekas pakai, dan pembuangan
sampah.
Mencuci Tangan
Untuk mencegah penularan infeksi kepada dirinya dan kliennya, para pelaksana
pelayanan KIA perlu mencuci tangannya sebelum memeriksa klien. Mencuci tangan
hendaknya menjadi suatu kebiasaan dalam melaksanakan pelayanan sehari-hari (DepKes,
2000: 1).
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi
yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan cuci tangan
adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari perrmukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2004).
Indikasi Cuci Tangan:
Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir
Setelah kontak fisik dengan ibu dan bayi baru lahir
Sebelum memakai sarung tangan DTT atau steril
Setelah melepaskan sarung tangan
Setelah menyentuh benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh atau selaput
mukosa lainnya.
Perlu Sarung
Tangan
Sarung
Tangan
DTT
Sarung
Tangan
Steril
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Bisa
Dianjurkan
c)
1)
2)
3)
diterima
Mengambil contoh
darah/pemasangan IV
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat terbatas,
sarung tangan bekas pakai dapat diproses ulang dengan dekontaminasi, cuci dan bilas,
desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi (APN, 2007: 18).
Penggunaan Teknik Aseptik
Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih mudah dan aman bagi ibu, BBL, dan
penolong persalinan (APN, 2007: 18). Teknik aseptik meliputi penggunaan perlengkapan
perlindungan pribadi, antisepsis, menjaga tingkat sterilitas atau DTT.
Penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi
Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab
infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi (kacamata pelindung, masker wajah,
sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau
cedera selama melaksanakan prosedur klinik.
Antisepsis
Antisepsis adalah pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir, atau
jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan antimikroba (Tietjen, 2004: 6-2). Karena
kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan cairan antiseptik akan
sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menkontaminasi luka terbuka dan
menyebabkan infeksi.
Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan, sedangkan larutan disinfektan
dipakai untuk mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam prosedur
bedah (APN, 2007: 19).
Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi
Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan
dengan kondisi desinfeksi tingkat tinggi. Pelihara kondisi steril dengan memisahkan bendabenda steril atau disinfeksi tingkat tinggi (bersih) dari benda-benda yang terkontaminasi
(kotor) (APN, 2007: 19).
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap untuk DTT
menggunakan uap panas (jangan ditaburi talk).
(1) Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus.
(2) Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan dapat
dipakai tanpa membuat terkontaminasi baru.
(3) Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di baawwahnya. Agar
mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan
bagian jarinya mengarah ke tengah nampan.
(4) Ulangi proses tersebuthingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga
nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus
kosong di sebelah kompor.
(5) Letakkan penutup di atas di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga
mendidih.
(6) Jika uap mulai keluar dari celah-celah antara panci pengukus, mulailah penghitungan
waktu. Kukus sarung tangan selam 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam posisi
terbalik. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan
perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar.
(7) Biarkan sarung tangan kering dan diangin-anginkan sampai kering di dalam nampan
selama 4-6 menit. Jika diperlukan segera. Biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 510 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab.
(8) Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering, gunakan penjepit untuk
memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut pada wadah desinfeksi
tingkat tinggi lalu tutup rapat. Sarung tangan tersebut bisa disimpan selama 1 minggu.
(c) DTT dengan cara kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid. Klorin tidak
bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit maka peralatan
yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air
matang.
Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Formaldehid/formalin adalah
bahan karsinogenik sehingga tidak boleh digunakan.
Langkah-langkah kunci pada DTT kimiawi:
Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas).
Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
Rendam peralatan selama 20 menit.
Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah DTT yang
berpenutup.
(5) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang
berpenutup.
Sedangkan sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi
(Hidayat, 2006: 141).
Sterilisasi dengan menggunakan otoklaf dilakukan pada suhu 106kPa/ 121C selama
30 menit jika terbungkus, dan 20 menit jika tak dibungkus. Jika sterilisasi dilakukan dengan
uap kering maka dilakukan pada suhu 170C selam 60 menit.
(1)
(2)
(3)
(4)
a) Pembuangan Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak
dipakai atau sudah dibuang oleh manusia. Menurut Azis Alimul Hidayat (2006: 144),
sampah dibagi menjadi menjadi tiga, yaitu sampah padat, cair, dan gas.
Teknik aseptik atau asepsis adalah suatu metode pencegahan kontaminasi dengan hanya
membiarkan cairan, instrumen, yang steril untuk kontak dengan area yang rentan. Risiko
kontaminasi melalui udara juga harus diturunkan. Teknik aseptik dipraktikkan sejak awal
1990-an, dan merupakan bagian penting dari banyak praktik kebidanan.
2) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam berpotensi menularkan patogen dari luar tubuh ke bagian atas vagina,
serviks, dan jika ketuban pecah langsung ke interior uterus dan ke janin. Sangat penting untk
memastikan bahwa semua pemeriksaan dalam dilakukan dan tidak hanya sebagai suatu
prosedur rutin, untuk meminimalkan risiko ini.
3) Kateter Urie (Foley)
Kateter urine menjadi salah satu peralatan kebidanan yang lumrah digunakan pada praktik
saat ini baik sebagai kateter sementara maupun sebagai kateter foley yang menetap. Bakteri
dapat masuk melalui kantong drainase dan selang, terutama jika kantong tertarik ke atas dan
ke bawah. Oleh karena itu posisi kantong drainase harus lebih rendah dari kantong kemih
dan dekat dengan permukaaan lantai, serta tidak boleh tersumbat.
Tietjen (2004) mengemukakan langkah-langkah yang dapat diambil utnuk
meminimalkan risiko infeksi selama persalinan dan kelahiran pervaginam meliputi:
Langkah 1
Langkah 2
http://belindajoang.blogspot.com/2012/10/pronsip-pencegahan-infeksi.html