Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel & Evaluasi Sel Immobilisasi


Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
mata kuliah Bioproses

Dosen Pembimbing :
Disusun oleh
Kelompok 4
Kelas 1 A
M. Faris Medali R.

111424014

M. Irfan R.

111424015

Natasha Yuka F.

111424016

Nindya Farah F.

111424017

Tanggal Praktikum

: 11 April 2012

Tanggal penyerahan

: 2 Mei 2012

D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Tujuan Praktikum

Memahami dan menguasai prosedur penggunaan sel terimmobilisasi dalam proses


fermentasi

Memahami tipe reactor yang tepat untuk sel terimmobilisasi

Memahami karakteristik reaktor batch dan kontinyu yang menggunakan sel


terimmobilisasi

II.

Mengevaluasi kinerja reaktor Packed Column

Memahami dan menguasai prosedur pembuatan sel terimmobilisasi

Memahami karakteristik matriks pendukung sel terimmobilisasi

Landasan Teori
2.1

Sel Immobilisasi
Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan

tidak larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat.
Dengan sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga
temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan
untuk dipakai lagi di reaksi lain (Sumo dkk., 1993). Sel/enzim tersebut tetap
mempunyai aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat
dipergunakan

secara

terus

menerus

dan

sangat

penting

untuk

proses

berkesinambungan.
Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam yakni:
1. Sel mati: untuk reaksi konversi sederhana (1 tahap)
2. Sel hidup: untuk reaksi konversi yang melibatkan biokatalis heterogen
(multi enzim)/memerlukan ATP atau biokoenzim seperti NADP
atau koenzim A.
3. Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.
Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim. Imobilisasi
enzim dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam
air bergerak menjadi keadaan tak begerak yang tidak larut. Imobilisasi mencegah

difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali


enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengikatan
kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung, pengikatan silang intermolekuler
sesama enzim, atau dengan cara menjebak enzim di dalam gel atau membran polimer
(Palmer, 1991).
Imobilisasi sel berkembang setelah imobilisasi enzim. Dalam teknologi
imobilisasi enzim terdapat hambatan pada regenerasi koenzim dan keterbatasan
metode yang dapat diterapkan untuk menyusun molekul enzim dalam rangkaian
tertentu,

sehingga

dapat

melakukan

tahapan

reaksi

katalitis

enzim

yang

berkesinambungan. Untuk mencegah hambatan tersebut dilakukan penelitianpenelitian, sehingga terjadi pengembangan pada imobilisasi sel, yang dapat digunakan
sebagai biokatalis. Hal ini memungkinkan untuk melakukan imobilisasi seluruh sel
dan menjaga sel tetap hidup (viabel). Dalam praktiknya, metode yang digunakan
adalah menjebak sel dalam gel dengan adsorpsi. Selain itu, pengontrolan perlu
dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas metabolisme yang penting,
sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah dan membuat biokatalis lebih
stabil (Sumo dkk., 1993).
Dewasa ini, teknologi immobilisasi memegang peranan penting dalam
perkembangan proses biokimia dalam suatu boreaktor. Sel yang mengalami
immobilisasi (immoblized mivrobial cells) telah banyak diterapkan dalam fermentasi
misalnya produksi alkohol, asam amino, antibiotik atau pada degradasi polutan
limbah cair.

2.1.1

Kelebihan Sel Immobilisasi


Kelebihan penggunaan sel immobilisasi dibandingkan dengan sel bebas antara

lain sebagai berikut:


1. Immobilasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi.
2. Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya
recovery sel dan recycle sel.
3. Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi.
4. Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan
wash out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.

5. Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan


seperti kontak antar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga
menghasilkan kinerja biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan
yield produk yang lebih tinggi).
6. Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetik.
7. Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel.

2.1.2

Kekurangan Sel Immobilisasi


Kekurangan penggunaan sel terimobilisasi adalah hambatan pada proses difusi

baik substrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan
evaluasi gas sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.

2.1.3

Jenis-Jenis Immobilisasi sel

Secara umum, ada dua jenis sel immobilisasi yakni:


1. Immobilisasi Aktif
Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan dan
metoda pengikatan. Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam matriks
pendukung. Matriks pendukung yang bisa digunakan yaitu polimer porous (agar,
alginate, carragenan, polyacrylamide, chitosan, gelatin, collagen), porous metal
screen, polyurethane, silicagel, polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric
beads harus cukup porous untuk keluar masuknya substrat dan produk. Polymeric
beads biasanya dibentuk dengan menggunakan sel hidup di dalamnya.
2. Immobilisasi Pasif
Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang tumbuh
dan melekat pada permukaan pendukung yang padat. Material pendukung dapat
bersifat inert atau aktif secara biologis. Biological films digunakan pada
pengolahan limbah atau fermentasi mikroba dengan jamur.

2.1.4

Metode Immobilisasi
Beberapa ahli menggolongkan metode imobilisasi dengan tiga kelompok,

yaitu: metode carrier binding, metode cross linking, dan metode entrapping (Said,
1987). Pada metode carrier binding, enzim diikatkan pada suatu matriks yang bersifat
tidak larut adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan bahan organik maupun
anorganik. Bila menggunakan metode ini, hal yang perlu diperhatikan adalah

pemilihan matriks dan pengikatan enzim pada matriks tersebut. Teknik pengikatan
enzim pada matriks dapat dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya elektrostatik
atau ikatan kovalen (Chibata, 1978).
Metode cross linking didasarkan pada pembentukan ikatan intermolekuler
antara molekul-molekul enzim. Gugus fungsional dalam molekul enzim yang biasa
digunakan untuk pembentukan ikatan intermolekmuler adalah gugus amino pada
asam amino terminal, gugus amino dari lisin, gugus fenolik dari tirosin, gugus
sulhidril dari sistein dan gugus imidazole dari histidin.
Pada metode entrapping, imobilisasi, enzim/sel didasarkan pada penempatan
enzim di dalam kisi dari suatu polimer atau di dalam membran yang bersifat semi
permiabel. Bila enzim ditempatkan dalam kisi, maka metode yang digolongkan adalah
jenis kisi, sedang bila ditempatkan dalam membran yang bersifat semipermiabel,
maka metodenya digolongkan ke dalam jenis mikrokapsul (Chibata, 1978). Selain itu
metode imobilisasi dapat digolongkan sebagai berikut :
Adsorpsi
Penjeratan dalam matriks polimer
Penjeratan dalam membran
Teknik imobilisasi yang paling baik adalah yang memenuhi kriteria utama
tidak terjadi perubahan konformasi enzim dan tidak mengganggu gugus fungsi di
pusat aktif enzim sehingga enzim tetap dapat berfungsi. Metode penjebakan enzim
lebih banyak digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas dan tidak terikat pada
bahan pendukung sehinga secara relatif fungsi katalitik dan struktur alami molekul
enzim tidak mengalami gangguan goncangan (Wirahadikusumah, 1988).

2.1.5

Penjerat Atau Pembawa Immobilisasi Sel


Karakteristik yang harus dimiliki oleh penjerat/pembawa immobilisai sel,

antara lain :
a. Mudah digunakan serta ukuran dan porositas media penjerat dapat
dikontrol, terutama pada skala industri.
b. Media penjerat berbentuk matrik stabil pada kondisi fermentasi
(temperature dan pH optimum).
c. Harga murah dan mudah didapat.
d. Mempunyai sifat mekanik yang stabil, sehingga dapat tahan dalam waktu
yanglama dalam reaktor yang digunakan.

e. Penjerat harus inert terhadap mikrorganisme yang akan dijerat.


f. Substrat, produk, dan metabolisme lain harus dapat berdiffusi secara bebas
dengan media penjerat.
Natrium alginat merupakan bahan yang digunakan sebagai penjerat sel,
spesifikasi sebagai berikut :

Alginat merupakan koloid ganggang (fikokoloid) yang dapat diekstrak dari


ganggang coklat (phasophyceae), terutama anggota laminariates, berbentuk
asam alginat atau natrium alginat.

Asam alginat adalah suatu getah selaput membran (membrane mucilage).

Garam alginat dapat larut dalam air, seperti natrium alginat, potassium
alginat, dan ammonium alginat, sedikit larut dalam air, sedang kalsium
alginat tidak larut dalam air.

Umumnya alginat berbentuk serbuk putih kekuningan dan kadang-kadang


dalam bentuk pasta yang merupakan senyawa organik kompleks dengan
selulosa atau polisakarida. Senyawa alginat dapat dimurnikan sebgai garam
natrium alginat dengan alginat atau garam alginat yang lain.

Karakteristik natrium alginat :

Berbentuk serbuk berwarna putih atau kekuningan, tidak berbau, dan tidan
berasa. Secara umum susut pengeringan tidak lebih dari 22 %.

Larut lambat dalam air membentuk larutan koloid yang kental, berwarna
putih pucat sampai coklat kekuningan. Tidak larut dalam alkohol,
kloroform dan eter,serta larutan air yang mengandung lebih besar dari 30
% alkohol. Variasi mutu natrium algianat ditentukan oleh variasi
viscositas, antara 20-400 cp dari larutan 1% pada suhu 20o C.

Larutan alginat stabil pada pH 4 sampai 10.

Natrium alginat harus disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya,
bentuk larutan tidak boleh disimpan pada wadah logam.

Alginat sebagai hydrophylic polysakarida menyerap uap air dari udara.

2.2 Reaktor Kolom


Beberapa konfigurasi reaktor dapat digunakan untuk system sel terimmobilisasi.
Matriks pendukung sel terimmobilisasi umumnya bersifat rapuh, karena itu dipilih
bioreaktor yang memiliki gesekan hidronamik yang rendah seperti packed-column,
fluidized-bed, atau airlift reactor. Reaktor yang menggunakan produk mekanik dapat

digunakan untuk matriks pendukung yang kuat dan liat. Reaktor tersebut dioperasikan
dengan cara mengalirkan larutan nutrient melewati sel immobilisasi.

2.2.1 Reaktor dengan Pengadukan


Reaktor dengan pengadukan dapat dilakukan dengan system batch maupun system
continue.

Gambar 2.1 Reaktor Sistem Batch dan Continue


2.2.2 Fluidized Bed
Dalam sistem reaktor ini, enzim/sel immobil mengalir dari bawah ke atas dengan
kecepatan aliran yang cukup tinggi untuk partikel dapat bergerak bebas. Sistem ini bersifat
semi kontinyu sebab substrat dapat dikembalikan lagi ke dalam reaktor beberapa kali untuk
mendapatkan produk yang diinginkan.

Gambar 2.2 Fluidized Bed Reactor

2.2.3 Reaktor Kolom


Kolom Plug-Flow merupakan reaktor yang digunakan untuk substrat yang
viskositasnya rendah dan kelarutannya tinggi untuk mencegah penyumbatan.
2.3 Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan

baku industri yang

penting.

Asam

asetat

digunakan

dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5
juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh
dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun alami melalui proses fermentasi.
Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun
kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah
berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metodemetode alternatif.

III.

Alat dan Bahan


A. Imobilisasi Sel
1. Bahan
a. Satu tabung biaka murni Acetobactrer aceti berumur 2-4 hari.
b. Air garam steril 500 mL
c. Media aktivasi / starter dengan komposisi:
Bacto pepto 2%
Ekstrak ragi 0,5%
Glukosa 2%
Aquadest
d. Natrium alginat 8% 150 mL
e. Larutan CaCl2 2% dalam 4 labu Erlenmeyer 250 mL
2. Alat
a. Erlenmeyer 250 mL
b. Spuit (perangkat suntik) steril
c. Hot plate
B. Evaluasi Kinerja Sel Imobilisasi Dalam Reaktor Kolom
1. Bahan
a. Imobilisasi sel Acetobacter aceti.
b. 150 mL media produksi asam asetat steril untuk uji mikroba
Acetobacter aceti dengan komposisi :
Ethanol 9%
Glukosa 2 %
NH4NO3 2 %
KH2PO4 0,1 %
MgSO4.7H2O 0,02 %
c.

Larutan NaOH 0,05 N

d.

Ethanol 98%

2. Alat
a. Satu perangkat reaktor packed column
b. Pompa peristatik
c. Hot plate
d. Buret
e. Pipet Volum

IV. Langkah Kerja


A. Imobilisasi Sel
1. Penanaman bakteri pada media aktifasi
Pipet 5 mL air garam steril

Masukkan dan kocok dalam


biakan murni aceetobacter aceti

Tuang air garam berisi bakateri


dalam 50 mL media aktifasi

Inkubasi 3 jam pada suhu 30oC


2. Pembuatan Natrium Alginat
Timbang natrium alginat sebanyak 12 gram

Campurkan dengan aquadest sebanyak 150 mL

Aduk hingga megental

Pasteurisasi pada suhu 70-80oC selama 10 menit

3. Pembuatan Beads
Campurkan media aktivasi dan larutan natrium alginat
Suntikkan campuran kedalam larutan
CaCl2 untuk membentuk beads

Bilas dengan aquadest

B. Evaluasi Kinerja Sel Imobilisasi Dalam Reaktor Kolom

Rangkai reactor sesuai gambar

Sterilkan semua peralatan dengan etanol 98% yang


diencerkan dengan perbandingan 1 : 1

Masukkan sel terimobilisasi ke dalam kolom reaktor

Tuangkan media produksi asam asetat ke dalam


reactor hingga volume 60 mL

Atur laju alir recycle media produksi ,


Tampung larutan yang diperoleh setiap 5 menit sebanyak 10 kali

Titrasi larutan dengan NaOH 0,05 N setiap 5 menit

IV. Data Pengamatan

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Waktu
(menit)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50(Hari kedua)

Volume
CH3COOH (ml)
3,1
1,9
1,5
1,4
1,1
0,9
0,8
0,7
0,6
4,6

Volume
NaOH 0,05 N (ml)
0,2
0,6
0,7
1,1
1,2
1,5
1,7
2,3
3,4
37,3

V. Pengolahan Data
Penentuan konsentrasi CH3COOH
1.Lima menit pertama
V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
3,1 ml . N CH3COOH = 0,2ml .0,05 N
N CH3COOH = 0,0032 N

6.Tiga puluh menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
0,9 ml. N CH3COOH = 1,5 ml. O,05N
N CH3COOH = 0,0833 N

2.Sepuluh menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
1,9 ml. N CH3COOH = 0,6 ml .0,05N
N CH3COOH = 0,0157 N

7.Tiga puluh lima menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
0,8 ml. N CH3COOH =1,7 ml .0,05 N
N CH3COOH =0,0117

3.Lima belas menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
1,5 ml . N CH3COOH = 0,7 ml. 0,05 N
N CH3COOH = 0,0233 N

8.Empat puluh menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
0,7 ml. N CH3COOH = 2,3 ml . 0,05N
N CH3COOH =0,1642 N

4.Dua puluh menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
1,4 ml. N CH3COOH = 1,1 ml . 0,05 N
N CH3COOH = 0,0392 N

9.Empat puluh lima menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
0,6 ml. N CH3COOH = 3,4 ml . 0,05 N
N CH3COOH =0,2833 N

5.Dua puluh lima menit pertama


V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
1,1 ml . N CH3COOH = 1,2 ml .0,05 N
N CH3COOH = 0,0545 N

10.Konsentrasi CH3COOH sehari setelah


praktikum ( T=50)
V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
4,6 ml. N CH3COOH = 37,3 ml . 0,05 N
N CH3COOH =0,4058 N

Grafik Pengolahan Data

Grafik Konsentrasi CH3COOH


Terhadap Waktu
0.45
0.4

Konsentrasi (N)

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

20

40
Waktu (menit)

60
Konsentrasi( N)

PEMBAHASAN
Muhammad Faris Medali Rachman (111424014)
Pada praktikum ini, kami melakukan pembuatan asam asetat dengan menggunakan
metoda imobilisasi sel.
a. Pembuatan Media
Pertama, pembuatan media aktifasi untuk bakteri Acetobacter aceti, media
aktivasi dari erlenmeyer yang sudah di sterilisasi diambil secukupnya lalu dimasukan
ke media kultur murni agar miring yang berisi bakteri Acetobacter aceti, kemudian
bakteri Acetobacter aceti diambil dengan cara menggesekkan jarum ose di permukaan
saja agar bakteri Acetobacter aceti dapat larut dengan media aktivasi, lalu tuangkan
ke erlenmeyer. Setelah dimasukkan ke dalam media aktivasi, tumbuhkan bakteri
dengan menginkubasinya dalam inkubator selama 2-3 jam pada suhu 30oC. Saat
pembuatan inokulum, setiap proses dilakukan secara aseptis. Hal ini harus dilakukan
dengan tujuan agar tidak ada mikroorganisme dari luar yang masuk ke dalam media
aktivasi yang dapat mengakibatkan media terkontaminasi.
Kedua, pembuatan media produksi. Media produksi mempunyai komposisi
yang terdiri dari NH4NO3, KH2PO4, MgSO4.7H2O ,ethanol dan glukosa, setelah
dicampurkan lalu disterilisasi.. Selain pembuatan media diatas, kami pun membuat air
garam steril, larutan CaCl2, dan natrium alginat 8% dalam 100 ml. Pembuatan air
garam steril hanya membutuhkan aquadest dan garam yang kemudian disterilisasi, air
garam steril berfungsi untuk mencuci beads yang akan dimasukkan ke dalam reaktor
kolom. Larutan CaCl2 merupakan larutan yang terdiri dari serbuk garam CaCl2 yang
dilarutkan dalam aquadest kemudian disterilkan. Larutan CaCl2 berfungsi untuk
menstabilkan beads yang dibuat dan memperkuat dinding bead. Natrium alginat 8%
dalam 150 mL ini dipasteurisasi pada suhu 70-80 oC. Pasterurisasi merupakan suatu
bentuk sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak
diinginkan tanpa merusak komponen komponen yang terdapat dalam natrium alginat.
b. Pembuatan Beads
Pembuatan beads dilakukan dengan cara mencampurkan natirum alginat
dengan media aktivasi berisi bakteri kemudian dimasukkan CaCl2 dengan cara
disuntikkan tetes demi tetes. Beads kemudian akan terbentuk dengan sendirinya.
Beads yang baik akan berbentuk bulat sempurna, berwarna coklat, dan dinding beads
akan mengeras dalam larutan CaCl2. Proses ini harus dilakukan secara aseptis. Setelah

semua CaCl2 habis, beads langsung dicuci menggunakan air garam steril kurang lebih
tiga kali bilasan sampai beads sudah cukup bersih. Lalu diamkan hingga mencapai
suhu ruang.
c. Evaluasi Kerja Reaktor Kolom
Pertama, beads dimasukkan ke dalam reaktor kolom yang sudah dicuci dengan
alkohol hingga memenuhi reaktor kurang lebih tigaperempatnya. Kemudian media
produksi dimasukkan ke dalam kantong infus dan dialirkan ke dalam reaktor kolom
melalui selang infus tetes demi tetes. Selang infus diatur laju alirnya, laju alir diatur
untuk tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu lambat tetapi sama dengan laju alir
keluaran di bawah reaktor.
Kedua, tampung larutan asam asetat yang dperoleh setiap 5 menit sebanyak
sembilan kali. Lalu data yang kesepuluh diambil pada hari berikutnya dengan
sebelumnya mencampurkan media produksi sisa dicampur dengan larutan yang
berada direaktor(mengandung media produksi dan beads). Didapat data volume asam
asetat yang diperoleh adalah 3,1 ml ; 1,9 ml ; 1,5 ml ; 1,4 ml ; 1,1ml ; 0,9 ml ; 0,8 ml ;
0,7 ml ; 0,6 ml dan 4,6 ml. Sehingga dapat diketahui bahwa volume yang diperoleh
semakin sedikit. Adapun reaksi pembentukan asam asetat:
CH3CH2OH + O2

CH3COOH +H2O

Kemudian asam asetat ini dititrasi dengan NaOH 0,05 N. Dengan menggunakan
persamaan volumetri maka konsentasi asam asetat dapat diketahui yaitu 0,0032 N ;
0,0157 N ; 0,0233 N ; 0,0392 N ; 0,0545 N ; 0,0833 N ; 0,1062 N ; 0,1642 N ; 0,2833
N dan 0,4058 N. Dari data ini dapat dibuat grafik konsentrasi asam asetat terhadap
waktu. Dengan melihat grafik ini maka dapat diketahui bahwa semakin lama media
produksi dialirkan pada reaktor, konsentrasi asam asetat yang diperoleh semakin
besar/pekat. Dari rumus mencari pH,

dari rumus tersebut

dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi asam asetat maka pH yang
diperoleh semakin kecil. Hal ini sesuai dengan sumber literature bahwa semakin lama
nilai pH akan semakin turun karena produksi asam asetat akan semakin tinggi.

Muhammad Irfan Ramadhian (111424015)


Pada praktikum ini, kami melakukan pembuatan asam asetat dengan
menggunakan metoda imobilisasi sel. Metoda ini dapat memberikan keuntungan,yaitu
dapat membentuk sel yang dapat menghasilkan produk dengan tetap berada dalam
reaktor dengan jalan membatasi ruang geraknya atau dijerat dalam suatu matriks,
yaitu beads.
Pembuatan Media
Bakteri yang digunakan untuk pembuatan asam asetat ini adalah Acetobacter
aceti yang kemudian dimasukkan ke dalam media aktivasi yang sudah disterilisasi.
Saat memasukkan bakteri, lingkungan sekitar tempat kerja harus aseptis agar tidak
ada mikroorganisme asing yang masuk ke media.Setelah dimasukkan ke dalam media
aktivasi, menumbuhkan bakteri dengan cara memasukkan media tersebut ke dalam
inkubator selama 2-3 jam pada suhu 30oC. Secara umum media aktivasi berfungsi
untuk menumbuhkan Acetobacter aceti yang bertindak sebagai sumber pembuatan
asam asetat.
Selain media aktivasi, media lain yang dibuat adalah media produksi, air
garam steril, dan larutan CaCl2. Media produksi mengandung komposisi NH4NO3,
KH2PO4, MgSO4.7H2O, glukosa, dan etanol. Ketika membuat media produksi,
glukosa dimasukkan terakhir. Hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya
karamel dari gula. Pembuatan air steril hanya membutuhkan aquadest yang kemudian
disterilisasi. Sedangkan larutan CaCl2 merupakan larutan yang terdiri dari serbuk
garam CaCl2 yang dilarutkan dalam aquadest kemudian disterilkan.Setelah itu, media
produksi,air garam,larutan CaCl2 yang telah dibuat harus disterilisasi. .Larutan CaCl2
berfungsi untuk menstabilkan beads yang dibuat dan memperkuat dinding beads
sehingga terbentuk gumpalan bulat kecil. Sedangkan air garam steril berfungsi untuk
mencuci beads yang akan dimasukkan ke dalam reaktor kolom.
Selain media-media tersebut, dibuat juga natrium alginat 8% dalam 150 mL
yang berbentuk seperti gel atau gelatin. Natrium alginat ini kemudian dipasteurisasi
pada suhu 70-80 oC selama 10 menit. Pasterurisasi merupakan suatu bentuk sterilisasi
yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan tanpa
merusak komponen komponen yang terdapat dalam natrium alginat.

Pembuatan Beads

Pembuatan beads dilakukan dengan cara mencampurkan natirum alginat


dengan media aktivasi berisi bakteri kemudian dimasukkan Cacl2 dengan cara
disuntikkan ke dalam larutan tetes demi tetes. Beads kemudian akan terbentuk dengan
sendirinya. Beads yang baik akan berbentuk bulat sempurna, berwarna coklat, dan
dinding beads akan mengeras dalam larutan CaCl2. Proses ini harus dilakukan secara
aseptis. Setelah semua CaCl2 habis,beads langsung dicuci menggunakan air garam
steril kurang lebih tiga kali bilasan sampai beads sudah cukup bersih dari larutan
Natrium Alginat.Diamkan hingga mencapai suhu ruang.
Evaluasi Kerja Reaktor Kolom
Langkah pertama beads dimasukkan ke dalam reaktor kolom hingga
memenuhi reaktor kurang lebih setengahnya. Kemudian media produksi dimasukkan
ke dalam kantong infus dan dialirkan ke dalam reaktor kolom melalui selang infus
tetes demi tetes.Langkah kedua yaitu menampung larutan asam asetat yang dperoleh
setiap 5 menit sebanyak sepuluh kali.Namun data yang kesepuluh diambil pada hari
berikutnya dengan sebelumnya mencampurkan media produksi sisa dicampur dengan
larutan yang berada direaktor(mengandung media produksi dan beads).Data asam
asetat yang diperoleh adalah 3,1 ml, 1,9 ml, 1,5 ml, 1,4 ml, 1,1ml, 0,9 ml, 0,8 ml,
0,7 ml, 0,6 ml, dan 4,6 ml.Sehingga dapat diketahui bahwa zat yang diperoleh
semakin sedikit. . Reaksi pembentukan asam asetat:
CH3CH2OH + O2

CH3COOH +H2O

Kemudian asam asetat ini dititrasi dengan NaOH 0,05 N.Dengan menggunakan
persamaan volumetri maka konsentasi asam asetat dapat diketahui yaitu 0,0032 N,
0,0157 N, 0,0233 N, 0,0392 N, 0,0545 N, 0,0833 N, 0,1062 N, 0,1642 N, 0,2833
N,

dan 0,4058 N.Dari data ini dapat dibuat grafik konsentrasi CH3COOH terhadap

waktu.Dengan melihat grafik ini maka dapat diketahui bahwa semakin lama media
produksi dialirkan pada reaktor,konsentrasi asam asetat yang diperoleh semakin besar/
pekat. Dengan melihat rumus mencari pH [

],dapat

diketahui bahwa semakin besar konsentrasi asama asetat maka pH yang diperoleh
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori,semakin lama nilai pH akan semakin turun
karena produksi asam asetat akan semakin tinggi.

Natasha Yuka Fastiana (111424016)


Pada praktikum ini, kami melakukan pembuatan asam asetat dengan
menggunakan metoda imobilisasi sel. Sebenarnya teknik imobilisasi itu ada 4 yaitu
sel yang terjerat pada polimer matriks , floktulasi , adsorpsi permukaan , dan
membrane sel imobilisasi . tetapi dalam praktikum kali ini kita memakai metoda
imobilisasi sel yang terjerat pada polimer matriks agar membuat sel pembentuk
produk tetap berada dalam reaktor dengan jalan membatasi ruang geraknya atau
dijerat dalam suatu matriks, yaitu beads. Langkah pertama yang kami lakukan adalah
pembuatan media .
Pembuatan Media
Bakteri yang digunakan untuk pembuatan media untuk asam asetat ini adalah
Acetobacter aceti yang kemudian dimasukkan ke dalam media aktivasi yang berisi
tripton ,ekstrak ragi, glukosa sebagai penyuplai nutrisi yang dibutuhkan selama
pertumbuhan bakteri dan sudah disterilisasi dengan cara memasukkan media aktivasi
ke dalam media agar miring Acetobacter aceti , kemudian bakteri diambil dengan
menggesekan jarum ose ke dalam agar miring kemudian dikocok dan dituang kembali
ke media aktivasi lalu di inokulasi dalam incubator shaker selama 2-3 jam pada suhu
30oC , 150 rpm . Langkah kerja ini dilakukan secara aseptis untuk menjaga kondisi
operasi dan tidak terkontaminasi udara sekitar yang mempengaruhi proses. Media
inokulasi harus dibuat secara aseptis, mulai dari mengambil biakan dalam kultur
murni hingga memasukkannya ke dalam media aktivasi. Hal ini harus dilakukan
dengan tujuan agar tidak ada mikroorganisme dari luar yang masuk ke dalam media
aktivasi yang dapat mengakibatkan media terkontaminasi. Secara umum media
aktivasi berfungsi untuk menumbuhkan Acetobacter aceti yang akan dibuat
matriksnya (dalam bentuk beads) sebagai sumber pembuatan asam asetat.
Selain media aktivasi, media lain yang dibuat adalah media produksi, air
garam steril, dan larutan CaCl2. Media produksi mengandung komposisi NH4NO3,
KH2PO4, MgSO4.7H2O, glukosa, dan etanol. Media produksi ini berfungsi sebagai
laju alir dalam reaktor kolom. Larutan CaCl2 berfungsi untuk menstabilkan beads
yang dibuat dan memperkuat dinding beads. Sedangkan air garam steril berfungsi
untuk mencuci beads yang akan dimasukkan ke dalam reaktor kolom.
Ketika membuat media produksi, glukosa dimasukkan terakhir sebelum memasukkan
etanol. Hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya karamel dari gula. Tetapi
dalam praktik nya kami memasukkan glukosa diawal pembuatan , hal itu
mengakibatkan larutan menjadi warna coklat karena glukosa dalam larutan
mengalami karamelisasi. Etanol dimasukkan paling terakhir untuk mencegah
penguapan. Setelah semua komposisi dimasukkan, media produksi yang telah dibuat
harus disterilisasi. Pembuatan air garam steril dan larutan CaCl2 tidak perlu
menggunakan teknik khusus. Pembuatan air steril hanya membutuhkan aquadest yang
dicampur dengan garam kemudian disterilisasi. Sedangkan larutan CaCl2 merupakan
larutan yang terdiri dari serbuk garam CaCl2 yang dilarutkan dalam aquadest
kemudian disterilkan.
Selain media-media tersebut, kami membuat natrium alginat 8gram dalam 100
mL yang berbentuk seperti gel atau gelatin. Natrium alginat ini kemudian
dipasteurisasi pada suhu 70-80 oC selama 10 menit. Pasterurisasi merupakan suatu
bentuk sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak
diinginkan tanpa merusak komponen komponen yang terdapat dalam natrium alginat.

Alginat merupakan polimer porous alami yang digunakan sebagai matriks pendukung.
Beads yang akan dibentuk harus cukup porous untuk memudahkan keluar masuknya
substrat dan produk.
Pembuatan Beads
Pembuatan beads dilakukan dengan cara mencampurkan natrium alginate dan
media aktivasi . Setelah dicampurkan kemudian disuntikkan secara perlahan agar
bentuknya menjadi bulat sempurna ke dalam larutan CaCl2 . Beads kemudian akan
terbentuk dengan sendirinya. Beads berwarna coklat, dan dinding beads akan
mengeras dalam larutan CaCl2. Proses ini harus dilakukan secara aseptis dan semua
alat yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu. Setelah semua natrium alginat
habis membentuk beads, beads dicuci menggunakan air garam steril . Cuci beads
kurang lebih tiga kali bilasan sampai beads sudah cukup bersih dari larutan CaCl2
Evaluasi Kerja Reaktor Kolom
Setelah beads dicuci bersih, beads dimasukkan ke dalam reaktor kolom. Beads
dimasukkan hingga reaktor kolom tersisa 5-7 cm dari atas kolom. Kemudian ukur laju
alirnya. Media produksi dimasukkan ke dalam kantong infus dan dialirkan ke dalam
reaktor kolom melalui selang infus. Selang infus diatur laju alirnya dengan pompa
peristaltic.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 8 kali dalam selang waktu 5 menit .
Saat pengambilan sampel, yang diukur adalah konsentrasi, pH dan volume sampel.
Saat pengukuran pH, kami menggunakan metode titrasi dengan NaOH . Terlebih
dahulu buret untuk titrasi disterilisasi dengan alcohol yang telah diencerkan dengan
perbandingan alcohol dan air 1:1 . Hasil titrasi yang kami dapatkan sedikit tidak teliti
karena analit yang digunakan sangat sedikit , tidak sesuai dengan volume titran yang
digunakan . Lalu kami mengukur konsentrasi analit dengan menggunakan rumus
V1N1=V2N2 . Dari hasil perhitungan konsentrasi asam asetat yang kami dapatkan
adalah sebagai berikut
1.Lima menit pertama
N CH3COOH = 0,0032 N
2.Sepuluh menit pertama
N CH3COOH = 0,0157 N
3.Lima belas menit pertama
N CH3COOH = 0,0233 N
4.Dua puluh menit pertama
N CH3COOH = 0,0392 N
5.Dua puluh lima menit pertama
N CH3COOH = 0,0545 N
6.Tiga puluh menit pertama
N CH3COOH = 0,0833 N
7.Tiga puluh lima menit pertama
N CH3COOH =0,0117
8.Empat puluh menit pertama
N CH3COOH =0,1642 N

9.Empat puluh lima menit pertama


N CH3COOH =0,2833 N
10.Konsentrasi CH3COOH sehari setelah praktikum ( T=50)
N CH3COOH =0,4058 N
Berdasarkan data yang diperoleh, dibuat grafik konsentrasi terhadap waktu
(dalam jam). Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh profil kinetika pembentukan
produk asam asetat. Nilai konsentrasi yang diperoleh semakin naik seiring dengan
terbentuknya produk.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,


diantaranya sebagai berikut:

Imobilisasi sel merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat
suatu produk asam lemah seperti asam asetat dengan menggunakan bakteri seperti
Acetobacter aceti.

Berdasarkan hasil pengamatan grafik, semakin lama media produksi dialirkan pada
sel immobilisasi maka konsentrasi asam asetat yang diperoleh semakin semakin
beasar.

Berdasarkan perhitungan,konsentrasi berbanding terbalik dengan pH,sehingga


semakin besar konsentrasi yang diperoleh maka pHnya semakin kecil juga karena
produksi asam asetat yag diperoleh semakin banayak juga.

DAFTAR PUSTAKA
Chibata, I., 1978, Immobilized Enzymes. Research and Development, Kodansha
Ltd., Tokyo.
Kennedy, J.F., 1995, Principles of immobilization of enzymes. Di dalam Wiseman,
A. (Ed.) Handbook of Enzyme Biotechnology. 3rd Ed. Elis Hardwood, London,
UK.
Kierstan MPJ, Cough D MP, 1985, Immobilisation of cells and enzymes by gel
entrapment. Di dalam: J. Woodward (ed). Immobilised Cells and Enzymes.
A
Practical Approach. Oxford: IRL Pr.
Masyithah, Zuhrina, 2005, Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi, Media
Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia, ISSN 1412-7814
Minovska, Vilma.,Winkelhausen, Eleonora., dan Kuzmanova, Slobodan, 2007,
Lipase immobilized by diffferent terchiques in various support material
applied in oil hydrolisis. University St Cyril and Methodious. Faculty of
Technology and Metalurgy.
Palmer T., 1991, Understanding Enzymes, Ed ke-3. New York: Ellis Horwood.
Swaisgood, HE., XL Huang and MK Walsh, 1997, Immobilization of enzymes by
selective adsorption on biotinylaminopropyl celite or glass. In Bickerstaff
GF
(Ed). Immobilization of Enzymes and Cells. Humana Press. Totowa, New Jersey.
367pp.
Wirahadikusumah M., 1988, Teknik Amobilisasi Enzim Dalam Bidang
Pengobatan. Acta Pharm Indon 13:32-42.

Anda mungkin juga menyukai