Dosen Pembimbing :
Disusun oleh
Kelompok 4
Kelas 1 A
M. Faris Medali R.
111424014
M. Irfan R.
111424015
Natasha Yuka F.
111424016
Nindya Farah F.
111424017
Tanggal Praktikum
: 11 April 2012
Tanggal penyerahan
: 2 Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Tujuan Praktikum
II.
Landasan Teori
2.1
Sel Immobilisasi
Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan
tidak larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat.
Dengan sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga
temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan
untuk dipakai lagi di reaksi lain (Sumo dkk., 1993). Sel/enzim tersebut tetap
mempunyai aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat
dipergunakan
secara
terus
menerus
dan
sangat
penting
untuk
proses
berkesinambungan.
Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam yakni:
1. Sel mati: untuk reaksi konversi sederhana (1 tahap)
2. Sel hidup: untuk reaksi konversi yang melibatkan biokatalis heterogen
(multi enzim)/memerlukan ATP atau biokoenzim seperti NADP
atau koenzim A.
3. Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.
Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim. Imobilisasi
enzim dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam
air bergerak menjadi keadaan tak begerak yang tidak larut. Imobilisasi mencegah
sehingga
dapat
melakukan
tahapan
reaksi
katalitis
enzim
yang
berkesinambungan. Untuk mencegah hambatan tersebut dilakukan penelitianpenelitian, sehingga terjadi pengembangan pada imobilisasi sel, yang dapat digunakan
sebagai biokatalis. Hal ini memungkinkan untuk melakukan imobilisasi seluruh sel
dan menjaga sel tetap hidup (viabel). Dalam praktiknya, metode yang digunakan
adalah menjebak sel dalam gel dengan adsorpsi. Selain itu, pengontrolan perlu
dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas metabolisme yang penting,
sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah dan membuat biokatalis lebih
stabil (Sumo dkk., 1993).
Dewasa ini, teknologi immobilisasi memegang peranan penting dalam
perkembangan proses biokimia dalam suatu boreaktor. Sel yang mengalami
immobilisasi (immoblized mivrobial cells) telah banyak diterapkan dalam fermentasi
misalnya produksi alkohol, asam amino, antibiotik atau pada degradasi polutan
limbah cair.
2.1.1
2.1.2
baik substrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan
evaluasi gas sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.
2.1.3
2.1.4
Metode Immobilisasi
Beberapa ahli menggolongkan metode imobilisasi dengan tiga kelompok,
yaitu: metode carrier binding, metode cross linking, dan metode entrapping (Said,
1987). Pada metode carrier binding, enzim diikatkan pada suatu matriks yang bersifat
tidak larut adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan bahan organik maupun
anorganik. Bila menggunakan metode ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan matriks dan pengikatan enzim pada matriks tersebut. Teknik pengikatan
enzim pada matriks dapat dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya elektrostatik
atau ikatan kovalen (Chibata, 1978).
Metode cross linking didasarkan pada pembentukan ikatan intermolekuler
antara molekul-molekul enzim. Gugus fungsional dalam molekul enzim yang biasa
digunakan untuk pembentukan ikatan intermolekmuler adalah gugus amino pada
asam amino terminal, gugus amino dari lisin, gugus fenolik dari tirosin, gugus
sulhidril dari sistein dan gugus imidazole dari histidin.
Pada metode entrapping, imobilisasi, enzim/sel didasarkan pada penempatan
enzim di dalam kisi dari suatu polimer atau di dalam membran yang bersifat semi
permiabel. Bila enzim ditempatkan dalam kisi, maka metode yang digolongkan adalah
jenis kisi, sedang bila ditempatkan dalam membran yang bersifat semipermiabel,
maka metodenya digolongkan ke dalam jenis mikrokapsul (Chibata, 1978). Selain itu
metode imobilisasi dapat digolongkan sebagai berikut :
Adsorpsi
Penjeratan dalam matriks polimer
Penjeratan dalam membran
Teknik imobilisasi yang paling baik adalah yang memenuhi kriteria utama
tidak terjadi perubahan konformasi enzim dan tidak mengganggu gugus fungsi di
pusat aktif enzim sehingga enzim tetap dapat berfungsi. Metode penjebakan enzim
lebih banyak digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas dan tidak terikat pada
bahan pendukung sehinga secara relatif fungsi katalitik dan struktur alami molekul
enzim tidak mengalami gangguan goncangan (Wirahadikusumah, 1988).
2.1.5
antara lain :
a. Mudah digunakan serta ukuran dan porositas media penjerat dapat
dikontrol, terutama pada skala industri.
b. Media penjerat berbentuk matrik stabil pada kondisi fermentasi
(temperature dan pH optimum).
c. Harga murah dan mudah didapat.
d. Mempunyai sifat mekanik yang stabil, sehingga dapat tahan dalam waktu
yanglama dalam reaktor yang digunakan.
Garam alginat dapat larut dalam air, seperti natrium alginat, potassium
alginat, dan ammonium alginat, sedikit larut dalam air, sedang kalsium
alginat tidak larut dalam air.
Berbentuk serbuk berwarna putih atau kekuningan, tidak berbau, dan tidan
berasa. Secara umum susut pengeringan tidak lebih dari 22 %.
Larut lambat dalam air membentuk larutan koloid yang kental, berwarna
putih pucat sampai coklat kekuningan. Tidak larut dalam alkohol,
kloroform dan eter,serta larutan air yang mengandung lebih besar dari 30
% alkohol. Variasi mutu natrium algianat ditentukan oleh variasi
viscositas, antara 20-400 cp dari larutan 1% pada suhu 20o C.
Natrium alginat harus disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya,
bentuk larutan tidak boleh disimpan pada wadah logam.
digunakan untuk matriks pendukung yang kuat dan liat. Reaktor tersebut dioperasikan
dengan cara mengalirkan larutan nutrient melewati sel immobilisasi.
penting.
Asam
asetat
digunakan
dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5
juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh
dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun alami melalui proses fermentasi.
Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun
kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah
berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metodemetode alternatif.
III.
d.
Ethanol 98%
2. Alat
a. Satu perangkat reaktor packed column
b. Pompa peristatik
c. Hot plate
d. Buret
e. Pipet Volum
3. Pembuatan Beads
Campurkan media aktivasi dan larutan natrium alginat
Suntikkan campuran kedalam larutan
CaCl2 untuk membentuk beads
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Waktu
(menit)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50(Hari kedua)
Volume
CH3COOH (ml)
3,1
1,9
1,5
1,4
1,1
0,9
0,8
0,7
0,6
4,6
Volume
NaOH 0,05 N (ml)
0,2
0,6
0,7
1,1
1,2
1,5
1,7
2,3
3,4
37,3
V. Pengolahan Data
Penentuan konsentrasi CH3COOH
1.Lima menit pertama
V CH3COOH.N CH3COOH = VNaOH . N NaOH
3,1 ml . N CH3COOH = 0,2ml .0,05 N
N CH3COOH = 0,0032 N
Konsentrasi (N)
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
20
40
Waktu (menit)
60
Konsentrasi( N)
PEMBAHASAN
Muhammad Faris Medali Rachman (111424014)
Pada praktikum ini, kami melakukan pembuatan asam asetat dengan menggunakan
metoda imobilisasi sel.
a. Pembuatan Media
Pertama, pembuatan media aktifasi untuk bakteri Acetobacter aceti, media
aktivasi dari erlenmeyer yang sudah di sterilisasi diambil secukupnya lalu dimasukan
ke media kultur murni agar miring yang berisi bakteri Acetobacter aceti, kemudian
bakteri Acetobacter aceti diambil dengan cara menggesekkan jarum ose di permukaan
saja agar bakteri Acetobacter aceti dapat larut dengan media aktivasi, lalu tuangkan
ke erlenmeyer. Setelah dimasukkan ke dalam media aktivasi, tumbuhkan bakteri
dengan menginkubasinya dalam inkubator selama 2-3 jam pada suhu 30oC. Saat
pembuatan inokulum, setiap proses dilakukan secara aseptis. Hal ini harus dilakukan
dengan tujuan agar tidak ada mikroorganisme dari luar yang masuk ke dalam media
aktivasi yang dapat mengakibatkan media terkontaminasi.
Kedua, pembuatan media produksi. Media produksi mempunyai komposisi
yang terdiri dari NH4NO3, KH2PO4, MgSO4.7H2O ,ethanol dan glukosa, setelah
dicampurkan lalu disterilisasi.. Selain pembuatan media diatas, kami pun membuat air
garam steril, larutan CaCl2, dan natrium alginat 8% dalam 100 ml. Pembuatan air
garam steril hanya membutuhkan aquadest dan garam yang kemudian disterilisasi, air
garam steril berfungsi untuk mencuci beads yang akan dimasukkan ke dalam reaktor
kolom. Larutan CaCl2 merupakan larutan yang terdiri dari serbuk garam CaCl2 yang
dilarutkan dalam aquadest kemudian disterilkan. Larutan CaCl2 berfungsi untuk
menstabilkan beads yang dibuat dan memperkuat dinding bead. Natrium alginat 8%
dalam 150 mL ini dipasteurisasi pada suhu 70-80 oC. Pasterurisasi merupakan suatu
bentuk sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak
diinginkan tanpa merusak komponen komponen yang terdapat dalam natrium alginat.
b. Pembuatan Beads
Pembuatan beads dilakukan dengan cara mencampurkan natirum alginat
dengan media aktivasi berisi bakteri kemudian dimasukkan CaCl2 dengan cara
disuntikkan tetes demi tetes. Beads kemudian akan terbentuk dengan sendirinya.
Beads yang baik akan berbentuk bulat sempurna, berwarna coklat, dan dinding beads
akan mengeras dalam larutan CaCl2. Proses ini harus dilakukan secara aseptis. Setelah
semua CaCl2 habis, beads langsung dicuci menggunakan air garam steril kurang lebih
tiga kali bilasan sampai beads sudah cukup bersih. Lalu diamkan hingga mencapai
suhu ruang.
c. Evaluasi Kerja Reaktor Kolom
Pertama, beads dimasukkan ke dalam reaktor kolom yang sudah dicuci dengan
alkohol hingga memenuhi reaktor kurang lebih tigaperempatnya. Kemudian media
produksi dimasukkan ke dalam kantong infus dan dialirkan ke dalam reaktor kolom
melalui selang infus tetes demi tetes. Selang infus diatur laju alirnya, laju alir diatur
untuk tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu lambat tetapi sama dengan laju alir
keluaran di bawah reaktor.
Kedua, tampung larutan asam asetat yang dperoleh setiap 5 menit sebanyak
sembilan kali. Lalu data yang kesepuluh diambil pada hari berikutnya dengan
sebelumnya mencampurkan media produksi sisa dicampur dengan larutan yang
berada direaktor(mengandung media produksi dan beads). Didapat data volume asam
asetat yang diperoleh adalah 3,1 ml ; 1,9 ml ; 1,5 ml ; 1,4 ml ; 1,1ml ; 0,9 ml ; 0,8 ml ;
0,7 ml ; 0,6 ml dan 4,6 ml. Sehingga dapat diketahui bahwa volume yang diperoleh
semakin sedikit. Adapun reaksi pembentukan asam asetat:
CH3CH2OH + O2
CH3COOH +H2O
Kemudian asam asetat ini dititrasi dengan NaOH 0,05 N. Dengan menggunakan
persamaan volumetri maka konsentasi asam asetat dapat diketahui yaitu 0,0032 N ;
0,0157 N ; 0,0233 N ; 0,0392 N ; 0,0545 N ; 0,0833 N ; 0,1062 N ; 0,1642 N ; 0,2833
N dan 0,4058 N. Dari data ini dapat dibuat grafik konsentrasi asam asetat terhadap
waktu. Dengan melihat grafik ini maka dapat diketahui bahwa semakin lama media
produksi dialirkan pada reaktor, konsentrasi asam asetat yang diperoleh semakin
besar/pekat. Dari rumus mencari pH,
dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi asam asetat maka pH yang
diperoleh semakin kecil. Hal ini sesuai dengan sumber literature bahwa semakin lama
nilai pH akan semakin turun karena produksi asam asetat akan semakin tinggi.
Pembuatan Beads
CH3COOH +H2O
Kemudian asam asetat ini dititrasi dengan NaOH 0,05 N.Dengan menggunakan
persamaan volumetri maka konsentasi asam asetat dapat diketahui yaitu 0,0032 N,
0,0157 N, 0,0233 N, 0,0392 N, 0,0545 N, 0,0833 N, 0,1062 N, 0,1642 N, 0,2833
N,
dan 0,4058 N.Dari data ini dapat dibuat grafik konsentrasi CH3COOH terhadap
waktu.Dengan melihat grafik ini maka dapat diketahui bahwa semakin lama media
produksi dialirkan pada reaktor,konsentrasi asam asetat yang diperoleh semakin besar/
pekat. Dengan melihat rumus mencari pH [
],dapat
diketahui bahwa semakin besar konsentrasi asama asetat maka pH yang diperoleh
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori,semakin lama nilai pH akan semakin turun
karena produksi asam asetat akan semakin tinggi.
Alginat merupakan polimer porous alami yang digunakan sebagai matriks pendukung.
Beads yang akan dibentuk harus cukup porous untuk memudahkan keluar masuknya
substrat dan produk.
Pembuatan Beads
Pembuatan beads dilakukan dengan cara mencampurkan natrium alginate dan
media aktivasi . Setelah dicampurkan kemudian disuntikkan secara perlahan agar
bentuknya menjadi bulat sempurna ke dalam larutan CaCl2 . Beads kemudian akan
terbentuk dengan sendirinya. Beads berwarna coklat, dan dinding beads akan
mengeras dalam larutan CaCl2. Proses ini harus dilakukan secara aseptis dan semua
alat yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu. Setelah semua natrium alginat
habis membentuk beads, beads dicuci menggunakan air garam steril . Cuci beads
kurang lebih tiga kali bilasan sampai beads sudah cukup bersih dari larutan CaCl2
Evaluasi Kerja Reaktor Kolom
Setelah beads dicuci bersih, beads dimasukkan ke dalam reaktor kolom. Beads
dimasukkan hingga reaktor kolom tersisa 5-7 cm dari atas kolom. Kemudian ukur laju
alirnya. Media produksi dimasukkan ke dalam kantong infus dan dialirkan ke dalam
reaktor kolom melalui selang infus. Selang infus diatur laju alirnya dengan pompa
peristaltic.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 8 kali dalam selang waktu 5 menit .
Saat pengambilan sampel, yang diukur adalah konsentrasi, pH dan volume sampel.
Saat pengukuran pH, kami menggunakan metode titrasi dengan NaOH . Terlebih
dahulu buret untuk titrasi disterilisasi dengan alcohol yang telah diencerkan dengan
perbandingan alcohol dan air 1:1 . Hasil titrasi yang kami dapatkan sedikit tidak teliti
karena analit yang digunakan sangat sedikit , tidak sesuai dengan volume titran yang
digunakan . Lalu kami mengukur konsentrasi analit dengan menggunakan rumus
V1N1=V2N2 . Dari hasil perhitungan konsentrasi asam asetat yang kami dapatkan
adalah sebagai berikut
1.Lima menit pertama
N CH3COOH = 0,0032 N
2.Sepuluh menit pertama
N CH3COOH = 0,0157 N
3.Lima belas menit pertama
N CH3COOH = 0,0233 N
4.Dua puluh menit pertama
N CH3COOH = 0,0392 N
5.Dua puluh lima menit pertama
N CH3COOH = 0,0545 N
6.Tiga puluh menit pertama
N CH3COOH = 0,0833 N
7.Tiga puluh lima menit pertama
N CH3COOH =0,0117
8.Empat puluh menit pertama
N CH3COOH =0,1642 N
KESIMPULAN
Imobilisasi sel merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat
suatu produk asam lemah seperti asam asetat dengan menggunakan bakteri seperti
Acetobacter aceti.
Berdasarkan hasil pengamatan grafik, semakin lama media produksi dialirkan pada
sel immobilisasi maka konsentrasi asam asetat yang diperoleh semakin semakin
beasar.
DAFTAR PUSTAKA
Chibata, I., 1978, Immobilized Enzymes. Research and Development, Kodansha
Ltd., Tokyo.
Kennedy, J.F., 1995, Principles of immobilization of enzymes. Di dalam Wiseman,
A. (Ed.) Handbook of Enzyme Biotechnology. 3rd Ed. Elis Hardwood, London,
UK.
Kierstan MPJ, Cough D MP, 1985, Immobilisation of cells and enzymes by gel
entrapment. Di dalam: J. Woodward (ed). Immobilised Cells and Enzymes.
A
Practical Approach. Oxford: IRL Pr.
Masyithah, Zuhrina, 2005, Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi, Media
Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia, ISSN 1412-7814
Minovska, Vilma.,Winkelhausen, Eleonora., dan Kuzmanova, Slobodan, 2007,
Lipase immobilized by diffferent terchiques in various support material
applied in oil hydrolisis. University St Cyril and Methodious. Faculty of
Technology and Metalurgy.
Palmer T., 1991, Understanding Enzymes, Ed ke-3. New York: Ellis Horwood.
Swaisgood, HE., XL Huang and MK Walsh, 1997, Immobilization of enzymes by
selective adsorption on biotinylaminopropyl celite or glass. In Bickerstaff
GF
(Ed). Immobilization of Enzymes and Cells. Humana Press. Totowa, New Jersey.
367pp.
Wirahadikusumah M., 1988, Teknik Amobilisasi Enzim Dalam Bidang
Pengobatan. Acta Pharm Indon 13:32-42.