2.1 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan tidak terjadi
kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan mengganggu proses
fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama akan
menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan. Sterilisasi
Tujuan dari sterilisasi media dan peralatan adalah untuk mencegah kontaminasi dari produk
akhir dan untuk menjamin bahwa semua nutrien yang ada diperuntukkan bagi pertumbuhan
organisme yang dikehendaki. Sterilitas absolut atau mutlak dapat dicapai dengan mudah pada skala
laboratorium dengan menggunakan otoklaf dalam waktu yang singkat. Kesukaran-kesukaran akan
timbul bila melibatkan jumlah yang besar atau spora tunggal dalam suatu batch media secara
teoritis dapat menyebabkan kontaminasi, kesukaran pada komponen media yang disebabkan
pemanasan yang berkepanjangan dan adanya keperluan tambahan untuk sterilisasi jumlah yang besar
dan karena rumitnya perekayasaan alatnya yang akan diisi dengan kultur mikroorganismenya. Untuk
pemecahan masalah ini dapat diambil kompromi, yaitu kulturnya diolah secara bertahap dalam
kondisi yang steril untuk menyediakan inokulum murni yang berada pada fasa
eksponensial. Inokulum tersebut dipakai untuk inokulasi suatu batch media produksi (yang bersih)
dengan harapan inokulumnya dapat mengalahkan pertumbuhan setiap kontaminan yang ada. Kondisi
pertumbuhan yang selektif pun dapat menghambat kontaminasi, misalnya medianya yang bersifat
asam (seperti pada kultur ragi), atau dapat digunakan organisme termofilik; pada produksi antibiotika,
antibiotika sendiri bertindak sebagai pemecah selektif begitu antibiotiknya mulai terbentuk.
Untuk membunuh jasad renik (mikroorganisne) dapat digunakan beberapa perlakuan fisik,
misalnya dengan pemanasan basah, pemansan kering, radiasi, dan penyaringan dan lain-lain, yang
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pemanasan Basah
Beberapa cara pemanasan basah dapat membunuh jasad renik terutama karena panas basah
dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim di dalam sel.
2.
Perebusan
Perebusan adalah pemanasan di dalam air mendidih atau uap air pada suhu 100 0C selama
beberapa menit. tetapi banyak spora bakteri yang tahan panas dan masih hidup setelah perebusan
selama beberapa jam.
3.
Pemanasan dengan tekanan.
Pengukusan dengan tekanan dapat dilakukan menggunakan otoklaf yaitu untuk membunuh
spora bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas akan mati pada suhu 121 0C
selama 15 menit. Suhu ini dapat dicapai pada permukaan laut menggunakan uap pada tekanan 15 psi
dalam tekanan atmosfer berlebih.Kekuatan membunuh uap air panas disebabkan pada waktu
kondensasi, pada bahan yang disterilisasi dilepaskan sejumlah besar panas laten. Pengerutan yang
disebabkan oleh kondensasi menyebabkan penyerapan uap air baru yang berarti lebih banyak panas
yang diserap. Untuk sterilisasi bahan cair, misalnya susu, dapat dilakukan pada suhu yang relatif
tinggi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 135-150 0C selama 2-6 detik. Proses ini disebut proses
UHT (Ultra High Temperature).
4.
Tindalisasi.
Tindalisasi dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama
satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan
sengaja ditiadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetative sehingga muadah dibunuh
Pemanasan Kering
Pemanasan kering kurang efektif untuk membunuh jasad renik dibandingkan dengan
pemanasan basah. Berbeda dengan pemanasan basah yang menyebabkan denaturasi protein,
pemanasan kering menyebabkan dehidrasi sel. Pemanasan kering juga menyebabkan oksidasi
komponen-komponen di dalam sel. Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi peralatan
gelas di laboratorim, di mana digunakan oven dengan suhu 160-180 0C.selama 1,5 2 jam dengan
sistim udara statis. Jika yang digunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulasi udara panas, dperlukan
waktu setengahnya karena aliran udara panas kea lat-alat gelas akan lebih efisien.
7.
Radiasi
Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetative jasat renik dapat menyebabkan
dapat menyebabkan kematian sel tersebut, sedangakan sporanya biasanya lebih tahan. Aktivitas
bakterisidal dari sinar matahari tersebut diseabkan oleh bagian ultraviolet dari spectrum sinar. Sinar
ultraviolet yang dipancarkan dari lampu uap merkuri sering digunakan untuk menyinari ruangan
sehingga mengurangi kontaminasi jasad renik di udara, misalnya dalam ruangan inokulasi di
laboratorium atau diruang pengolahan. Radiasi ultraviolet menyebabkan kesalahan dalam replikasi
DNA, dan mempunyai aktifitas mutagenik pada sel-sel yang masih hidup.
8.
Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi jauh lebih tinggi daripada sinar
ultraviolet. Oleh karena itu, mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi
ionisasi misalnya sinar gamma yang dipancarkan dai cobalt-60,digunakan secara komersial untuk
mensterilkan alat-alat kedokteran dan laboratorium. Jika digunakan untuk mensterilkan makanan,
radiasi ionisasi mungkin dapat mempengaruhi cita rasa makanan, sedangakan jika digunakan untuk
mensterilkan obat-obatan, hormone dan enzim mungkin dapat mempengaruhi potensi atau
aktivitasnya.
9.
Penyaringan.
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutanlarutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45
mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan
tersebut. Penyaringan yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, film selulosa, dan asbestos
atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkisar antara 0,22 sampai 10 mikron. Poripori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih
halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat
menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
b)
c)
Kecepatan penghambatan.
Komponen kimia mempunyai kecepatan pembunuh atau penghambatan yang berbeda-beda
terhadap jasad renik. Beberapa komponen kimia bekerja dengan cepat, sedangakan komponen lainnya
hanya efektif setelah beberapa menit, bahkan ada yang beberapa jam. Sel yang sedang tumbuh atau
berkembang biak lebih sensitif dan mudah dibunuh dibandingkan dengan sel dalam keadaan istirahat
atau statis.
d)
Sifat lain-lain.
Dalam pemilihan desinfektan harus diusahakan yang harganya tidak mahal, aktivitasnya tetap
dalam waktu lama, larut dalam air, dan stabil dalam larutan. Juga perlu diperhatikan sifat racunnya,
sifat iritasi pada kulit, dan warna yang ditinggalkannya. Beberapa komponen organic dapat
menghambat kerja disinfektan, misalnya halogen, garam merkuri, dan deterjen kationik, sedangkan
sabun dan deterjen anionic dapat membantu penyerapan.
Laboratory autoclave
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan teknik.
Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di industri. Banyak
jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam,
indirect heating, indirect steam, dan lainnya.
Sterilisasi medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess Engineering
Principles, chapter 13, Academic Press
Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter berpori 0.22
atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia
yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.
b.
Sterilisasi padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa
jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan
dengan autoclave
mirip
seperti
sterilisasi
cairan
namun
ditambah proses
pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70 %.
Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi
gas).
2.1.1 Jenis-Jenis Sterilisasi
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia,
namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama mikroba pathogen.
Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroba hingga menghilangkannya sama
sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari benda mati.
Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa mematikan
sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada suhu 62oC selama 30
menit, pemanasan 7174oC selama 20 detik, atau pemanasan 8587oC selama 5 detik.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme dengan cara
menghilangkan seluruhnya (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk bakteri endospora).
Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses bioteknologi, salah stunya
dalam proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun
seringkali kehadiran mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan kontaminan)
sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu saja hal ini sangat merugikan
karena
selain
mengurangi
produktivitas
juga
menyulitkan
dalam
proses
isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka kemungkinan
produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan dan mendesak produk
mikroba
target
hingga
dapat
menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan mungkin dapat
membahayakan
manusia
4. Kontaminan
dapat
merusak
produk
yang
diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan phage dapat me-lisis kultur.
Untuk menghindari halhal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara
lain
dengan:
a.
Penggunaan
inokulum
murni
dalam
fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis
makhluq
hidup
yang
ada
dalam
media,
dilakukan
sebelum
inokulasi
kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari ruang
fermentor,
d.
termasuk
udara
secara
kontinyu
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi. Sterilisasi secara fisika
dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar mencegah mikroba masuk kesistem kita.
Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing
(pembekuan), penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi
kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu
sehingga sebagian mikroba tidak dapat melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada,
hanya
meminimalisasi
agar
mikroba
tidak
terbawa.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin dilakukan adalah
dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun panas kering. Sterilisasi panas basah
seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahanbahan lainnya sementara panas kering untuk
sterilisasi alatalat. Faktorfaktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:
Morfologi mikroorganisme
pH
Keberadaan air
Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas ke dalam
mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam fermentor. Cara ini disebut
metode tidak langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas langsung ke dalam
larutan medium (metode langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu
bebas dari bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam
proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan mengakibatkan bertambahnya
volume cairan media dalam fermentor karena adanya kondensasi uap yang digunakan.
b. Sterilisasi Continuou
Sebuah sistem untuk sterilisasi kontinyu memiliki kumparan (coil) yang dipakai cukup lama
untuk membunuh semua mikroorganisme. Media yang berasal dari sebuah wadah dialirkan
melalui exchanger, ditahan dalam kumparan, dan melewati kembali penukar panas untuk
memanaskan media yang masih belum steril kemudian dikumpulkan dalam senuah fermentor
steril.
Desain ini akan bekerja hanya dengan penukar dengan area perpindahan panas yang tak
terbatas karena tidak ada kekuatan pendorong untuk transfer panas. Sebuah desain yang asli
akan memiliki satu penukar kecil lain untuk menaikkan suhu sampai yang diinginkan setelah
penukar utama telah bekerja.
Biaya sumber pemanasan tidaklah penting untuk unit pabrik skala kecil untuk sterilisasi
kontinyu, karena injeksi uap langsung adalah proses yang sederhana. Sebuah penukar panas
memerlukan air pendingin untuk mengembalikan kembali temperatur media ke temperatur
semula (tidak panas).
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan kerusakan medium
tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini
adalah 140oC dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa
Continues plate heat exchange dan Continues injection flash cooler. Kelebihan Continues
injection flash cooler antara lain:
Mudah dibersihkan
Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni, yaitu bebas dari
bahan anti karat.
Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan basah yang paling tinggi jika
dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain. Siklus sterilisasi dapat
dirancang
berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu
yang semakin tinggi pada proses sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan
semakin berkurang.
Jenis Mikroba
Panas
1-5
Spora kapang
2-10
Spora bakteri
3 x 106
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Suhu
Sterilisasi
( C)
Spora (menit)
116
30
118
18
121
12
125
132
138
0,8
Persamaannya :
N
= jumlah mikroba
= waktu pemanasan
Kd
Nt
Daftar Pustaka
Achmad Dinoto. 2007. Media Agar. Ide Besar Istri Peneliti.
Http://www.nvtech.com (Diakses tanggal 01 april 2012)
Booth, A. F. 2008. Microbiological Consideration for Sterilization Process Development.
Pharmaceuticals Microbiology Forum Newsletter. Vol.14 (1). p.2-4
Hogg, Stuart. 2005. Essential Microbiology. John Wiley and Sons, Ltd.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.rpi.edu/dept/chemeng/Biotech-Environ/FERMENT/steriliz.htm (Diakses tanggal 01 april 2012)
http://analisispengujianmutupangan.blogspot.com/2011/01/menghitung-kematianmikrobamikroorganis.html (Diakses tanggal 01 april 2012)
Rahayu, Diah. 2006. http://dyah-dyahrahayu.blogspot.com/2011/10/dasar-bioproses-ivsterilisasi.html (Diakses tanggal 01 april 2012)