IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Dirawat Diruang
Tanggal Masuk
: Ny. S
: 65 tahun
: Perempuan
: Janda
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
: Depok Jaya
: ICU
: 19 Mei 2013
ANAMNESIS
Diambil secara Alloanamnesis (anak pasien)
pada tanggal 19/06/2013 Jam 08.00 WIB
Keluhan Utama:
Bicara pelo disertai rasa lemas pada kedua
belah kaki.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Kesadaran
TD
Nadi
Pernapasan
Suhu
Kepala
Mata
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
STATUS NEUROLOGIS
Kepala
Bentuk
Nyeri tekan
Simetris
Pulsasi
: normosefali
: (-)
: (+)
: (-)
Leher
Sikap
Pergerakan
: simetris
: hanya bisa menunduk
Kiri
Tajam penglihatan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Pengenalan warna
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Lapang pandang
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Fundus okuli
tidak dilakukan
tidak dilakukan
N.okulomotorius (N.III)
Kanan
Kiri
Kelopak mata
Tertutup
Tertutup
Gerakan mata:
Superior
Inferior
Medial
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
Endoftalmus
tidak ada
tidak ada
Eksoftalmus
tidak ada
tidak ada
Kanan
Kiri
Diameter
3 mm
3 mm
Bentuk
bulat, isokor
bulat, isokor
Posisi
sentral
sentral
RCL
RCTL
Strabismus
Nistagmus
N.Trochlearis (N.IV)
Kanan
Kiri
negatif
negatif
Strabismus
Diplopia
N.Trigeminus (N.V)
Membuka mulut
Normal
Sensibilitas atas
Normal
Sensibilitas bawah
Normal
Refleks kornea
Normal
Refleks masseter
Normal
Trismus
Normal
N.Abdusens (N.VI)
Kanan
Kiri
Negatif
Negatif
Strabismus divergen
Diplopia
N.Fasialis (N.VII)
Kanan
Kanan
Mengerutkan dahi
Normal
Normal
Menutup mata
Normal
Normal
Lipatan nasolabial
Normal
Normal
Sudut mulut
Normal
Normal
Meringis
Normal
Normal
Memperlihatkan gigi
Normal
Normal
Bersiul
Normal
Normal
Normal
Normal
N.Vestibulocochlearis (N.VIII)
Kanan
Kiri
Suara berbisik
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Tes Rinne
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Tes Weber
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Tes Shwabach
tidak dilakukan
tidak dilakukan
N.Glossofaringeus (N.IX)
Arkus faring
Tidak dilakukan
Refleks muntah
Negatif
Sengau
Positif
Tersedak
Positif
N. Vagus (N. X)
Arkus faring
tidak dilakukan
Menelan
Negatif
Negatif
Angkat bahu
Negatif
tidak dilakukan
Negatif
Julur lidah
Negatif
Tremor
tidak ada
Fasikulasi
tidak ada
EKSTREMITAS ATAS
Kanan
Kiri
Simetris
simetris
simetris
Trofik
eutrofik
eutrofik
Tonus
normotonus
normotonus
Kekuatan
3333
3333
Refleks bisep
Refleks trisep
Refleks H. Trommer
Sensibilitas:
Raba
Nyeri
Suhu
Vibrasi
+
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
+
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
EKSTREMITAS BAWAH
Kanan
Kiri
Bentuk
simetris
simetris
Trofik
eutrofik
eutrofik
Tonus
normotonus
normotonus
Kekuatan
3333
3333
Refleks patella
Refleks Achilles
Refleks patologis:
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
Schaeffer
Sensibilitas:
Raba
Nyeri
Suhu
Vibrasi
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
LABORATORIUM (19/5/2013)
Hematologi
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hemoglobin
12.2
g/dl
12-16
Leukosit
18.7*
ribu/mm
5-10
Hematokrit
34*
38-47
Trombosit
531*
Ribu/mm
150-450
LED
25*
mm/jam
<15
Basofil
0-1
Eosinofil
0*
1-3
Neutrofil stab
1*
3-5
Neutrofil segmen
88*
54-62
Limfosit
5*
25-33
Monosit
3-7
SGOT
21
u/L
<35
SGPT
11
u/L
<40
Ureum
41
mg/dL
10-50
Kreatinin
2.9*
mg/dL
0,5-1,5
GDS
183*
mg/dL
<180
Natrium
131*
MEQ/L
135-146
Kalium
3.9
MEQ/L
3.5-5
Klorida
95*
MEQ/L
98-107
Hasil
Nilai Rujukan
Glukosa
80
50-80 mg/dL
Protein
47
<50 mg/dL
Jumlah Sel
0-5/uL
None
Negatif
Negatif
Pandi
Negatif
Negatif
Poli
Mono
Kontraindikasi dilakukan LP :
Terdapat luka di bahagian punggung pasien
Terdapatnya obstruksi di bahagian otak
Terdapat massa di posterior kepala
Suhu pasien meningkat secara mendadak
Terdapat kelainan darah
WORKING DIAGNOSIS
RESUME
Perempuan, 65 tahun dibawa ke RS karena
bicara pelo serta rasa lemas pada kedua belah
tangan serta kaki. Pasien juga mengeluh sesak
nafas sejak 1 hari SMRS. Sebelumnya pasien
mengeluh terselak setiap kali makan atau
minum. Pasien punya riwayat hipertensi serta
DM.
DIAGNOSIS
Klinis
: Sesak nafas, disfagia, bicara pelo,
tetraparese, kardiomegali,
bronchopneumonia.
Topis
: mielin saraf
Etiologi : autoimun
Patologis : kerosakan mielin saraf
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD RL 500cc/24 jam
Ceftriaxone 1x2 gram
Lasix 2x2 amp
Insulin 3x8 unit
Captopril 12.5g
Levofloxacin 1x500mg
Non medikamentosa
Kulit
Anggota gerak
Traktus urinarius
Traktus digestivus
Traktus respiratorius
Fisioterapi
FOLLOW UP
20 MEI 2013
Sesak semakin berkurang, GCS : 11
Kekuatan motorik tangan serta kaki 3333
21 MEI 2013
Suara masih sengau, bicara masih pelo
GCS : 14
Kekuatan motorik tangan serta kaki 4444
22 MEI 2013
Kaki kanan terasa kesemutan, bicara masih
pelo.
GCS : 15
23 MEI 2013
Sudah bisa menelan, tapi masih belum minum
Diberikan methylprednisolone 2x125 gram IV,
albumin 3x1, ranitidin 2x1.
24 MEI 2013
Sudah bisa makan dan minum.
Bisa berjalan dengan walker
25 dan 26 MEI 2013
Pasien tidak ada keluhan dan semakin
membaik.
Diberikan simvastatin, allupurinol 2x100g,
novorapid 3x10u.
27 MEI 2013
Pasien sudah bisa makan dan minum dengan
adekuat.
Kekuatan motorik tangan dan kaki 5555
Pasien direncanakan pulang
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: Bonam
: Bonam
: Bonam
GUILLAIN BARRE
SYNDROME
DEFINISI
Sindrom Guillan Barre adalah suatu
polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3
minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch,
SGB merupakan suatu sindroma klinis yang
ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi
secara akut berhubungan dengan proses
autoimun dimana targetnya adalah saraf
perifer, radiks, dan nervus kranialis.
ETIOLOGI
Etiologi GBS sampai saat ini masih belum
dapat diketahui dengan pasti dan masih
menjadi bahan perdebatan. GBS sering sekali
berhubungan dengan infeksi akut non spesifik.
PATOFISIOLOGI
Akson bermielin mengkonduksi impuls saraf
lebih cepat dibanding akson tak bermielin.
Pada GBS, selaput mielin yang mengelilingi
akson hilang.
Kehilangan serabut mielin pada Guillain Barre
Syndrome membuat konduksi salsatori tidak
mungkin terjadi, dan transmisi impuls
saraf dibatalkan.
MANIFESTASI KLINIS
Kelumpuhan
Gangguan sensibilitas
Saraf kranialis
Gangguan fungsi otonom
Kegagalan pernafasan
Papiledema
KLASIFIKASI
1. Acute Inflammatory Demyelinating
Polyradiculoneuropathy
2. Acute Motor Axonal Neuropathy
3. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy
4. Acute Neuropatic panautonomic
5. Ensefalitis Batang Otak Bickerstaffs (BBE)
PERJALANAN PENYAKIT
Kelemahan ascenden dan simetris. Anggota
gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota
gerak atas. Kelemahan otot proksimal lebih
dulu terjadi dari otot distal, kelemahan otot
trunkal ,bulbar dan otot pernafasan juga
terjadi.
Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa
ringan sampai tetraplegi dan gangguan nafas.
DIAGNOSIS
Criteria diagnosis yang luas dipakai adalah criteria
diagnosis dari NINCDS tahun 1981.
1.
Gambaran Klinis
Progresif cepat
Relative simetris
Keluhan gejala sensoris yang ringan
Dikenainya saraf cranial
Penyembuhan dimulai setelah 4 minggu fase
progresif berakhir
Gangguan otonom
Afebril pada saat onset
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Cairan serebrospinal
Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS)
EMG
Pemeriksaan darah
EKG
Tes fungsi respirasi
Pemeriksaan patologi anatomi
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum dan fisioterapi :
mencegah timbulnya luka baring/bed sores
dengan perubahan posisi tidur
pengamatan terhadap kemungkinan deep veins
thrombosis
pengeluaran secret dari saluran nafas
pergerakan sendi-sendi secara pasif
perlu diperhatikan pemberian cairan dan
elektrolit terutama natrium
Perawatan khusus :
1. Pernafasan
2. Kardiovaskuler
3. Cairan, elektrolit, nutrisi
4. Sedatif dan analgesik
5. Antibiotik
Medikamentosa
1. Pertukaran plasma
2. Kortikosteroid
3. immunoglobulin
PROGNOSIS
Dahulu sebelum adanya ventilasi buatan lebih
kurang 20 % penderita meninggal oleh karena
kegagalan pernafasan. Sekarang ini kematian
berkisar antara 2-10 %, dengan penyebab
kematian oleh karena kegagalan
pernafasan,gangguan fungsi otonom, infeksi
paru dan emboli paru.
PEMBAHASAN KASUS
Perempuan berusia 65 tahun datang dengan
kelemahan keempat anggota gerak sejak 1
hari SMRS. Keluhan lemah pada tangan dan
kaki dirasakan pada saat yang bersamaan
tetapi semakin hari semakin memburuk.
Daripada bisa beraktifitas menjadi tidak bisa
berjalan dan berdiri sehingga pasien harus
dibantu. Sesuai teori, paralisis pada Guillain
Barre Syndrome terjadi progresif, cepat dan
relative simetris.