Oleh:
Che Wan Nur Hajar binti Saimi
11 2013 - 167
Puskesmas
: Rengasdengklok
II.
Identitas Pasien
Nama lengkap
: Tn. D
Usia
: 84 tahun
Jenis kelamin
: Laki- laki
Alamat
Suku Bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
: cukup baik
: cukup baik
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: cukup baik
: cukup baik
: 4 orang
III.
Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk
: tidak menjaga kebersihan
b. Pengambilan keputusan
: kepala rumah tangga
c. Ketergantungan obat
: tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas
e. Pola rekreasi
: kurang
IV.
Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis bangunan
b. Lantai rumah
c. Luas rumah
d. Penerangan
e. Kebersihan
: permanen
: keramik
: 6 meter x 10 meter
: kurang
: kurang
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
V.
VI.
VII.
Ventilasi
Dapur
Jamban keluarga
Sumber air minum
Sumber pencemaran air
Pemanfaatan pekarangan
Sistem pembuangan air limbah
Tempat pembuangan sampah
Sanitasi lingkungan
: kurang
: ada
: ada
: air pam
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: kurang baik
Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah
b. Keyakinan tentang kesehatan
: cukup baik
: cukup baik
: SMP
: baik
: cukup baik
: cukup baik
: rendah
Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh
b. Lain-lain
: adat Sunda
:-
Nama
Hubungan
Umur
Pekerjaan
Agama
KeadaanKesehatan
dengan
1
Tn. D
keluarga
Suami
84
Sudah
tidak Islam
Baik
bekerja
IRT
Islam
Baik
Ny. M
Isteri
tahun
78
Tn. D
Anak
tahun
59
Wiraswasta
Islam
Baik
Ny. S
Anak
tahun
30
IRT
Islam
Baik
tahun
IX.
X.
XI.
Keluhan Utama
: Susah buang air kecil
Keluhan Tambahan
: Nyeri saat BAK, mengedan saat BAK
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh susah buang air kecil (BAK) sejak 3 bulan. Pasien mengeluh air
kencing yang sulit untuk dikeluarkan saat BAK disertai nyeri tiap kali BAK. Pasien
juga harus mengedan tiap kali ingin mengeluarkan air kencing. Pasien juga
mengeluhkan tidak bisa menahan BAK, terasa anyang- ayangan dan sering bolak- balik
ke WC buat BAK tiap malam hari namun air kencing sangat sulit untuk dikeluarkan.
Pasien juga mengeluhkan kandung kemihnya terasa penuh dan berbenjol di perut
bagian bawah. Kencing tidak disertai dengan darah, namun air kencing hanya keluar
menetes saja. Riwayat nyeri pinggang juga disangkal pasien. Sejak 1 tahun yang lalu
pasien sudah mulai ada keluhan sulit dan nyeri saat BAK, namun tidak disertai dengan
darah.
XII.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda vital:
- Frekuensi nadi
- Tekanan darah
- Frekuensi napas
- Suhu
d. Data antropometi
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar lengan atas
: Baik
: Compos Mentis
: 82 kali/menit
: 120/80 mmHg
: 20 kali/menit
: 36,40C
: 42 kg
: 161 cm
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Bentuk dan ukuran : normocephali, tidak ada deformitas
Rambut dan kulit kepala: rambut berwarna putih, distribusi merata, kulit
kepala tidak ada kelainan.
Wajah
: normal
Mata
: conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/ Telinga
: bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/ Hidung
: bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping hidung(-)
Bibir
: merah, tidak kering, sianosis (-)
Gigi-geligi
: tidak ada karies gigi
Mulut
: bentuk normal, tidak ada stomatitis, sianosis (-)
Lidah
: bentuk normal, lidah tidak kotor
Tonsil
: tonsil T1-T1 tenang,tidak hiperemis
Faring
: tidak hiperemis
b. Leher
: tidak ada kelainan bentuk, tiroid dan kelenjar getah bening tidak
teraba membesar.
c. Toraks
Dinding toraks : simetris, pergerakan dinding toraks simetris
Paru:
Inspeksi
: gerak dinding dada simetris
Palpasi
: vocal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi
: sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi - /-, wheezing -/ Jantung
Inspeksi
: terlihat pulsasi iktus kordis
Palpasi
: teraba pulsasi iktus kordis di sela iga IV garis midclavicularis
d.
e.
f.
g.
sinistra
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi
: tampak datar, tidak tampak pelebaran vena
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Palpasi
: supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba membesar
Anus dan rectum
: tidak dilakukan
Genitalia
: tidak dilakukan
Anggota gerak
: akral hangat
+ +
oedema - +
h.
i.
j.
k.
l.
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Kulit
: tidak ada kelainan
Rambut
: berwarna putih, distribusi merata
Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
Pemeriksaan neurologis: Meningeal sign (-)
XV.
b. Preventif
Pemberian suplementasi gizi
Jaga pola hidup dan kesehatan
c. Kuratif
Farmakologis:
Pengobatan dengan Paket OAT Kategori 1 dari puskemas.
2 bulan pertama dengan INH, Rifampisin dan Pirazinamid dilanjutkan dengan 4 bulan
d. Rehabilitatif
Dilakukan pengawasan makan obat supaya teratur dan rutin
XVI. Prognosis
a. Penyakit
: dubia ad bonam
b. Keluarga : dubia ad bonam
c. Masyarakat : dubia ad bonam
XVII. Resume
Pasien Tn. D berusia 84 tahun dengan keluhan utama susah buang air kecil
( BAK). Pasien mengeluh nyeri setiap kali BAK, dan terasa anyang- ayangan sehingga
pasien sering bolak- balik ke WC untuk BAK. Dari keadaan rumah/lingkungan, sanitasi
lingkungan masih kurang baik.
Dari data tersebut diagnosa pasien adalah Benign Prostate Hyperplasia.
Tatalaksana yang dilakukan ialah .
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hiperplasia Prostat Jinak (Benign Prostate Hyperplasia)
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran kelenjar prostat yang bersifat
jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.
BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hyperplasia
yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah . 4
B. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua) .
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak
adalah : (1) Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogentestosteron, (3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, (4) Berkurangnya
kematian sel (apoptosis), dan (5) Teori Stem sel.5
1. Teori dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting
pada pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam
sel prostat oleh enzim 5-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT
yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk
kompleks DHT-RA pada inti dan sel selanjutnya terjadi sintesis protein growth
factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh
berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas
enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH.
Hal ini menyebabkan pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga
replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal. 5
2. Ketidakseimbangan antara estrogen testosterone
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk selsel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyaikemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini
sangat tergantung padakeberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini
kadarnya menurun seperti yangterjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya
apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel padaBPH dipostulasikan sebagai
ketidaktepatnya aktifitas sel stem sehingga terjadi produksiyang berlebihan sel
stroma maupun sel epitel
C. Faktor Predisposisi Hiperplasia Prostat Jinak
Pada usia 40an, seorang pria mempunyai kemungkinan terkena BPH sebesar 25%.
Menginjak usia 60-70 tahun, kemungkinannya menjadi 50%. Dan pada usia diatas 70
tahun, akan menjadi 90%.4
D. Gambaran klinis
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)
Obstruksi
Iritasi
Hesitansi
Frekuensi
Nokturi
Intermitensi
Urgensi
Disuria
Buli-buli:
Ginjal dan ureter:
Hipertrofi otot detrusor
Refluks VU
Trabekulasi
Hidroureter
Selula
Hidronefrosis
Divertikel buli-buli
Gagal ginjal
Bagan1. Pengaruh Hiperplasia prostat Pada Saluran Kemih
Hidronefrosis
Hidroureter
Hipertofi otot detrusor
Benigna prostat hiperplasi
F. Pemeriksaan fisik5:
a. Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat
retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes yang merupakan
pertanda dari inkontinensia paradoksa.
b. Pada colok dubur yang harus diperhatikan
1. tonus sfingter ani/reflex bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan bulibulineurogenik
2. mukosa rectum
3. keadaan prostat antara lain :
Kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetris antar lobus dan
batas prostat. Pada colok dubur pembesaran prostat benigna menunjukan konsistensi
prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak
didapatkan nodul. Volume yang normal pada dewasa adalah 20-30 g. Pengukuran
lebih tepat dapat menggunakan transrektal ultrasonografi (TRUS). Raba apakah
terdapat fluktuansi (abses prostat)/ nyeri tekan (prostatitis). Konsistensi prostat
keras/teraba nodul dan mungkin diantara lobus prostat tidak simetris.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada
saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, protein atau
glukosa.
b. Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
sensifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan
c. Faal ginjal
d. Sistoskopi 1
Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan urethra di
dalam penis. Prosedur ini dilakukan setelah solusi numbs bagian dalam penis
sehingga sensasi semua hilang. Tabung, disebut sebuah cystoscope , berisi lensa
dan sistem cahaya yang membantu dokter melihat bagian dalam uretra dan kandung
kemih. Tes ini memungkinkan dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan
mengidentifikasi lokasi dan derajat obstruksi.
Keterangan :
Gambaran aliran urin atas : dewasa muda yang asimtomatik, aliran urin lebih dari
15mL/s, urin residu 9 mL pada ultrasonografi.
Gambaran aliran urin bawah : dewasa tua dengan benigna hyperplasia prostat, terlihat
waktu berkemih memanjang dengan aliran urin kurang dari 10mL/s, pasien ini urin
residunya 100 mL.
H. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasikan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
3. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat
diketahuinsecara dini.
c. Kuratif
PEMBAHASAN
Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu
lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Dimana unsur-unsur tersebut
saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada kemampuan
mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya sendiri.
Dari hasil kunjungan rumah didapatkan bahwa pasien mempunyai penyakit Tuberculosis
Paru. Pasien berpola hidup kurang sehat sehingga memacu perburukan penyakit. Pasien
mengaku kesulitan berobat karena masalah ekonomi.
Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien, termasuk
dalam kategori kurang/ tidak sehat sebab kebersihan sangat kurang, ventilasi dalam rumah
sangat kurang, pencahayaan di dalam sangat kurang, pembuangan sampah kurang, sumber air
bersih sangat kurang. (dapat dilihat di lampiran).
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur yang
disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di
Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.
KESIMPULAN& SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada , Oktober 2015 didapatkan bahwa
pasien adalah penderita Tuberculosis Paru. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang
penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah. Rumah pasien tergolong rumah
yang tidak sehat dilihat dari ventilasi udaranya yang kurang, pembuangan sampah, serta
penerangan dalam rumah yang sangat kurang, dan lingkungan rumah dengan polusi udara
hasil pembakaran batu bata. Untuk mencegah jatuhnya seseorang ke dalam tingkat
kecacatan lebih lanjut maupun perburukan kualitas hidup / produktivitas, perlu
kedisiplinan terutama dalam hal kepatuhan minum obat. Edukasi dari dokter kepada
pasien sangatlah penting terutama mengenai komplikasi dan pola /gaya hidup yang sehat.
2. Saran
Bagi pasien disarankan:
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyaki ini bisa disembuhkan tetapi pengobatan akan
berlangsung lama antara 6 bulan, untuk itu pasien harus rajin mengambil obat di puskesmas
dan tidak boleh putus berobat dan baik bila pasien menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat misalnya tidak merokok, memperbaiki ventilasi udara rumah atau memakai masker.
LAMPIRAN