Anda di halaman 1dari 52

KEGAWATDARURATAN

FARING DAN LARING


KOASS THT PERIODE 8/12/2014-10/01/2015

KEGAWATDARURATAN
FARING DAN LARING

Abses leher Dalam

Obstruksi Saluran Napas Atas

Benda Asing Saluran Napas

Trauma Laring

Abses Leher Dalam

Nyeri tenggorok

Demam

Trismus

Leher Kaku

Etiologi

Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial


diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran
infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher

Abses Peritonsilar

Abses Peritonsilar komplikasi tonsilis akut atau infeksi


yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas
tonsil.

Gejala

Odinofagia hebat

Otalgia

Muntah (regurgitasi)

Mulut berbau (foeter ex ore)

Hipersalivasi

Suara sengau (rinolalia)

Sukar membuka mulut (trismus)

Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan

Pemeriksaan

Palatum mole membengkak dan menonjol ke depan

Uvula membengkak dan terdorong ke kontra lateral

Tonsil bengkak dan hiperemis

Terapi

Stadium infiltrasi dapat diberikan antibiotika dosis


tinggi, obat simtomatik,kumur2 dengan cairan hangat, &
kompres dingin pada leher.

Bila telah terbentuk abses pungsi di daerah abses,


kemudian diinsisi untuk mengeluarkan pus

Tonsilektomi, pada umumnya dilakukan sesudah infeksi


tenang, 3-4 minggu setelah drainase abses

Abses Retrofaringeal
Secara umum abses retrofaring terbagi 2 jenis yaitu :
1.

Akut

Sering terjadi pada anak-anak berumur dibawah 45


tahun. Keadaan ini terjadi akibat infeksi pada saluran
nafas atas seperti pada adenoid, nasofaring, rongga
hidung,sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke
kelenjar limfe retrofaring ( limfadenitis )sehingga
menyebabkan supurasi pada daerah tersebut.

Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi


langsung oleh karena traumaa kibat penggunaan
instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi,sewaktu
adenoidektomi )atau benda asing.

2.

Kronis.

Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak


yang lebih tua. tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra.

Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada


kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar
limfeservikal.

Gejala dan Tanda Klinis

Anamnesis infeksi saluran nafas atas.

Gejala dantanda klinis yang sering dijumpai pada


anak :

demam

sukar dan nyeri menelan

suara sengau

dinding posterior faring membengkak ( bulging )


dan hiperemis pada satu sisi.

pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi


dan nyeri tekan

pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya


unilateral ).

Dewasa

Anamnesis biasanya didahului riwayat tertusuk benda asing pada


dinding posterior faring

Pasca tindakan endoskopi atau adanya riwayat batuk kronis.

Gejala yang dapat dijumpai adalah :

Demam

Sukar dan nyeri menelan

Rasa sakit di leher (neck pain )

Keterbatasan gerak leher

Dispnea

Pada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu


khas sampai terjadi pembengkakan yang besar dan menyumbat
hidung serta saluran nafas.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi


saluran napas atas atau trauma,

Gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang


foto rontgen jaringan lunak leher lateral.

Pada foto rontgen

Ruang retrofaring >7 mm pada anak dan dewasa

Ruang retrotrakeal >14 mm pada anak dan >22mm pada


dewasa.

Selain itu juga dapat terlihat berkurangnyal ordosis


vertebral servikal.

Penatalaksanaan

Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :

Posisi pasien supine dengan leher ekstensi

pemberian O2

intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung /intubasi


fiber optik

trakeostomi / krikotirotomiI.

Medikamentosa

Antibiotik broad spektrum luas

Bilaterdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk


memperbaiki keseimbangancairan elektrolit.

Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat


tuberkulostatika

Komplikasi

Penjalaran ke ruang parafaring,


Ruang vaskular visera

Penjalaran ke madiastinum mediastinitis

Obstruksi jalan napas asfiksia

Abses pecah spontan pneumonia aspirasi dan abses paru

Ludwig Angina
(Submandibula,Submental,Subling
ual Abses)

Submandibula Abses

Epiglotitis

Obstruksi Saluran Napas Atas

Obstruksi sebagian atau total.

Obstruksi ringan sesak

Obtruksi yang lebih berat namun masih ada sedikit celah


menyebabkan sianosis (berwarna biru pada kulit dan
mukosa membran yang disebabkan kekurangan oksigen
dalam darah), gelisah bahkan penurunan kesadaran.

Obstruksi total bila tidak ditolong dengan segera


kematian .

Obstruksi saluran napas atas yang akan dibahas kali ini


adalah obstruksi pada laring.

Prinsip penaggulangan obstruksi laring ialah


menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau
membuat jalan napas baru yang dapat menjamin
ventilasi.

Sumbatan pada laring atau saluran napas atas dapat


disebabkan oleh :

Radang akut dan kronis

Benda asing

Trauma akibat kecelakaan

Trauma akibat tindakan medis

Tumor saluran napas atas (tumor jinak maupun ganas)

Kelumpuhan nervus rekuren bilateral

Gejala dan tanda

Serak (disfoni) sampai afoni

Sesak napas (dispnea)

Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.

Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,


epigastrium,supraklavikuladan interkostal.

Gelisah karena pasien haus udara (air hunger )

Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksi

Derajat OSNA (Kriteria Jackson)

Stadium I:
Cekungan

sedikit pada inspirasi didaerah


suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor.

Stadium II:
Cekungan

di suprasternal dan epigastrium dan stridor


mulai terdengar.

Stadium III:
Cekungan

terdapat di suprasternal, epigastrium,


intercostals, dan suprakalvikula.Stridor jelas
terdengar dan pasien tampak gelisah.

Stadium IV:
Cekungan

bertambah dalam,sianosis,pasien yang


mula-mula gelisah mulai tampak lemah dan akhirnya

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan foto leher dengan posisi tegak untuk


menilai jaringan lunak leher serta thorak posteroanterior dan lateral

Endoskopi dilakukan atas indikasi diagnostic dan terapi.

Pemeriksaan laboratorium darah berguna untuk


mengetahui gangguan keseimbangan asam basa dan
tanda infeksi traktus trakeobronkial

Penatalaksanaan

Stadium I:

Stadium II:

Intubasi endotrakea dan trakeostomi

Stadium III:

Tindakan konservatif dengan pemberian antiinflamasi, anti


alergi, anti biotikserta pemberian oksigen intermiten jika
disebabkanoleh peradangan.

Intubasi endotrakea dan trakeostomi

Stadium IV:

Krikotiroidektomi

Benda Asing Saluran Napas

Benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau


dalam tubuh yang pada keadaan normal tidak ada.

Eksogen

organik (kacang- kacangan, tulang),

anorganik (paku, jarum,peniti, batu baterai dll), zat kimia


cair, makanan diesophagus)

Endogen

(sekret kental, bekuan darah, membran difteri, mekonium


dlm saluran nafas)

Gejala dan Tanda

Tergantung lokasi : Batuk hebat, rasa tercekik, tersumbat tenggorok,

bicara gagapobstruksi jalan nafas yang terjadi segera.

Nyeri daerah leher, rasa tidak enak di substernal, nyeri punggung, disfagia,
nyeri menelan perforasi esofagus

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam


saluran napas antara lain

faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat


tinggal)

kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan


tidur,kesadarn menurun, alkoholisme, dan epilepsi)

faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik)

proses menelan yang belum sempurna pada anak,

faktor dental, medikal dan surgical(antara lain tindakan bedah, ekstraksi


gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun)

faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis),

ukuran dan bentukserta sifat benda asing,

faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di


mulut,persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesagesa, makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak
yang gigi molarnya belum lengkap

Gejala awal aspirasi akut dapat


ditandai dengan episode yang
khas yaitu

choking (rasatercekik),

gagging (tersumbat),

sputtering (gagap),

wheezing (napas berbunyi),

paroxysmal coughing

serak, disfonia sampai afonia

sesak napas tergantung dari derajat sumbatan.

Benda asing yang tersangkut di trakea akan


menyebabkan stridor, dapat ditemukan dengan auskultasi
(audible stridor) dan

palpasi di daerah leher (palpatory thud ).

Jika benda asing menyumbat total trakea akan timbul


sumbatan jalan napas akut yang memerlukan tindakan
segera untuk membebaskan jalan napas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk


menilai jaringan lunak leherdan pemeriksaan toraks
postero anterior dan lateral

Penatalaksaan

Bronkoskop kaku

back blows

abdominal thrusts

Heimlich

Back blows

Heimlich

Abdominal thrusts

Trauma Laring

Ballanger membagi penyebab trauma laring atas:


1.Trauma mekanik eksternal (traumatumpul, trauma tajam,
komplikasi trakeostomi atau krikotirotomi) dan mekanik internal
(akibat tindakan endoskopi, intubasi endotrakea atau pemasangan
pipa nasogaster).
2.Trauma akibat luka bakar oleh panas (gas atau cairan yang panas)
dan kimia(cairan alcohol, amoniak, natrium hipoklorit dan lisol) yang
terhirup.

3.Trauma akibat radiasi pada pemberian radioterapi tumor ganas


leher.
4.Traumaotogen akibat penggunaan suara yang berlebihan (vocal
abuse) misalnya akibat berteriak,menjerit keras, atau bernyanyi
dengan suara keras

Patofisiologi

Trauma dapat menyebabkan edem dan hematoma plika


ariepiglotika dan ventrikularis oleh karena jaringan
submukosa di daerah ini mudah membengkak.

Selain itu Mukosa faring dan laring mudah robek


kemudian diikuti terbentuknya emfisema subkutis di
daerah leher yang akan menyebabkan infeksi sekunder .

Tulang rawan laring dan persendiannya dapat mengalami


fraktur dandislokasi.

Gejala klinik

Stridor,

suara serak,

emfisema subkutis,

krepitasi kulit,

hemoptisis,

disafgia.

Penatalaksanaan

Luka terbuka : asfiksia penanganan segera Adanya


gelembung udara pada daerah luka

Tujuan : perbaiki saluran nafas dan mencegah aspirasi darah


ke paru

Trakeostomi dengan kanul trakeaeksplorasi : jahit mukosa


dan tulangrawan yang robek

Antibiotik

Luka tertutup : fraktur & dislokasi tulang rawan, laserasi


mukosa laring

Konservatif : istirahat suara, humidifikasi, kortikosteroid

Indikasi untuk melakukan eksplorasi ialah: sumbatan


jalan napas yang memerlukan trakesotomi,

emfisema subkutis progresif,

laserasi mukosa luas,

tulang krikoid terbuka,

paralisis bilateral terbuka

Eksplorasi dengan insisi kulit horisontal , untuk


mereposisi tulang rawan atau sendi yangmengalami
fraktur atau dislokasi, menjahit mukosa yang robek dan
menutup tulang rawan yang terbuka

Komplikasi

Dapat terjadi apabila penatalaksanaannya kurang tepat


dan cepat.

Komplikasi :

Terbentuknya jaringan parut disekitar luka dan terjadinya


stenosis laring

Paralisis nervus rekuren

Infeksi luka dengan akibat terjadinya perikondritis, jaringan


parut, dan stenosislaring dan trakea.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai