Anda di halaman 1dari 12

BAB I

KONSEP DASAR MASA NIFAS

A. PENGERTIAN MASA NIFAS


Masa nifas (peurperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu. (Prawiroharjdo, 2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini,
saluran reproduksi anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obsetri
William).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis
Obstetri).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari.
Jadi masa nifas (peurperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama
6 minggu atau 40 hari.

B. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS


1. Mendetiksi Adanya Perdarahan Masa Nifas
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindari/mendetiksi adanya
kemungkinan adanya perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong
persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk
mendetiksi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat
lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama
2. Menjaga Kesehatan Ibu dan Bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus
diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan
seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan
baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari/tidak
menyentuh daerah luka.
3. Melaksanakan Skrining secara Komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendetiksi masalah,
mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal
ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi
pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi
rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila ditemukan permasalahan, maka
harus segera melakukan tindakan sesusai dengan standar pelayanan pada
penatalaksanaan masa nifas.
4. Memberikan Pendidikan Kesehatan Diri.
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum
harus diberikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu
menyusui, yaitu sebagai berikut:

Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup.

Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).

5. Memberikan Pendidikan mengenai Laktasi dan Perawatan Payudara


Sebagai berikut:

Menjaga payudara tetap bersih dan kering

Menggunakan bra yang menyokong payudara

Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
mulai dari puting susu yang tidak lecet.

Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan ASI.

6. Konseling mengenai KB
Memberikan konseling mengenai KB, antara lain seperti berikut:

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum


ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan kelurganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendaptkan lagi


haidnya setelah pesalinan. Oleh karena itu, penggunaan KB dibutuhkan
sebelum haid pertama untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan.

Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektifitasnya, efek


samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat digunakan.

Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2 minggu
ibu dianjurkan untuk kembali. Hali in untuk melihat apakah metode tesebut
bekerja dengan baik.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun banyinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
(Saifuddiin, 2006).

C. TAHAPAN MASA NIFAS


Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
3. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Pada kebijakna program nasional masa nifas apling sedikit 4 kali kunjungan yang
dilakukan. Hal in untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut:

KUNJUNGAN

WAKTU

ASUHAN

6-8 jam PP

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
Catatan: Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil

II

6 hari PP

a. Memastika involusi uterus berjalan normal, uterus


berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,
dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
padda bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap

hagat dan merawat bayi sehari-hari.


III

2 minggu PP

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan


mengukur dan meraba bagian rahim.

IV

6 minggu PP

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang


ia atau bayi alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

BAB II
PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS

A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI


1. Uterus
Pada umumnya terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uteruske dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluarakibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawha
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat
ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kirakira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 24 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan
cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis.
Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelim hamil,
berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12
ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keaadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah adalah tertahannya fragmen plasenta
dan infeksi.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dan uterus
setelah

pengeluaran

plasenta

menyebabkan serat otot atrofi.

membuat

uterus

relatif

anemia

dan

2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima
kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusak
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3) Efek Oksitosin
Oksitosin merupakan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus. Prosses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus
yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar
dari abdomen dan kembali jadi organ velvis.

Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada


miometrium.

Pada

miometrium

terjadi

perubahan-perubahan

yang

bersifat

proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh darah bening.

2. Involusi Tempat Plasenta


Setelah perslinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,
tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 vm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan
luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas
plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh
dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru
di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari
sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam sisi tempat ini dan dari lapisan
sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar

endometrium di dalam desidua basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini


berlangsung di dalam desidua. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakikatnya mengikis
pembuluh

darah

yang

membeku

pada

tempat

implantasi

plasenta

yang

menyebabkannya menjadi terkelupas dan tidak dipakai lagi pada permukaan lokia.

3. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur mencciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya
turun setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat
genitalia agak kendur.

4. Perubahan Pada Serviks


Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.
Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikallis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang
seperti celah. Walau[un begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak
serupa dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih
besar dan tetap terdapat retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama
pada pinggir sampingnya. Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah bibir
depan dan bibir belakang pada serviks.

5. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia,
yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret
mikroskopik lokia terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri.
Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat
berdasarkan waktu dan warnanya di antaranya sebagai berikut.
1. Lokia rubra/merah (kuenta)
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai
dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini
terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa
darah.
2. Loia sanguinolenta
Lokia ini berwarna kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma
darah, pengeluaran pada hari ke 3-5 hari pospartum.
3. Lokia serosa
Lokia ini muncul pada hari k3 5-9 pospartum. Warnanya biasanya kekuningan
atau kecokelatan. Lokia ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri atas luekosit dan robekan laserasi plasenta.
4. Lokia alba
Lokia ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnya lebih pucat, putih
kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati.

Bila pengeluaran lokia tidak lancar, maka disebut lochiastasis. Jika lokia tetap
berwarna merah setelah 2 minggu ada kemingkinan tertinggalnya sisa plasenta atau
karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.

Lokia mempunyai suatu karekteristik bau yang tidak sama dengan sekret menstrual.
Bau yang paling kuat pada lokia serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang
menandakan infeksi.
Lokia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang
selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lokia rubra, sejumlah kecil
sebagai lokia serosa, dan sejumlah lebih sedikit lagi lokia alba. Umumnya jumlah
lokia lebih sedikit bila wanita postparum berada dalam posisi berbaring daripada
berdri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakal
wanita dalam posisi berbaring kemuadian akan mengalir keluar manakala dia berdiri.
Total jumlah rata-rata pembuangan lokia kira-kira 8-9 oz atau sekitar 240-270 ml.

6. Perubahan pada Vagina dan Perineum


Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae
akan kembali terlihat sekitar minggu keempat, waluapun tidak akan menonjol pada
wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap
atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan
penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus
(dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi
dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat
melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritmatoasa dan edematosa, terutama pada
daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau
pengobatan dini hematoma dan higiene yang baik selama dua minggu pertama
setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari
introitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring
miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan
yang baik diperlukan aar episiotomi dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka
episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas

dan bengkak) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan baru
berlangsung dalam dua minggu sampai tiga minggu.

B. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL


1. Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-380C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik
lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastisis, traktus genitalia, atau sistem lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan
karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsia postpartum.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran napas.

C. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULAR


1. Volume Darah
Perubahan volume darah bergantung pada bebrapa faktor, misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobililsasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular
(edema fisiologi). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total
yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah
sebelum hamil. Pada persalinan per vaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400
cc. Bila kelahiran melalui SC, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan

terdiri atas volume darah dan hematokrit (haemoconcentration). Pada persalinan per
vaginam, hematokrit akan naik, sedangkan pada SC, hematokrit cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu.

2. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi
uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua
jenis kelahiran.

3. Perubahan Sistem Hematologi


Selama minggi-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktorfaktor pembekuan darah menigkat. Pada hari postpartum, kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat di mana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan
akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah putih tersebut biasa naik sampai 25.000-30.000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
postpartum sebagai akibat dari volume darah. Volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah akan dipengaruhi oleh status gizi wanita tersebut. Kira-kira
selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke-3 dampai ke-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

D. SISTEM PENCERNAAN PADA SAAT MASA NIFAS

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisa Proses Interaksi 1 - 21
    Analisa Proses Interaksi 1 - 21
    Dokumen64 halaman
    Analisa Proses Interaksi 1 - 21
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Ny
    Asuhan Keperawatan Pada Ny
    Dokumen1 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Ny
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Askep Kala 1
    Askep Kala 1
    Dokumen10 halaman
    Askep Kala 1
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    100% (1)
  • Tulus Sepatu
    Tulus Sepatu
    Dokumen1 halaman
    Tulus Sepatu
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Persetujuan Pembimbing
    Persetujuan Pembimbing
    Dokumen1 halaman
    Persetujuan Pembimbing
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii TB - Paru
    Bab Iii TB - Paru
    Dokumen21 halaman
    Bab Iii TB - Paru
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Intra Natal Kala III
    Asuhan Keperawatan Intra Natal Kala III
    Dokumen22 halaman
    Asuhan Keperawatan Intra Natal Kala III
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Penyuluhan
    Penilaian Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Penilaian Penyuluhan
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Konsep Sehat Dan Masalah Kesehatan
    Konsep Sehat Dan Masalah Kesehatan
    Dokumen2 halaman
    Konsep Sehat Dan Masalah Kesehatan
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Faringitis
    Asuhan Keperawatan Faringitis
    Dokumen4 halaman
    Asuhan Keperawatan Faringitis
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Perkuliahan (Bu Evi)
    Satuan Acara Perkuliahan (Bu Evi)
    Dokumen8 halaman
    Satuan Acara Perkuliahan (Bu Evi)
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Gastritis
    Kata Pengantar Gastritis
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Gastritis
    Una Aprilia Faziera
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bu Yeni
    Tugas Bu Yeni
    Dokumen72 halaman
    Tugas Bu Yeni
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Skripsi
    Kelompok Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Kelompok Skripsi
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Skripsi
    Kelompok Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Kelompok Skripsi
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Awal
    Lampiran Awal
    Dokumen14 halaman
    Lampiran Awal
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Faring It Is
    Faring It Is
    Dokumen5 halaman
    Faring It Is
    Sayed Hamzah
    Belum ada peringkat
  • Kanker Dan Tumor Ganas
    Kanker Dan Tumor Ganas
    Dokumen13 halaman
    Kanker Dan Tumor Ganas
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • BAB I Betty
    BAB I Betty
    Dokumen7 halaman
    BAB I Betty
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Parameter
    Parameter
    Dokumen1 halaman
    Parameter
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Manu Skrip Anshari
    Manu Skrip Anshari
    Dokumen6 halaman
    Manu Skrip Anshari
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Format Askep
    Format Askep
    Dokumen10 halaman
    Format Askep
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Skripsi
    BAB 1 Skripsi
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Skripsi
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat
  • Absens I
    Absens I
    Dokumen1 halaman
    Absens I
    Anshari Erlangga d'Lùv-bèz
    Belum ada peringkat