Anda di halaman 1dari 10

1.

Etiologi:
Belum diketahui secara pasti
Banyak batu disebabkan banyak faktor
Analisis batu yg baik menunjukkan patogenesis mekanisme dari batu s. kemih
2/3 batu s. kemih terdiri atas kalsium oksalat / campuran ka-oks & ka-fosfat dalam bentuk hidoksi
apatite
Batu Mg-Am-Ph / struvit jmlh 15% :
Timbul pada pend. dg infeksi s. kemih disertai pemecahan urea o/ mikroorg dan urine yg tetap alkalis
Batu urat & sistin kira-kira 10%
2. Faktor-faktor yang Pengaruhi Perkembangan & Pertumbuhan Batu
A. Hiperekskresi bahan yg larut dlm urine
1. Kalsium:
Diet kalsium berlebihan
Imobilisasi yg lama
Hiperparatiroid
Hipervitaminose D
2. Oksalat, jarang
3. Sistin, % kecil dari komposisi batu
4. Asam urat:
- Destruksi jaringan cepat (kemoterapi)
- Pemakaian allopurinol
- Diarrhea khronis / Ileostomi
5. Matrix batu, infeksi berat
6. Benda asing
B. Perubahan Fisis Urine
1.

Konsentrasi garam & zat organik tinggi :

Intake cairan kurang

Panas tinggi, cairan banyak keluar

2. Rasio Mg / Kalsium, pemakaian asetosalamide (Diamox), sebabkan hiperkalsiure yg menurunkan


ratio ini sehingga terbentuk batu
3. Ph Urine (mean Ph = 5,85, dipengaruhi diet, asam/alkalis, obat
4. Nidus, pada presipitasi kristal :
- Kalsium oksalat menjadi batu
- Randall`s plaque
5. Kelainan anatomis :
- Kaliektasis
- Medulari spongi
3. GAMBARAN KLINIS
Simptom
Dull pain, sakit menetap dipinggang : Ada obstruksi koliks & uvj maka terjadi distensi parekim dan
kapsul ginjal
Kolik : Hiperperistaltik & spasme otot polos & pelvis
Hematuri, karena iritasi batu pada mukosa dan infeksi
Renointestinal refleks yakni rangsangan peritoneum, sebabkan mual, muntah, dll
Panas & menggigil akibat infeksi
4. LABORATORIUM
Lekositosis, kalau ada infeksi
Anemia, kalau fungsi ginjal terganggu
Sedimen urine ada banyak lekosit, eritrosit dan bakteri
Ureum dan kreatinin darah meningkat
5. GAMBARAN RADIOLOGI

1. FPA/PIV :

90% batu radioopaque nampak

Jelas menentukan lokasi batu

Jelas menentukan besar batu

Jelas menentukan jumlah batu

Jelas menentukan komplikasi batu

2. RPG :

Dilakukan kalau hasil FPA/PIV meragukan

Batu radiolusen nampak dengan RPG

3. USG :

Menentukan ada batu radiopaque/lusen

Sulit menentukan lokasi batu

6. DIAGNOSIS BANDING
1.

Pielonefritis akut, beri gejala sama

DD : Radiologis
2.

Tumor ginjal, beri gejala kolik bila ada sumbatan bekuan darah diureter

DD : Gambaran klinis & Radiologis


3.

TBC ginjal, gejala menyerupai

DD : s/d 2
7. PENGOBATAN
Konservatif
1.

Tidak dilakukan pembedahan

2.

Berantas infeksi

3.

Usahakan disolusi untuk cegah larutan

Minum 3 liter/24 jam

Irigasi dengan bahan kimia

Indikasi :
Batu kecil dikoliks minor
Orang tua dengan risiko tinggi
Batu terjadi karena renal tubular asidosis
Pembedahan
1. Indikasi :

Pengobatan konservatif tidak berhasil

Infeksi rekurent

Obstruksi

Follow up, batu tambah besar

2. Jenis Pembedahan :

Nephrolitotomi, pembedahan batu ginjal

Pielolitotomi, pembedahan batu pielum

Minimal invasif
Pengobatan batu ginjal tanpa bedah dengan risiko ringan :
Electroshock wave lithotripsi / ESWL
Percutaneus litotripsi / PCNL
Laser endoskopik / Fusolith

Mata Kuliah
Dosen Pengasuh

: Keperawatan Medikal Bedah II


: Sukriyadi, S.Kep, Ns, M.Kes

KONSEP KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH


& RETENSI URINE
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Menurut Sjamsuhidrajat R, IW (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran kemih
(kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih
dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003) nefrolitiasis suatu penyakit yang salah satunya
gejalanya adalah pembentukan batu dalam ginjal. Sedangkan yang dimaksud dengan
resistensi urin adalah Ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.

Batu saluran kemih sering dikaitkan dengan retensi urine. Pasien yang mengalami BSK
sebagian besar akan mengalami resistensi urine hal ini disebabkan apabila batu pada saluran
kemih tersebut sudah menyebabkan obtruksi pada saluran kemih sehingga terjadi
penimbunan urine didalam vesika urinaria. Hal inilah yang menyebabkan rasa ingin berkemih
tapi tidak dapat terlaksana ( resistensi urine).

2. Insiden
Swedia 13,7% orang mengalami BSK
Semarang (Indonesia) 51,9/10.000 juga mengalami BSK
Laki-laki > ditemukan batu ureter dan buli-buli dan wanita ditemukan batu ginjal atau
batu piala ginjal. Dan semua itu biasanya diikuti dengan retensi urine

3. Etiologi
Etiologi terjadinya retensi urine
a.

Yang didapat

Disfungsi neurogenik kandung kemih

Refluks ureterovesikalis

b. Obstruksi fungsional

Atrofi otot detrusor

Cemas, seperti takut nyeri

Obat-obatan, seperti : anestesi, narkotika, sedatif dan antihistamin

c.

Obstruksi mekanis

Struktur uretra

Malformasi saluran kemih

Malformasi sumsum tulang belakang

Etiologi terjadinya batu ginjal


Menurut Suyono, S., et.al (2001) menyebutkan beberapa penyebab nefrolitiasis adalah
a. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu
b. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu
terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan
mineral struvit.
c. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi
karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.

Batu saluran kemih dan retensi urine memiliki hubuingan sebab akibat. Seperti dijelaskan
diatas, bahwa etiologi dari retensi urine disebabkan obstruksi fungsional, maupun mekanis.
Dan obstruksi itu biasanya disebabkan oleh sumbatan pada saluran kemih.
4. Gambaran Klinis
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis nefrolitiasis retensi urine :
Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.
Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang
hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke
perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.

Gejala lainnya adalah retensi urine akibat obstruksi saluran kemih yang meyebabkan
penimbunan cairan urin atau tertekanya saraf perkemihan sehingga terjadi retensi urine,
oligouria, anuria dan inkontenensia urine.

5. Patofisiologi
Berikut ini patofisiologi dari terbebtuknya batu saluran kemih
Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organic sebagai inti.
Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
Teori Supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

Adapun mekanisme dari batu saluran kencing sehinnga menyebabkan terjadinya resistensi
urine akan digambarkan dalam diagram patway sebagai berikut:
6. Patologi
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri
akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, akan terjadi penimbunan cairan
urine sehingga dapat terjadi retensi urine. Penimbunan cairan juga dapat menimbulkan
hidronefron yang pada akhirnya juga bisa menimbulkan kerusakan ginjal. Selain itu batu
pada saluran kemih juga bisa menyebabkan respon nyeri yang diakibatkan oleh pembesaran
dari saluran kemihtersebut. Pembesaran saluran kemih akan memicu pelepasan mediator
kimia yang dapat memyebabkan respon nyeri (Corwin, 2001)

7. Penatalaksanaan
Secara umum pasien yang mengalami retensi urine akibat BSK maka penanganan yang
dilakukan adalah penangananterhadap masalah utamanya. Adapaun penanganan terhadap
masalah BSK menurut Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis
terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu
yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).

c.

Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.

d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam
air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium,
merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasi adalah :
a.

Terapi Medis dan Simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/
banyak dan pemberian diuretik.
b. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
c.

Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah lain adalah
niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan adanya sayatan di abdomen dan
pemasangan alat, alat gelombang kejut, atau bila cara non bedah tidak berhasil.

8. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium


a.

Pemeriksaan diagnostik

Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu ginjal sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan.

Ultrasonografi (USG) dilakukan pada pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan.

IVP, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun dan pada wanita yang sedang hamil.

Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit.

Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi
retrograd.
b. Pemeriksaan laboratorium
Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu
yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetap
lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.
Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada
pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan
air kemih 24 jam
Pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan
lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
9. Terapi
Terapik medik dan simtomatik
Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu dengan dikelurkannya
batu pada saluran kemih, maka retensi urine dapat teratasi juga
Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya kolik ginjal yang
terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum
berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 - 10 mg/hr.

Terapi mekanik

E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

Terapi pembedahan

Jika tidak tersedia alat litotriptor

10. Rehabilitasi
Untuk menghindari terbebtuknya kembali batu pada saaluran kemih maka perlu dilakukan
upaya rehabilitasi pada pasien, agar dapat segera pulih dan batu tidak kembali terbentuk.
Upaya- upaya pemulihan tersebut dapat berupa istirahat total guna memulihkan fungsi tubuh
utamanya pada pasien post op, kolaborasi dengan beberapa obat. Dan untuk
mecegah terbentuknya kembali batu saluran ginjal, maka kontrol makanan atau diet sangat
diperlukan adapun diet yang dilakukan oleh pasien batu saluran kemih dapat dibedakan
berdasarkan jenis batu pada saluran kemihmeliputi:

Batu kalsium diet rendah kalsium mis : susu, keju, sayur daun hijau

Batu asam urat diet rendah purin mis : daging berlemak, gandung

Batu strutive diet rendah kalsium/pospat mis : jelly karbonat, aluminium

Anda mungkin juga menyukai