FKIP Kita,
Selamatkan
Pendidikan
Kita
P ENA K AMPU s
SURAT KABAR MAHASISWA
F K I P U N I V E R S I TA S M ATA R A M
FKIP UNIVERSITAS MATARAM
Newsletter
Pena
Kampus
terbit 8
halaman
Renovasi FKIP,
Proritaskan Pascasarjana
Pena/ind
Alih fungsi ruangan BEM pasca renovasi menjadi toilet bagi dosen dan
mahasiswa pascasarjana
Ditemui di Kampus II
Universitas Mataram yang
berlokasi di Seganteng, selasa
(30/12) Hairul selaku sekretaris
KPRM menegaskan bahwa
kinerja dari KPRM sendiri untuk
mempertahankan keberadaan
BEM di FKIP sudah
dilaksanakan. Namun, setelah
KPRM berkoordinasi dengan
Tajuk
S U R AT K A B A R M A H A S I S WA
P ENA K AMPUS
Beberapa bulan belakangan ini perkuliahan di FKIP Unram diselimuti oleh suara
gemuruh proyek. Ya, rupanya FKIP mulai berbenah menata inventaris Wadah Gali Nurani Mahasiswa
rongsokannya. Kita memang patut memberi acungan jempol atas upaya yang
digadang-gadang sebagai sebuah revitalisasi ini. Namun patut disadari bahwa kita
Pelindung :
Dekan FKIP Universitas Mataram
tidak perlu berekspektasi terlalu tinggi terhadap perubahan di kampus putih ini.
Pembina :
layaknya pepatah sambil menyelam minum air momentum renovasi FKIP malah
Ahmad Sirulhaq, S.Pd, M.A.
diduga dimanfaatkan untuk pengalihfungsian ruangan bagi pascasarjana.
Penasihat :
Pengalihan beberapa ruangan FKIP semakin membuat gerah. Mengapa tidak?
PD III FKIP Universitas Mataram &
Alumni LPM Pena Kampus
yang sejatinya harus memprioritaskan civitas FKIP malah terlihat
Pimpinan Umum :
mengesampingkannya. Berdasarkan sumber data dari bagian perencanaan FKIP
Baiq Ilda Karwayu
sebanyak enam ruangan yang dialihfungsikan untuk keperluan pascasarjana,
Sekertaris Umum :
termasuk ruangan BEM yang kini menjadi toilet mahasiswa dan dosen pascasarjana.
Ahmad Hiswandi
Bila kita berbicara fasilitas atau kualitas sarana prasarana tentunya tidak bisa
Bendahara Umum :
Qoimatun Nisa
dilepaskan dari akses, baik itu berupa hubungan sosial-intelektual antar mahasiswa
Keredaksian
maupun dari mahasiswa dan masyarakat atau pemangku kebijakan kampus. lalu
Pimpinan Redaksi :
bagaimana hubungan atau akses antar mahasiswa dan antar mahasiswa ke birokrasi?
I Nyoman Indhi Wiradika
Dalam kacamata redaksi akses tersebut semakin dikaburkan. BEM yang awalnya
Sekretaris Redaksi :
Sri Martin
sebagai pemegang kendali utama antar mahasiswa dan birokrasi nyatnya dibungkam.
Redaktur Pelaksana :
Namun, banyak yang masih merasa diuntungkan karena masih ada HMPS yang
Abdul Farid
dianggap efektif sebagai penyalur aspirasi. Memang kita lihat kinerja HMPS saat ini
Koordinator Liputan :
sangat baik. Namun, seperti kita ketahui bersama bahwa tugas HMPS adalah dalam
Adi Susanto
ruang lingkup Jurusan atau Program Studi. Apakah bisa HMPS membangun
Layouter :
M. Fauzy
komunikasi antar Prodi untuk bersatu, saling belajar menjadi guru yang dibutuhkan
Jaringan Komunikasi :
dimasa yang akan datang?
Amira Amalia & Nanda Dwi Paramita
Memang, untuk mengendalikan tubuh gendut FKIP yang memiliki empat jurusan
Hadi
dan sembilan program studi, dibutuhkan pemimpin yang memahami seluk beluk
Mading :
Lia Listiana & Khusnul Khotimah
kampus putih. Layaknya tukang tembok yang ingin membangun gedung, tentunya
Litbang
harus memahami wilayah mana yang harus dibangun dan sebaliknya.
Koordinator
:
Kita tidak perlu menyalahkan tukang, pemborong atau siapapun. Kita hanya
Januar Wahyu Priyanto
perlu berkomunikasi kepada si tukang tembok agar lebih memahami seluruh aspek
Anggota :
kondisi kampus putih. Yang mana milik kita, yang mana bukan milik kita dan dapat Sahibul Kahfi & Ahmad Viki Wahyu Rizki
Humas
mendengar untuk mengetahui apa yang diperlukan agar dapat memberikan
Internal :
kenyamanan sesuai dengan karateristik dan kebutuhan penguninya.
Salam Redaksi
Salam Pers Mahasiswa!
Segala puji syukur dilimpahkan
kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmatnya, News Letter Edisi 94 yang
ada di tangan pembaca saat ini bisa
terselesaikan sehingga dapat
memberikan informasi kepada seluruh
civitas kampus putih.
Dalam terbitan kali ini, kami
mengajak para pembaca untuk menggali
nurani akan kondisi kampus putih kita
tercinta ini. Isu-isu yang berhasil kami
godok yaitu terkait dengan ruang
lingkup FKIP maupun Unram.
Dalam ruang lingkup kampus putih,
kami menyajikan informasi terkait
renovasi FKIP yang dijadikan
momentum alihfungsi ruangan, KPRM
yang mandul karena belum mampu
membentuk BEM, dan tak lupa kami
menyajikan berita terkait dengan
naiknya harga kebutuhan pokok
mahasiswa yang diduga akbiat dari
naiknya harga sewa kantin.
Untuk ruang lingkup Unram, kami
memaparkan berita tentang program
satu jalur Unram yang semakin hari
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015
Suara Pembaca
Sekretariat BEM
Bermetamorfosa menjadi
Toilet; biasa aja, ya?
Sedikit merasa lucu sekaligus prihatin
terhadap nasib sekretatiat Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) yang kini telah
bermetamorfosa menjadi toilet. Pun kejelasan
akan lokasi pengganti untuk mereka tak kunjung
jelas hingga kini. Namun hal ini menjadi wajar
ketika tidak ada yang mempertanyakan
keberadaan BEM itu sendiri. Entah, mereka
masih dibutuhkan di Kampus Putih ini, atau
sejatinya telah kehilangan taring dalam
merangkul dan memperjuangkan hak-kewajiban
mahasiswa. Kini, mahasiswa masih menunggu
Komisi Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) untuk
melanjutkan tanggung jawabnya. Karena sedari
dulu KPRM selalu melaksanakan tugasnya di
sekretariat BEM, sekarang apa iya mereka akan
bekerja di toilet? Duh..
Wayu (Pendidikan Bahasa Inggris 2011)
Salam Persma !!
Redaksi LPM Pena Kampus FKIP Unram Menerima Tulisan
Berupa Opini, Artikel, Surat Pembaca, Cerpen dan Puisi. Tulisan
Tidak Mengandung SARA dan Belum Diterbitkan di Media
Mana pun.
Kirim Tulisan ke Redaksi di Gedung UKMF, Jln. Majapahit 62
Mataram.
Email
: Penakampusfkipunram@gmail.com
Facebook : LPM Pena Kampus FKIP Unram
Twitter
: @LPMPenaKampus
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015
Berita
Renovasi FKIP, Prioritaskan Pascasarjana
(Sambungan dari halaman 1)
SNAP IT!
SNAP IT!
Berita
SISTEM SATU JALUR UNRAM DINILAI KURANG EFEKTIF
Mataram (Pena Kampus)-Sejak
awal 2014 Universitas Mataram
(Unram) telah menerapkan sistem satu
jalur. Namun, belum ada kemajuan
yang signifikan. Masih banyak orang
di luar civitas akademica masuk ke
lingkungan Unram. Hal ini terlihat
dari adanya pedagang asongan dan
pemulung. Disamping itu masih kerap
terjadi kemacetan di area gerbang
kampus. Tak jarang polisi lalu
lintaspun harus turun tangan.
Kelanjutan satu jalur dinilai
kurang efektif. Setiap mahasiswa yang
ingin masuk Unram umumnya harus
diperiksa Kartu Tanda Mahasiswa
(KTM)-nya. Namun, kenyataannya
masih banyak mahasiswa yang dibiarkan
masuk begitu saja tanpa melalui
pemeriksaan KTM. Helmi, Humas
Rektorat, ketika ditemui di ruangannya
selasa lalu (9/12), angkat bicara
mengenai
masalah
tersebut.
Sebenarnya harus diperiksa semua, tapi
sering kali terjadi antrean panjang dan
tidak memungkinkan untuk diperiksa
semua. Sehingga untuk mengatasi
Cerpen
Langkah ke-Tiga
Oleh : Amira Amalia
Aku tenggelam dalam lamunanku.
Terkenang akan sebuah tanggal yang
sama dengan hari ini beberapa tahun
yang lalu. Entah mengapa kenangan
yang satu ini belum bisa beranjak dari
benakku. Meski sudah kukumpulkan
kenangan lain untuk menguburnya,
namun tetap saja kenangan ini bisa
muncul kembali ke permukaan.
Malam itu aku memantapkan diri lagi
sebelum melakukan hal yang tak pernah
kubayangkan untuk kulakukan. Tapi
setelah hampir dua minggu tanpa kabar,
kurasa pertahananku semakin rapuh dan
mulai runtuh. Aku tak ingin menjadi
lemah karena bertahan, aku ingin menjadi
tegar karena memutuskan.
Kemudian sejak malam itu aku terus
meyakinkan diriku bahwa keputusan
yang kuambil telah benar. Bahwa aku
akan menemukan seorang lagi yang lebih
mampu bagiku. Aku harus belajar lagi
bagaimana berjalan sendirian tanpa
berbagi hati.
Namun, seperti yang sudah kuduga
sebelumnya, berjalan sendirian tak akan
lama untukku. Seorang yang baru datang
begitu saja. Semesta sepertinya tak
menginginkan aku berjalan sendiran,
seorang itu datang dan menawarkan
menjadi kawan berjalan. Aku, dengan
sedikit keraguan yang terus bertambah,
memberanikan diri untuk menerima
tawarannya.
Sejak hari itu aku tak lagi
melangkahkan kakiku sendirian. Dia
selalu berjalan di sampingku, berusaha
menggandeng tanganku. Namun
rasanya aku masih berjalan sendirian,
menatap jalan yang berbeda dengan
jalan yang ditatapnya. Entah apa yang
dia rasakan, seiring waktu aku malah
merasa semakin sendirian saja.
Suatu malam dalam sebuah tidurku
aku bermimpi. Mungkin saja mimpi itu
dapat menjelaskan kegamangan atas apa
yang kurasakan akhir-akhir ini. Dalam
mimpi itu aku kembali pada masa
sebelum aku memutuskan untuk berjalan
sendiri, pada masa saat aku masih
berbagi langkah denganmu. Rasanya
dekat namun ada jarak.
Aku terbangun di tengah malam itu.
Terhenyak.
"Mimpi hanya bunga tidur, kan?"
gumamku dalam hati.
Aku tersadar meski masih terbayangbayang mimpi. Ada sebuah kelegaan
yang kurasakan dalam hati.
Keesokan harinya aku sengaja
mengatur pertemuan dengan kawan
berjalanku, seorang yang datang begitu
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015
Sumber: liveyourlegend.net
bibir.
"Asal kamu tahu saja, Sayang,
perasaan laki-laki lebih menyukai dirinya
untuk berpura-pura tegar sampai titik
akhir. Aku tidak akan menangis sampai
aku menyadari bahwa aku tak dapat
menemukan belahan jiwa," dia terdiam.
"Perempuan tak harus terus-menerus
berpura-pura akan perasaannya. Kamu
boleh berjalan sendiri lagi setelah ini,
menunggu belahan jiwamu yang akan
datang atau yang akan kembali," dia
melanjutkan.
Beberapa saat setelah itu dia
beranjak dan pergi menyisakan aku
sendiri dengan gema kata-katanya.
Seperti berada di antah berantah, aku tak
tahu harus berjalan ke arah mana. Namun
tak lama, aku tahu bahwa aku harus terus
berjalan meski sendiri, pun aku akan
menyusuri jalan yang akan
mempertemukan aku dan kamu nanti.
Waktu terus bergulir, menuntunku
pada satu ujung jalan kesendirian
langkahku. Hari demi hari awalnya biasa
saja. Namun seiring mimpi-mimpi yang
menampilkan dirimu, aku menyadari dan
pelan-pelan mengakui bahwa aku
merindukanmu. Merindukanmu sejak
terakhir aku menatapmu.
Langkahku yang berjalan sendirian
ini merenungi langkah kita berdua,
berpisah pada suatu persimpangan. Lalu
bertemu dengan langkah ke-tiga,
langkah yang membuatku sadar bahwa
aku hanya ingin berbagi langkah
denganmu. Langkah ke-tiga yang tak
pernah kuduga, pun yang tak pernah
kuharapkan. Langkahmu-lah langkah
yang kuinginkan untuk mengiringi
langkahku.
Entah sampai kapan aku harus
berjalan menyusuri jalanku ini sendirian.
Entah di persimpangan mana langkahku
akan bertemu dengan langkahmu lagi.
Hal yang pasti, dalam setiap langkah aku
berharap untuk berjalan berbagi langkah
denganmu lagi
Amira Amalia
Jarkom LPM Pena Kampus
2014/2015
Opini
Puisi
(Sambungan dari halaman 6)
SNAP IT!
Menggapai Bintang
Terkecil dan terpencil bukan tusukan yang meretakkan
Bukan panah penghalang harapan
Bukan juga maling menyamarkan cita
Cita tetaplah diperjuangkan
Dari taburan kerlip mentari menghiasi hari
Melangkah mencari jati permata
Dibalik kepolosan dan ketulusan
Merangkul sebuh harapan berlian
Dari algoritmik sampai heuristik
Tak kunjung kaki kaku
Meski berliku menempuh
Semakin berlian jelas
Semakin marak jiwa menyapa
Badai menyusup gubuk permata
Tak juga lari darinya
Sampai jemari menggapai bintang
Penat tak lagi diperhitung
Disamarkan persen cita
Untuk tetap pada lantai dasar
Dari pelosok menggenggam cita
Pulau terbelakang saksi mutiara
Tugu saksi juang
Masjid saksi suci
Dan bara mimpi saksi bintang
Saksi-saksi termahal dalam munajat mimpi
Bersaksi meniti rajutan
Meski menggunung dan menjulang
Tetaplah juara
Tetaplah petualang emas
Bintang selalu di genggaman termanis
Oleh: Reli Fitriani
Pantai Senja
Sinar mentari sore jatuh melimpah-limpah
Pada deretan angkuhnya pohon kelapa
Alunan mantra merdu dilantangkan
Tanda ia hendak meninggalkan darat
Pendengaranku menangkap detik-detik
Gemuruh air beriringan bersirine
Kau dicari saban hari
Oleh pecintamu..
Oleh perusakmu..
lpmpenakampus.blogspot.com
Dapatkan informasi terbaru seputar
kampus putih. berupa berita, artikel,
opini, cerpen dan puisi
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015