Anda di halaman 1dari 8

Selamatkan

FKIP Kita,
Selamatkan
Pendidikan
Kita

P ENA K AMPU s
SURAT KABAR MAHASISWA

F K I P U N I V E R S I TA S M ATA R A M
FKIP UNIVERSITAS MATARAM

Wadah Gali Nurani Mahasiswa


Edisi 94/Minggu II/Januari/2015
siswa

Newsletter
Pena
Kampus
terbit 8
halaman

SURAT KABAR MAHASISWA

Sewa Kantin Selangit,


Mahasiswa Menjerit

Renovasi FKIP,
Proritaskan Pascasarjana

Mataram (Pena Kampus) - Pasca naiknya


sewa kantin berbagai macam keluhanpun
bermunculan. Keluhan yang datang tidak hanya
dari penyewa kantin, namun juga para
mahasiswa yang menjadi target market dari
kantin di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mataram (FKIP Unram).
Inilah yang terjadi di FKIP, ketika sewa kantin
melonjak dari harga yang sebelumnya sembilan juta
pertahun, kini menjadi 20 juta pertahun. Kenaikan
yang sangat signifikan ini disinyalir merupakan
kebijakan dari pihak rektorat, seperti yang
diungkapkan oleh Unah salah satu penyewa kantin
FKIP. Akibatnnya, Unah harus menaikkan harga
barang-barang daganganya, atau mengurangi porsi
untuk mensiasati agar tidak terjadi kerugian.
Kenaikan harga inipun dikeluhkan sejumlah
mahasiswa FKIP, selain biaya hidup yang lain
sudah naik akibat kenaikan BBM, ditambah lagi
dengan naiknya sewa kantin yang beriimbas pada
harga kebutuhan pokok mahasiswa menjadi naik.
saya kaget waktu itu beli nasi, pas mau bayar saya
kira harganya masih lima ribu, ternyata udah naik,
untung bawa uang lebih ujar Nova. Mahasiswi
FKIP ini menambahkan bahwa meskipun naiknya
cuma seribu, tapi ini cukup memberatkan, karena
dengan seribu rupiah dianggapnya dapat membeli
minuman.
Senada dengan Nova, Rizal salah seorang
mahasiswa Prodi Bahasa Inggris mengungkapkan
bahwa harga makanan di kantin ini lumayan mahal,
dibandingkan dengan di fakultas lain. Karna, waktu
itu saya pernah keliling mencoba makan di kantin
Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknologi Pangan
harganya lebih murah.
(Bersambung ke halaman 4)

Pena/ind
Alih fungsi ruangan BEM pasca renovasi menjadi toilet bagi dosen dan
mahasiswa pascasarjana

Mataram (Pena Kampus)


Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendididikan
(FKIP),
Wildan
dan
perencenaan FKIP, Munthari,
menjelaskan bahwa renovasi
FKIP lebih ditujukan pada
pemenuhan ruang kuliah dan
penataan ruang secara
optimal khususnya ruang
sekretariat dan ruang dosen
FKIP Unram. Sebanyak tujuh
belas
ruangan
dipindahposisikan
kedudukannya sesuai dengan
keputusan Dekanat, enam
diantaranya
untuk
kepentingan perkuliahan
Pasca.

Kita memiliki empat


program S2, yakni Bahasa
Inggris di lantai tiga, Bahasa
Indonesia disini, IPA disini, ya
jadinya
mahasiswanya
bingung. Nah, jadi yang
pertama kita usulkan untuk hal
itu serta berdasarkan usulan
kebutuhan tiap program studi
ujar Wildan, Dekan FKIP yang
diwawanarai di ruangannya, (24/
12).
Berdasarkan list rencana
ruang sekretariat dan ruang
dosen FKIP Unram yang
berlaku mulai semester genap
tahun 2014/2015. Sebanyak 6
(Bersambung ke halaman 4)

KPRM: Keberadaan BEM Tidak Terlalu Berpengaruh


Bagi Mahasiswa
Mataram (Pena Kampus) Kepanitiaan Komisi
Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) yang telah
dibentuk sejak september, rupanya belum
menunjukkan kinerja dalam pelaksanaan Pemilu
Raya Mahasiswa (PEMIRA), padahal
keberadaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
sangat dibutuhkan sebagai pengontrol kebijakan
birokrasi serta perangkul suara mahasiswa.

Ditemui di Kampus II
Universitas Mataram yang
berlokasi di Seganteng, selasa
(30/12) Hairul selaku sekretaris
KPRM menegaskan bahwa
kinerja dari KPRM sendiri untuk
mempertahankan keberadaan
BEM di FKIP sudah
dilaksanakan. Namun, setelah
KPRM berkoordinasi dengan

Pembantu Dekan III, ia


menyarankan agar tidak
melanjutkan kegiatan dari BEM
itu sendiri karena adanya surat
resmi dari Rektor mengenai Surat
Keputusan (SK) BEM.
Hairul juga menjelaskan
bahwa Keberadaan BEM di FKIP
tidak terlalu berpengaruh bagi
(Bersambung ke halaman 5)

Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

Tajuk

(Pemimpin) Tukang Tembok

S U R AT K A B A R M A H A S I S WA

P ENA K AMPUS

Beberapa bulan belakangan ini perkuliahan di FKIP Unram diselimuti oleh suara
gemuruh proyek. Ya, rupanya FKIP mulai berbenah menata inventaris Wadah Gali Nurani Mahasiswa
rongsokannya. Kita memang patut memberi acungan jempol atas upaya yang
digadang-gadang sebagai sebuah revitalisasi ini. Namun patut disadari bahwa kita
Pelindung :
Dekan FKIP Universitas Mataram
tidak perlu berekspektasi terlalu tinggi terhadap perubahan di kampus putih ini.
Pembina :
layaknya pepatah sambil menyelam minum air momentum renovasi FKIP malah
Ahmad Sirulhaq, S.Pd, M.A.
diduga dimanfaatkan untuk pengalihfungsian ruangan bagi pascasarjana.
Penasihat :
Pengalihan beberapa ruangan FKIP semakin membuat gerah. Mengapa tidak?
PD III FKIP Universitas Mataram &
Alumni LPM Pena Kampus
yang sejatinya harus memprioritaskan civitas FKIP malah terlihat
Pimpinan Umum :
mengesampingkannya. Berdasarkan sumber data dari bagian perencanaan FKIP
Baiq Ilda Karwayu
sebanyak enam ruangan yang dialihfungsikan untuk keperluan pascasarjana,
Sekertaris Umum :
termasuk ruangan BEM yang kini menjadi toilet mahasiswa dan dosen pascasarjana.
Ahmad Hiswandi
Bila kita berbicara fasilitas atau kualitas sarana prasarana tentunya tidak bisa
Bendahara Umum :
Qoimatun Nisa
dilepaskan dari akses, baik itu berupa hubungan sosial-intelektual antar mahasiswa
Keredaksian
maupun dari mahasiswa dan masyarakat atau pemangku kebijakan kampus. lalu
Pimpinan Redaksi :
bagaimana hubungan atau akses antar mahasiswa dan antar mahasiswa ke birokrasi?
I Nyoman Indhi Wiradika
Dalam kacamata redaksi akses tersebut semakin dikaburkan. BEM yang awalnya
Sekretaris Redaksi :
Sri Martin
sebagai pemegang kendali utama antar mahasiswa dan birokrasi nyatnya dibungkam.
Redaktur Pelaksana :
Namun, banyak yang masih merasa diuntungkan karena masih ada HMPS yang
Abdul Farid
dianggap efektif sebagai penyalur aspirasi. Memang kita lihat kinerja HMPS saat ini
Koordinator Liputan :
sangat baik. Namun, seperti kita ketahui bersama bahwa tugas HMPS adalah dalam
Adi Susanto
ruang lingkup Jurusan atau Program Studi. Apakah bisa HMPS membangun
Layouter :
M. Fauzy
komunikasi antar Prodi untuk bersatu, saling belajar menjadi guru yang dibutuhkan
Jaringan Komunikasi :
dimasa yang akan datang?
Amira Amalia & Nanda Dwi Paramita
Memang, untuk mengendalikan tubuh gendut FKIP yang memiliki empat jurusan
Hadi
dan sembilan program studi, dibutuhkan pemimpin yang memahami seluk beluk
Mading :
Lia Listiana & Khusnul Khotimah
kampus putih. Layaknya tukang tembok yang ingin membangun gedung, tentunya
Litbang
harus memahami wilayah mana yang harus dibangun dan sebaliknya.
Koordinator
:
Kita tidak perlu menyalahkan tukang, pemborong atau siapapun. Kita hanya
Januar Wahyu Priyanto
perlu berkomunikasi kepada si tukang tembok agar lebih memahami seluruh aspek
Anggota :
kondisi kampus putih. Yang mana milik kita, yang mana bukan milik kita dan dapat Sahibul Kahfi & Ahmad Viki Wahyu Rizki
Humas
mendengar untuk mengetahui apa yang diperlukan agar dapat memberikan
Internal :
kenyamanan sesuai dengan karateristik dan kebutuhan penguninya.

Salam Redaksi
Salam Pers Mahasiswa!
Segala puji syukur dilimpahkan
kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmatnya, News Letter Edisi 94 yang
ada di tangan pembaca saat ini bisa
terselesaikan sehingga dapat
memberikan informasi kepada seluruh
civitas kampus putih.
Dalam terbitan kali ini, kami
mengajak para pembaca untuk menggali
nurani akan kondisi kampus putih kita
tercinta ini. Isu-isu yang berhasil kami
godok yaitu terkait dengan ruang
lingkup FKIP maupun Unram.
Dalam ruang lingkup kampus putih,
kami menyajikan informasi terkait
renovasi FKIP yang dijadikan
momentum alihfungsi ruangan, KPRM
yang mandul karena belum mampu
membentuk BEM, dan tak lupa kami
menyajikan berita terkait dengan
naiknya harga kebutuhan pokok
mahasiswa yang diduga akbiat dari
naiknya harga sewa kantin.
Untuk ruang lingkup Unram, kami
memaparkan berita tentang program
satu jalur Unram yang semakin hari
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

semakin loyo dalam hal pengamanan.


Hal tersebut kemudian berdampak pada
kegiatan perkuliahan yang konon sering
dimasuki non-civitas akademika Unram.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada reporter magang yang tak kenal
lelah untuk belajar menggali nurani,
bernalar, dan menulis dengan tulus.
Semoga news letter edisi kali ini dapat
menjadi bahan refleksi untuk perubahan
yang lebih baik.

Ahmad Zuhri Ramdhoni


Eksternal :
M. Sulthon Hasanudin
Rumah Tangga
Koordinator :
Nopita Anggraini
Anggota :
Furkan, Singgih Wiryono, & Arilda Satya
Ningrum
Perusahaan
Koordinator :
St. nurwahidah
Anggota :
Nurfarhati, Ulfatun Nimah, & Hendriana
Reporter Magang :
Septya, Sakinah, Reli, Ariana, Mia,
Rugaya, Alif, Atisah, Emi, Hartina, Haula,
Wazi, Amni, Himatul, Dika, Rahmi,
Rosdiana

Suara Pembaca
Sekretariat BEM
Bermetamorfosa menjadi
Toilet; biasa aja, ya?
Sedikit merasa lucu sekaligus prihatin
terhadap nasib sekretatiat Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) yang kini telah
bermetamorfosa menjadi toilet. Pun kejelasan
akan lokasi pengganti untuk mereka tak kunjung
jelas hingga kini. Namun hal ini menjadi wajar
ketika tidak ada yang mempertanyakan
keberadaan BEM itu sendiri. Entah, mereka
masih dibutuhkan di Kampus Putih ini, atau
sejatinya telah kehilangan taring dalam
merangkul dan memperjuangkan hak-kewajiban
mahasiswa. Kini, mahasiswa masih menunggu
Komisi Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) untuk
melanjutkan tanggung jawabnya. Karena sedari
dulu KPRM selalu melaksanakan tugasnya di
sekretariat BEM, sekarang apa iya mereka akan
bekerja di toilet? Duh..
Wayu (Pendidikan Bahasa Inggris 2011)

Dosen lebih mementingkan


proyek dibandingkan dengan
tugasnya
Sekarang kita tidak heran bagaimana
tingkah laku dosen yang lebih mementingkan
perioritas proyek,dan mereka melupakan apa
sebenarnya kewajiban mereka.Dan kita tahu
bagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi
yaitu,pendidikan,penelitaian dan pengabdian
kepada masyrakat.Tapi nyata yang terjadi dari
janji Tri Dharma perguruan tinggi hanya
sebagain yang memenuhi janji yang sakral
harus dijalankan.
Kita tahu negara yang maju adalah negara
yang bisa menghargai pendidikan,bukan untuk
menjadikan pendidikan sebagai proyek
kesejahteraan untuk diri sendiri.Bagaimana
negara bisa maju, pendidik sendiri tidak
menghargai apa yang harus dihargai mereka.
Farid (Pendidikan Bahasa Indonesia)

Melahirkan Mahasiswa Apolitis


Desember 2014 lalu, Universitas Mataram mengadakan pemilihan dan
pergantian pejabat kampus. tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, demokrasi
kita kini mulai senyap. Layaknya isu-isu kampus, semuanya berlalu tanpa
ada yang peduli. Baliho besar hingga famplet tidak mengubah kesenyapan
tersebut. Entah mahsiswa terlalu sibuk dengan tugas atau video game.
Nyatanya bakal calon hingga diadakanya pelantikan dekan hanya diketahui
oleh segelintir mahasiswa. Bagi saya, hal ini adalah awal dari mulainya sejarah
kelam demokrasi kita. Ya, bukan lagi hanya demokrasi kampus, melainkan
bagi perjalanan demokrasi bangsa.Kita semua tentu mengetahui bahwa
pergulatan demokrasi kampus turut mengiringi perjalanan sendi-sendi
demokrasi bangsa. Namun, apa yang terjadi jika sedari dini demokrasi kita
dengan sengaja dilenyapkan?
Bisa dikatakan bahwa Unram merupakan universitas terbesar di Nusa
Tenggara Barat. Setiap tahunya Unram dengan rutin meluluskan ribuan
pemuda. Mereka kelak juga yang akan memegang kendali bangsa. Namun,
mereka juga yang belajar dari sistem apolitis anti-demokrasi. Akibat dari
sistem apolitis adalah terbentunya manusia yang memiliki daya tawar yang
lemah. Lalu, bagaimana kondisi bangsa kita kelak jika pada genap seratus
tahun Indonesia merdeka justru memiliki daya tawar yang lemah terutama
dalam hal politis?
kiranya, jika memang kita ingin membangun negara yang demokratis,
mari hilangkan hegemoni apolitis. Tentunya hal tersebut harus dimulai dari
sistem pendidikannya, dalam hal ini juga termasuk demokrasi di kampus kita
tercinta.
Indhi (Prodi PGSD/2012)

+ Wildan kembali menahkodai FKIP


- Sebenarnya Wildan atau Sunarpi?
+ FKIP direnovasi

- lho, yang direnovasi FKIP tapi kok untuk Pascasarjana


+ KPRM: Keberadaan BEM tidak berpengaruh
- Emang KPRM berpengaruh ?

Salam Persma !!
Redaksi LPM Pena Kampus FKIP Unram Menerima Tulisan
Berupa Opini, Artikel, Surat Pembaca, Cerpen dan Puisi. Tulisan
Tidak Mengandung SARA dan Belum Diterbitkan di Media
Mana pun.
Kirim Tulisan ke Redaksi di Gedung UKMF, Jln. Majapahit 62
Mataram.
Email
: Penakampusfkipunram@gmail.com
Facebook : LPM Pena Kampus FKIP Unram
Twitter
: @LPMPenaKampus
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

Berita
Renovasi FKIP, Prioritaskan Pascasarjana
(Sambungan dari halaman 1)

ruangan dialih fungsikan untuk


keperluan S2. Diantaranya sekretariat S2
pendidikan bahasa Indonesia pindah ke
ruang dosen Bahasa Inggris-berbagi
dengan S2 bahasa Inggris-, sekretariat
S2 pendidikan IPA pindah ke ruang
dosen bahasa Inggris -berbagi dengan
S2 bahasa Indonesia-, Sekretariat
Jurusan/Prodi Bahasa menjadi ruang
baca pascasarjana -berbagi dengan
ruang sekretariat S2 Pendidikan IPA-,
ruang dosen Bahasa Indonesia menjadi
ruang kuliah pascasarjana -dipecah
menjadi dua ruangan-, dan ruang BEM
menjadi toilet dosen dan mahasiswa
pascasarjana.
Berdasarkan penuturan Wildan,
sebenarnya program pascasarjana ini
bukan menjadi proyek fakultas namun
merupakan mandat dari pihak
universitas. Berhubung program
pascasarjana ini belum memliki gedung
kuliah, jadi pihak fakultas harus
menampung program S2 yang

bersangkutan. Untuk FKIP sendiri


menampung
empat
program
pascasarjana yakni Pendidikan Bahasa
Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia,
Pendidikan IPA dan Manajemaen
Pendidikan
Renovasi sudah dilakukan sejak
satu setengah bulan yang lalu mulai dari
November, dan seharusnya selesai pada
20 Desember 2014 kemarin sesuai dengan
tanda tangan proyek oleh pemborong
dan tidak ada kegiatan lagi setelah
tanggal tersebut. ujar Munthari, Kepala
Perencanan FKIP di ruangannya (24/12/
14). Namun pada kenyataannya hingga
menjelang akhir bulan desember pun
kegiatan renovasi ini masih berlangsung.
Muntari menjelaskan, bahwa kepala
mandornya mengatakan bahwa kegiatan
renovasinya hanya tinggal finishing
saja. Anggaran dana yang tidak sedikit
yaitu mencapai dua Miliar untuk
renovasi FKIP ini, seharusnya harus
tepat pengerjaannya.

Dampak dari renovasi ini pun


sangat terasa di pihak dosen dan
mahasiswa khususnya. Roby,
mahasiswa pendidikam kimia saat
diwawancarai menyatakan bahwa
pelaksanaan renovasi FKIP ini tidak
tepat yaitu saat aktif kegiatan
pembelajaran. Ia merasa terganggu dan
susah untuk menerima materi
pembelajaran dari dosen. Suara bising
dan gaduh dari mesin yang digunakan
saat renovasi mengalahkan suara
dosen yang notabenenya memiliki
volume suara kecil. Ditambah lagi, harihari ini merupakan pra Ujian Akhir
Semester (UAS) dimana materi
pembelajarannya sedang padatpadatnya. Seharusnya pelaksanaan
renovasi FKIP ini mungkin bisa di saat
libur tenang atau setelah UAS saja agar
tidak
menggangu
kegiatan
pembelajaran. (Mia/Rug)

SNAP IT!

SNAP IT!

Snap QR Code di atas untuk dapat


mengikuti berita terbaru LPM Pena
Kampus melalui laman facebook kami

Snap QR Code di atas untuk dapat


menyaksikan rangkuman berita
Pena TV

Sewa Kantin Selangit,


Mahasiswa Menjerit
(Sambungan dari halaman 1)

Berdasarkan keluhan mahasiswa,


Pena Kampus memutuskan untuk
meminta konfimasi kepada Arianto
selaku Kabag Perlengkapan FKIP.
Apakah memang kebijakan menaikkan
harga sewa ini dari pihak Rektorat.
Karena seperti yang diungkapkan oleh
Rizal bahwa jika harga sewa kantin di
seluruh Universitas Mataram naik,
berarti semua harga barang-barang di
kantin seluruh Fakultas tidak akan jauh
berbeda. Namun pada kenyataannya
harga kebutuhan pokok mahasiswa di
FKIP lebih tinggi dari Fakultas lain.
Menurut Kabag perlengkapan
Kebijakan untuk menaikkan sewa
kantin ini dari pimpinan, kami hanya
menyediakan kontrak. Tambahnya
lagi, Kalau akibat yang di timbulkan
tentu itu urusan penyewa kantin. Yang
namanya orang berusaha tentu ada
trik-trik atau cara agar tidak rugi. Ia
juga menambahkan kalau penyewaan
kantin itu tidak dibayarkan sekaligus
20 juta pertahun, namun dapat dicicil
sesuai kesanggupan dari penyewa
sehingga tidak terlalu memberatkan.
(Amn/Hik)

Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

Berita
SISTEM SATU JALUR UNRAM DINILAI KURANG EFEKTIF
Mataram (Pena Kampus)-Sejak
awal 2014 Universitas Mataram
(Unram) telah menerapkan sistem satu
jalur. Namun, belum ada kemajuan
yang signifikan. Masih banyak orang
di luar civitas akademica masuk ke
lingkungan Unram. Hal ini terlihat
dari adanya pedagang asongan dan
pemulung. Disamping itu masih kerap
terjadi kemacetan di area gerbang
kampus. Tak jarang polisi lalu
lintaspun harus turun tangan.
Kelanjutan satu jalur dinilai
kurang efektif. Setiap mahasiswa yang
ingin masuk Unram umumnya harus
diperiksa Kartu Tanda Mahasiswa
(KTM)-nya. Namun, kenyataannya
masih banyak mahasiswa yang dibiarkan
masuk begitu saja tanpa melalui
pemeriksaan KTM. Helmi, Humas
Rektorat, ketika ditemui di ruangannya
selasa lalu (9/12), angkat bicara
mengenai
masalah
tersebut.
Sebenarnya harus diperiksa semua, tapi
sering kali terjadi antrean panjang dan
tidak memungkinkan untuk diperiksa
semua. Sehingga untuk mengatasi

kemacetan, satpam diberikan mekanisme


hanya
meminta
mahasiswa
menunjukkan KTM-nya untuk masuk,
tapi pada dasarnya setiap yang akan
masuk ke lingkungan Unram harus ada
identitas yang jelas ujar Helmi.
Hal ini dibenarkan oleh M.
Amin, salah satu satpam Unram, dia
mengatakan bahwa mereka belum bisa
seratus persen memeriksa KTM
mahasiswa, karena jumlah tenaga yang
berada di pos penjagaan tidak memadai
dengan jumlah mahasiswa yang harus
diperiksa, serta penjagaan akses di jalan
pemuda masih kurang ketat, tapi
sebagian besar di pintu gerbang depan
sudah dapat diatasi.
Unram memiliki dua gerbang
yang difungsikan sebagai jalan keluar
masuk. Hal ini berimbas terhadap
kelancaran akses keluar masuk ke dalam
lingkungan Unram. Misalnya, masih
sering terjadi kemacetan di jalan
pemuda. Helmi mengatakan bahwa hal
inilah yang menjadi PR untuk pihak

pengelola, serta ada rencana akan


diperluasnya jalan dengan cara
mengambil lahan perumahan yang ada
di pinggir jalan pemuda, tepatnya di
sebelah barat. Lebar jalan akan
bertambah dan menjadi dua jalur, hanya
saja persoalannya di daerah itu masih
ada rumah dinas yang masih dipakai.
Akibatnya belum bisa dilakukan
eksekusi, pihak Unram harus menunggu
dia pensiun atau dipindahkan jika
memungkinkan
apabila
yang
bersangkutan bersedia.
Selain itu, menurut Humas
Rektorat salah satu kendala yang muncul
dalam realisasi kebijakan ini adalah
kurangnya kinerja dari tenaga keamanan,
hal ini menyebabkan masih banyaknya
orang yang tidak berkepentingan masuk
ke dalam lingkungan Unram. Berbeda
dengan Helmi. Ibnu Ali, salah satu
satpam Unram mengatakan mereka
sebagai petugas keamanan sudah
berusaha maksimal untuk menyaring
orang-orang yang akan masuk ke
lingkungan Unram. Tapi kendalanya
(Bersambung ke halaman 8)

KPRM: Keberadaan BEM Tidak Terlalu Berpengaruh Bagi Mahasiswa


(Sambungan dari halaman 1)

mahasiswa, karena di FKIP sendiri


sudah ada organisasi-organisasi
mahasiswa lainnya sebagai tempat
untuk menyalurkan aspirasinya dan di
FKIP sendiri sudah terbentuk komite
IOMA. Dan kalaupun BEM terbentuk
tugasnya tidak terlalu berat.
Pihak KPRM sudah mengajukan
proposal kepada PD III selaku pihak
penanggung jawab dari semua
kegiatan-kegiatan mahasiswa dan
proposal itu sudah di acc namun PD
III meminta semua kegiatan ditunda
dan akhirnya dana juga belum juga
dicairkan.
KPRM selaku pihak yang bertugas
mengadakan pemilihan BEM sudah
berencana akan mempertahankan
adanya BEM di FKIP namun setelah
melihat usaha dari pihak BEM akhirnya
KPRM lepas tangan, karena BEM
sendiri tidak ada konfirmasi kepada
KPRM. Sehingga KPRM tidak berani
bertindak lebih lanjut mengenai
pemilihan BEM.
Hairul mengungkapkan juga,
percuma BEM FKIP kita bentuk
kembali sementara BEM UNRAM tidak
ada. Jadi, kita tidak punya wewenang
penuh untuk mempertahankan BEM
itu sendiri.
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

Sementara itu M. Yamin selaku PD


III ditemui di ruang kerjanya juga
mengatakan bahwa BEM itu tidak
terlalu berpengaruh, jika melihat
kinerjanya yang kurang baik, bahkan
orang-orang yang berada dalam BEM
ini tidak memiliki prestasi akademik
yang bagus, jadi tidak bisa dijadikan
sebagai contoh. Untuk itu, tahun ini
segala kinerja BEM saya cabut untuk
sementara waktu sampai Rektor
menerbitkan surat keputusan yang
mengatur
tentang organisasi
mahasiswa termasuk BEM di FKIP ini.
Syahroni selaku mantan ketua BEM
menjelaskan bahwa pembentukan BEM
yang baru memiliki peluang yang besar
untuk dibentuk kembali karena FKIP
sudah memilih Dekan. Dan Dekan
sudah memberikan lampu hijau untuk
pembentukan BEM, jadi tinggal
menunggu pemilihannya saja.
Vakumnya BEM saat ini membuat
mahasiswa kebingungan dalam
menyalurkan berbagai aspirasinya.
Seperti yang diungkapkan oleh Sofia
salah satu mahasiswa jurusan bahasa
inggris semester lima yang aktif di
berbagai organisasi terutama di HMPS
bahasa inggris mengatakan bahwa
Divakumkannya BEM membuat kita

yang berada dilingkup ORMAWA akan


kesulitan mendapatkan dana saat
mengadakan kegiatan karena yang
dulunya kita tinggal mengajukan surat
permohonan dana ke BEM langsung ada
uang, tapi kalau sekarang sulit karena
harus berurusan langsung dengan
Muhammad Yamin selaku PD III yang
bertanggungjawab penuh atas BEM.
Dan kasian juga mahasiswa yang lain,
akan kesulitan menyalurkan aspirasinya
berhubung
sekarang
banyak
permasalahan yang sedang dihadapinya
terutama masalah fasilitas kelas yang
kurang terjaga, jadi harapan saya
semoga kedepannya BEM masih tetap
ada dan mampu menampung segala
keluhan dari mahasiswa.
Salah satu mahasisiwi FKIP jurursan
Fisika, Emira mengatakan bahwa
Organisasi itu bisa menambah teman dan
juga pengalaman, ia menambahkan
bahwa kebijakan birokrasi yang
membatasi gerak mahasiswa untuk
berkreasi itu sangat salah, karena
diorganisasilah
tempat
untuk
menyalurkan pendapat dan aspirasi,
disinilah tempat belajar untuk berbicara.
(Rel/Ary)

Cerpen

Langkah ke-Tiga
Oleh : Amira Amalia
Aku tenggelam dalam lamunanku.
Terkenang akan sebuah tanggal yang
sama dengan hari ini beberapa tahun
yang lalu. Entah mengapa kenangan
yang satu ini belum bisa beranjak dari
benakku. Meski sudah kukumpulkan
kenangan lain untuk menguburnya,
namun tetap saja kenangan ini bisa
muncul kembali ke permukaan.
Malam itu aku memantapkan diri lagi
sebelum melakukan hal yang tak pernah
kubayangkan untuk kulakukan. Tapi
setelah hampir dua minggu tanpa kabar,
kurasa pertahananku semakin rapuh dan
mulai runtuh. Aku tak ingin menjadi
lemah karena bertahan, aku ingin menjadi
tegar karena memutuskan.
Kemudian sejak malam itu aku terus
meyakinkan diriku bahwa keputusan
yang kuambil telah benar. Bahwa aku
akan menemukan seorang lagi yang lebih
mampu bagiku. Aku harus belajar lagi
bagaimana berjalan sendirian tanpa
berbagi hati.
Namun, seperti yang sudah kuduga
sebelumnya, berjalan sendirian tak akan
lama untukku. Seorang yang baru datang
begitu saja. Semesta sepertinya tak
menginginkan aku berjalan sendiran,
seorang itu datang dan menawarkan
menjadi kawan berjalan. Aku, dengan
sedikit keraguan yang terus bertambah,
memberanikan diri untuk menerima
tawarannya.
Sejak hari itu aku tak lagi
melangkahkan kakiku sendirian. Dia
selalu berjalan di sampingku, berusaha
menggandeng tanganku. Namun
rasanya aku masih berjalan sendirian,
menatap jalan yang berbeda dengan
jalan yang ditatapnya. Entah apa yang
dia rasakan, seiring waktu aku malah
merasa semakin sendirian saja.
Suatu malam dalam sebuah tidurku
aku bermimpi. Mungkin saja mimpi itu
dapat menjelaskan kegamangan atas apa
yang kurasakan akhir-akhir ini. Dalam
mimpi itu aku kembali pada masa
sebelum aku memutuskan untuk berjalan
sendiri, pada masa saat aku masih
berbagi langkah denganmu. Rasanya
dekat namun ada jarak.
Aku terbangun di tengah malam itu.
Terhenyak.
"Mimpi hanya bunga tidur, kan?"
gumamku dalam hati.
Aku tersadar meski masih terbayangbayang mimpi. Ada sebuah kelegaan
yang kurasakan dalam hati.
Keesokan harinya aku sengaja
mengatur pertemuan dengan kawan
berjalanku, seorang yang datang begitu
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

Sumber: liveyourlegend.net

saja dalam hidupku. Ini bisa jadi kali


kedua di mana aku harus membuat
keputusan. Keputusan kali ini memang
pernah kupikirkan sebelumnya, namun
aku tak pernah benar-benar berkeinginan
untuk melakukannya. Aku masih ingin
berusaha menyesuaikan langkah terlebih
dahulu. Sayangnya, waktu seperti
memberi kepastian penuh bahwa tak
akan bisa aku berbagi langkah selain
dengamu.
Di sore itu, bermandikan cahaya
mentari senja yang hangat, aku dan dia kawan berjalanku- duduk bersisian di
sebuah sofa di sudut ruangan.
Kesunyian seolah menjadi atmosfir kita.
Aku dalam benak masih berusaha
memantapkan hati sembari memikirkan
perasaannya.
Takut-takut aku mencuri pandang
wajahnya dari samping. Aku mencoba
membaca apa yang ada dalam pikiranya.
Percuma saja, aku bukan pembaca pikiran
meski aku sangat menginginkannya.
Perlahan aku menyentuh tangannya,
terasa dingin. Aku memberanikan diri
membagi kehangatan yang menjalar
sampai telapak tanganku padanya. Aku
menghela nafas panjang hendak mulai
mengeluarkan apa yang kumantapkan.
Namun tiba-tiba dia menarik tangannya
dari genggamanku.
"Aku laki-laki yang bisa merasakan
di mana aku tepat berada, dan
sebaliknya," ujarnya seketika dalam nada
rendah.
Aku terkejut namun diam saja, tak
mampu bergerak seolah membeku.
Merasa serba salah, aku tak tahu harus
melakukan apa.
"Aku mengerti. Kamu tidak perlu
memaksakan perasaanmu padaku. Aku
mengerti." Dia tersenyum mantap. Lalu
dia meraih pundakku, ditepuknya pelan.
"Terima kasih sudah mau menemani
langkahku selama ini, meski aku tahu
kamu tetap berjalan sendirian, setidaknya
aku tidak. Kamu tak perlu khawatir akan
melukai perasaanku." Dia menambahkan
lagi sementara aku tetap mengatupkan

bibir.
"Asal kamu tahu saja, Sayang,
perasaan laki-laki lebih menyukai dirinya
untuk berpura-pura tegar sampai titik
akhir. Aku tidak akan menangis sampai
aku menyadari bahwa aku tak dapat
menemukan belahan jiwa," dia terdiam.
"Perempuan tak harus terus-menerus
berpura-pura akan perasaannya. Kamu
boleh berjalan sendiri lagi setelah ini,
menunggu belahan jiwamu yang akan
datang atau yang akan kembali," dia
melanjutkan.
Beberapa saat setelah itu dia
beranjak dan pergi menyisakan aku
sendiri dengan gema kata-katanya.
Seperti berada di antah berantah, aku tak
tahu harus berjalan ke arah mana. Namun
tak lama, aku tahu bahwa aku harus terus
berjalan meski sendiri, pun aku akan
menyusuri jalan yang akan
mempertemukan aku dan kamu nanti.
Waktu terus bergulir, menuntunku
pada satu ujung jalan kesendirian
langkahku. Hari demi hari awalnya biasa
saja. Namun seiring mimpi-mimpi yang
menampilkan dirimu, aku menyadari dan
pelan-pelan mengakui bahwa aku
merindukanmu. Merindukanmu sejak
terakhir aku menatapmu.
Langkahku yang berjalan sendirian
ini merenungi langkah kita berdua,
berpisah pada suatu persimpangan. Lalu
bertemu dengan langkah ke-tiga,
langkah yang membuatku sadar bahwa
aku hanya ingin berbagi langkah
denganmu. Langkah ke-tiga yang tak
pernah kuduga, pun yang tak pernah
kuharapkan. Langkahmu-lah langkah
yang kuinginkan untuk mengiringi
langkahku.
Entah sampai kapan aku harus
berjalan menyusuri jalanku ini sendirian.
Entah di persimpangan mana langkahku
akan bertemu dengan langkahmu lagi.
Hal yang pasti, dalam setiap langkah aku
berharap untuk berjalan berbagi langkah
denganmu lagi
Amira Amalia
Jarkom LPM Pena Kampus
2014/2015

Opini

Memutuskan Nasib Kurikulum 2013


Oleh : I Nyoman Indhi Wiradika
Surat cinta Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), Anies
Baswedan, kepada Kepala Sekolah di
seluruh Indonesia tentang pelaksanaan
Kurikulum 2013 membuat banyak guru
dan orangtua lega. Pasalnya,
Mendikbud
Anies
Baswedan
memutuskan untuk menghentikan
jalannya Kurikulum 2013 bagi sekolah
yang baru melaksakan satu semester
untuk menggunakan Kurikulum 2006.
Dan tetap menjalankan Kurikulum 2013
bagi sekolah yang sudah menjalankan
tiga semester untuk sebagai sekolah
percontohan. Ada 6221 sekolah siap
dijadikan sebagai sekolah percontohan
kurikulum 2013.
Keputusan yang dipilih oleh
Mendikbud ini memang melegakan,
namun belum menunjukan sikap
tegasnya.
Sebelumnya, Anies
Baswedan menyebutkan bahwa
Kurikulum 2013 banyak kekurangan. Bila
kurikulum yang jelas banyak memiliki
kekurangan, bagaimana itu bisa
diterapkan sebagai percontohan?
apakah sekolah percontohan hanya
dijadikan kelinci percobaan oleh sistem
yang nyata-nyata salah? masalah
kurikukum 2013 tidak hanya pada
implementasi, namun memang banyak
kekeliruan dalam hal konseptual.
Polemik kurikulum 2013 tidak akan
ada habisnya bila kebijakan ini tetap
dipertahankan. Atau bahkan dijadikan
percontohan. Beberapa masalah
Kurikulum 2013 telah dirasakan
langsung oleh masyarakat.
Pertama, pembelajaran dalam
kurikulum 2013 belum berpusat kepada
siswa karena prosedur pembelajaraan
yang lebih condong berpusat kepada
pemerintah. proses pembelajaran
sejatinya mengutamakan kebutuhan
perkembangan minat dan bakat siswa.
kebutuhan tersebut akan susah
diakomodir dengan materi ajar dan
proses pembelajaran yang diatur dan
disusun oleh pemerintah.
Kedua, siasatnya pembelajaran
menjadi semakin menyenangkan
ternyata
malah
membebani.
pembelajaran yang menyenangkan akan
sulit dicapai bila jam belajar dan tugas
siswa ditambah. suasana pembelajaran
terkesan sekedar mengejar target
kurikulum yang dibuat pemerintah.
Ketiga, buku wajib yang bersumber
dari pemerintah tidak dapat memuat
seluruh proses pembelajaran yang
diharapkan siswa, guru dan orang tua
sehingga membelenggu proses
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

pembelajaran. Selain itu, keberadaan


buku wajib akan menghancurkan
kreativitas guru dalam mengajar.
Keempat, evaluasi pada kurikulum
2013 sangat sulit karena sasarannya
tidak terumus dengan baik. Dalam
perumusan sasaran kurikulum harus
disusun dengan spesifik, terukur, dapat
dicapai oleh siswa, masuk akal, dan
sesuai dengan alokasi waktu. Sementara
itu guru masih sulit memahami penilaian
pada kurikulum 2013 karena memang
masalahnya berada pada rumusan
sasaran kurikulum.
Kelima, walaupun dalam kurikulum
2013 siasatnya penyeragaman namun
implementasinya memberlakukan yang
beragam menjadi seragam. Terlihat
dalam perumusan konsep yang masih
tersentralistik tanpa melibatkan guruguru di daerah. Begitu pula pada buku
ajar dan materi ajarnya terkesan tidak
mengemukakan kearifan lokal di
beberapa daerah. Perlu disadari bahwa
meskipun dalam satu sistem pendidikan
tidak berarti satu kurikulum nasional.
Semestinya kita dapat mematangkan
identitas keberagaman indonesia
melalui kurikulum.
Dalam kasus ini bukan hanya
sekolah yang tidak siap tapi kurikulum
yang memang terlanjur kacau, seluruh
sekolah belum siap menerapkan
kurikulum yang kacau. lebih baik
menyelesaikan masalah daripada
memunculkan masalah yang lebih besar.
Berbenah
Dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
(Sisdiknas)
telah
mengharapkan sekolah untuk mandiri
dengan pembuatan kurikukum yang
dibuat oleh sekolah. Hal ini tentu harus
menjadi perhatian yang serius pada
pengambilan keputusan kebijakan
pendidikan terutama pada kurikulum.
Selama ini, kurikulum yang terpusat
atau tersentralistik akan menjebak guru
pada perangkap yang menjadikan guru
sebagai manusia bermental kandang
sehingga kurang kreatif dan malas
berinisiatif. Kendala lain dalam
pengimplementasian kurikulum yang
terpusat adalah mematikan roh
keberagaman dan kearifan lokal.
Untuk itu, dalam penyusunan
kurikulum lebih baik jika dibuat oleh
guru atau sekolah dengan melibatkan
masyarakat. Maka dengan cara tersebut
sekolah dapat menjawab kebutuhan
setempat. Kegiatan pembelajaraan yang

dajarkan akan relevan dengan


kehidupan sehari-hari dalam interaksi
sosial masyarakat. Sehingga lulusannya
akan bermanfaat bagi masyarakat daerah
tersebut. Selain itu, kurikulum yang
pelaksanaanya dengan asas kelokalan
akan lebih fleksibel pada proses
pembelajaran.
Pemerintah perlu memberikan
kepercayaan kepada pihak yang terlibat
langsung terhadap siswa karena pada
hakikinya merekalah yang lebih berperan
dalam hal pendidikan karena mereka
lebih tahu dengan pengalaman
dilapangan. Dalam hal ini pemerintah
tidak boleh melupakan peran guru,
sekolah, dan masyarakat atau orang tua.
Karena hal-hal inilah yang harus
diupayakan semua pihak untuk
kemajuan pendidikan Indonesia.
Namun, bagaimanakah kualitas guru
kita saat ini? Apakah mampu
mengemban amanat demi memperkokoh
pendidikan kita? Berdasarkan data dari
Kemendikbud, kualitas kompetensi guru
kita saat ini hanya 44,5, padahal nilai
standar kompetensi guru adalah 75.
Untuk membenahi guru memang
tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Kita harus menyadari bahwa
untuk merubah kualitas guru dimasa
depan haruslah dimulai dengan
memperbaiki kualitas pabrik guru atau
LPTK itu sendiri. Proses pembelajaran
di LPTK selama ini masih mempelajari
kurikulum secara mentah, seolah-olah
dibangun presepsi bahwa kurikulum
sebagai mesin dan guru sebagai robot.
Dalam hal ini guru harus menyesuaikan
diri dengan kurikulum, bukan
sebaliknya.
Maka dari itu kita harus merubah
proses pembelajaran LPTK bukan hanya
sebagai pelaksana proses pendidikan
melainkan dapat menjadi perancang,
melakasakan dan mengevaluasi
kurikulum. Dengan terciptanya kondisi
seperti itu, maka cita-cita UU Sisdiknas
akan mudah tercapai. Begitu pula
dengan kualitas kurikulum yang akan
mengedepankan asas kelokalan
membuahkan kurikulum yang luwes dan
fleksible. Guru tidak akan terlalu
dipusingkan akan buku ajar dan
kurikulum. Maka, kinerja guru akan lebih
mudah dengan kurikulum yang juga
hasil dari buah pikirannya secara
kolektif.
I Nyoman Indhi Wiradika
Pimpinan Redaksi LPM Pena Kampus
2014/2015

Puisi
(Sambungan dari halaman 6)

masih ada lubang-lubang tikus


sehingga orang-orang yang tidak
dikehendaki seperti pengemis bisa
masuk dengan leluasa.
Wazi Fatinnisa, mahasiswi
program studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, ketika ditemui pena kampus
mengatakan, ketika ada perkuliahan
tiba-tiba ada pengemis yang
ngelonong masuk, itu sangat
mengganggu perkuliahan. Hal ini
seharusnya tidak terjadi mengingat
prinsip dari realisasi program ini seperti
yang sudah di ungkapkan Helmi bahwa
siapapun yang tidak berkepentingan
dengan Unram dilarang masuk. Namun
lagi-lagi ada kendala yaitu terlalu
banyak kepentingan lain sehingga tidak
bisa dideteksi dengan baik, misalnya
cleaning service dan pemesanan
barang.
Hampir setahun kebijakan ini
diberlakukan namun masih banyak
mahasiswa yang masih kontra terhadap
kebijakan ini. Terkait dengan jarak
tempuh ke lingkungan Unram yang
semakin.jauh, khususnya mahasiswa
yang menyewa kost-kostan di sekitar
Gomong seperti yang dikeluhkan oleh
salah satu mahasiswa FKIP Unram yang
tidak ingin disebutkan namanya .
Lain mahasiswa lain pula Pihak
Unram. Menurut pihak Unram hal ini
sudah seharusnya dilakukan guna
memperbaiki akses keluar masuk Unram,
yang nyatanya sampai saat ini belum
sebaik yang diharapkan. Sejauh ini
pihak Unram mengatakan sudah
melakukan evaluasi namun belum ada
peningkatan hasil yang signifikan. (tisa/
ros)

SNAP IT!

Menggapai Bintang
Terkecil dan terpencil bukan tusukan yang meretakkan
Bukan panah penghalang harapan
Bukan juga maling menyamarkan cita
Cita tetaplah diperjuangkan
Dari taburan kerlip mentari menghiasi hari
Melangkah mencari jati permata
Dibalik kepolosan dan ketulusan
Merangkul sebuh harapan berlian
Dari algoritmik sampai heuristik
Tak kunjung kaki kaku
Meski berliku menempuh
Semakin berlian jelas
Semakin marak jiwa menyapa
Badai menyusup gubuk permata
Tak juga lari darinya
Sampai jemari menggapai bintang
Penat tak lagi diperhitung
Disamarkan persen cita
Untuk tetap pada lantai dasar
Dari pelosok menggenggam cita
Pulau terbelakang saksi mutiara
Tugu saksi juang
Masjid saksi suci
Dan bara mimpi saksi bintang
Saksi-saksi termahal dalam munajat mimpi
Bersaksi meniti rajutan
Meski menggunung dan menjulang
Tetaplah juara
Tetaplah petualang emas
Bintang selalu di genggaman termanis
Oleh: Reli Fitriani

Pantai Senja
Sinar mentari sore jatuh melimpah-limpah
Pada deretan angkuhnya pohon kelapa
Alunan mantra merdu dilantangkan
Tanda ia hendak meninggalkan darat
Pendengaranku menangkap detik-detik
Gemuruh air beriringan bersirine
Kau dicari saban hari
Oleh pecintamu..
Oleh perusakmu..

Oleh : I Nyoman Indhi Wiradika

Lembaga Pers Mahasiswa PE N A KA M P Us


mengucapkan selamat atas diwisudanya Saudara kami:

lpmpenakampus.blogspot.com
Dapatkan informasi terbaru seputar
kampus putih. berupa berita, artikel,
opini, cerpen dan puisi
Pena Kampus/Edisi 94/Minggu II/Januari/2015

1. Ahmad Hiswandi, S.H


(Sekertaris Umum Pena Kampus 2014-2015)
2. Nur Rahmi Juwita, S. Pd.
(Bendahara Umum Pena Kampus 2013-2014)
3. Mustain, S.Pd
(Pengurus Litbang Pena Kampus 2011-2012)

Anda mungkin juga menyukai