1
2
3
4
5
6
7
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
A. Neurologi Umum
Prinsip:
Periksa dari yang sehat
Selesaikan dahulu ekstremitas atas ekstremitas bawah
EKSTREMITAS ATAS
1. Gerakan: cukup atau kurang
Suruh pasien angkat lengan bergantian sesuai prinsip.
2. Kekuatan: 3 hal yang dinilai fleksi, ekstensi, genggam
5: tahanan kuat
4: tahanan lemah
3: hanya mampu melawan gravitasi
2: bergerak horizontal atau sendi besar seperti siku
1: sendi kecil atau jari
0: tidak bergerak sama sekali
a. Posisikan siku pasien dalam keadaan fleksi seperti akan adu panco
b. Fleksi pasien menarik lengan ke arahnya & dokter menahan
c. Ekstensi pasien berusaha mengekstensikan lengan & dokter menahan
d. Genggam pasien bersalaman dengan dokter
3. Tonus: meningkat, normal, menurun
a. Palpasi: rasakan kekenyalan otot pasien
b. Fleksi-ekstensi cepat: pemeriksa memfleksikan dan mengekstensikan sendi
siku secara cepat. Perhatikan jika ada tahanan maka berarti tonus meningkat.
4. Refleks fisiologis: peningkatan atau penurunan refleks & zona refleksogen.
NB:
Pukulan dimulai dari pukulan kuat, sedang, dan lemah.
Zona refleksogen didapat dengan memukul palu refleks menuju arah cranial
seperti tanda panah di atas. Bandingkan dengan lengan lainnya. Kesan: eg.
zona refleksogen dekstra lebih luas dibandingkan sinistra.
a. Tendo biseps
b. Tendo triceps
c. Periosradii
EKSTREMITAS BAWAH
1. Gerakan: cukup atau kurang
Suruh pasien angkat tungkai bergantian sesuai prinsip.
2. Kekuatan: 3 hal yang dinilai fleksi & ekstensi
5: tahanan kuat
4: tahanan lemah
3: hanya mampu melawan gravitasi
2: bergerak horizontal atau sendi besar seperti siku
1: sendi kecil atau jari
0: tidak bergerak sama sekali
a. Fleksi
c. Dorsofleksi
d. Plantarfleksi
Pada posisi tersebut, minta pasien seperti
menginjak rem mobil sedangkan dokter
menahannya.
b. Kaki:
Pada posisi tersebut, lakukan dorsofleksi
secara tiba-tiba dan ditahan. Perhatikan klonus
di m.gastrocnemius.
b. Tendo achilles
Kaki pasien sedikit didorsofleksikan.
6. Refleks Patologis
a. Babinski
Hasil (+) jika digiti II-V fanning (abduksi) dan digiti I dorsofleksi
(berlaku untuk semua Babinski group)
b. Chaddock
c. Oppenheim
d. Gordon
e. Schaeffer
Cara: menjentikkan tendon achilles
f. Mendel Bechterew
Cara: mengetuk articulatio metatarsophalangeus
III bagian dorsal
g. Rosolimo
B. Nervus Cranialis
1. N.I (olfactorius)
Bahan yang digunakan misalnya kopi dan teh. Pasien memejamkan mata lalu
tutup salah satu lubang hidung dan tebak aromanya. Lakukan pada lubang hidung
lainnya secara bergantian dengan cara yang sama.
2. N. II (opticus)
a. Visus
b. Lapang pandang tes konfrontasi
c. Funduscopy
d. Tes warna ishihara
3. N. III (occulomotorius): (1) pupil, (2) palpebra (ptosis), dan (3) GBM (dalam
hal ini, bersama dengan N.IV trochlearis dan N. VI abduscens),
4. N. V (trigeminus)
a. Sensori (1) refleks kornea dan bandingkan (2) sensori bagian wajah
dekstra dan sinistra mulai dari dahi, pipi, dan dagu.
b. Motorik
1) M. masseter dan temporalis
Pasien diminta menggigit kuat-kuat
Raba m. masseter dan temporal, perhatikan besarnya tonus dan kontur
2) M. pterigoydeus
Pasien disuruh membuka mulut, lihat adakah deviasi rahang bawah
(jika ada parese, maka akan terjadi deviasi ke arah lumpuh).
5. N. VIII (Vestibulococclearis)
a. Pemeriksaan pendengaran
1) Tes rinne
2) Tes weber
3) Tes swabach
b. Pemeriksaan keseimbangan
1) Nistagmus
Maneuver Dix-hallpike
Pasien dalam posisi supinasi dengan posisi kepala menggantung di
tepi tempat tidur (30o dari bidang horizontal). Kemudian diminta
menoleh ke kiri, balik ke tengah, kemudian menoleh ke kanan. Dalam
prosesnya, mata pasien tetap terbuka agar pemeriksa dapat melihat
adanya nistagmus serta tanyakan adanya vertigo.
2) Tes Romberg
Pasien berdiri dengan tangan terlipat di dada, mata tertutup, dan tumit
kaki yang satu berada di depan jari kaki yang lain. Lihat apakah pasien
dapat berdiri mantap dalam 30 detik.
3) Past pointing test
Pasien diminta merentangkan lengan dan telunjuk menyentuh telunjuk
pemeriksa kmeudian mata ditutup. Pasien mengangkat lengan tinggi
sampai vertical kemudian kembali ke posisi semula. Jika ada gangguan,
maka pasien tidak bisa menyentuh kembali telunjuk pemeriksa.
4) Stepping test
Pasien diminta berjalan di tempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Pasien harus tetpa berada pada posisi tersebut. Jika posisi
bergeser lebih dari 1 meter atau badan pemeriksa berputar lebih dari 30o
maka abnormal.
6. N. IX (glossopharingeus) + N. X (vagus)
a. Fungsi motorik
Pasien disuruh membuka mulut, perhatikan uvula, arcus faring dan
palatum mole. Kemudian pasien disuruh menyebutkan kata-kata aaaa,
dan perhatikan lagi uvula dkk. Normalnya, uvula tetap di tengah tetapi
jik ada kelumpuhan maka uvula akan tertarik ke sisi sehat. Kemudian
suruh mengucapkan lari-lari di lorong-lorong lurus, untuk melihat
disatria (cadel)
Pasien diminta menelan makanan padat, lunak dan air. Perhatikan
adakah salah telan (tersedak dan dysfagia)
Pasien buka mulut, tekan dinding faring atau pangkal lidah dengan
tongue spatel maka akan terlihat faring terangkat dan lidah ditarik (reflex
positif). Jika rangsang cukup kuat maka akan timbul reflex muntah Jika
ada gangguan nervus IX dan X maka refleks negatif.
b. Fungsi sensorik: pengecapan (1/3 posterior) rasa pahit.
7. N. XI (Accessorius)
a. M. sternocleidomastoideus
Pasien diminta menolehkan kepala dan pemeriksa menahan.
b. M. trapezius
Pasien diminta mengangkat bahu dan pemeriksa menahan.
8. N. XII (Hypoglossus)
a. Pasien membuka mulut, perhatikan lidahnya. Lalu diminta menjulurkan
lidah, apakah ada deviasi (lidah mengarah ke sisi lumpuh), lalu adakah
tremor, vasikulasi (lidah gemetar) atau gerakan tidak terkendali.
b. Jika lumpuh pada kedua sisi, maka lidah tidak dapat dijulurkan atau
digerakkan; disatria; dysfagia (sukar menelan) dan sukar bernafas.
c. Untuk menilai tenaga lidah maka pasien diminta menggerakan lidah ke
segala arah.