Anda di halaman 1dari 20

Pertimbangan Anestesi

pada Pasien Akut Miokard


Infark
Martha Regisna Silalahi
11.2013.106

Pendahuluan
Jarang sekali ahli anestesi melakukan
pembedahan pada masa akut
Bila onset 4-6 jam di anjurkan untuk
langsung melakukan tindakan PCI
(Percutaneous Coronary Intervention)
AMI bisa di sebabkan oleh acute mitral
regurgitation, ventricular septal defect,
dan gangguan hemodinamik pada
aneurisma ventrikel kiri

PRE- OPERATIF

1. Evaluasi
- Keputusan dilakukannya operasi
dilakukan bila telah diketahui komplikasi
apa saja yang terjadi akibat AMI
- Ahli anastesi harus memastikan waktu
makan terakhir pasien, untuk mencegah
aspirasi dan regurgitasi.
- Jika perut di duga penuh, pembedahan di
tunda.

Pertimbangan pra operasi ditentukan


berdasarkan kondisi jantung, yaitu
kemampuan pompa ventrikel kiri,
kemungkinan infark luas yang dapat
di pantau melalui EKG.
Anestesi dapat dilakukan
berdasarkan gambaran EKG, bila
normal di perbolehkan melakukan
tindakan anestesi

Pastikan semua pemeriksaan dalam


batas normal. Bila di dapatkan
gambaran CHF dan efusi pleura
harus di stabilisasi terlebih dahulu.
Foto rontgen, Ureum creatinin, PT,
APTT, BT, dan AGD untuk
memastikan oksigenasi yang
adekuat.

2. Persiapan
Waktu persiapan yang singkat sering
menjadi masalah dalam mempersiapkan
pasien untuk operasi.
Oleh sebab itu tidak mungkin digunakan
premedikasi dengan oral atau
intramuskular sedatif dan narkotika.
Pemberian intravena sedatif harus di
monitor dengan ketat karena resiko
terhadap hemodinamik dan pernapasan.

Bila perut pasien masih penuh dapat


di berikan intravena metoclopramide
1 jam sebelum operasi dan antasida
peroral dapat diberikan sebelum
induksi.
Pasien dengan penggunaan
antikoagulan perlu di persiapkan FFP,
PRC, dan whole blood karena resiko
perdarahan.

Intraoperative Care

1. Monitoring
Monitor harus dilakukan secara rutin
pada pasien AMI untuk mencegah
komplikasi
Penggunaan Elektroencephalogram
untuk menilai fungsi serebral, TTV
untuk menggambarkan,
hemodinamik, EKG untuk menilai
aktivitas jantung, Oximetrix untuk
menggambarkan saturasi oksigen,
dan urine output untuk menilai fungsi

Echocardiography dengan warna-aliran


Doppler dapat berguna dalam 3 cara:
1) Dapat mengkonfirmasi baik akurasi dan
tingkat keparahan diagnosis preoperatif defek
septum ventrikel atau regurgitasi mitral;
2) Dapat menilai kecukupan perbaikan untuk
kedua kelainan tersebut, di pos-CPB periode;
3) Menentukan kontribusi disfungsi ventrikel
regional atau global dan status volume curah
jantung rendah postpump yang periodik,
serta respon jantung untuk farmakologis atau
intervensi mekanis

Monitoring for Perioperativeof the Patient for


Surgical Correction of the Complications of AMI
Absolutely Recquired

Probably Benefecial

Electrocardiography
Direct arterial blood
pressure
Urine output
Pulse oxymetri
Capnography
Temperature
Arterial Blood Gases

Cerebral function
Pulmonary artery
oximetry
Transensophageal
echocardiography
Central venous pressure
Pulmonary artery
pressures
Activated clotting time
Rapid-response testing of
hemostatic parameters

Anesthesia Induction and


Maintenance
Perhatikan efek obat anestesi yang di
berikan pada pasien, yang dapat
mempengaruhi HR, TD, kontraktilitas
miokard, pengisian ventrikel , perfusi
koroner, dan ikemik miokard yang
terukur.
Ketamin dapat meningkatkan TD.
Isoflurane, mudah menguap, terkait
dengan vasodilatasi dan refleks
pemeliharaan denyut jantung.

Perlindungan Serebral
Resiko emboli serebral mungkin terjadi
pada opened ventricular cardiac surgery.
Meskipun para ahli bedah sudah berusaha
menghilangkan udara dan debris dari
ruang jantung, namun tidak menjamin.
Dahulu tiopenthal terbukti bermanfaat
pada depresi miokard dan dapat dipakai
sebagai profilaksis yang aman. Thiopental
15mg/kg, 5 menit sebelum aorta
declamping

Weaning from Cardiopulmonary


Bypass
Sebelum era baru pembedahan
jantung dengan cardioplegi, pasien
dengan clamping aorta sering
mengalami kegagalan pencapaian
normal sinus rhytm pada jantung
sehingga kemampuan jantung dapat
terganggu

Causes of poor Cardiac Performance at


Weaning from Cardiopulmonary Bypass

1. Residual fresh myocardial infarction


2. Transient dysfunction of the periinfarction zone
3. Oxygen debt from the precardiopulmonary bypass period
4. Inadequate surgical repair

Criteria for Adequate post


cardiopulmonary Bypass cardiac
output

1. Continous urine flow


2. Clinical or electrical evidence of
cerebral activity
3. Mixed venous-oxygen saturation
greater than 60%

Post Operative
Setelah pasien dibawa ke ICU, rencana harus dibuat
untuk relatif lama ventilasi mekanis dan dukungan
hemodinamik.
Konsep ini akan menguntungkan pasien dalam dua
cara:
1) sedasi dan kelumpuhan otot akan secara signifikan
mengurangi kebutuhan oksigen global, sehingga
mengurangi tuntutan pada kinerja jantung;
2) Kurangnya gerak dan pembiusan yang memadai
membuat asuhan keperawatan jauh lebih mudah di
masa kritis ini.

Perhatikan keseimbangan cairan,


cakupan antibiotik, urine,
perdarahan, fungsi ginjal pasca
operasi.
Bila pasien menjadi sakit kronik dan
gangguan fungsi, konsultasi dengan
ahlinya (jantung, paru,ginjal, spesialis
penyakit menular, dan yang terkait)

Summary
Peran anestesi dalam perawatan pasien dengan
infark miokard akut yang membutuhkan koreksi
bedah dari defek septum ventrikel, ventrikel
aneurisma, atau regurgitasi mitral akut jelas
melibatkan bidang anestesi.
Ahli anestesi harus bertanggung jawab atas
pemantauan hemodinamik, penilaian kecukupan
perfusi global dan regional, dan manajemen
dukungan farmakologis dan mekanis sirkulasi.
Dengan cara ini, ahli anestesi membantu ahli
bedah untuk menghasilkan kualitas baik

Anda mungkin juga menyukai