Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN MODEL


PEMBELAJARAN JIGSAW PADA STANDAR KOMPETENSI MEMASANG
INSTALASI PENERANGAN LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA DI SMK NEGERI 1
CERME KELAS X TITL
Penulis: Yusfita Prawita Sari
Mahasiswa Prodi S1-Pendidikan Teknik Elektro-UNESA, Surabaya
Pembimbing: Prof. Dr. H. Supari Muslim, M.Pd
Dosen S1-Pendidikan Teknik Elektro-UNESA, Surabaya
ABSTRAK
Dunia pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran, guru bebas memilih beberapa
metode pembelajaran dalam pelaksanan proses pembelajaran. Perbandingan hasil belajar
memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana menggunakan model pembelajaran
TGT dan model pembelajaran jigsaw (Sebuah Eksperimen di SMK Negeri 1 Cerme).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara peserta
didik yang diajarkan dengan model pembelajaran TGT dan jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan
di SMK Negeri 1 Cerme. Pengambilan sampel penelitian berjumlah 60 orang dari SMK Negeri
1 Cerme pada kelas X TITL 1 dan kelas X TITL 2 sebagai subjeknya. Pengambilan data hasil
belajar dengan menggunakan tes hasil belajar (25 item) dan angket tanggapan peserta didik
terhadap penerapan kedua model pembelajaran. Analisis data menggunakan uji-t, hasil post-test
didapat rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen (X TITL 1) sebesar 81,73 dan kelas
kontrol (X TITL 2) sebesar 77,73, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara hasil
belajar siswa yang diterapakan dengan model pembelajaran TGT dan model pembelajaran
jigsaw, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran jigsaw.
Respon peserta didik terhadap model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
pada kompetensi dasar memahami instalasi penerangan listrik 1 fasa adalah positif sebesar
84,03%, dan respon siswa terhadap model pembelajaran jigsaw pada kompetensi dasar
memahami instalasi penerangan listrik 1 fasa adalah positif sebesar 72,99%. Dari hasil dan
analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model
pembelajaran jigsaw pada kompetensi dasar memahami instalasi penerangan listrik 1 fasa.
Diharapkan penelitian ini dilakukan pada mata diklat lain dan dapat digunakan guru sebagai
salah satu alternatif model dalam proses belajar mengajar.
Kata kunci : Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), model pembelajaran
Jigsaw, Hasil belajar, Kompetensi dasar instalasi penerangan listrik 1 fasa.

ABSTRACT
Education can not be separated from the learning process, teachers are free to choose
some method of learning in the implementation process of learning. The comparison of the
results of the learning to install electric lighting systems using simple building TGT learning
model and Jigsaw (An Experiment in SMK Negeri 1 Cerme).
This study aims to determine the comparative learning outcomes among students taught
with TGT and Jigsaw teaching model. This study carried out in the SMK Negeri 1 Cerme.
Sampling for the study of 60 students from SMK Negeri 1 Cerme in class X TITL1 and TITL 2
as the subject. Data capture learning outcomes using test instruments learning outcomes (25
items) and questionnaire responses of students to the application of both models of learning.
Data analysis using t-test, post-test results of the results obtained average experimental class
students (X TITL 1) of 81.73 and a control class (X TITL 2) at 77.73, so it can be concluded
there is a difference between the results student applies for TGT learning models and learning
models Jigsaw, it can be said that the learning outcomes of students using the learning model of
IGT is higher than the learning outcomes of students who use learning models Jigsaw.
Student respons to learning models Teams Games Tournament (TGT) based on the
competency to understand the electrical installation of lighting the first phase is positive at
84.03%, and student responses to the learning model to understand the basic competencies
Jigsaw installation of electric lighting on a positive phase at 72.99 %. From the results and data
analysis can be concluded that the application of learning models Teams Games Tournament
(TGT) can improve student learning outcomes compared with Jigsaw on the competency model
to learn to understand the basic installation of the first stage of electric lighting. It is hoped the
research conducted on the eye training other teachers and can be used as an alternative model in
teaching and learning.
Key words: Teams Games Tournament (TGT) model of learning, Jigsaw model of learning,
learning outcomes, the first phase of the installation of basic competence electric
lighting.

ikut terlibat dalam kegiatan belajar


mengajar,
bekerja
sama
dalam
menyelesaikan tugas kelompok dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas, peneliti merumuskan
beberapa rumusan masalah antara lain
sebagai berikut:
1. Apakah ada pembeda hasil belajar
peserta didik yang menggunakan
model pembelajaran TGT dan pesrta
didik yang menggunakan model
pembelajaran Jigsaw?
2. Bagaimana respon peserta didik
terhadap model pembelajaran TGT
dan respon peserta didik terhadap
model pembelajaran Jigsaw?
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar peserta didik SMK Negeri 1
Cerme kelas X TITL dengan
menggunakan model pembelajaran
TGT dan model pembelajaran Jigsaw.
2. Untuk mengetahui respon peserta
didik pada kelas yang menggunakan
model pembelajaran TGT dan respon
peserta didik pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran
Jigsaw pada standar kompetensi
memasang
instalasi penerangan
lisrik bangunan sederhana.
Manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
a. Meningkatkan motivasi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas.
b. Meningkatkan interaksi peserta
didik dalam proses pembelajaran,
sehingga
diharapkan
dapat
meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.
2. Bagi guru
a. Sebagai alternatif pilihan model
pembelajaran bagi guru.
b. Melatih
ketrampilan
dan
penguasaan dalam mengelola
pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
3. Bagi lembaga
Sebagai masukan dan tambahan
informasi sekaligus sebagai bahan

A. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan tidak lepas dari
proses pembelajaran, sedangkan yang
dimaksud dengan pembelajaran yaitu
proses belajar mengajar yang ditandai
dengan adanya interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan peserta didik.
Berdasarkan
definisi
pembelajaran
tersebut yaitu terdapat dua komponen
yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran, komponen guru dan peserta
didik.
Dalam pembelajaran ada beberapa
metode yang telah lama digunakan oleh
para guru antara lain metode ceramah dan
metode tanya jawab. Metode tersebut
boleh dikatakan metode konvensional.
Metode pembelajaran konvensional yang
selama ini digunakan oleh sebagian besar
guru sudah tidak sesuai dengan tuntutan
jaman,
karena
pembelajaran
yang
dilakukan kurang memberikan kesempatan
seluas luasnya kepada peserta didik untuk
mengkonstruksikan pengetahuan dalam
pengembangan diri.
Menurut Lie (2002:8), salah satu
model
pembelajaran
yang
dapat
mengaktifkan siswa adalah pembelajaran
kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam
pembelajaran kooperatif, salah satunya
adalah tipe Teams Games Tournament
(TGT).
Menurut Nur (2005: 3), pembelajaran
model kooperatif tipe Jigsaw, siswa dibagi
berkelompok dengan 5 atau 6 anggota
kelompok belajar dari kemampuan, suku/
ras, sosial serta ekonomi yang berbeda.
Setiap anggota bertanggung jawab untuk
mempelajari bagian tertentu bahan yang
diberikan itu.
Berdasarkan uraian di atas maka
penulis mencoba melakukan penelitian
tentang bagaimana perbedaan hasil belajar
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan model pembelajaran Jigsaw dengan
judul Perbedaan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) dan
model pembelajaran Jigsaw pada standar
kompetensi instalasi penerangan listrik
bangunan sederhana di SMK Negeri 1
Cerme kelas X TITL . Dengan model
pembelajaran TGT siswa diharapkan dapat
3

perbandingan untuk menerapkan


penelitian-penelitian
lain
yang
berkaitan
dengan
model
pembelajaran
dalam
upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah.
Berbagai asumsi penelitian yang
dapat digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik memiliki kemampuan
awal yang dibutuhkan untuk
mengikuti KBM ini.
2. Peneliti mampu menyampaikan
materi dan mengelola kelas dengan
baik.
3. Peserta didik mengerjakan soal tes
secara mandiri dan penuh tanggung
jawab.
4. Peserta didik menjawab angket
respon peserta didik pada terapan
model pembelajaran TGT dan jigsaw
secara jujur, sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya.
Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada
kelas X program keahlian teknik
instalasi tenaga listrik SMK Negeri 1
Cerme yang terdiri dari 2 kelas, yaitu
kelas X TITL 1 dan X TITL 2.
2. Perlakuan yang diberikan kepada
peserta didik ialah penerapan model
pembelajaran TGT (pada kelas
eksperimen) dan model pembelajaran
Jigsaw (pada kelas kontrol).
3. Materi yang disampaikan adalah
kompetensi
dasar
memahami
instalasi penerangan 1 fasa.

peserta didik sebagai anggota kelompok


kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda.
Pembelajaran
kooperatif
merupakan model pembelajaran yang
mengelompokkan peserta didik dalam
kelompok kecil yang saling membantu
untuk memahami suatu materi pelajaran,
memeriksa dan memperbaiki jawaban
teman, serta kegiatan lainnya dengan
tujuan mencapai hasil belajar tertinggi.
Belajar belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompoknya belum
menguasai bahan pelajaran.
3. Teams Games tournament (TGT)
Pembelajaran koopearatif tipe TGT
adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
peserta didik tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran peserta didik
sebagai pesaing dan mengandung unsur
permainan dan penguatan/ reinforcement.
TGT merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang menggabungkan kegiatan
belajar kelompok dengan kompetensi
kelompok.
4. Jigsaw
Metode
Jigsaw adalah teknik
pembelajaran kooperatif di mana peserta
didik, bukan guru, yang memiliki
tanggung jawab lebih besar dalam
melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari
jigsaw ini adalah mengembangkan kerja
sama tiap kelompok, keterampilan belajar
kooperatif, dan menguasai pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh apabila mereka tidak mencoba
untuk
mempelajari
semua
materi
sendirian.
5. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kerangka
yang menjelaskan dasar pengembangan
program pembelajaran yang terstruktur.
Standar kompetensi juga merupakan fokus
dari
penilaian,
sehingga
proses
pengembangan kurikulum adalah fokus
dari penilaian, meskipun kurikulum lebih
banyak
berisi
tentang
dokumen
pengetahuan, keterampilan dan sikap dari
pada bukti-bukti untuk menunjukkan
bahwa peserta didik yang akan belajar

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
pada
hakekatnya
merupakan proses interaksi antara peserta
didik dan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah lebih baik.
Selama proses pembelajaran, tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan belajar agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik (Mulyasa, 2003:23).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran dengan sejumlah
4

telah
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan awal.
6. Keterampilan Sosial
Seorang peserta didik dikatakan
mampu berketerampilan sosial tatkala ia
dapat berkomunikasi dengan baik sesuai
aturan (tatacara) dengan sesamanya di
dalam sebuah kelompok. Jadi, sarana
kelompok (wadah) untuk berkomunikasi
merupakan syarat yang harus ada di dalam
memroses keterampilan sosial peserta
didik.
7. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran meliputi:
a. Silabus
b. RPP
c. Modul peserta didik
d. Tes hasil belajar
8. Hasil Belajar
Hasil belajar seseorang ditentukan
oleh
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang
ada di luar individu adalah tersedianya
bahan ajar yang memberi kemudahan bagi
individu untuk mempelajarinya.
9. Respon Peserta Didik
Respon peserta didik merupakan
tanggapan peserta didik terhadap proses
belajar
mengajar
yang
meliputi
ketertarikan atau semangat peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran.
10. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan
penelitian yang relevan dirumusan
hipotesis: hasil belajar peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran TGT
ada perbedaan dengan hasil belajar peserta
didik
yang
menggunakan
model
pembelajaran Jigsaw.
C. METODE PENELITIAN
Jenis dari penelitian ini adalah
penelitian
ekperimental
yang
menggunakan rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
(Randomized Control Group Pretest
Postest Design).
Instrumrn penelitian ini adalah:
1. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan suatu cara untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar
atau ketuntasan belajar (SKM : 75) yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah

mereka
menempuh proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu.
a. Sensitifitas butir
Ukuran sensitivitas butir pada
dasarnya merupakan ukuran berapa
baik butir itu membedakan antara
peserta didik yang telah menerima
pengajaran dan yang belum.
Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung sensitivitas butir:

R A RB
T

(Gronlund, 1981: 266)


2. Kuesioner angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis
yang
digunakan
untuk
memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang diketahui.
Analisis hasil belajar siswa ini
menggunakan analisis data uji-t. Uji t ini
digunakan untuk mengetahui apakah
penerapan model pembelajaran TGT ada
beda dengan model pembelajaran Jigsaw.
Uji-t pada penelitian ini menggunakan
software analisis data SPSS.
D. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
1. Penyajian Data
a. Hasil
Validasi
Perangkat
Pembelajaran
Berdasarkan analisis hasil validasi
perangkat pembelajaran yang telah
dihitung, maka nilai yang diperoleh
adalah 93,655 % dan berada pada
interval 81% - 100%. Sesuai kriteria
termasuk dalam kategori sangat valid,
sehingga dapat digunakan sebagai
instrumen dengan beberapa perbaikan.
Hasil respon peserta didik
berdasarkan
perhitungan
menunjukkan bahwa keseluruhan
aspek pada lembar angket peserta
didik dikategorikan baik dengan ratarata model pembelajaran TGT
(84,037%) dan rata-rata model
pembelajaran Jigsaw (72,996%) maka
pembelajaran TGT dan Jigsaw layak
digunakan
dalam
proses
pembelajaran.
b. Analisis Butir Soal

pembelajaran
Teams
Games
Tournament (TGT).
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, saran-saran yang dapat
digunakan agar tercapai hasil belajar yang
maksimal adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian ini,
sebaiknya model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) dan Jigsaw
digunakan sebagai inovasi baru dalam
pembelajaran pada pokok bahasan lain.
2. Model
pembelajaran
kooperatif
sebaiknya digunakan untuk mata diklat
lain, karena dapat memudahkan peserta
didik dalam menemukan konsepkonsep yang akan dikembangkan
karena peserta didik aktif bekerja sama
untuk memecahkan permasalahan dan
membangun sendiri pengetahuan serta
menemukan prinsip bagi mereka
sendiri.

Dari hasil perhitungan sensitivitas


soal maka didapat 25 soal yang
diujikan dihasilkan 25 soal yang
efektif, yaitu terletak antara 0,00 dan
1,00, dan yang dikehendaki adalah
nilai positif tinggi. Item dengan nilai
nol dan negatif tidak mencerminkan
yang diharapkan dari pengajaran.
c. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini akan menguji
hipotesis kedua, dalam hipotesis nol
pertama (H0): hasil belajar peserta
didik kelas eksperimen lebih rendah
dari hasil belajar kelas kontrol.
Diketahui rata-rata nilai postest dari
kelas TITL 1 yang diberi metode
pembelajaran TGT adalah 81,73,
sedangkan rata-rata nilai prestest dari
kelas TITL 2 yang diberi metode
pembelajaran Jigsaw adalah 77,73.
2. Pembahasan

Hasil belajar teori meliputi


nilai pre-test dan post-test peserta
didik kelas kontrol dan kelas
eksperimen pada pokok bahasan
memahami instalasi penerangan 1
fase dengan menyertakan seluruh
soal.
E. SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning:
Mempraktikkan Cooperatif Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:
Grasindo.

1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perbedaan hasil belajar peserta didik
kelas X TITL SMK Negeri 1 Cerme
menggunakan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT)
dengan
peserta
didik
yang
menggunakan model pembelajaran
Jigsaw menunjukkan bahwa hasil
belajar peserta didik kelas eksperimen
(81,73) berbeda dari hasil belajar
peserta didik kelas kontrol (77,73).
2. Respon peserta didik terhadap
pelaksanaan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT)
adalah sebesar (84,03 %) dan respon
peserta didik terhadap pelaksanaan
model pembelajaran Jigsaw positif
(72,99 %). Hasil presentase ini
menunjukkan bahwa peserta didik
lebih tertarik dengan penerapan model

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur


Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arim,

Robi Bawono. 2010. Model


Pembelajaran Tipe Jigsaw Pada
Mata Pelajaran Penerapan Konsep
Dasar Listrik Dan Elektronika Bagi
Siswa Kelas X Program Keahlian
Teknik Komputer Jaringan Di SMK
Negeri 1 Udanawu Blitar. Surabaya.

Fraenkel, Jack R. 2003. How to Design and


Evaluate Research in Education.
New York: McGraw-Hill.
http://researchengines.com/0805achmad.html
. Diakses 7 mei 2011

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:


Tarsito.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta Bandung.

http://www.migasindonesia.com/files/article/
%5BSDM%5DDraft_Standar_Komp
etensi.pdf. Diakses 6 Juni 2011

Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Yuwanita, Ratna Effendy. 2010. Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) Terhadap Hasil
Belajar Menguasai Elektronika
Digital Dan Komputer Siswa Kelas
XI AV Di SMK Negeri 7 Surabaya.
Surabaya.

Ibrahim,
dkk.
2005.
Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: UNESA
UNIVERSITY PRESS.
Ibrahim, Muslimin dan Nur, Muhammad.
2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya:
Universitas
Negeri
Surabaya.

Zuhriah, Nurul. 2006. Metodoligi Penelitian.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis


Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslim, supari dkk. 2009. Teknik
Perencanaan
dan
Pemasangan
Instalasi
Listrik.
Departemen
Pendidikan Nasional.
N, E. Gronlund. 1981. Preparing CriterionReferenced Test for Classroom
Instruction. New York: Macmillan.
Nur, Mohamad. 1987. Pengantar Teori Tes.
Naskah bahan pengajaran/buku teks
program refresher.
Nur,

Mohamad. 2005. Pembelajaran


Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains
dan Matematika Sekolah UNESA.

Nur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran


Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains
dan Matematika Sekolah UNESA.
Slavin,

Robert E. 1995. Cooperative


Learning Second Edition. Singapore:
Allyn and Bacon.

Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai